Minggu, 24 Mei 2020

TUBUH, YANG TERLUKA, YANG BERTANYA

Taufiq Wr. Hidayat *

Sahdan seorang perempuan patah hati, berdiri di tepian kapal. Ia hendak bunuh diri! Sebelum bunuh diri, ia berkata pada dirinya sendiri atau entah kepada siapa. Bahwa dirinya tak ingin segala pemberian laki-laki yang telah mengkhianati cinta masih melekat pada dirinya.

Ia melepaskan cincin dari jarinya ke laut. Itu pemberian laki-laki yang telah berkhianat padanya. Baju. Ya baju! Ia melepaskan seluruh kain yang membungkus tubuhnya, karena semua itu adalah pemberian laki-laki si pengkhianat cinta. Tentu juga kutang dan celana dalam. Ia telanjang bulat. Ia tak ingin satu pun pemberian laki-laki pengkhianat cinta itu tersisa pada tubuhnya sebelum ia bunuh diri dengan mencebur ke laut. Diam-diam, seorang wartawan yang berbekal kamera mengintipnya dari balik tempat tersembunyi. Perempuan muda, cantik, dan seksi itu telanjang. Obyek foto dan peristiwa yang menakjubkan, bukan?

Tapi perempuan itu tahu, dirinya diintip dari balik tempat tersembunyi oleh seorang laki-laki. Perempuan muda itu menoleh ke arah laki-laki pengintip di tempat tersembunyi. Lalu sang perempuan berkata: “maukah kau menghapus bekas bibirnya di bibirku dengan bibirmu?”

Terperanjat.

Dan laki-laki si wartawan tak ingin perempuan muda itu mati. Perempuan yang ingin mati bunuh diri itu tak ingin mati dengan membawa bekas laki-laki yang telah mengkhianati cintanya. Tak terduga, banyak orang yang juga mengintip peristiwa langka itu. Orang-orang memberikan dorongan kepada laki-laki itu supaya segera menghapus bekas bibir laki-laki pengkhianat cinta di bibir sang perempuan cantik yang terluka. Tak menyiakan keadaan. Laki-laki itu melompat sigap penuh semangat. Orang-orang lalu menutupi keduanya dengan selimut. Di dalam selimut itu, laki-laki yang entah beruntung entah malang tersebut berbisik di telinga sang perempuan: “masih adakah bekas yang lain darinya di bagian tubuhmu yang harus kuhapus dengan bagian tubuhku?”

Begitu kira-kira pengisahan ulang saya pada permulaan cerita Hamsad Rangkuti yang termashur “Maukah Kau Menghapus Bekas Bibirnya di Bibirku dengan Bibirmu?”, yang pernah ia bacakan dalam sebuah pertunjukan monolog di samping kisah absurdnya yang lain, “Sukri Membawa Pisau Belati”. Kalau Seno Gumira Ajidarma pernah membuat “Sebuah Pertanyaan untuk Cinta”, kemudian apakah pertanyaan seputar tubuh dan cinta itu masih perlu dikemukakan pada sebidang layar yang sibuk? Dan apakah segala bekas selalu bermakna tidak suci? Kenapa perempuan harus merasa terikat dengan segala bekas pada tubuhnya, pada diri, jiwa atau ingatannya dari seorang laki-laki yang telah meninggalkannya, yang pada saat perempuan itu hendak bunuh diri---dalam cerita Hamsad, tak berada di tempat itu? Betapa sahih jika Beauvoir menyebut perempuan “the other”, yang lain. Ada kekuasaan gaib yang menguasai perempuan secara metafisik. Ia seketika tak berdaya dalam cengkeraman sudut pandang mata laki-laki padanya. Ia lalu ditegakkan dari sudut pandang mata lawan jenisnya itu. Ia hanya dapat disebut cantik dan ada lantaran yang menyematkan kecantikan itu adalah laki-laki yang bahkan tak selalu hadir atau bersamanya dalam suka-duka. Oh alanglah ganjilnya dunia, ujar seorang pengelana. Betapa kejamnya, orang menjanjikan surga, tapi nyatanya “neraka yang kauberikan,” jerit sebuah lagu dangdut yang diremixkan.

