Jumat, 08 Mei 2020

Slavoj Zizek dalam Puisi-puisi Ahmad Muchlish Amrin

: Kajian Soal Seksualitas dan Spiritualitas
Imam Nawawi *

Pandemi Covid-19 betul-betul meluluh-lantakkan aurat Barat sebagai negara super power. Tentu, pandangan itu lahir di tengah-tengah masyarakat yang selama ini mengagumi Barat secara berlebihan. Keyakinan itu tumbuh ketika ratusan jiwa melayang, nyaris seperti sedang ada perang.

Uniknya, Slavoj Zizek melihat aspek lain dari Covid-19 ini, sebagai alarm pengingat tentang pentingnya meterialisme (seksualitas) sebagai terowongan menuju spiritualitas. Tulisannya yang berjudul “Can Covid-19 remind us that SEX is an important channel for sprituality?,” diterbitkan Russian Today (RT) bertanggal 20 April 2020.

Di Indonesia, puisi-puisi Ahmad Muchlish Amrin bisa dibilang mendahului Zizek, terutama dalam memandang seksualitas sebagai channel ke arah spiritualitas, dan tidak perlu memulai dari fenomena parsial berupa merebaknya pandemi Covid-19. Buku antologi puisi berjudul “Damar Kembang” yang diterbitkan TeraSI Publisher, Bekasi, 2017, cukup representatif menempatkan A.M. Amrin sebagai “penyair kelamin” yang spiritualis. Sama serupa Zizek, A.M. Amrin juga menempatkan seks sebagai “yang-spiritual.”

Pertama-tama, Zizek mengatakan, “we will remember that sex between two people is a medium for spirituality.” Pernyataan ini di dalam konteks kebijakan pemerintah (Irish Health Service Executive) yang memberikan panduan melakukan hubungan seks di tengah pandemi Covid-19. Salah satu bunyi kebijakan itu, “Taking a break from physical and face-to face interactions is worth considering, especially if you usually meet your sex partners online”.

Terpisahnya dua tubuh pelaku seks, yang kemudian dimediasi dengan media online, adalah titik pelepasan manusia dari materi dan awal perjalanan menuju yang “spiritual”. Di sini Zizek lebih tegas menceritakan pengalaman pribadinya, yang mencoba memasuki dunia fantasi (spiritual) sekalipun sedang berhadapan langsung dengan tubuh fisik pasangannya. Ia berkata:

“Even when I am alone with my partner, my sexual interaction with him/her is inextricably intertwined with my fantasies, i.e., every sexual interaction is potentially structured like “masturbation with a real partner” – I use the flesh and body of my partner as a prop to realize/enact my fantasies.”

Di level ini, puisi-puisi A.M. Amrin yang banyak bercerita tentang spiritualitas, ternyata juga dimulai dari titik stasiun keberangkatan berupa pengalaman seksualitas. Puisi berjudul “Sajak Buang Pinang” (hlm. 12), bukti persoalan seks mengantarkannya pada ekstasi spiritual. A.M. Amrin mengatakan:

“...Aku meracik pinang/bercampur sirih berurat cabang/satu ke dalam diri, yang lain/kepada tuhan..”

Dalam bait lain pada judul puisi yang sama, A.M. Amrin menegaskan makna spiritualis buah pinang, yang dicampur madu dan telur, sehingga melahirkan efek spiritualitas. Ia mengatakan:

“...bila kau racik pinang muda/bercampur madu/tambahkan saja telur kuningnya/maka akarmu akan menghunjam-hunjam/di kedalaman birahi tuhan...”

Zizek memberi catatan penting, bahwa materialitas tubuh dan seksualitas, bukan perkara yang berjarak jauh dari spiritualitas fantasi, sebab keduanya sudah hadir sejak awal. Jadi, bagi Zizek, tidak perlu ada hirarki dan dominasi sosial, di mana materialitas dan spiritualitas bersaing untuk menjadi yang terdepan. Ia berkata, “We cannot reduce this gap between the bodily reality of a partner and the universe of fantasies to a distortion opened up by patriarchy and social domination or exploitation – the gap is here from the very beginning.”

