Usman Arrumy
http://sastra-indonesia.com/
Jadzab, di dalam istilah tasawuf adalah suatu maqom atau keadaan di luar
kesadaran seseorang, atau bahkan, sudah tidak tertaklif secara syariat?
kali ini saya hendak mengawalinya dengan asal-usul lafadz JADZAB
terlebih dahulu, bahwa di dalam kamus bahasa arab mula dari JADZAB
adalah – Jadzaba-Yajdzibu-Jadzban – yang berarti mempunyai makna
”menarik”, sementara obyek atau maf’ulnya adalah majdzub yang berarti
mengandung makna tertarik, di dalam istilah sufi, biasanya jadzab di
gunakan terhadap situasi bagi seseorang yang sedang mengalami (khoriqul
adat) atau jenis yang lain,
seperti nyleneh, keluar dari adat kebiasaan umum,
atau mungkin bisa di kategorikan orang gila yang berkeramat, di katakan
gila sebab munculnya pemahaman bahwa jadzab adalah hilangnya keumuman
secara manusia, tentu beda dengan arti dari gila sendiri, sebab gila di
dalam bahasa arabnya adalah Junna- Junuunan – gila- atau,
Janna-Yajunnu-Jannan – yang artinya menutup- .Secara etimologis,
jadzdzaab adalah bentuk superlatif ( mubalaghah) dari kata jadzaba, yang
artinya “;menarik”;, dan dalam format superlatif dapat diartikan
“;sangat menarik”;. Dalam terminologi pesantren, ia sering digunakan
dalam konteks pengalaman batin dan pemahaman seseorang yang
dimanifestasikan dalam perbuatan dan kata yang kurang dapat dipahami
oleh publik.
namun di sini, saya tidak hendak memperpanjang pembahasan tentang jadzab
versi sufi, sebab saya- secara pribadi – hendak membahas jadzab dengan
melibatkan Antologi Puisi Lintas Pesantren yang baru terbit beberapa
waktu yang lalu, tentang sebuah puisi yang di tulis oleh 17 santri di
jawa, Antologi yang merangkum 128 puisi yang muncul dari telaga yang
wujudnya adalah pesantren, sebuah perjalanan dari angan ke fikiran, dari
lamun ke renungan, hingga menjadi satu titik, titik luruh jadi huruf,
huruf menjelma kata, kata di kutuk menjadi bahasa, sampai tercipta
sebagai puisi.
mekanisme yang terjadi selanjutnya adalah proses menuju suatu tikungan,
tikungan yang menyimpan beragam karya sastra, justru muncul dari
sekelompok orang yang lahir dari pesantren, atau yang lebih di kenal
dengan santri, sebab pada kenyataanya, riwayat yang secara umum muncul
dari pesantren adalah santri hanya bisa khotbah, tausyiah, dan
sejenisnya yang intinya hanya bersentuhan dengan kitab kuning, pendek
kata, santri ya hanya ngaji. padahal, jika mau me-replay sejenak
bagaimana di dalam pesantren ternyata paling dasar yang di ajarkan
adalah sastra, kita lihat, pertama jurumiyah, menerangkan tentang dasar
pengenalan bahasa, apalagi jika sudah merambah ke wilayah imriti? bahkan
alfiyah? atau uqudul juman bahkan mantiq?
tentu dari sini, pemahaman di atas bisa menjadi konklusi bahwa 17 santri
tersebut diamdiam mematahkan beragam anggapan dari luar dengan cara
membuat buku yang seluruhnya adalah puisi, mereka seakan ingin
menampilkan kepada publik bahwa ternyata santri juga bisa berpuisi dan
memuisi, kalau ternyata di dalam pesantren juga mengenal seni, lebih
jelas lagi, santri juga bisa menjadi penyair.
