A. Mustofa Bisri
Jawa Pos, 15 Jan 2012
Masya Allah! Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun!
Tidak mungkin, tidak mungkin! Kang Maksum? Ah….
BERITA itu cepat beredar. Berita yang benar-benar mengguncang kotaku.
Di mana-mana—di pasar, di warung-warung, di perkantoran, di
sekolah-sekolah—berita itu mendominasi pembicaraan. Seperti biasa,
orang-orang pun asyik menduga-duga dan menganalisis.
Waktu itu media massa cetak dan elektronik belum seperti sekarang.
Seandainya itu terjadi sekarang, pastlah beritanya akan menjadi santapan
gurih pers. Akan menjadi perbincangan berhari-hari di media massa.
Tinjauan dari berbagai sudut dan aspek pun akan ramai dilontarkan para
pakar dan narasumber yang sengaja diundang.
Untunglah, waktu tiu pers belum seperti sekarang. Jadi, aku masih
bisa menghindar dari pembicaraan tentang berita itu. Berhari-hari aku
sengaja tidak keluar rumah agar tidak mendengar orang membicarakan
berita itu. Rasanya, aku belum bisa menerima hal itu terjadi pada diri
Kang Maksum.
Tapi, bagaimana menghindar dari pembicaraan tentang peristiwa yang
begitu dahsyat? Tidak keluar rumah pun, pembicaraan peristiwa itu terus
seperti menguntit dan menerorku. Seisi rumah seperti tidak pernah bosan
dengan topik itu. Akhirnya, aku menyerah. Menerima kenyataan dan, meski
sangat pahit, berusaha wajar menyikapi peristiwa yang mengguncang itu.
Kang Maksum meninggal. Itu saja sudah mengejutkan. Selama di pondok
pesantren, saya belum pernah mendengar Kang Maksum sakit meskipun
sekadar pilek. Dia tipe orang yang begitu perhatian menjaga kesegaran
badannya. Setiap pagi dan sore, pada saat mandi, Kang Maksum tidak hanya
menimba–dengan timba model senggot yang beratnya masya Allah—untuk
dirinya sendiri. Dia sengaja juga mengisi kulah-kulah untuk kawan-kawan
lain, terutama santri-santri kecil yang tak kuat menimba seperti saya.
Dia mengatakan bahwa apa yang dilakukannya itu tidak untuk
kepentingannya sendiri. “Ini membuat badanku sehat,” katanya.
Ah, Kang Maksum!
Terbayang olehku wajah Kang Maksum yang ganteng, yang selalu bersih
seperti baru saja mandi. Masih terngiang-ngiang bicaranya yang lembut
dan suaranya yang merdu bila membaca ayat-ayat Alquran atau membaca
kasidah Al Barzanji. Tidak mungkin, tidak mungkin! Kang Maksum? Ah….
Kang Maksumlah yang mengajariku qiraah; mengenalkanku kepada
nada-nada bayati, sika, dan hijazi di pesantren. Kang Maksum juga yang
sering memberiku ijazah doa-doa dan berbagai wirid; mulai doa dan wirid
agar mudah menghafal, agar tenang menghadapi setiap orang, agar hati
tenteram, hingga doa aneh agar dapat melihat jin.
Di pesantren kami, Kang Maksum memang dikenal sebagai santri senior
yang memiliki suara merdu setiap malam Jumat saat berjanjenan, acara
bersama-sama ber-shalawat nabi dengan membaca karya madah Syekh Jakfar
Al Barzanji, santri-santri selalu menunggu-nunggu giliran Kang Maksum
membaca kasidah-kasidahnya. Terutama, saat melantunkan kasidah yang
dimulai dengan “Ya Rabbi shalli ‘alaa Muhammad, ya Rabbi shalli ‘alaihi
wa sallim” atau “Ya Rasulullah salaamun ‘alaik, ya Rafi’asyaani
wad-darajati.” Santri-santri lain yang kemudian bersemangat menyahuti
lantunan itu berusaha ngepas-ngepaskan suara mereka dengan irama
lantunan Kang Maksum. Tapi mana mungkin. Di samping merdu, cengkok lagu
Kang Maksum memang sulit ditiru.
