Jumat, 30 Juli 2021

Catatan Perjalanan dan Kesunyian di Makam Sunan Drajat (VI)

Muhammad Yasir
 
Pada masa pendidikan lanjutan, aku pernah melempar seorang guru agama dengan sepatu. Bukan tanpa sebab. Belum semua kripik pisang laku terjual - untuk tetap bertahan hidup, Mamakku membuat kripik pisang untuk kujajakan di sekolah, dan keuntungannya yang tidak semahal hotel berbintang tiga untuk seorang perwakilan rakyat dan keluarganya! Perutku yang kurus mulai menuntut kewajibanku merawatnya. Baru saja aku hendak masuk ke kelas-kelas untuk menjajakan, bel sekolah berbunyi tanda pelajaran selanjutnya.
 
Sekuat tenaga aku menahan tuntutan itu, hingga ketika mulut guru agama itu begitu fasih menyudutkan keluarga besarku sebagai daging busuk, kemudian menyisipkan hardikan yang menyengit hatiku. Sontak, tanpa interupsi, kulepas ikatan sepatuku kemudian melemparkannya ke papan tulis - aku masih memiliki akal sehat; jika aku melukainya, maka aku harus membayar! Dan apa pun hal tentang bayar-membayar adalah hal yang harus orang-orang sepertiku hindari! Semua kelas menjadi hening. Guru agama itu tidak bicara sekata pun, kemudian pergi ke kantor. Aku pun demikian, keluar kelas dan menjajakan kripik pisang-kripik pisang itu agar pada waktu istirahat kedua aku bisa makan mie dengan telur rebus ditambah es!
 
Aku tidak melupakan hal-hal melecehkan dalam perjalanan hidup. Justru aku mengarsipkannya dengan baik dalam otak kecilku; aku yakin, kelak, ingatan itu akan hadir dan membantuku menjadi manusia yang menjadi. Lihat betapa bulan bersinar terang di langit pada suatu malam satu dekade kemudian! Lihat pula bunga kamboja yang bermekaran, jalan raya yang lengang, dan enduslah bau tanah makam yang segar ini! Aku telah menjadi yang berbeda yang berbahaya jika engkau lecehkan! Sekali pun di beberapa sudut makam dan hatiku, malam dan kegelapannya tidak bisa ditawar.
 
Dan, bulanlah yang membawaku ke sini; Muhammad Qasyim alias Sunan Derajat di jalan perlintasan Gresik-Lamongan-Surabaya. Tidak ada sensasi yang berbeda dari sebelumnya, ketika aku berada di makam Sunan Giri. Sensasi dingin dan getar membuat langkahku terhenti di tempat wudlu. Aku tidak sendirian datang, Maksimin dan Siti Mekka adalah pembimbingku. Maksimin, meski dalam kondisi sakit, bersedia mengantarku ke sana. Baginya, membimbing seorang bajingan muda sepertiku ke jalan sunyi bathiniah, adalah sesuatu yang sarkas dan menarik untuk dilakukan. Aku tidak mendebat anggapan Maksimin. Dia seorang penyendiri yang sakit dan digiling-gilas penyakit non-saintifik. Meski demikian, Maksimin tidak memberikan tanggapannya tentang aku yang tidak fasih dalam membaca ayat-ayat dan doa. Dia memilih duduk di samping Siti Mekka, istrinya, sembari menahan sakit.
 
Setelah membacakan al-Fatikhah, aku memiliki sedikit waktu untuk bicara kepada Sunan Derajat, sebelum Maksimin bangkit. Begini bila kutuliskan:
 
Sunan Derajat… sehormat-hormatnya aku bertarung dengan diriku sendiri, aku memiliki waktu untuk menghadapmu. Sebelumnya, aku datang ke makam Sunan Giri. Engkau tahu? Sensasi ketika aku memasuki makamnya dan makammu, sama saja. Dingin dan getar pada tubuhku! Oh! Aku sempat berfikir, setelah meninggalkan makam Sunan Giri, bahwa akan datang nasib baik kepadaku. Sungguhlah itu kekeliruan semata. Engkau tahu? Derajatku sebagai seorang penulis, sebagai seorang suami dari anak-cucumu di tanah Jawa Timur ini, sedang kupertaruhkan dengan waktu dan persoalan sistem berkehidupan yang kacau!
 