Namun kenyataan itu tetap dilawan. Dilawan dalam pertanyaan-pertanyaan panjang yang tak terpecahkan. Frida Kahlo melawan dengan lukisan-lukisannya yang pedih. Juga tubuhnya yang babak belur dihantam kenyataan. Apakah itu takdir? Pertanyaan paling naif! Nawal el-Saadawi tak menyebutnya takdir. Melainkan kesalahan waktu yang tak boleh berhenti dikoreksi. Kelamin bukan dosa. Dari mana asal dosa? Seorang kawan menjawab dengan ringannya: agama! Andai tak ada agama, maka tak perlu ada dosa. Manusia tak perlu sibuk takut atau ditakut-takuti dengan makhluk tak tampak yang bernama dosa. Ketika saya ingin menanyakan perihal itu lebih lanjut, kawan saya tadi sudah berlalu, hanya asap rokoknya tersisa di udara.

Dalam kaidah tasawuf, terdapat sebuah potensi perihal partikularitas. Sebentuk ketakterjangkauan dalam yang terjangkau. Ialah potensi satu orang yang tak sama dengan yang lainnya. Masing-masing menyimpan potensi tersebut. Tapi partikularitas itu terkandung pada tiap manusia tanpa kebersekutuannya dengan partikularitas yang lain. Ibn ‘Arabi menguraikan hal itu; Tuhan tak merepetisi tajalli-Nya bagi diri dengan diri yang lain. Manusia dengan segala potensi ketakterdugaannya itu, berada dalam ketakberhinggaan, ketakterdugaan, pun ketakterjangkauan Tuhan. Pengertian tasawuf ini, membuka peluang begitu luas kearifan terhadap realitas raung waktu, budaya dan perubahan-perubahannya. Apakah diri dan tubuh saling mengandung? Manusia menghikmati hidupnya dengan nasib. Ia bermain-main dengan nasibnya. Ada yang universal, yakni kemanusiaan itu. Tetapi realitas partikular dari diri atau keadaan mesti digali dan disadari dalam pengertian kemanusiaan. Agar yang besar dapat menghikmatkan diri pada yang kecil, yang lemah, yang teraniaya. Dalam Jalaludin Rumi---juga Ibn Arabi, “tanzih-tasbih”. Yang tak menjelma sekaligus yang menjelma. Yang di sana pun yang di sini, yang harus hadir, pun yang tak harus hadir.

Bagi Hamsad, sastrawan agung Indonesia penulis “Ketika Lampu Berwarna Merah” itu, ketertindasan kelamin tak hanya seputar pengkhianatan cinta dan ketakberdayaan perempuan atas cinta yang kerap dijadikan alat memperbudaknya. Dalam “Wanita Muda di Sebuah Hotel Mewah”, ada kisah lain perihal kebimbangan dan kecemasan: ke mana harus berserah. Berserah pada nasib atau pada kenyataan? Seorang perempuan muda harus menjalani absurditas tatkala ia menawarkan tubuhnya. Hamsad tak menyebutnya tubuh. Melainkan diri. Siapa yang tak menjual diri? Tanyanya. Perempuan di sebuah hotel mewah itu menawarkan diri dengan harga tertinggi. Tapi ia tak tahu, berapa harga tertinggi bagi sesuatu yang disebut diri itu. Dari satu daun pintu ke daun pintu kamar hotel yang lain, ia menolak harga yang ditawarkan padanya. Tak ada harga yang cocok. Terlalu murah. Ia ingin harga tertinggi---entah berapa harga tertinggi itu, untuk membayar dirinya. Tetapi berulang-ulang. Ia terus menerus menawarkan diri itu. Absurditas yang menyedihkan. Ia tak punya kuasa atas tubuhnya di dalam kesempitan hidup. Sehingga ia harus menjual diri. Tak ada pilihan lain. Kenyataan yang memang klise! Tetapi apa beda diri dan tubuh? Apakah tubuh adalah diri? Atau diri itu sesungguhnya hanya tubuh? Pertanyaan ini menjadi tak klise---meski absurd, ketika Hamsad membangun kisahnya dengan peristiwa berulang-ulang bagai rekaman. Rekaman kelam kemanusiaan. Ada yang terluka di sana. Ada kemungkinan lain yang acak, yang mesti dapat ditangkap dan kembali direnungkan dalam ketak-usaian yang pelik dan muskil. Dan ada pertanyaan panjang yang tak kunjung beres dipecahkan di situ. Tapi yang tak tercatat sebagai narasi besar dalam sejarah atau menjadi pembahasan genting para moralis yang gemar bersolek atasnama agama dan kemanusiaan.

