Sabtu, 13 Februari 2021

Ilmu Terawangan

Jadid Al Farisy *
 
Ketika ada seorang teman memintaku untuk melihat warung kopinya, aku langsung mengiyakan saja. Mungkin ia ingin sekedar menjamuku mengingat kami adalah teman semasa kecil dulu yang sudah lama tidak pernah bertemu. Kami bertemu secara tidak sengaja ketika sedang antre di pom kota kecamatan tempo hari.
 
Tepat pukul setengah sepuluh pagi, kupacu motor bututku dengan perasaan senang karena kami memang sudah sangat lama tidak pernah bersua. Menurut cerita temanku itu warungnya baru dibuka jam sepuluh, jadi cukuplah waktu setengah jam untuk sampai di lokasi yang sebenarnya tidak terlalu jauh, bahkan sebenarnya bisa kutempuh hanya seperempat jam saja.
 
Warung milik si Subhan, nama temanku itu, berada di area perbatasan kecamatan. Berdiri di bawah pohon randu yang rindang, sekilas warung itu cukup terlihat tidak biasa. Ya, bisa dikatakan agak surem yang mendekati serem. Itu mungkin karena temanku tidak hobi memangka rumput dan ilalang yang menurutku sudah terlalu rimbun di sekeliling warung. Cat dinding warungnya juga sudah banyak yang mengelupas.
 
Tidak sulit aku menemukan warung Subhan. Lokasinya terletak di jalanan yang biasa aku lewati ketika setor besi bekas ke pengepul. Namun karena tidak tahu kalau pemilik warung itu temanku sendiri, jadi sangat jarang mampir. Pernah sekali mampir ngopi itu pun yang menjaga seorang perempuan, mungkin istri si Subhan.
 
Seperti perkiraanku, tidak sampai setengah jam aku sudah sampai di lokasi. Sepertinya Subhan sudah menungguku dari tadi. Terlihat dari kopinya yang tinggal separuh cangkir dan beberapa puntung rokok berserak di bawah cikrak depan warung.
 
“Wah, pak Ustadz sudah datang,” Subhan menyapaku lebih dulu sambil beranjak dari kursinya. Kulihat ia tersenyum lebar seperti seorang anak pesantren yang disambang orang tuanya.
 
“Ah, ustadz apa, Sub?” Aku mengelak sambil menuntun motor ulungku ke samping warung untuk kuparkir. Kami berdua pun bersalaman dan kemudian ia mengajakku masuk ke dalam warungnya.
 
“Sudah lama menunggu, Ya?” tanyaku sekadar basa-basi.
“Ya, begitulah Ustadz...” jawabnya sambil senyum-senyum.
“Sekali lagi panggil aku ustadz, aku pamit pulang lho, Sub.” Setengah bercanda aku mengancam. Entah mengapa panggilan ustadz padaku dari orang kebanyakan begitu tidak nyaman di telingaku. Aku lebih suka dipanggil sebagai tukang rosok pengumpul besi-besi bekas daripada ustadz. Ya, memang aneh, tapi itulah kenyataannya.
 
“Jangan marah dong, Tadz, eh Kang Mad,” canda Subhan lagi. Kami berdua pun larut dalam tawa keakraban.
 
Sejurus kemudian, istri Subhan mengantar secangkir kopi, sepiring ubi goreng dan beberapa jajanan pasar lainnya.
 
“Aku ndak ngerti kalau sampeyan ini ternyata masih temannya Kang Subhan. Kalau tidak salah pernah ya sekali atau berapa kali ngopi di sini?” Istri Subhan membuka perbincangan dan menyodorkan suguhannya di depan mejaku.
 
“Sekali kok, Mbak yu,” jawabku singkat sambil mengambil satu kerat ubi goreng.
“Bagaimana, Mad, menurut penglihatanmu tentang warungku ini?” Subhan bertanya dengan nada serius.
“Ya baik-baik saja,” Aku menjawab sekenannya saja sambil menuang kopi panas di atas lepek.
 