kembali lagi kepada pembahasan awal, JADZAB, sebuah judul dari buku yang
secara implisit mengambil dari salah satu judul puisi di dalam buku
tersebut, barangkali menyimpan esensi dari seluruh puisi yang di
suguhkan oleh 17 santri tersebut, jika di pertanyakan, mengapa musti di
beri judul JADZAB? sebagaimana yang tertulis di atas, arti dari
substansi kata JADZAB: gila! dalam pada itu, gila dengan artian
ketidakwarasan menulis kata sehingga yang muncul adalah berbeda dari
yang lainnya, keanehan yang bertubitubi melanda para santri itulah yang
mendasari terciptanya puisi, oleh karenanya, buku JADZAB itu mengambil
posisi strategis di atas panggung sastra sebagai puisi yang
keberadaannya adalah nyleneh, memang, estetika yang di pergunakan di
seluruh puisi tersebut hanya sebatas hurufhuruf biasa, bahkan terlihat
norak, tapi dari situ keanehan muncul justru dengan makna yang
terkandung di dalamnya, sebab pada dasarnya, keindahan kata macam
bagaimana yang mampu memikat seseorang jika ternyata hanya sebuah
susunan huruf tanpa ada makna, iya tentu, keindahan kata hanya hiasan
dari makna yang tersimpan di dalamnya, tidak lebih!
penekanan kata dan makna dari buku jadzab itu sendiri sebetulnya
terdapat pada nilai religiusnya, tidak mengedepankan estetika atau
kaidah tertentu dari pengertian puisi, namun tidak rela jika hanya di
katakan tulisan biasa, sebab pada kelayakan sebagai puisi, buku JADZAB
muncul dari perasaan, lebih dari itu, sejujurnya buku ini memang endapan
dari pemikiran para santri, oleh sebabnya, gramatikal yang di gunakan
kebanyakan menjurus pada khas keklasikan santri, namun simetris.
secara kenyataan, puisi dan santri memiliki relasi estetis, di antara
keduanya di temukan dimensi esoteris yang menjadi kekuatan ruh di
berbagai keseluruhan aktivitas, Belum lagi secara geneologis, kalau kita
telisik akar susastra santri yang terkonstruk melalui tradisi Diba’an,
maka akan kentara betul kedekatan pesantern dengan kultur sastrawi.
Pembacaan antologi puisi karya Abdurrahman Ad-Dayba’ie ini hampir
menjadi ritual yang dilakukan seminggu sekali oleh masyarakat pesantren.
Diba’, bahkan secara magis-mistis, dianggap sebagai doa untuk
penyembuhan dan ritus formal untuk keselamatan. Deskripsi di atas,
paling tidak telah memunculkan ”tesis” betapa eratnya kaitan tradisi
keilmuan pesantren dengan secangkir puisi, lalu menjadi embrio positif
apa yang kemudian dikenal dengan istilah sastra pesantren.
itulah barangkali substansi etis yang hendak di tampilkan 17 santri
dengan buku JADZAB-nya, meski banyak bertebaran di antara puisi di
dalamnya yang mengandung kesan paradoks dan ambigu, namun di situlah
keunikannya, tanpa memainkan unsur metafora dan nilai hiperbola, puisi
tak ubahnya obrolan ringan para santri saat mengadakan ritual tetapnya:
ngopi.
di dalam sampul buku JADZAB tertulis (sekumpulan sajak pesantren), ini
tentu setidaknya akan meruncingkan persoalan antara pengertian SAJAK dan
PUISI, sebab di dalam kata pengantar yang di tulis Dr. Suwardi
Endraswara ada kata yang menyebutkan puisi, berarti kontradiksi secara
redaksional? bagiku tidak. kalau begitu, saya hendak membahas keduanya.