Penolakan Zizek untuk mendistorsi ‘gap’ antara realitas part seks, dan jagad fantasi juga tercermen dalam puisi A.M. Amrin berjudul “Kepada Istriku” (hlm. 48). Ia mengatakan:

“...telah kutemukan matahari terbit/dan beredar di aliran darahmu/sinarnya terang bagai rinduku/bila malam bertandang, bulan/menyerupai rasa kangen..”

A.M. Amrin menyerupai argumentasi Zizek, di mana gap antara realitas tubuh tidak bisa dipisah dari jagad fantasi. Di dalam kata “kamu” yang merujuk pada “istri”, fantasi berupa kerinduan, dan rasa kangen dari diri penyair bergumul sejak awal (from the very beginning).

Representasi ide Zizek dalam puisi A.M. Amrin semakin kental, jika kita membaca puisinya berjudul “Kepada Ibuku” (hlm. 47). Sosok ibu sebagai realitas material, dan dimensi spiritual ketuhanan, telah melebur sejak awal. Ia mengatakan:

“...hatimu/tempatku sembahyang/tempatku menemukan tuhan/yang hilang/bila tangisku tangismu/dan tangismu adalah tangis-MU/tak perlu lagi kusimpan air mata...”

Zizek juga memberi catatan, bahwa salah satu mekanisme melepaskan kesadaran dari yang material menuju yang spiritual, dapat dilakukan melalui kekuatan verbal, kata-kata kotor dari pasangan seks yang memancing fantasi, dan imajinasi. Zizek mengatakan:

“...as part of sexual intercourse, one partner asks the other to go on talking, usually narrating something “dirty” – even when you hold in your hands the “thing itself” (the beloved partner’s naked body), this presence has to be supplemented by verbal fantasizing…”

Kekuatan kata-kata kotor bagai kekuatan mantra suci; sama-sama menghanyutkan kesadaran, dan melemparkannya ke dimensi fantasi yang spiritual. Penyair A.M. Amrin juga pelaku yang mengalami kakuatan kata sebagai pelepas dirinya dari yang material ke yang spiritual, seperti dalam puisi bertitel “Petik Laut” (hlm. 5):

“...dan buih di bibirku menjadi manik-manik mantra berkilau di bibirmu: sandoroaraikurcap cap sandoroaraikurjem. Meletuplah lidah gelombang menelan sampan-sampan. Dan melayanglah ruhku bersatu dengan ruhmu: ruh laut.”

Paragraf puitis di atas hendak menggambarkan bagaimana ritual Petik Laut, salah satu jenis ritual kebudayaan di Madura, berjalin kelindan dengan mantra-mantra yang verbalistik, dan hasil puncaknya berupa ekstasi spiritual, yakni penyatuan ruh manusia dengan ruh laut. Di sini dapat dikatakan, baik hubungan seksual seperti topik Zizek pun kultur Petik Laut yang dibahas A.M. Amrin, adalah perkara-perkara materialitas, yang akibat ada peran sentral bahasa verbal menjadi gerbang terbuka menuju dimensi spiritual.

Jika kita bertanya: mengapa manusia mampu lepas dari materialitas realitas ini, baik seksualitas maupun kegiatan sosial-kultural pada umumnya? Slavoj Zizek memberikan catatan penting. Ia mengatakan: “This worked for the actor because he was obviously not in a personal love relationship with the actress – her body was more a living sexbot for him.” Lalu sastrawan A.M. Amrin pun menjadika Petik Laut sebagai batu loncatan, dan dalam bahasa Zizek, A.M. Amrin itu “was obviously not in a personal love relationship with the” Petik Laut.

Sebagai penutup, saya ingin menyampaikan, jika Slavoj Zizek menyadarkan kita, bahwa di masa pandemi Covid-19 ini, seksualitas menjadi terowongan menuju dimensi spiritual. Maka, sejak tahun 2017 silam, A.M. Amrin sebagai Penyair Kelamin dari Madura sudah jauh-jauh membicarakannya melalui kumpulan puisinya, yang terbit berjudul “Damar Kembang”.