Tembokrejo, 2019

*) Taufiq Wr. Hidayat dilahirkan di Dusun Sempi, Desa Rogojampi, Kab. Banyuwangi. Taufiq dibesarkan di Desa Wongsorejo Banyuwangi. Menempuh pendidikan di UNEJ pada fakultas Sastra Indonesia. Karya-karyanya yang telah terbit adalah kumpulan puisi “Suluk Rindu” (YMAB, 2003), “Muncar Senjakala” [PSBB (Pusat Studi Budaya Banyuwangi), 2009], kumpulan cerita “Kisah-kisah dari Timur” (PSBB, 2010), “Catatan” (PSBB, 2013), “Sepotong Senja, Sepotong Malam, Sepotong Roti” (PSBB, 2014), “Dan Badut Pun Pasti Berlalu” (PSBB, 2017), “Serat Kiai Sutara” (PSBB, 2018). “Kitab IBlis” (PSBB, 2018), “Agama Para bajingan” (PSBB, 2019). Tinggal di Banyuwangi, Sekarang Sebagai Ketua Lesbumi PCNU Banyuwangi.
http://sastra-indonesia.com/2019/09/tubuh-yang-terluka-yang-bertanya/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Khoirul Anam A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.D. Zubairi A.S. Laksana Abd. Basid Abdul Aziz Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Abdul Hadi W.M. Abdul Rauf Singkil Abdul Rosyid Abdul Salam HS Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abu Nawas Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Ach. Tirmidzi Munahwan Achmad Faesol Adam Chiefni Adhitya Ramadhan Adi Mawardi Adian Husaini Aditya Ardi N Ady Amar Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Fahri Husein Agus Fathuddin Yusuf Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Baso Ahmad Fatoni Ahmad Hadidul Fahmi Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syafii Maarif Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rohim Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sahal Akhmad Taufiq Akhudiat Alang Khoiruddin Alang Khoirudin Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Aliansyah Allamah Syaikh Dalhar Alvi Puspita AM Adhy Trisnanto Ami Herman Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aminullah HA Noor Amir Hamzah Ammar Machmud Andri Awan Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjar Nugroho Anjrah Lelono Broto Antari Setyowati Anwar Nuris Arafat Nur Ariany Isnamurti Arie MP Tamba Arie Yani Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arifin Hakim Arman AZ Arwan Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Juanda Asep S. Bahri Asep Sambodja Asep Yayat Asif Trisnani Aswab Mahasin Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Azizah Hefni Azwar Nazir B Kunto Wibisono Babe Derwan Badrut Tamam Gaffas Bale Aksara Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Benke Berita Berita Duka Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budiawan Dwi Santoso Buku Kritik Sastra Candra Adikara Irawan Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chairul Abhsar Chairul Akhmad Chamim Kohari CNN Indonesia Cucuk Espe Cut Nanda A. D Zawawi Imron D. Dudu AR Dahta Gautama Damanhuri Zuhri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Danuji Ahmad Dati Wahyuni Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dede Kurniawan Dedik Priyanto Den Rasyidi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Detti Febrina Dewi Kartika Dian Sukarno Dian Wahyu Kusuma Didi Purwadi Dien Makmur Din Saja Djasepudin Djauharul Bar Djoko Pitono Djoko Saryono DM Ningsih Doddy Hidayatullah Donny Syofyan Dr Afif Muhammad MA Dr. Simuh Dr. Yunasril Ali Dudi Rustandi Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dyah Ratna Meta Novia E Tryar Dianto Ecep Heryadi Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Edy Susanto EH Ismail Eka Budianta Ekky Malaky Eko Israhayu Ellie R. Noer Emha Ainun Nadjib Esai Esha Tegar Putra Evi Melyati Fachry Ali Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faizal Af Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fazabinal Alim Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Fuad Mardhatillah UY Tiba Furqon Lapoa Fuska Sani Evani Geger Riyanto Ghufron Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur Gus Muwaffiq Gusriyono Gusti Grehenson H Marjohan H. Usep Romli H.M. Habibullah Hadi Napster Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Hamzah Fansuri Hamzah Sahal Hamzah Tualeka Zn Hanibal W.Y. Wijayanta Hanum Fitriah Haris del Hakim Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Basri Marwah Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Helmy Prasetya Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Heri Listianto Heri Ruslan Herry Lamongan Herry Nurdi Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hotnida Novita Sary Hudan Hidayat Husein Muhammad I Nyoman Suaka Ibn ‘Arabi (1165-1240) Ibn Rusyd Ibnu Sina Ibnu Wahyudi Idayati Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imadi Daimah Ermasuri Imam Hamidi Antassalam Imam Khomeini Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Nasri Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Kurniawan Indra Tjahyadi Inung As Irma Safitri Isbedy Stiawan Z.S. Istiyah Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar J Sumardianta Jadid Al Farisy Jalaluddin Jalaluddin Rakhmat Jamal Ma’mur Asmani Jamaluddin Mohammad Javed Paul