saya hendak mengawali definisi puisi terlebih dahulu, menurutku secara
pribadi, puisi adalah pembebasan perasaan yang di gubah melalui ungkapan
dan di serat menjadi tulisan, lebih banyak menggunakan kata imajinatif
yang di padatkan dari cerita panjangnya, suatu pikiran yang memusat dari
seluruh struktur batin, bersifat emosional dengan menggunakan bahasa
yang artistik menurut keadaan, pendek kata, jika puisi itu harus di
definisikan berarti definisi puisi sebanyak orang yang mendefinisikan
puisi itu sendiri, oleh karena itu, barangkali anda mempunyai definisi
puisi secara privacy tanpa mengikut sertakan kaidah yang ada, dan itu,
sah-sah saja, sebab jika harus di lebarkan pengertian puisi itu maka
puisi sangat mengejawantah, ada puisi lama yang gaya bahasanya itu
statis dan klise, juga ada puisi baru yang gaya bahasanya itu dinamis,
namun di dalam seluruh pengertian puisi menurutku keberadaannya tidak
terikat oleh jumlah baris dan rima dan matra dan irama, sebab puisi
secara gholib, adalah individualitas sikap dari seseorang, fragmen dari
pengalaman atau tikaian dramatik yang tanpa batas, di dalam puisi
sendiri ada estetika atau di mustikan mempunyai arti semantiknya, namun,
ku sadarkan, buku JADZAB ini telah mengalami berbagai proses yang tidak
wajar, itulah sebabnya jika wujudnya juga aneh, aneh dalam arti beda
dari keumuman, jika di perluas lagi, puisi adalah penyampaian isi hati
yang muncul sebab keadaan tertentu, berdasarkan itu, maka akan timbul
ekspreksi yang berfungsi untuk memilih diksi, auditif, visual dan imaji
taktil guna menampilkan di dalam kata.
puisi, sebagai wahana untuk mengungkap perasaan, di dalam majas atau
metafora yang di bentuk menjadi kata, personifikasi atau eufemisme atau
paradoks yang selanjutnya adalah sebagai gaya bahasa puisi bagi
masingmasing orang, di luar pembahasan itu semua, di butuhkan suatu
pemusatan pikiran untuk mencapai suatu keadaan yang di awali dengan
sense lalu feliing, tone dan itention, mungkin kucukupkan sampai sini
dulu, sebab jika di paksa untuk membahas masalah puisi saja, butuh kolom
tertentu untuk merampungkannya, oleh sebabnya, meski penjabaran di atas
mungkin belum sangat mewakili pengertian puisi secara kaffah, namun
dari sini pula, paling tidak ada gambaran sedikit tentang pengertian
puisi, padahal belum lagi membahas jenis puisi secara kaidah dan bahkan
belum sempat mengisahkan asal dari kata ”puisi” itu sendiri, mungkin
lain waktu kita bahas. insya allah…
yang kedua yaitu sajak, sebetulnya tidak jauh beda dengan puisi, sebab
keduanya mempunyai unsur yang sama dari hukum awal: pembebasan perasaan.
namun sajak lebih mengedepankan esensi perasaan itu sendiri, berarti
lebih luas ketimbang puisi, biasanya sajak di sandarkan pada distikon,
kuatren dan sekstet untuk mewujudkannya, dalam pada itu, ketiganya bisa
lenyap jika ikatan emosioal seseorang melebihi standard umum, itulah
yang terjadi dalam buku JADZAB ini, tanpa ada kaidah yang mengikatnya
sehingga menjadi nyleneh.
berbicara tentang sajak, berarti mengacu terhadap perasaan, apapun
bentuknya, tidak harus indah, sebab perasaanlah yang akan
membahasakannya, sesuai pengalaman empirik seseorang dalam upaya
mewujudkannya menjadi kata, di dalam sajak ada periodisitas dari mula
sampai akhir, lebih mengaitkan sintaksis dan akustis secara berbarengan,
tegasnya, sajak adalah sebuah aktivitas yang bersifat sugestif dan
asosiatif.
