Minggu, 22 Agustus 2021

BUDI DARMA, ORATOR DAN PENULIS SASTRA

Mengenang Guru Besar UNESA, Prof. Dr. H. Budi Darma, M.A

 
Umar Fauzi Ballah
 
Ibarat Quran punya hati, yakni surat Yasin. Ibarat teks punya rangkuman dan simpulan, sosok Budi Darma terangkum dalam "Pengakuan" di Solilokui, buku esai sastra terbaik yang pernah saya baca. Kala itu, saya belum kenal secara langsung dan baru menjadi maba di Unesa ketika buku itu saya baca. Untuk ukuran sastrawan sebesar beliau, pernyataan bahwa beliau menjadi pengarang karena takdir terasa aneh. Namun, di sisi lain pengakuan merendah ini-- dan memang saat saya mengenal beliau adalah sosok yang rendah hati--menggambarkan sesosok manusia yang fitrahnya memang tidak berdaya di hadapan takdir. Begitulah, dalam banyak hal, karyanya menggambarkan tokoh-tokoh yang tidak berdaya.
 
Ketika saya menjadi mahasiswa Sastra Indonesia Unesa, saya berharap kelak bisa mengikuti mata kuliah yang diampu Prof. Budi Darma, sang sastrawan besar yang patuh pada takdir itu. Sayangnya, beliau hanya mengajar mahasiswa jurusan sastra Inggris di S-1 dan pascasarjana. Itu pun adalah masa terakhir beliau mengajar di S-1, yakni mahasiswa angkatan 2004.
 
Sekali saya pernah nyelinap ikut mata kuliah yang Prof. Budi ampu, Literary Criticism, semester 5 atau di tahun 2006. Celakanya, saya tidak mengerti mata kuliah itu sebab beliau mengisi kuliah memakai full bahasa Inggris. Saya memilih duduk di bangku paling belakang. Suaranya nyaris tidak terdengar; mungkin karena saya duduk di belakang atau beliau sudah cukup sepuh. Yang menjengkelkan dari pengalaman itu adalah separuh mahasiswa di kelas itu tampak tidak memperhatikan beliau. Banyak yang tidak kenal siapa beliau, begitulah pengakuan Linna Ln  yang mengantarkan saya bisa ikut mata kuliah Prof. Budi. Setelah mata kuliah usai, saya minta tanda tangan beliau di novel Olenka.
 
Pengalaman berbanding terbalik dari saat nyelinap ikut mata kuliah Prof. Budi adalah pengalaman nimba ilmu beliau di berbagai seminar-seminar sastra, di luar formalitas kelas, yang jauh lebih bernas. Banyak momen ketika tiba gilaran beliau ceramah sastra, para hadiri khusuk menyimak paparan dengan cara khas beliau bertutur. Beliau berceramah kadang layaknya membacakan cerpen. Berkisah tentang berbagai tokoh sastra dunia, lalu masuk ke inti pembicaraan.
 
Puncak dari kelihaian Budi Darma ceramah sastra adalah ketika didaulat menjadi keynote speaker pada acara Festival Cak Durasim untuk program sastra, 11 November 2007. Seharian diskusi sastra berjalan semarak yang diawali peluncuran buku berjudul Pelayaran Bunga, Penyair Mutakhir Jawa Timur. Ketika tiba giliran Budi Darma menyampaikan ceramahnya, sore hari kala itu, ruangan mendadak senyap. Hadirin khusuk menyimak. Tidak ada suara apapun kecuali untaian kalimat demi kalimat yang keluar dari lisan beliau. Saking senyapnya, saya mengatakan, suara angin pun tidak terdengar. Pengalaman itu tidak pernah saya alami sebelumnya dan setelahnya untuk sebuah forum sastra. Saya ingat persis Riadi Ngasiran  menaruh alat perekam di samping sound. Di kemudian tahun, saya bertemu beliau hendak minta hasil rekaman itu. Sayangnya, beliau mengatakan lenyap entah ke mana.
 