Sebelum aku datang kepadamu, sebuah majalah, Jubi, menerbitkan berita tentang Steven; seorang Papua telah dilecehkan oleh dua orang anggota Polisi Militer! Dengan gagah, mereka menginjak kepala Steven dan yang lebih menyedihkan lagi adalah Wakil Gubernur Merauke mengatakan bahwa persoalan ini sudah diselesaikan dengan saling memaafkan. Darahku tiba-tiba meruap. Betapa tidak? Kekerasan kekuasaan ini telah menelanjangkan “Budaya Ketimuran” yang menjadi hukum bagi moralitas “Orang Indonesia” yang konon dianggap sebagai suatu negara yang berbudaya Nusantara, bahwa sejatinya makna “Budaya Ketimuran” tidak lain hanyalah kedok bahwa negeri ini telah gagal melindungi hak warga negaranya. Bagaimana akal sehat dan nuraniku menerima bahwa pelecehan manusia ini hanya akan selesai dengan mengucapkan kata “maaf”, wahai Sunan Derajat?! Beri aku tanda yang bisa menjadi jawaban untuk pertanyaan ini.
 
Sunan Derajat… sehormat-hormatnya aku sebagai seorang bajingan, kita harus bersepakat bahwa derajat Steven dan orang-orang dimiskinkan di negeri ini tidak lebih tinggi dari bunga yang tumbuh di halaman Istana Negara! Dan, bahwa dengan kekuasaan seseorang bisa dengan mudah menguasai orang lain. Steven hanya satu. Aku tidak memiliki pengetahuan tentang berapa jumlah pasti orang-orang Papua dibunuh sejak Perjanjian New York (1966) hingga abad amoril sekarang ini, serta berapa orang keluarga mereka, terkhusus Mamak, yang kehilangan jari-jemari mereka sebagai tanda bahwa perpisahan tanpa kesepakatan bersama adalah pesakitan yang sukar dideskripsikan.
 
Tidak ada tongkat untuk mereka. Tidak ada makanan untuk mereka. Tidak ada tempat untuk mereka. Tidak ada pakaian untuk mereka. Sejatinya, Indonesia dengan sendirinya menjadi gizi buruk dan teror bagi setiap yang hidup di Papua. Berikanlah aku tanda, wahai Sunan Derajat! Bagaimana aku bisa menuliskan semua kesedihanku ini menjadi cerita yang akan membuat penindas kami mati di tiang gantungan tanpa kulit melekat di tubuh mereka?! Oh! Baiklah! Aku menunggu dalam sepekan ini bagaimana jawabanmu. Selebihnya, aku tidak memiliki kemampuan untuk membuat ode untukmu.
 
Sama. Sensasi yang kualami ketika keluar dari makam Sunan Giri, juga terasa ketika aku hendak keluar dari makam Sunan Derajat. Apakah karena Allah merencanakan sesuatu untukku melalui sensasi dingin dan getar ini? Aku bertanya dalam hati. Jika benar, kuharap itu suatu yang baik-baik. Jika tidak, aku akan mencari lagi dan terus menuliskan perjalanan ini, hingga waktu yang kumiliki membuatku wajah guru agama yang melecehkan dan menghardik keluarga besarku itu lenyap dari benakku tanpa perlu aku memaafkannya, karena memaafkan hanya bisa dilakukan Muhammad, sementara aku dengan Muhammad menjadi nama depanku, tidak lain-tidak bukan hanyalah seorang pendosa yang menyedihkan! Surabaya, aku akan segera tiba, mari mabuk saja!
 