selanjutnya, buku JADZAB ini secara eksplisit, hendak mempersembahkan
sebuah karya yang terbit dari pesantren, barangkali berangkat dari sini,
buku JADZAB ini di harapkan menjadi tolak ukur kemampuan santri di
wilayah sasta indonesia, meski di sadari, buku ini belum sepenuhnya
mampu mewakili seluruh pesantren di jawa, namun setidaknya bisa menjadi
oase bagi para santri khususnya untuk sejenak menyimak bahwa di dalam
buku JADZAB ada benda yang berbentuk puisi yang lalu di jadikan sebagai
renungan, ada santri yang mencoba tampil di depan publik, tanpa
bermaksut mencari intregitas untuk menjadi penyair, sesuai dengan
judulnya: JADZAB. apakah penulisnya se-JADZAB judulnya? apakah sajaknya
sesuai dengan cover bukunya? atau bahkan JADZAB hanya sebagai judul
belaka yang di ambil dari puisi yang ada di dalamnya? seluruh pertanyaan
itu tidak akan terjawab dengan tuntas sampai kapanpun jika anda belum
sempat membaca dan menyimak dan memahami seluruhnya puisi tersebut.
ini saya tampilkan puisi JADZAB di dalam Antologi JADZAB:
Jadzab
dia menyendiri dengan dzat yang maha sepi
dia menyatu dengan dzat yang maha satu
dia menepi dengan dzat yang maha sunyi
dia merindukan sang cinta
demikianlah…
ku lihat dia bertapa atas dunia
duniapun muak melihatnya
maka, dia meninggalkan dirinya sendiri
dari orang-orang menyendiri
demi bisa mendapat kebahagiaan haqiqi
rela dia dianggap tidak waras
demi bisa mencapai ridhonya
rela dia melepas kemewahan
demi bisa menggapai ihlas
rela dia menyembunyikan jubah kesufianya
kadang dia menyamar agar disangka sampah belukar
kadang dia berpakaian tak rapi agar tidak dikenali
kadang dia berpenampilan ngawur agar disangka amburadul
kadang dia pengayak padi juga penjual roti
agar sifat wali dan sufi tidak diketahui
demi apa dan siapa saja
rela dia merahasiakan segala apa dan siapa saja
pendek kata, kadang dia seperti wong edan
sesekali dia terbang meninggi menyendiri
dan menanggung segala resiko seorang diri
lalu khouf dan roja’ adalah dua sayap untuk berpasrah diri
agar terpisah dari nafsu dan perasaan hati
hingga dia mentalak dirinya sendiri
maka dia bukanlah muhrim bagi dunia
hingga diapun haram untuk menyentuhnya
baginya…semua yang tersaji di dunia
hanyalah bangkai-bangkai yang terserak di comberan
yang lain menganggapnya telah kufur
sebenarnya dia tenggelam dalam syukur
yang lain menduga mendengkur
sebenarnya dia terapung di laut tafakkur
yang lain mengira kafir
sebenarnya dia larut dalam sunyatnya dzikir
yang lain menduga murtad
sebenarnya dia mencuat dalam hakekat
yang lain mengira bejat
sebenarnya dia sedang munajat
yang lain mengira tersesat
sebenarnya dia menyelam dalam telaga kholwat
yang lain mengira hatinya goyah
sebenarnya dia sedang uzlah
yang lain menduga zina
sebenarnya dia lebur dalam fana
yang lain mengira gila
sebenarnya dia sedang bercinta
yang lain berprasangka hatinya redup tertutup kabut
hakekatnya dia qutub
dia khumul yang mengalami hulul sehingga menjadi wusul
mereka semua mengatakan dia terhijab
padahal dia sedang tengelam dalam jadzab
dia pun berbisik; aku tak peduli…
1 APRIL 2012. Jogoloyo Demak
Dijumput dari: http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150643506901777
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Minggu, 15 April 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Khoirul Anam
A. Khoirul Anam
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A.C. Andre Tanama
A.D. Zubairi
A.S. Laksana
Abd. Basid
Abdul Aziz
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Gaffar
Abdul Hadi W.M.
Abdul Rauf Singkil
Abdul Rosyid
Abdul Salam HS
Abdul Wachid B.S.