Di samping seni suara, Kang Maksum juga dikenal sebagai pendekar
silat yang lihai dan digdaya. Konon, dia punya aji lembu sekilan yang
membuatnya terbentengi dari pukulan dan aji welut putih yang membuatnya
sulit ditangkap. Setiap pesantren mengadakan perayaan, seperti mauludan
dan khataman, dan ada atraksi pencak silat, Kang Maksum yang mandegani,
yang mengatur siapa-siapa yang tampil. Siapa-siapa yang tampil dan untuk
silat keseimbangan; siapa yang tampil melawan siapa.
Biasanya, di akhir pertunjukan, Kang Maksum sendiri yang tampil
mendemonstrasikan kepiawaiannya. Itulah yang paling ditunggu-tunggu
penonton. Dengan gerakan tubuhnya yang ringan, Kang Maksum meloncat ke
arena panggung. Pertama-tama, diperagakan kejadukannya dengan
menghantamkan batu kali sebesar gentong atau pedang tajam ke
punggungnya—yang sedikit pun tidak membuat goyah kuda-kudanya. Kemudian,
dengan gagah dan lincah, Kang Maksum tidak hanya memamerkan jurus-jurus
istimewanya, tapi juga memainkan berbagai senjata tajam, seperti
pedang, tombak, dan trisula.
Sebenarnya banyak santri yang ingin belajar silat dan kejadukan Kang
Maksum. Tapi, kebanyakan tidak kuat melakukan tirakatnya. Kalau,
misalnya, hanya puasa seperti biasa, pasti banyak yang mampu. Ini tidak.
Ada puasa mutih, puasa dengan berbuka nasi saja, tidak pakai lauk apa
pun, selama 7 hari atau 40 hari. Ada puasa ngebleng, puasa sehari
semalam tanpa buka. Ada puasa pati geni, tidak hanya puasa sehari
semalam tanpa buka, tapi juga tanpa tidur. Bayangkan!
Kang Maksum sendiri memang ahli tirakat. Sejak entah umur berapa,
konon sejak kecil dia ngrowod. Bukan hanya puasa ndaud, sehari puasa
sehari buka, tapi ndaud dengan berbuka hanya umbi-umbian atau bulgur.
Sudah ngrowod begitu, setiap buka—kadang-kadang juga setiap sahur—Kang
Maksum makannya tidak lebih dari selapik cangkir.
***
Kelihatan sekali Kang Sofwan—seniorku dan kawan akrab Kang Maksum di
pondok pesantren—terburu-buru. Dengan singkat dia menyampaikan berita
itu. “Cepat sampean berpakaian,” katannya memerintah. “Kita ke sana
sekarang.” Aku masih terguncang. Laa hawla walaa quwwata illa billah.
Bagaimana mungkin hal itu terjadi? Kang Maksum? Ah, rasanya tidak masuk
akal.
“Cepat!” hardik Kang Sofwan tidak sabar.
Sampai di rumah Kang Maksum, kami lihat sudah banyak orang yang
datang. Beberapa di antaranya duduk-duduk di halaman dan sebagian lain,
yang kebanyakan kaum perempuan, berada di dalam rumah. Semuanya diam
atau berbisik-bisik. Sesekali isak tangis terdengar meningkahi bagai
irama gaib. Mbah Ghazali, modin paling tua di tempat kami, baru selesai
melakukan tugasnya.
***
Siapa yang pernah membayangkan? Kang Maksum meninggal terlindas
kereta api! Tubuhnya menjadi tiga bagian! La hawla wala quwwata illa
billah!
Hanya karena kelihaian Mbah Modin Ghazalli, jenazah itu dapat dipertautrapikan. Tapi, kebuncahan hati ini? Ah.
Berita itu cepat beredar. Berita yang benar-benar mengguncang kotaku.