Surabaya, 2021.

http://sastra-indonesia.com/2021/07/catatan-perjalanan-dan-kesunyian-di-makam-sunan-drajat-vi/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Khoirul Anam A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.D. Zubairi A.S. Laksana Abd. Basid Abdul Aziz Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Abdul Hadi W.M. Abdul Rauf Singkil Abdul Rosyid Abdul Salam HS Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abu Nawas Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Ach. Tirmidzi Munahwan Achmad Faesol Adam Chiefni Adhitya Ramadhan Adi Mawardi Adian Husaini Aditya Ardi N Ady Amar Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Fahri Husein Agus Fathuddin Yusuf Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Baso Ahmad Fatoni Ahmad Hadidul Fahmi Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syafii Maarif Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rohim Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sahal Akhmad Taufiq Akhudiat Alang Khoiruddin Alang Khoirudin Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Aliansyah Allamah Syaikh Dalhar Alvi Puspita AM Adhy Trisnanto Ami Herman Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aminullah HA Noor Amir Hamzah Ammar Machmud Andri Awan Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjar Nugroho Anjrah Lelono Broto Antari Setyowati Anwar Nuris Arafat Nur Ariany Isnamurti Arie MP Tamba Arie Yani Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arifin Hakim Arman AZ Arwan Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Juanda Asep S. Bahri Asep Sambodja Asep Yayat Asif Trisnani Aswab Mahasin Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Azizah Hefni Azwar Nazir B Kunto Wibisono Babe Derwan Badrut Tamam Gaffas Bale Aksara Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Benke Berita Berita Duka Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budiawan Dwi Santoso Buku Kritik Sastra Candra Adikara Irawan Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chairul Abhsar Chairul Akhmad Chamim Kohari CNN Indonesia Cucuk Espe Cut Nanda A. D Zawawi Imron D. Dudu AR Dahta Gautama Damanhuri Zuhri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Danuji Ahmad Dati Wahyuni Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dede Kurniawan Dedik Priyanto Den Rasyidi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Detti Febrina Dewi Kartika Dian Sukarno Dian Wahyu Kusuma Didi Purwadi Dien Makmur Din Saja Djasepudin Djauharul Bar Djoko Pitono Djoko Saryono DM Ningsih Doddy Hidayatullah Donny Syofyan Dr Afif Muhammad MA Dr. Simuh Dr. Yunasril Ali Dudi Rustandi Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dyah Ratna Meta Novia E Tryar Dianto Ecep Heryadi Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Edy Susanto EH Ismail Eka Budianta Ekky Malaky Eko Israhayu Ellie R. Noer Emha Ainun Nadjib Esai Esha Tegar Putra Evi Melyati Fachry Ali Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faizal Af Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fazabinal Alim Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Fuad Mardhatillah UY Tiba Furqon Lapoa Fuska Sani Evani Geger Riyanto Ghufron Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur Gus Muwaffiq Gusriyono Gusti Grehenson H Marjohan H. Usep Romli H.M. Habibullah Hadi Napster Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Hamzah Fansuri Hamzah Sahal Hamzah Tualeka Zn Hanibal W.Y. Wijayanta Hanum Fitriah Haris del Hakim Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Basri Marwah Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Helmy Prasetya Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Heri Listianto Heri Ruslan Herry Lamongan Herry Nurdi Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hotnida Novita Sary Hudan Hidayat Husein Muhammad I Nyoman Suaka Ibn ‘Arabi (1165-1240) Ibn Rusyd Ibnu Sina Ibnu Wahyudi Idayati Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imadi Daimah Ermasuri Imam Hamidi Antassalam Imam Khomeini Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Nasri Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Kurniawan Indra Tjahyadi Inung As Irma Safitri Isbedy Stiawan Z.S. Istiyah Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar J Sumardianta Jadid Al Farisy Jalaluddin Jalaluddin Rakhmat Jamal Ma’mur Asmani Jamaluddin Mohammad Javed Paul Syatha Jaya Suprana Jember Gemar Membaca Jo Batara Surya Johan Wahyudi John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K. Muhamad Hakiki K.H. A. Azis Masyhuri K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin Kabar Pesantren Kafiyatun Hasya Kanjeng Tok Kasnadi Kazzaini Ks KH Abdul Ghofur KH. Irfan Hielmy Khansa Arifah