Tulisan-tulisan Budi Darma, baik fiksi, esai sastra, bahkan esai politik, akan mudah kita dapatkan karena mengabadi. Namun, kita mungkin akan kangen mendengarkan ceramah sastra beliau yang bernas. Dan, itu sepertinya sulit akan kita dapatkan, padahal ceramah-ceramah sastranya sama bermutunya, sama asyiknya untuk dinikmati. Andaipun ceramah-ceramah itu ditranskrip, kita semata-mata kangen juga pada suara, pembawaan, dan intonasinya.
 
Rendah Hati
 
Orang yang pernah bersua dengannya, saya yakin, akan bersepakat bahwa Budi Darma adalah sosok yang bersahaja, low profil, rendah hati. Di balik keagungannya sebagai intelektual dan sastrawan, Budi Darma, berjalan sebagai manusia yang seolah-olah tidak memiliki predikat apapun.
 
Sama seperti kisah Wahyudi Siswanto, penulis buku Budi Darma Dunia dan Karyanya, saat menunggu Budi Darma di masjid Unesa, Ketintang, dan disapa dengan hangat, begitulah pertemuan saya secara intens dalam rangka wawancara untuk majalah Sesasi, FBS, Unesa, 2007 silam. Setelah mengisi mata kuliah untuk mahasiswa S-1, saya menemui beliau untuk maksud akan melakukan wawancara. Beliau mengatakan agar ditemui di kampus Pascasarjana Unesa, Ketintang, pukul 16.00.
 
Saya datang ke Pascasarjana, 30 menit sebelum waktu yang dijanjikan. Setelah melihat mahasiswa Pascasarjana keluar ruangan, saya mengintip hendak masuk. Namun, beliau tampak berbicara dengan lelaki paruh baya. Saya pun bersama seorang teman, menunggu di luar. Cukup lama dan saya merasa mulai gelisah. Kemudian Budi Darma keluar ruangan dan menyapa kami dengan hangat. Ternyata, beliau bersama rekannya menunggu di dalam untuk kedatangan kami. “Kami menunggu Mas Fauzi dari tadi...”
 
“Mohon maaf, Prof. Kami pikir Prof. Budi masih  ngobrol. Jadi, kami tidak berani masuk.”
 
Setelah peristiwa itu, Prof. Budi terus ingat pada saya dan selalu menyapa ketika bertemu di berbagai kesempatan seperti seminar sastra. Pertemuan terakhir saya dengan beliau terjadi tahun 2010 ketika Dies Natalis Unesa mengadakan acara Sinau Bareng Cak Nun dan Kiai Kanjeng.
 
Sekitar tahun 2013, ketika Pascasarjana Unesa mengundang Kiai Kanjeng dan Cak Nun, beliau SMS saya, “Mas Fauzi, Unesa ngundang Cak Nun. Tidak ke Unesa?” SMS itu membuat saya terharu: ada Kiai Kanjeng dan Cak Nun di Unesa dan ingatan beliau melesat pada saya. Sayangnya, saya sudah tidak tinggal di Surabaya lagi dan saya sampaikan pada beliau bahwa saat itu bertugas di Sumenep.
 
Kemarin, Sabtu, 21 Agustus 2021, Prof. Budi Darma kembali dan berbahagia dalam takdir-Nya sebagai manusia yang oleh kami yang masih tinggal di dunia akan dikenang ketinggian intelektualnya, keluruhan budinya, dan bernas karya-karyanya. Semoga tidak berlebihan saya katakan bahwa beliau sosok yang nyaris sempurna di dunia sastra: tulisan, ceramah, dan kesehariannya adalah keindahan itu sendiri.