7 Mei 2020.

*) Santri Madura. Pecinta Kebudayaan. Penggemar kopi Madura.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Khoirul Anam A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.D. Zubairi A.S. Laksana Abd. Basid Abdul Aziz Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Abdul Hadi W.M. Abdul Rauf Singkil Abdul Rosyid Abdul Salam HS Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abu Nawas Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Ach. Tirmidzi Munahwan Achmad Faesol Adam Chiefni Adhitya Ramadhan Adi Mawardi Adian Husaini Aditya Ardi N Ady Amar Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Fahri Husein Agus Fathuddin Yusuf Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Baso Ahmad Fatoni Ahmad Hadidul Fahmi Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syafii Maarif Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rohim Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sahal Akhmad Taufiq Akhudiat Alang Khoiruddin Alang Khoirudin Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Aliansyah Allamah Syaikh Dalhar Alvi Puspita AM Adhy Trisnanto Ami Herman Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aminullah HA Noor Amir Hamzah Ammar Machmud Andri Awan Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjar Nugroho Anjrah Lelono Broto Antari Setyowati Anwar Nuris Arafat Nur Ariany Isnamurti Arie MP Tamba Arie Yani Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arifin Hakim Arman AZ Arwan Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Juanda Asep S. Bahri Asep Sambodja Asep Yayat Asif Trisnani Aswab Mahasin Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Azizah Hefni Azwar Nazir B Kunto Wibisono Babe Derwan Badrut Tamam Gaffas Bale Aksara Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Benke Berita Berita Duka Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budiawan Dwi Santoso Buku Kritik Sastra Candra Adikara Irawan Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chairul Abhsar Chairul Akhmad Chamim Kohari CNN Indonesia Cucuk Espe Cut Nanda A. D Zawawi Imron D. Dudu AR Dahta Gautama Damanhuri Zuhri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Danuji Ahmad Dati Wahyuni Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dede Kurniawan Dedik Priyanto Den Rasyidi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Detti Febrina Dewi Kartika Dian Sukarno Dian Wahyu Kusuma Didi Purwadi Dien Makmur Din Saja Djasepudin Djauharul Bar Djoko Pitono Djoko Saryono DM Ningsih Doddy Hidayatullah Donny Syofyan Dr Afif Muhammad MA Dr. Simuh Dr. Yunasril Ali Dudi Rustandi Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dyah Ratna Meta Novia E Tryar Dianto Ecep Heryadi Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Edy Susanto EH Ismail Eka Budianta Ekky Malaky Eko Israhayu Ellie R. Noer Emha Ainun Nadjib Esai Esha Tegar Putra Evi Melyati Fachry Ali Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faizal Af Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fazabinal Alim Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Fuad Mardhatillah UY Tiba Furqon Lapoa Fuska Sani Evani Geger Riyanto Ghufron Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur Gus Muwaffiq Gusriyono Gusti Grehenson H Marjohan H. Usep Romli H.M. Habibullah Hadi Napster Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Hamzah Fansuri Hamzah Sahal Hamzah Tualeka Zn Hanibal W.Y. Wijayanta Hanum Fitriah Haris del Hakim Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Basri Marwah Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Helmy Prasetya Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Heri Listianto Heri Ruslan Herry Lamongan Herry Nurdi Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hotnida Novita Sary Hudan Hidayat Husein Muhammad I Nyoman Suaka Ibn ‘Arabi (1165-1240) Ibn Rusyd Ibnu Sina Ibnu Wahyudi Idayati Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imadi Daimah Ermasuri Imam Hamidi Antassalam Imam Khomeini Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Nasri Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Kurniawan Indra Tjahyadi Inung As Irma Safitri Isbedy Stiawan Z.S. Istiyah Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar J Sumardianta Jadid Al Farisy Jalaluddin Jalaluddin Rakhmat Jamal Ma’mur Asmani Jamaluddin Mohammad Javed Paul Syatha Jaya Suprana Jember Gemar Membaca Jo Batara Surya Johan Wahyudi John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K. Muhamad Hakiki K.H. A. Azis Masyhuri K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin Kabar Pesantren Kafiyatun Hasya Kanjeng Tok Kasnadi Kazzaini Ks KH Abdul Ghofur KH. Irfan Hielmy Khansa Arifah Adila Khoirul Anwar