Di mana-mana—di pasar, di warung-warung, di perkantoran, di
sekolah-sekolah—berita itu mendominasi pembicaraan. Seperti biasa,
orang-orang pun asyik menduga-duga dan menganalisis. Waktu itu media
massa cetak dan elektronik belum seperti sekarang. Seandainya itu
terjadi sekarang, pastilah beritanya akan menjadi santapan gurih pers.
Akan menjadi perbincangan berhari-hari di media massa. Tinjauan dari
berbagai sudut dan aspek pun akan ramai dilontarkan para pakar dan
narasumber yang sengaja diundang.
Untunglah, waktu itu pers belum seperti sekarang. Jadi, aku masih
bisa menghindar dari pembicaraan tentang berita itu. Berhari-hari aku
sengaja tidak keluar rumah agar tidak mendengar orang membicarakan
berita itu. Rasanya, aku belum bisa menerima hal itu terjadi pada diri
Kang Maksum.
Tapi, bagaimana menghindar dari pembicaraan tentang peristiwa yang
begitu dahsyat? Tidak keluar rumah pun, pembicaraan peristiwa itu terus
seperti menguntit dan menerorku. Seisi rumah seperti tidak pernah bosan
dengan topik itu. Akhirnya, aku menyerah. Menerima kenyataan dan, meski
sangat pahit, berusaha wajar menyikapi peristiwa yang mengguncang itu.
Melihat tubuh Kang Maksum yang demikian, orang sulit mengatakan bahwa peristiwa tragis yang menimpanya itu merupakan kecelakaan.
Lalu? Pasti bunuh diri. Begitu kesimpulan orang-orang yang tidak
mengenal Kang Maksum memastikan. Namun, bagi yang mengenalnya, seperti
aku dan Kang Sofwan, bunuh diri adalah hal yang paling mustahil
dilakukan oleh Kang Maksum.
Di samping cukup memiliki pengetahuan agama, Kang Maksum orang yang mencintai kehidupan.
Kah Zuhdi, alumnus pesantren kami yang lebih senior daripada Kang
Maksum dan Kang Sofwan, mencoba meyakinkan bahwa almarhum Kang Maksum
memang sengaja membiarkan dirinya dilindas kereta api untuk menjajal
“ilmu”.
“Aku dengar, sebelumnya Kang Maksum pernah membiarkan dirinya
ditabrak sepeda, motor, dokar, dan truk. Dan, sejauh itu, dia
selamat-selamat saja, tak kurang suatu apa.”
“Jadi,” lanjut Kang Zuhdi, “kemungkinan besar itu merupakan
kelanjutan dari uji coba tataran ilmu kekebalan Kang Maksum. Sayang,
rupanya kali ini tidak berhasil.”
Mungkin banyak yang menerima kesimpulan Kang Zuhdi itu. Tapi, aku dan
Kang Sofwan, yang sedaerah dan kenal baik dengan Kang Maksum serta
keluarganya, tetap tak bisa menerima. Tak ingin menerima. Tapi. (*)
Dijumput dari: http://lakonhidup.wordpress.com/2012/01/27/kang-maksum/
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Minggu, 15 April 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Khoirul Anam
A. Khoirul Anam
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A.C. Andre Tanama
A.D. Zubairi
A.S. Laksana
Abd. Basid
Abdul Aziz
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Gaffar
Abdul Hadi W.M.
Abdul Rauf Singkil
Abdul Rosyid
Abdul Salam HS
Abdul Wachid B.S.