Adila Khoirul Anwar Khoirur Rizal Umami Khoshshol Fairuz Kiai Muzajjad Kiki Mikail Kitab Dalailul Khoirot Kodirun Komunitas Deo Gratias Koskow Kritik Sastra Kurniawan Kurtubi Kuswaidi Syafi’ie Kyai Maimun Zubair Lan Fang Larung Sastra Leila S. Chudori Linda S Priyatna Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Asya Lukman Santoso Az M Arif Rohman Hakim M Hari Atmoko M Ismail M Thobroni M. Adnan Amal M. Al Mustafad M. Arwan Hamidi M. Bashori Muchsin M. Faizi M. Hadi Bashori M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Mustafied M. Nurdin M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki M.S. Nugroho M.Si M’Shoe Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahrus eL-Mawa Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mansur Muhammad Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marjohan Marsudi Fitro Wibowo Martin van Bruinessen Marzuki Wahid Marzuzak SY Masduri Mashuri Masjid Kordoba Masuki M. Astro Matroni Matroni el-Moezany Matroni Muserang Mbah Dalhar Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftahul Ulum Mila Novita Mochtar Lubis Moh. Ghufron Cholid Mohamad Salim Aljufri Mohammad Kh. Azad Mohammad Yamin Muh. Khamdan Muhajir Arrosyid Muhammad Abdullah Muhammad Affan Adzim Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih AR Muhammad Amin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Ghannoe Muhammad Idrus Djoge Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Kosim Muhammad Muhibbuddin Muhammad Mukhlisin Muhammad Quraish Shihab Muhammad Subhan Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yasir Muhammad Yuanda Zara Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyiddin Mujtahid Muktamar Sastra Mulyadi SA Munawar A. Djalil Munawir Aziz Musa Ismail Musa Zainuddin Muslim Mustafa Ismail Mustami’ tanpa Nama Mustofa W Hasyim Musyafak Myrna Ratna N. Mursidi Nasaruddin Umar Nashih Nashrullah Naskah Teater Nasruli Chusna Nasrullah Thaleb Nelson Alwi Nevatuhella Ngarto Februana Nidia Zuraya Ninuk Mardiana Pambudy Nita Zakiyah Nizar Qabbani Nova Burhanuddin Noval Jubbek Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Fauzan Ahmad Nur Wahid Nurcholish Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Orasi Budaya Pangeran Diponegoro Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pesantren Tebuireng Pidato Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pramoedya Ananta Toer Prof. Dr. Nur Syam Profil Ma'ruf Amin Prosa Puisi Puji Hartanto Puji Santosa Pungkit Wijaya Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin PUstaka puJAngga Putera Maunaba Putu Fajar Arcana R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rakhmat Nur Hakim Ramadhan Alyafi Rameli Agam Rasanrasan Boengaketji Ratnaislamiati Raudal Tanjung Banua Reni Susanti Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Retno HY Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Rinto Andriono Risa Umami Riyadhus Shalihin Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rohman Abdullah S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifuddin Syadiri Saifudin Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Salahuddin Wahid Salamet Wahedi Salman Faris Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Pesantren Sastrawan Pujangga Baru Satmoko Budi Santoso Satriwan Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siswanto Siswoyo Sita Planasari A Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slavoj Zizek Snouck Hugronje Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana St Sularto Suci Ayu Latifah Sufyan al Jawi Sugiarta Sriwibawa Sulaiman Djaya Sundari Sungatno Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susringah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaiful Amin Syaifullah Amin Syarif Hidayat Santoso Syeikh Abdul Maalik Syeikh Muhammad Nawawi Syekh Abdurrahman Shiddiq Syekh Sulaiman al Jazuli Syi'ir Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tiar Anwar Bachtiar Tjahjono Widijanto Tok Pulau Manis Toko Buku PUstaka puJAngga Tu-ngang Iskandar Turita Indah Setyani Umar Fauzi Ballah Uniawati Universitas Indonesia Universitas Jember Usep Romli H.M. Usman Arrumy UU Hamidy Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wa Ode Zainab Zilullah Toresano Wahyu Aji Walid Syaikhun Wan Mohd. Shaghir Abdullah Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Fei Hung Y Alpriyanti Yanti Mulatsih Yanuar Widodo Yanuar Yachya Yayuk Widiati Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yopi Setia Umbara Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudi Latif Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusuf Suharto Zaenal Abidin Riam Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zakki Amali Zehan Zareez