Abdullah Alawi
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Abimardha Kurniawan
Abu Nawas
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Ach. Tirmidzi Munahwan
Achmad Faesol
Adam Chiefni
Adhitya Ramadhan
Adi Mawardi
Adian Husaini
Aditya Ardi N
Ady Amar
Adzka Haniina Al Barri
AF. Tuasikal
Afrizal Malna
Afrizal Qosim
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan Mn
Agus Buchori
Agus Fahri Husein
Agus Fathuddin Yusuf
Agus R. Sarjono
Agus Sulton
Agus Sunyoto
AH J Khuzaini
Ahmad Anshori
Ahmad Badrus Sholihin
Ahmad Baso
Ahmad Fatoni
Ahmad Hadidul Fahmi
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Maltup SA
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Muhli Junaidi
Ahmad Syafii Maarif
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Tohari
Ahmad Y. Samantho
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainur Rohim
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Fatoni
Akhmad Sahal
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Alang Khoiruddin
Alang Khoirudin
Ali Audah
Ali Mahmudi CH
Ali Rif’an
Aliansyah
Allamah Syaikh Dalhar
Alvi Puspita
AM Adhy Trisnanto
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Amin Hasan
Aminullah HA Noor
Amir Hamzah
Ammar Machmud
Andri Awan
Anindita S Thayf
Aning Ayu Kusuma
Anjar Nugroho
Anjrah Lelono Broto
Antari Setyowati
Anwar Nuris
Arafat Nur
Ariany Isnamurti
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arif Hidayat
Arif Saifudin Yudistira
Arifin Hakim
Arman AZ
Arwan
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Juanda
Asep S. Bahri
Asep Sambodja
Asep Yayat
Asif Trisnani
Aswab Mahasin
Atiqurrahman
Awalludin GD Mualif
Azizah Hefni
Azwar Nazir
B Kunto Wibisono
Babe Derwan
Badrut Tamam Gaffas
Bale Aksara
Bandung Mawardi
Bastian Zulyeno
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benny Benke
Berita
Berita Duka
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budiawan Dwi Santoso
Buku Kritik Sastra
Candra Adikara Irawan
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cawapres Jokowi
Cerpen
Chairil Anwar
Chairul Abhsar
Chairul Akhmad
Chamim Kohari
CNN Indonesia
Cucuk Espe
Cut Nanda A.