Abdullah Alawi
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Abimardha Kurniawan
Abu Nawas
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Ach. Tirmidzi Munahwan
Achmad Faesol
Adam Chiefni
Adhitya Ramadhan
Adi Mawardi
Adian Husaini
Aditya Ardi N
Ady Amar
Adzka Haniina Al Barri
AF. Tuasikal
Afrizal Malna
Afrizal Qosim
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan Mn
Agus Buchori
Agus Fahri Husein
Agus Fathuddin Yusuf
Agus R. Sarjono
Agus Sulton
Agus Sunyoto
AH J Khuzaini
Ahmad Anshori
Ahmad Badrus Sholihin
Ahmad Baso
Ahmad Fatoni
Ahmad Hadidul Fahmi
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Maltup SA
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Muhli Junaidi
Ahmad Syafii Maarif
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Tohari
Ahmad Y. Samantho
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainur Rohim
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Fatoni
Akhmad Sahal
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Alang Khoiruddin
Alang Khoirudin
Ali Audah
Ali Mahmudi CH
Ali Rif’an
Aliansyah
Allamah Syaikh Dalhar
Alvi Puspita
AM Adhy Trisnanto
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Amin Hasan
Aminullah HA Noor
Amir Hamzah
Ammar Machmud
Andri Awan
Anindita S Thayf
Aning Ayu Kusuma
Anjar Nugroho
Anjrah Lelono Broto
Antari Setyowati
Anwar Nuris
Arafat Nur
Ariany Isnamurti
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arif Hidayat
Arif Saifudin Yudistira
Arifin Hakim
Arman AZ
Arwan
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Juanda
Asep S. Bahri
Asep Sambodja
Asep Yayat
Asif Trisnani
Aswab Mahasin
Atiqurrahman
Awalludin GD Mualif
Azizah Hefni
Azwar Nazir
B Kunto Wibisono
Babe Derwan
Badrut Tamam Gaffas
Bale Aksara
Bandung Mawardi
Bastian Zulyeno
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benny Benke
Berita
Berita Duka
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budiawan Dwi Santoso
Buku Kritik Sastra
Candra Adikara Irawan
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cawapres Jokowi
Cerpen
Chairil Anwar
Chairul Abhsar
Chairul Akhmad
Chamim Kohari
CNN Indonesia
Cucuk Espe
Cut Nanda A.