“Emm...nah, trus kira-kira apa benar, Mad, jika warungku ini memang ada yang menutupi?” Subhan mengejarku dengan pertanyaan.
 
“Menutupi? Maksudnya?” Aku masih belum nyambung dengan apa yang dimaksud Subhan. Kusempatkan menyeruput kopi di atas lepek.
 
“Iya, Mad, kemarin ada orang tua yang datang kesini. Menurut penglihatannya, Katanya warungku ini sepi karena memang sedang tertutupi oleh aura negatif. Orang itu juga mengatakan, jika ingin kembali laris maka aku harus menemuinya. Ia lalu memberiku alamat tempat tinggalnya.”
 
Aku menatap Subhan sesaat. Ia dan istrinya menampakkan wajah yang murung.
 
“Iya Kang Mad, sepeninggal orang tua yang kalau tidak salah bernama Mbah Genuk itu, warung kami jadi sepi seperti ini. Kami berdua jadi kefikiran. Kalau begini terus, trus kita nanti makan apa.” Istri Subhan nampak berkaca-kaca.
 
Aku jadi teringat kata-kata Subhan tempo hari ketika bertemu di Pom. Ia memang memintaku datang untuk melihat warungnya. Kukira hanya berbasa-basi saja sekedar menawariku berkunjung ke warungnya. Ternyata maksud melihat yang diutarakan Subhan adalah semacam menerawang.
 
“Sebenarnya kami berencana ke rumah Mbah Genuk untuk meminta pertolongannya. Tapi kami kok ragu-ragu. Istri saya kok katanya takut. Jadi ya kuurungkan saja niatku. Ndilalah kok ketemu sampeyan di pom. Aku jadi ingat kalau sampean ini kan lulusan Pesantren, pasti bisa nyuwuk warung kami yang bermasalah ini.”
 
Mendengar keterangan Subhan, sebenarnya aku ingin tertawa namun masih bisa kutahan karena menghargai perasaan mereka. Aku juga tidak akan menyangkal cerita mereka berdua. Fikiran mereka sudah sangat kalut sehingga sulit jika diajak berfikiran jernih. Daripada berpanjang kata, aku lebih memilih memutar otak bagaimana mencarikan jalan keluar permasalahan temanku itu. Aku juga bisa mafhum jika sudah menyangkut urusan perut, orang kecil seperti si Subhan dan istrinya, juga aku, memang sangat rawan.
 
Aku beranjak dari tempatku duduk kemudian berjalan berkeliling melihat-lihat kondisi di dalam warung sampai kebagian sudut-sudut. Kuamati dengan jeli. Sesekali aku manggut-manggut dan berkomat-kamit agar tampak menyakinkan. Kulihat Subhan dan istrinya nampak lebih cerah wajahnya. Harapan mereka benar-benar ditaruh di pundakku. Setelah beberapa saat, aku memberinya isyarat dengan anggukan pada Subhan. Seolah sudah mengerti, ia langsung mendekat.
 
“Begini, Sub,” kataku singkat.
“Iya, Mad, bagaimana hasilnya?” Subhan sudah tidak sabar mendengar hasil yang menurutnya sebuah penerawangan.
 
“Insyaallah warungmu sudah tidak ada masalah. Jadi...”
“Jadi sudah dibuang ta Kang Mad aura negatifnya?” Istri Subhan memotong keteranganku. Aku tersenyum dan mengangguk.
 
“Kalau saya lihat,” Aku melanjutkan sembari menyeruput kopi yang tidak panas lagi. “Warungmu ini perlu direnovasi kembali. Catnya diperbarui. Kursi-kursi yang sudah mulai reyot kamu ganti. Trus ada beberapa genting yang nampak bocor sebaiknya kamu ganti saja.”
 
“Iya, Mad, Trus apakah ada wirid-wirid yang harus kubaca agar warungku tambah laris?”
 