Khoirur Rizal Umami Khoshshol Fairuz Kiai Muzajjad Kiki Mikail Kitab Dalailul Khoirot Kodirun Komunitas Deo Gratias Koskow Kritik Sastra Kurniawan Kurtubi Kuswaidi Syafi’ie Kyai Maimun Zubair Lan Fang Larung Sastra Leila S. Chudori Linda S Priyatna Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Asya Lukman Santoso Az M Arif Rohman Hakim M Hari Atmoko M Ismail M Thobroni M. Adnan Amal M. Al Mustafad M. Arwan Hamidi M. Bashori Muchsin M. Faizi M. Hadi Bashori M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Mustafied M. Nurdin M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki M.S. Nugroho M.Si M’Shoe Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahrus eL-Mawa Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mansur Muhammad Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marjohan Marsudi Fitro Wibowo Martin van Bruinessen Marzuki Wahid Marzuzak SY Masduri Mashuri Masjid Kordoba Masuki M. Astro Matroni Matroni el-Moezany Matroni Muserang Mbah Dalhar Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftahul Ulum Mila Novita Mochtar Lubis Moh. Ghufron Cholid Mohamad Salim Aljufri Mohammad Kh. Azad Mohammad Yamin Muh. Khamdan Muhajir Arrosyid Muhammad Abdullah Muhammad Affan Adzim Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih AR Muhammad Amin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Ghannoe Muhammad Idrus Djoge Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Kosim Muhammad Muhibbuddin Muhammad Mukhlisin Muhammad Quraish Shihab Muhammad Subhan Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yasir Muhammad Yuanda Zara Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyiddin Mujtahid Muktamar Sastra Mulyadi SA Munawar A. Djalil Munawir Aziz Musa Ismail Musa Zainuddin Muslim Mustafa Ismail Mustami’ tanpa Nama Mustofa W Hasyim Musyafak Myrna Ratna N. Mursidi Nasaruddin Umar Nashih Nashrullah Naskah Teater Nasruli Chusna Nasrullah Thaleb Nelson Alwi Nevatuhella Ngarto Februana Nidia Zuraya Ninuk Mardiana Pambudy Nita Zakiyah Nizar Qabbani Nova Burhanuddin Noval Jubbek Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Fauzan Ahmad Nur Wahid Nurcholish Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Orasi Budaya Pangeran Diponegoro Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pesantren Tebuireng Pidato Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pramoedya Ananta Toer Prof. Dr. Nur Syam Profil Ma'ruf Amin Prosa Puisi Puji Hartanto Puji Santosa Pungkit Wijaya Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin PUstaka puJAngga Putera Maunaba Putu Fajar Arcana R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rakhmat Nur Hakim Ramadhan Alyafi Rameli Agam Rasanrasan Boengaketji Ratnaislamiati Raudal Tanjung Banua Reni Susanti Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Retno HY Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Rinto Andriono Risa Umami Riyadhus Shalihin Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rohman Abdullah S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifuddin Syadiri Saifudin Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Salahuddin Wahid Salamet Wahedi Salman Faris Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Pesantren Sastrawan Pujangga Baru Satmoko Budi Santoso Satriwan Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siswanto Siswoyo Sita Planasari A Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slavoj Zizek Snouck Hugronje Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana St Sularto Suci Ayu Latifah Sufyan al Jawi Sugiarta Sriwibawa Sulaiman Djaya Sundari Sungatno Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susringah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaiful Amin Syaifullah Amin Syarif Hidayat Santoso Syeikh Abdul Maalik Syeikh Muhammad Nawawi Syekh Abdurrahman Shiddiq Syekh Sulaiman al Jazuli Syi'ir Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tiar Anwar Bachtiar Tjahjono Widijanto Tok Pulau Manis Toko Buku PUstaka puJAngga Tu-ngang Iskandar Turita Indah Setyani Umar Fauzi Ballah Uniawati Universitas Indonesia Universitas Jember Usep Romli H.M. Usman Arrumy UU Hamidy Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wa Ode Zainab Zilullah Toresano Wahyu Aji Walid Syaikhun Wan Mohd. Shaghir Abdullah Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Fei Hung Y Alpriyanti Yanti Mulatsih Yanuar Widodo Yanuar Yachya Yayuk Widiati Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yopi Setia Umbara Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudi Latif Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusuf Suharto Zaenal Abidin Riam Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zakki Amali Zehan Zareez