D Zawawi Imron
D. Dudu AR
Dahta Gautama
Damanhuri Zuhri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Danuji Ahmad
Dati Wahyuni
Dea Anugrah
Dea Ayu Ragilia
Dede Kurniawan
Dedik Priyanto
Den Rasyidi
Deni Jazuli
Denny JA
Denny Mizhar
Detti Febrina
Dewi Kartika
Dian Sukarno
Dian Wahyu Kusuma
Didi Purwadi
Dien Makmur
Din Saja
Djasepudin
Djauharul Bar
Djoko Pitono
Djoko Saryono
DM Ningsih
Doddy Hidayatullah
Donny Syofyan
Dr Afif Muhammad MA
Dr. Simuh
Dr. Yunasril Ali
Dudi Rustandi
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Rejeki
Dyah Ratna Meta Novia
E Tryar Dianto
Ecep Heryadi
Edeng Syamsul Ma’arif
Edy A Effendi
Edy Susanto
EH Ismail
Eka Budianta
Ekky Malaky
Eko Israhayu
Ellie R. Noer
Emha Ainun Nadjib
Esai
Esha Tegar Putra
Evi Melyati
Fachry Ali
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Faizal Af
Fajar Kurnianto
Fanani Rahman
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Fazabinal Alim
Festival Literasi Nusantara
Festival Sastra Gresik
Festival Teater Religi
Forum Santri Nasional
Fuad Mardhatillah UY Tiba
Furqon Lapoa
Fuska Sani Evani
Geger Riyanto
Ghufron
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin
Gus Dur
Gus Muwaffiq
Gusriyono
Gusti Grehenson
H Marjohan
H. Usep Romli H.M.
Habibullah
Hadi Napster
Halimi Zuhdy
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hamka
Hammam Fathulloh
Hamzah Fansuri
Hamzah Sahal
Hamzah Tualeka Zn
Hanibal W.Y. Wijayanta
Hanum Fitriah
Haris del Hakim
Harri Ash Shiddiqie
Hartono Harimurti
Hary B. Kori’un
Hasan Basri Marwah
Hasnan Bachtiar
Hasyim Asy’ari
Helmy Prasetya
Hendra Makmur
Hepi Andi Bastoni
Heri Listianto
Heri Ruslan
Herry Lamongan
Herry Nurdi
Heru Kurniawan
Hilmi Abedillah
Hotnida Novita Sary
Hudan Hidayat
Husein Muhammad
I Nyoman Suaka
Ibn ‘Arabi (1165-1240)
Ibn Rusyd
Ibnu Sina
Ibnu Wahyudi
Idayati
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Ilham Yusardi
Imadi Daimah Ermasuri
Imam Hamidi Antassalam
Imam Khomeini
Imam Nawawi
Imam Nur Suharno
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Nasri
Imron Tohari
Indonesia O’Galelano
Indra Kurniawan
Indra Tjahyadi
Inung As
Irma Safitri
Isbedy Stiawan Z.S.
Istiyah
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
J Sumardianta
Jadid Al Farisy
Jalaluddin
Jalaluddin Rakhmat
Jamal Ma’mur Asmani
Jamaluddin Mohammad
Javed Paul Syatha
Jaya Suprana
Jember Gemar Membaca
Jo Batara Surya
Johan Wahyudi
John Halmahera
Joko Pinurbo
Joko Widodo
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Junaidi
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
K. Muhamad Hakiki
K.H. A. Azis Masyhuri
K.H. Anwar Manshur
K.H. M. Najib Muhammad
K.H. Ma'ruf Amin
Kabar Pesantren
Kafiyatun Hasya
Kanjeng Tok
Kasnadi
Kazzaini Ks
KH Abdul Ghofur
KH. Irfan Hielmy
Khansa Arifah Adila
Khoirul Anwar
Khoirur Rizal Umami
Khoshshol Fairuz
Kiai Muzajjad
Kiki Mikail
Kitab Dalailul Khoirot
Kodirun
Komunitas Deo Gratias
Koskow
Kritik Sastra
Kurniawan
Kurtubi
Kuswaidi Syafi’ie
Kyai Maimun Zubair
Lan Fang
Larung Sastra
Leila S. Chudori
Linda S Priyatna
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP
Lukman Asya
Lukman Santoso Az
M Arif Rohman Hakim
M Hari Atmoko
M Ismail
M Thobroni
M. Adnan Amal
M. Al Mustafad
M. Arwan Hamidi
M. Bashori Muchsin
M. Faizi
M. Hadi Bashori
M. Harir Muzakki
M. Kanzul Fikri
M. Mustafied
M. Nurdin
M. Yoesoef
M. Yunis
M.D. Atmaja
M.H. Abid
M.Harir Muzakki
M.S. Nugroho
M.Si
M’Shoe
Mahamuda
Mahdi Idris
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Mahrus eL-Mawa
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mansur Muhammad
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Marjohan
Marsudi Fitro Wibowo
Martin van Bruinessen
Marzuki Wahid
Marzuzak SY
Masduri
Mashuri
Masjid Kordoba
Masuki M. Astro
Matroni
Matroni el-Moezany
Matroni Muserang
Mbah Dalhar
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Miftahul Ulum
Mila Novita
Mochtar Lubis
Moh. Ghufron Cholid
Mohamad Salim Aljufri
Mohammad Kh. Azad
Mohammad Yamin