“Masalah wirid sebenarnya tergantung dari si pembacanya. Harus istiqomah. Aku kasih banyak nanti malah kerjanya ndak mulai-mulai. Perbanyak saja Istighfar dan Sholawat. Jangan sampai meninggalkan sholat lima waktu. Sukur-sukur kamu bisa berjama’ah berdua. Malah akan lebih sip lagi.”
 
“Jadi itu saja ta, Kang Mad?” tanya istri Subhan.
“Hehehe...Iya, ndak usah banyak-banyak. Nanti plempogen,” jawabku setengah bercanda.
 
Mendengar keteranganaku, Subhan dan istrinya sepertinya senang sekali. Wajah mereka lebih nampak berseri. Melihat mereka seperti itu, hatiku pun ikut senang.
 
Setelah kurasa sudah cukup, aku berpamitan. Mereka berdua mengantarku hingga ke parkiran motor. Istrinya Subhan memberiku bungkusan sebagai rasa terimakasih dan Subhan nampak menyelipkan sebuah amplop di sakuku. Aku menolaknya. Mereka berdua bersikeras memaksaku menerima pemberian mereka. Setelah kuberikan sedikit penjelasan, akhirnya yang kubawa pulang hanya bungkusannya saja.
 
Segera kustarter motor ulungku. Sebelum pergi, aku juga kuberpesan pada subhan untuk membersihkan rumput dan ilalang liar di depan dan samping warungnya yang sudah mulai lebat. Mereka berdua mengucapkan terimakasih berkali-kali.
 
Dalam perjalanan pulang. Entah mengapa hatiku juga merasa lega. Bukan karena aku berhasil dalam menjalankan misi penerawanganku. Karena jujur saja, aku tidak tahu menahu soal ilmu-ilmu seperti itu. Di Pesantren, yang banyak kupelajari dari para Kiai adalah ilmu mengaji. Belajar sungguh-sungguh untuk ngalap ilmu yang manfaat dan barokah.
 
Adapun tentang apakah besok warung kopi si Subhan menjadi laris atau tidak? Semua kuserahkan pada Allah Ta’ala. Menjadi hal terpenting ketika aku sudah berhasil untuk mengajak mereka, yang pada dasarnya juga mengajak diriku sendiri, untuk bisa lebih berserah pada sang penguasa takdir manusia. Aku yakin, segala sesuatu yang terjadi dalam kehidupan ini tidak luput dari kekuasaanNya, pun tentang hal-hal ghaib dan sejenisnya. Asalkan kita menempatkan diri pada titik kepasrahan yang paling pasrah padaNya. Semua akan baik-baik saja.
 