D Zawawi Imron
D. Dudu AR
Dahta Gautama
Damanhuri Zuhri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Danuji Ahmad
Dati Wahyuni
Dea Anugrah
Dea Ayu Ragilia
Dede Kurniawan
Dedik Priyanto
Den Rasyidi
Deni Jazuli
Denny JA
Denny Mizhar
Detti Febrina
Dewi Kartika
Dian Sukarno
Dian Wahyu Kusuma
Didi Purwadi
Dien Makmur
Din Saja
Djasepudin
Djauharul Bar
Djoko Pitono
Djoko Saryono
DM Ningsih
Doddy Hidayatullah
Donny Syofyan
Dr Afif Muhammad MA
Dr. Simuh
Dr. Yunasril Ali
Dudi Rustandi
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Rejeki
Dyah Ratna Meta Novia
E Tryar Dianto
Ecep Heryadi
Edeng Syamsul Ma’arif
Edy A Effendi
Edy Susanto
EH Ismail
Eka Budianta
Ekky Malaky
Eko Israhayu
Ellie R. Noer
Emha Ainun Nadjib
Esai
Esha Tegar Putra
Evi Melyati
Fachry Ali
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Faizal Af
Fajar Kurnianto
Fanani Rahman
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Fazabinal Alim
Festival Literasi Nusantara
Festival Sastra Gresik
Festival Teater Religi
Forum Santri Nasional
Fuad Mardhatillah UY Tiba
Furqon Lapoa
Fuska Sani Evani
Geger Riyanto
Ghufron
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin
Gus Dur
Gus Muwaffiq
Gusriyono
Gusti Grehenson
H Marjohan
H. Usep Romli H.M.
Habibullah
Hadi Napster
Halimi Zuhdy
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hamka
Hammam Fathulloh
Hamzah Fansuri
Hamzah Sahal
Hamzah Tualeka Zn
Hanibal W.Y. Wijayanta
Hanum Fitriah
Haris del Hakim
Harri Ash Shiddiqie
Hartono Harimurti
Hary B. Kori’un
Hasan Basri Marwah
Hasnan Bachtiar
Hasyim Asy’ari
Helmy Prasetya
Hendra Makmur
Hepi Andi Bastoni
Heri Listianto
Heri Ruslan
Herry Lamongan
Herry Nurdi
Heru Kurniawan
Hilmi Abedillah
Hotnida Novita Sary
Hudan Hidayat
Husein Muhammad
I Nyoman Suaka
Ibn ‘Arabi (1165-1240)
Ibn Rusyd
Ibnu Sina
Ibnu Wahyudi
Idayati
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Ilham Yusardi
Imadi Daimah Ermasuri
Imam Hamidi Antassalam
Imam Khomeini
Imam Nawawi
Imam Nur Suharno
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Nasri
Imron Tohari
Indonesia O’Galelano
Indra Kurniawan
Indra Tjahyadi
Inung As
Irma Safitri
Isbedy Stiawan Z.S.
Istiyah
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
J Sumardianta
Jadid Al Farisy
Jalaluddin
Jalaluddin Rakhmat
Jamal Ma’mur Asmani
Jamaluddin Mohammad
Javed Paul Syatha
Jaya Suprana
Jember Gemar Membaca
Jo Batara Surya
Johan Wahyudi
John Halmahera
Joko Pinurbo
Joko Widodo
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Junaidi
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
K. Muhamad Hakiki
K.H. A. Azis Masyhuri
K.H. Anwar Manshur
K.H. M. Najib Muhammad
K.H. Ma'ruf Amin
Kabar Pesantren
Kafiyatun Hasya
Kanjeng Tok
Kasnadi
Kazzaini Ks
KH Abdul Ghofur
KH. Irfan Hielmy
Khansa Arifah Adila
Khoirul Anwar
Khoirur Rizal Umami
Khoshshol Fairuz
Kiai Muzajjad
Kiki Mikail
Kitab Dalailul Khoirot
Kodirun
Komunitas Deo Gratias
Koskow
Kritik Sastra
Kurniawan
Kurtubi
Kuswaidi Syafi’ie
Kyai Maimun Zubair
Lan Fang
Larung Sastra
Leila S. Chudori
Linda S Priyatna
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP
Lukman Asya
Lukman Santoso Az
M Arif Rohman Hakim
M Hari Atmoko
M Ismail
M Thobroni
M. Adnan Amal
M. Al Mustafad
M. Arwan Hamidi
M. Bashori Muchsin
M. Faizi
M. Hadi Bashori
M. Harir Muzakki
M. Kanzul Fikri
M. Mustafied
M. Nurdin
M. Yoesoef
M. Yunis
M.D. Atmaja
M.H. Abid
M.Harir Muzakki
M.S. Nugroho
M.Si
M’Shoe
Mahamuda
Mahdi Idris
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Mahrus eL-Mawa
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mansur Muhammad
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Marjohan
Marsudi Fitro Wibowo
Martin van Bruinessen
Marzuki Wahid
Marzuzak SY
Masduri
Mashuri
Masjid Kordoba
Masuki M. Astro
Matroni
Matroni el-Moezany
Matroni Muserang
Mbah Dalhar
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Miftahul Ulum
Mila Novita
Mochtar Lubis
Moh. Ghufron Cholid
Mohamad Salim Aljufri
Mohammad Kh. Azad
Mohammad Yamin