Muh. Khamdan
Muhajir Arrosyid
Muhammad Abdullah
Muhammad Affan Adzim
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Ali Fakih AR
Muhammad Amin
Muhammad Anta Kusuma
Muhammad Ghannoe
Muhammad Idrus Djoge
Muhammad Itsbatun Najih
Muhammad Kosim
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Mukhlisin
Muhammad Quraish Shihab
Muhammad Subhan
Muhammad Wava Al-Hasani
Muhammad Yasir
Muhammad Yuanda Zara
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun AS
Muhyiddin
Mujtahid
Muktamar Sastra
Mulyadi SA
Munawar A. Djalil
Munawir Aziz
Musa Ismail
Musa Zainuddin
Muslim
Mustafa Ismail
Mustami’ tanpa Nama
Mustofa W Hasyim
Musyafak
Myrna Ratna
N. Mursidi
Nasaruddin Umar
Nashih Nashrullah
Naskah Teater
Nasruli Chusna
Nasrullah Thaleb
Nelson Alwi
Nevatuhella
Ngarto Februana
Nidia Zuraya
Ninuk Mardiana Pambudy
Nita Zakiyah
Nizar Qabbani
Nova Burhanuddin
Noval Jubbek
Nu’man ’Zeus’ Anggara
Nur Fauzan Ahmad
Nur Wahid
Nurcholish
Nurel Javissyarqi
Nuruddin Al Indunissy
Nurul Anam
Orasi Budaya
Pangeran Diponegoro
Parimono V / 40 Plandi Jombang
PC. Lesbumi NU Babat
PDS H.B. Jassin
Pesantren Tebuireng
Pidato
Politik
Pondok Pesantren Al-Madienah
Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang
PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan
Pramoedya Ananta Toer
Prof. Dr. Nur Syam
Profil Ma'ruf Amin
Prosa
Puisi
Puji Hartanto
Puji Santosa
Pungkit Wijaya
Purwanto
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
PUstaka puJAngga
Putera Maunaba
Putu Fajar Arcana
R. Ng. Ronggowarsito
Radhar Panca Dahana
Raedu Basha
Rahmat Sudirman
Rahmat Sularso Nh
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rakhmat Nur Hakim
Ramadhan Alyafi
Rameli Agam
Rasanrasan Boengaketji
Ratnaislamiati
Raudal Tanjung Banua
Reni Susanti
Resensi
Restoe Prawironegoro Ibrahim
Retno HY
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar
Rinto Andriono
Risa Umami
Riyadhus Shalihin
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rohman Abdullah
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifuddin Syadiri
Saifudin
Saiful Amin Ghofur
Sainul Hermawan
Sajak
Salahuddin Wahid
Salamet Wahedi
Salman Faris
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sandiaga Uno
Sanggar Pasir
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian Nuraini
Sastra Pesantren
Sastrawan Pujangga Baru
Satmoko Budi Santoso
Satriwan
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra Boenga Ketjil
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siswanto
Siswoyo
Sita Planasari A
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Slavoj Zizek
Snouck Hugronje
Sobih Adnan
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
St Sularto
Suci Ayu Latifah
Sufyan al Jawi
Sugiarta Sriwibawa
Sulaiman Djaya
Sundari
Sungatno
Sunu Wasono
Surya Lesmana
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Susringah
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyanto
Syaiful Amin
Syaifullah Amin
Syarif Hidayat Santoso
Syeikh Abdul Maalik
Syeikh Muhammad Nawawi
Syekh Abdurrahman Shiddiq
Syekh Sulaiman al Jazuli
Syi'ir
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Tiar Anwar Bachtiar
Tjahjono Widijanto
Tok Pulau Manis
Toko Buku PUstaka puJAngga
Tu-ngang Iskandar
Turita Indah Setyani
Umar Fauzi Ballah
Uniawati
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usep Romli H.M.
Usman Arrumy
UU Hamidy
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W.S. Rendra
Wa Ode Zainab Zilullah Toresano
Wahyu Aji
Walid Syaikhun
Wan Mohd. Shaghir Abdullah
Warung Boengaketjil
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Welly Adi Tirta
Wiwik Hastuti
Wiwik Hidayati
Wong Fei Hung
Y Alpriyanti
Yanti Mulatsih
Yanuar Widodo
Yanuar Yachya
Yayuk Widiati
Yeni Ratnaningsih
Yohanes Sehandi
Yopi Setia Umbara
Yosi M Giri
Yudhi Fachrudin
Yudi Latif
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Zaenal Abidin Riam
Zainal Arifin Thoha
Zainuddin Sugendal
Zakki Amali
Zehan Zareez
Tidak ada komentar:
Posting Komentar