Lamongan, 22 januari 2019

*) Jadid Al Farisy, lahir di bantaran Bengawan Solo, Desa Kendal, Sekaran, Lamongan. Menulis puisi, cerpen, esai, geguritan. Beberapa karyanya tersiar di media Republika, Radar Bojonegoro, Iqro.id, Alif.id, Pesantren.id. Puisi dan cerpennya bisa dijumpai dalam antologi bersama: Bocah Luar Pagar, Ini Hari Sebuah Masjid Tumbuh di Kepala, Hikayat Daun yang Jatuh dan Muhasabah Warna. Buku tunggalnya: Kopi Kang Santri (cerpen), Aku Membacamu, Kekasih (puisi), Dialektika Akar Rumput (esai), Kawula Mung Saderma (geguritan). Pendidik di SMA Unggulan BPPT Al Fattah Lamongan, dan MI Ma’arif NU Islamiyah Kendal. http://sastra-indonesia.com/2021/02/ilmu-terawangan/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Khoirul Anam A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.D. Zubairi A.S. Laksana Abd. Basid Abdul Aziz Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Abdul Hadi W.M. Abdul Rauf Singkil Abdul Rosyid Abdul Salam HS Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abu Nawas Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Ach. Tirmidzi Munahwan Achmad Faesol Adam Chiefni Adhitya Ramadhan Adi Mawardi Adian Husaini Aditya Ardi N Ady Amar Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Fahri Husein Agus Fathuddin Yusuf Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Baso Ahmad Fatoni Ahmad Hadidul Fahmi Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syafii Maarif Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rohim Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sahal Akhmad Taufiq Akhudiat Alang Khoiruddin Alang Khoirudin Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Aliansyah Allamah Syaikh Dalhar Alvi Puspita AM Adhy Trisnanto Ami Herman Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aminullah HA Noor Amir Hamzah Ammar Machmud Andri Awan Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjar Nugroho Anjrah Lelono Broto Antari Setyowati Anwar Nuris Arafat Nur Ariany Isnamurti Arie MP Tamba Arie Yani Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arifin Hakim Arman AZ Arwan Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Juanda Asep S. Bahri Asep Sambodja Asep Yayat Asif Trisnani Aswab Mahasin Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Azizah Hefni Azwar Nazir B Kunto Wibisono Babe Derwan Badrut Tamam Gaffas Bale Aksara Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Benke Berita Berita Duka Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budiawan Dwi Santoso Buku Kritik Sastra Candra Adikara Irawan Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chairul Abhsar Chairul Akhmad Chamim Kohari CNN Indonesia Cucuk Espe Cut Nanda A. D Zawawi Imron D. Dudu AR Dahta Gautama Damanhuri Zuhri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Danuji Ahmad Dati Wahyuni Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dede Kurniawan Dedik Priyanto Den Rasyidi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Detti Febrina Dewi Kartika Dian Sukarno Dian Wahyu Kusuma Didi Purwadi Dien Makmur Din Saja Djasepudin Djauharul Bar Djoko Pitono Djoko Saryono DM Ningsih Doddy Hidayatullah Donny Syofyan Dr Afif Muhammad MA Dr. Simuh Dr. Yunasril Ali Dudi Rustandi Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dyah Ratna Meta Novia E Tryar Dianto Ecep Heryadi Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Edy Susanto EH Ismail Eka Budianta Ekky Malaky Eko Israhayu Ellie R. Noer Emha Ainun Nadjib Esai Esha Tegar Putra Evi Melyati Fachry Ali Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faizal Af Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fazabinal Alim Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Fuad Mardhatillah UY Tiba Furqon Lapoa Fuska Sani Evani Geger Riyanto Ghufron Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur Gus Muwaffiq Gusriyono Gusti Grehenson H Marjohan H. Usep Romli H.M. Habibullah Hadi Napster Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Hamzah Fansuri Hamzah Sahal Hamzah Tualeka Zn Hanibal W.Y. Wijayanta Hanum Fitriah Haris del Hakim Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Basri Marwah Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Helmy Prasetya Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Heri Listianto Heri Ruslan Herry Lamongan Herry Nurdi Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hotnida Novita Sary Hudan Hidayat Husein Muhammad I Nyoman Suaka Ibn ‘Arabi (1165-1240) Ibn Rusyd Ibnu Sina Ibnu Wahyudi Idayati Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imadi Daimah Ermasuri Imam Hamidi Antassalam Imam Khomeini Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Nasri Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Kurniawan Indra Tjahyadi Inung As Irma Safitri Isbedy Stiawan Z.S. Istiyah Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar J Sumardianta Jadid Al Farisy Jalaluddin Jalaluddin Rakhmat Jamal Ma’mur Asmani Jamaluddin Mohammad Javed Paul Syatha Jaya Suprana Jember Gemar Membaca Jo Batara