Muh. Khamdan
Muhajir Arrosyid
Muhammad Abdullah
Muhammad Affan Adzim
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Ali Fakih AR
Muhammad Amin
Muhammad Anta Kusuma
Muhammad Ghannoe
Muhammad Idrus Djoge
Muhammad Itsbatun Najih
Muhammad Kosim
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Mukhlisin
Muhammad Quraish Shihab
Muhammad Subhan
Muhammad Wava Al-Hasani
Muhammad Yasir
Muhammad Yuanda Zara
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun AS
Muhyiddin
Mujtahid
Muktamar Sastra
Mulyadi SA
Munawar A. Djalil
Munawir Aziz
Musa Ismail
Musa Zainuddin
Muslim
Mustafa Ismail
Mustami’ tanpa Nama
Mustofa W Hasyim
Musyafak
Myrna Ratna
N. Mursidi
Nasaruddin Umar
Nashih Nashrullah
Naskah Teater
Nasruli Chusna
Nasrullah Thaleb
Nelson Alwi
Nevatuhella
Ngarto Februana
Nidia Zuraya
Ninuk Mardiana Pambudy
Nita Zakiyah
Nizar Qabbani
Nova Burhanuddin
Noval Jubbek
Nu’man ’Zeus’ Anggara
Nur Fauzan Ahmad
Nur Wahid
Nurcholish
Nurel Javissyarqi
Nuruddin Al Indunissy
Nurul Anam
Orasi Budaya
Pangeran Diponegoro
Parimono V / 40 Plandi Jombang
PC. Lesbumi NU Babat
PDS H.B. Jassin
Pesantren Tebuireng
Pidato
Politik
Pondok Pesantren Al-Madienah
Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang
PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan
Pramoedya Ananta Toer
Prof. Dr. Nur Syam
Profil Ma'ruf Amin
Prosa
Puisi
Puji Hartanto
Puji Santosa
Pungkit Wijaya
Purwanto
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
PUstaka puJAngga
Putera Maunaba
Putu Fajar Arcana
R. Ng. Ronggowarsito
Radhar Panca Dahana
Raedu Basha
Rahmat Sudirman
Rahmat Sularso Nh
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rakhmat Nur Hakim
Ramadhan Alyafi
Rameli Agam
Rasanrasan Boengaketji
Ratnaislamiati
Raudal Tanjung Banua
Reni Susanti
Resensi
Restoe Prawironegoro Ibrahim
Retno HY
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar
Rinto Andriono
Risa Umami
Riyadhus Shalihin
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rohman Abdullah
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifuddin Syadiri
Saifudin
Saiful Amin Ghofur
Sainul Hermawan
Sajak
Salahuddin Wahid
Salamet Wahedi
Salman Faris
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sandiaga Uno
Sanggar Pasir
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian Nuraini
Sastra Pesantren
Sastrawan Pujangga Baru
Satmoko Budi Santoso
Satriwan
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra Boenga Ketjil
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siswanto
Siswoyo
Sita Planasari A
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Slavoj Zizek
Snouck Hugronje
Sobih Adnan
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
St Sularto
Suci Ayu Latifah
Sufyan al Jawi
Sugiarta Sriwibawa
Sulaiman Djaya
Sundari
Sungatno
Sunu Wasono
Surya Lesmana
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Susringah
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyanto
Syaiful Amin
Syaifullah Amin
Syarif Hidayat Santoso
Syeikh Abdul Maalik
Syeikh Muhammad Nawawi
Syekh Abdurrahman Shiddiq
Syekh Sulaiman al Jazuli
Syi'ir
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Tiar Anwar Bachtiar
Tjahjono Widijanto
Tok Pulau Manis
Toko Buku PUstaka puJAngga
Tu-ngang Iskandar
Turita Indah Setyani
Umar Fauzi Ballah
Uniawati
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usep Romli H.M.
Usman Arrumy
UU Hamidy
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W.S. Rendra
Wa Ode Zainab Zilullah Toresano
Wahyu Aji
Walid Syaikhun
Wan Mohd. Shaghir Abdullah
Warung Boengaketjil
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Welly Adi Tirta
Wiwik Hastuti
Wiwik Hidayati
Wong Fei Hung
Y Alpriyanti
Yanti Mulatsih
Yanuar Widodo
Yanuar Yachya
Yayuk Widiati
Yeni Ratnaningsih
Yohanes Sehandi
Yopi Setia Umbara
Yosi M Giri
Yudhi Fachrudin
Yudi Latif
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Zaenal Abidin Riam
Zainal Arifin Thoha
Zainuddin Sugendal
Zakki Amali
Zehan Zareez
Tidak ada komentar:
Posting Komentar