Syatha Jaya Suprana Jember Gemar Membaca Jo Batara Surya Johan Wahyudi John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K. Muhamad Hakiki K.H. A. Azis Masyhuri K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin Kabar Pesantren Kafiyatun Hasya Kanjeng Tok Kasnadi Kazzaini Ks KH Abdul Ghofur KH. Irfan Hielmy Khansa Arifah Adila Khoirul Anwar Khoirur Rizal Umami Khoshshol Fairuz Kiai Muzajjad Kiki Mikail Kitab Dalailul Khoirot Kodirun Komunitas Deo Gratias Koskow Kritik Sastra Kurniawan Kurtubi Kuswaidi Syafi’ie Kyai Maimun Zubair Lan Fang Larung Sastra Leila S. Chudori Linda S Priyatna Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Asya Lukman Santoso Az M Arif Rohman Hakim M Hari Atmoko M Ismail M Thobroni M. Adnan Amal M. Al Mustafad M. Arwan Hamidi M. Bashori Muchsin M. Faizi M. Hadi Bashori M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Mustafied M. Nurdin M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki M.S. Nugroho M.Si M’Shoe Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahrus eL-Mawa Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mansur Muhammad Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marjohan Marsudi Fitro Wibowo Martin van Bruinessen Marzuki Wahid Marzuzak SY Masduri Mashuri Masjid Kordoba Masuki M. Astro Matroni Matroni el-Moezany Matroni Muserang Mbah Dalhar Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftahul Ulum Mila Novita Mochtar Lubis Moh. Ghufron Cholid Mohamad Salim Aljufri Mohammad Kh. Azad Mohammad Yamin Muh. Khamdan Muhajir Arrosyid Muhammad Abdullah Muhammad Affan Adzim Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih AR Muhammad Amin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Ghannoe Muhammad Idrus Djoge Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Kosim Muhammad Muhibbuddin Muhammad Mukhlisin Muhammad Quraish Shihab Muhammad Subhan Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yasir Muhammad Yuanda Zara Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyiddin Mujtahid Muktamar Sastra Mulyadi SA Munawar A. Djalil Munawir Aziz Musa Ismail Musa Zainuddin Muslim Mustafa Ismail Mustami’ tanpa Nama Mustofa W Hasyim Musyafak Myrna Ratna N. Mursidi Nasaruddin Umar Nashih Nashrullah Naskah Teater Nasruli Chusna Nasrullah Thaleb Nelson Alwi Nevatuhella Ngarto Februana Nidia Zuraya Ninuk Mardiana Pambudy Nita Zakiyah Nizar Qabbani Nova Burhanuddin Noval Jubbek Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Fauzan Ahmad Nur Wahid Nurcholish Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Orasi Budaya Pangeran Diponegoro Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pesantren Tebuireng Pidato Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pramoedya Ananta Toer Prof. Dr. Nur Syam Profil Ma'ruf Amin Prosa Puisi Puji Hartanto Puji Santosa Pungkit Wijaya Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin PUstaka puJAngga Putera Maunaba Putu Fajar Arcana R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rakhmat Nur Hakim Ramadhan Alyafi Rameli Agam Rasanrasan Boengaketji Ratnaislamiati Raudal Tanjung Banua Reni Susanti Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Retno HY Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Rinto Andriono Risa Umami Riyadhus Shalihin Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rohman Abdullah S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifuddin Syadiri Saifudin Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Salahuddin Wahid Salamet Wahedi Salman Faris Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Pesantren Sastrawan Pujangga Baru Satmoko Budi Santoso Satriwan Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siswanto Siswoyo Sita Planasari A Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slavoj Zizek Snouck Hugronje Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana St Sularto Suci Ayu Latifah Sufyan al Jawi Sugiarta Sriwibawa Sulaiman Djaya Sundari Sungatno Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susringah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaiful Amin Syaifullah Amin Syarif Hidayat Santoso Syeikh Abdul Maalik Syeikh Muhammad Nawawi Syekh Abdurrahman Shiddiq Syekh Sulaiman al Jazuli Syi'ir Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tiar Anwar Bachtiar Tjahjono Widijanto Tok Pulau Manis Toko Buku PUstaka puJAngga Tu-ngang Iskandar Turita Indah Setyani Umar Fauzi Ballah Uniawati Universitas Indonesia Universitas Jember Usep Romli H.M. Usman Arrumy UU Hamidy Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wa Ode Zainab Zilullah Toresano Wahyu Aji Walid Syaikhun Wan Mohd. Shaghir Abdullah Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Fei Hung Y Alpriyanti Yanti Mulatsih Yanuar Widodo Yanuar Yachya Yayuk Widiati Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yopi Setia Umbara Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudi Latif Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusuf Suharto Zaenal Abidin Riam Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zakki Amali Zehan Zareez