(Sumenep, 22 Agustus 2021) http://sastra-indonesia.com/2021/08/budi-darma-orator-dan-penulis-sastra/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Khoirul Anam A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.D. Zubairi A.S. Laksana Abd. Basid Abdul Aziz Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Abdul Hadi W.M. Abdul Rauf Singkil Abdul Rosyid Abdul Salam HS Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abu Nawas Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Ach. Tirmidzi Munahwan Achmad Faesol Adam Chiefni Adhitya Ramadhan Adi Mawardi Adian Husaini Aditya Ardi N Ady Amar Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Fahri Husein Agus Fathuddin Yusuf Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Baso Ahmad Fatoni Ahmad Hadidul Fahmi Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syafii Maarif Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rohim Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sahal Akhmad Taufiq Akhudiat Alang Khoiruddin Alang Khoirudin Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Aliansyah Allamah Syaikh Dalhar Alvi Puspita AM Adhy Trisnanto Ami Herman Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aminullah HA Noor Amir Hamzah Ammar Machmud Andri Awan Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjar Nugroho Anjrah Lelono Broto Antari Setyowati Anwar Nuris Arafat Nur Ariany Isnamurti Arie MP Tamba Arie Yani Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arifin Hakim Arman AZ Arwan Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Juanda Asep S. Bahri Asep Sambodja Asep Yayat Asif Trisnani Aswab Mahasin Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Azizah Hefni Azwar Nazir B Kunto Wibisono Babe Derwan Badrut Tamam Gaffas Bale Aksara Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Benke Berita Berita Duka Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budiawan Dwi Santoso Buku Kritik Sastra Candra Adikara Irawan Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chairul Abhsar Chairul Akhmad Chamim Kohari CNN Indonesia Cucuk Espe Cut Nanda A. D Zawawi Imron D. Dudu AR Dahta Gautama Damanhuri Zuhri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Danuji Ahmad Dati Wahyuni Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dede Kurniawan Dedik Priyanto Den Rasyidi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Detti Febrina Dewi Kartika Dian Sukarno Dian Wahyu Kusuma Didi Purwadi Dien Makmur Din Saja Djasepudin Djauharul Bar Djoko Pitono Djoko Saryono DM Ningsih Doddy Hidayatullah Donny Syofyan Dr Afif Muhammad MA Dr. Simuh Dr. Yunasril Ali Dudi Rustandi Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dyah Ratna Meta Novia E Tryar Dianto Ecep Heryadi Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Edy Susanto EH Ismail Eka Budianta Ekky Malaky Eko Israhayu Ellie R. Noer Emha Ainun Nadjib Esai Esha Tegar Putra Evi Melyati Fachry Ali Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faizal Af Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fazabinal Alim Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Fuad Mardhatillah UY Tiba Furqon Lapoa Fuska Sani Evani Geger Riyanto Ghufron Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur Gus Muwaffiq Gusriyono Gusti Grehenson H Marjohan H. Usep Romli H.M. Habibullah Hadi Napster Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Hamzah Fansuri Hamzah Sahal Hamzah Tualeka Zn Hanibal W.Y. Wijayanta Hanum Fitriah Haris del Hakim Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Basri Marwah Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Helmy Prasetya Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Heri Listianto Heri Ruslan Herry Lamongan Herry Nurdi Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hotnida Novita Sary Hudan Hidayat Husein Muhammad I Nyoman Suaka Ibn ‘Arabi (1165-1240) Ibn Rusyd Ibnu Sina Ibnu Wahyudi Idayati Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imadi Daimah Ermasuri Imam Hamidi Antassalam Imam Khomeini Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Nasri Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Kurniawan Indra Tjahyadi Inung As Irma Safitri Isbedy Stiawan Z.S. Istiyah Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar J Sumardianta Jadid Al Farisy Jalaluddin Jalaluddin Rakhmat Jamal Ma’mur Asmani Jamaluddin Mohammad Javed Paul Syatha Jaya Suprana Jember Gemar Membaca Jo Batara Surya