Surya Johan Wahyudi John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K. Muhamad Hakiki K.H. A. Azis Masyhuri K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin Kabar Pesantren Kafiyatun Hasya Kanjeng Tok Kasnadi Kazzaini Ks KH Abdul Ghofur KH. Irfan Hielmy Khansa Arifah Adila Khoirul Anwar Khoirur Rizal Umami Khoshshol Fairuz Kiai Muzajjad Kiki Mikail Kitab Dalailul Khoirot Kodirun Komunitas Deo Gratias Koskow Kritik Sastra Kurniawan Kurtubi Kuswaidi Syafi’ie Kyai Maimun Zubair Lan Fang Larung Sastra Leila S. Chudori Linda S Priyatna Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Asya Lukman Santoso Az M Arif Rohman Hakim M Hari Atmoko M Ismail M Thobroni M. Adnan Amal M. Al Mustafad M. Arwan Hamidi M. Bashori Muchsin M. Faizi M. Hadi Bashori M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Mustafied M. Nurdin M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki M.S. Nugroho M.Si M’Shoe Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahrus eL-Mawa Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mansur Muhammad Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marjohan Marsudi Fitro Wibowo Martin van Bruinessen Marzuki Wahid Marzuzak SY Masduri Mashuri Masjid Kordoba Masuki M. Astro Matroni Matroni el-Moezany Matroni Muserang Mbah Dalhar Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftahul Ulum Mila Novita Mochtar Lubis Moh. Ghufron Cholid Mohamad Salim Aljufri Mohammad Kh. Azad Mohammad Yamin Muh. Khamdan Muhajir Arrosyid Muhammad Abdullah Muhammad Affan Adzim Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih AR Muhammad Amin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Ghannoe Muhammad Idrus Djoge Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Kosim Muhammad Muhibbuddin Muhammad Mukhlisin Muhammad Quraish Shihab Muhammad Subhan Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yasir Muhammad Yuanda Zara Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyiddin Mujtahid Muktamar Sastra Mulyadi SA Munawar A. Djalil Munawir Aziz Musa Ismail Musa Zainuddin Muslim Mustafa Ismail Mustami’ tanpa Nama Mustofa W Hasyim Musyafak Myrna Ratna N. Mursidi Nasaruddin Umar Nashih Nashrullah Naskah Teater Nasruli Chusna Nasrullah Thaleb Nelson Alwi Nevatuhella Ngarto Februana Nidia Zuraya Ninuk Mardiana Pambudy Nita Zakiyah Nizar Qabbani Nova Burhanuddin Noval Jubbek Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Fauzan Ahmad Nur Wahid Nurcholish Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Orasi Budaya Pangeran Diponegoro Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pesantren Tebuireng Pidato Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pramoedya Ananta Toer Prof. Dr. Nur Syam Profil Ma'ruf Amin Prosa Puisi Puji Hartanto Puji Santosa Pungkit Wijaya Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin PUstaka puJAngga Putera Maunaba Putu Fajar Arcana R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rakhmat Nur Hakim Ramadhan Alyafi Rameli Agam Rasanrasan Boengaketji Ratnaislamiati Raudal Tanjung Banua Reni Susanti Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Retno HY Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Rinto Andriono Risa Umami Riyadhus Shalihin Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rohman Abdullah S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifuddin Syadiri Saifudin Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Salahuddin Wahid Salamet Wahedi Salman Faris Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Pesantren Sastrawan Pujangga Baru Satmoko Budi Santoso Satriwan Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siswanto Siswoyo Sita Planasari A Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slavoj Zizek Snouck Hugronje Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana St Sularto Suci Ayu Latifah Sufyan al Jawi Sugiarta Sriwibawa Sulaiman Djaya Sundari Sungatno Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susringah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaiful Amin Syaifullah Amin Syarif Hidayat Santoso Syeikh Abdul Maalik Syeikh Muhammad Nawawi Syekh Abdurrahman Shiddiq Syekh Sulaiman al Jazuli Syi'ir Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tiar Anwar Bachtiar Tjahjono Widijanto Tok Pulau Manis Toko Buku PUstaka puJAngga Tu-ngang Iskandar Turita Indah Setyani Umar Fauzi Ballah Uniawati Universitas Indonesia Universitas Jember Usep Romli H.M. Usman Arrumy UU Hamidy Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wa Ode Zainab Zilullah Toresano Wahyu Aji Walid Syaikhun Wan Mohd. Shaghir Abdullah Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Fei Hung Y Alpriyanti Yanti Mulatsih Yanuar Widodo Yanuar Yachya Yayuk Widiati Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yopi Setia Umbara Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudi Latif Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusuf Suharto Zaenal Abidin Riam Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zakki Amali Zehan Zareez