Johan Wahyudi John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K. Muhamad Hakiki K.H. A. Azis Masyhuri K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin Kabar Pesantren Kafiyatun Hasya Kanjeng Tok Kasnadi Kazzaini Ks KH Abdul Ghofur KH. Irfan Hielmy Khansa Arifah Adila Khoirul Anwar Khoirur Rizal Umami Khoshshol Fairuz Kiai Muzajjad Kiki Mikail Kitab Dalailul Khoirot Kodirun Komunitas Deo Gratias Koskow Kritik Sastra Kurniawan Kurtubi Kuswaidi Syafi’ie Kyai Maimun Zubair Lan Fang Larung Sastra Leila S. Chudori Linda S Priyatna Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Asya Lukman Santoso Az M Arif Rohman Hakim M Hari Atmoko M Ismail M Thobroni M. Adnan Amal M. Al Mustafad M. Arwan Hamidi M. Bashori Muchsin M. Faizi M. Hadi Bashori M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Mustafied M. Nurdin M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki M.S. Nugroho M.Si M’Shoe Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahrus eL-Mawa Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mansur Muhammad Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marjohan Marsudi Fitro Wibowo Martin van Bruinessen Marzuki Wahid Marzuzak SY Masduri Mashuri Masjid Kordoba Masuki M. Astro Matroni Matroni el-Moezany Matroni Muserang Mbah Dalhar Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftahul Ulum Mila Novita Mochtar Lubis Moh. Ghufron Cholid Mohamad Salim Aljufri Mohammad Kh. Azad Mohammad Yamin Muh. Khamdan Muhajir Arrosyid Muhammad Abdullah Muhammad Affan Adzim Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih AR Muhammad Amin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Ghannoe Muhammad Idrus Djoge Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Kosim Muhammad Muhibbuddin Muhammad Mukhlisin Muhammad Quraish Shihab Muhammad Subhan Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yasir Muhammad Yuanda Zara Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyiddin Mujtahid Muktamar Sastra Mulyadi SA Munawar A. Djalil Munawir Aziz Musa Ismail Musa Zainuddin Muslim Mustafa Ismail Mustami’ tanpa Nama Mustofa W Hasyim Musyafak Myrna Ratna N. Mursidi Nasaruddin Umar Nashih Nashrullah Naskah Teater Nasruli Chusna Nasrullah Thaleb Nelson Alwi Nevatuhella Ngarto Februana Nidia Zuraya Ninuk Mardiana Pambudy Nita Zakiyah Nizar Qabbani Nova Burhanuddin Noval Jubbek Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Fauzan Ahmad Nur Wahid Nurcholish Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Orasi Budaya Pangeran Diponegoro Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pesantren Tebuireng Pidato Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pramoedya Ananta Toer Prof. Dr. Nur Syam Profil Ma'ruf Amin Prosa Puisi Puji Hartanto Puji Santosa Pungkit Wijaya Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin PUstaka puJAngga Putera Maunaba Putu Fajar Arcana R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rakhmat Nur Hakim Ramadhan Alyafi Rameli Agam Rasanrasan Boengaketji Ratnaislamiati Raudal Tanjung Banua Reni Susanti Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Retno HY Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Rinto Andriono Risa Umami Riyadhus Shalihin Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rohman Abdullah S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifuddin Syadiri Saifudin Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Salahuddin Wahid Salamet Wahedi Salman Faris Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Pesantren Sastrawan Pujangga Baru Satmoko Budi Santoso Satriwan Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siswanto Siswoyo Sita Planasari A Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slavoj Zizek Snouck Hugronje Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana St Sularto Suci Ayu Latifah Sufyan al Jawi Sugiarta Sriwibawa Sulaiman Djaya Sundari Sungatno Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susringah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaiful Amin Syaifullah Amin Syarif Hidayat Santoso Syeikh Abdul Maalik Syeikh Muhammad Nawawi Syekh Abdurrahman Shiddiq Syekh Sulaiman al Jazuli Syi'ir Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tiar Anwar Bachtiar Tjahjono Widijanto Tok Pulau Manis Toko Buku PUstaka puJAngga Tu-ngang Iskandar Turita Indah Setyani Umar Fauzi Ballah Uniawati Universitas Indonesia Universitas Jember Usep Romli H.M. Usman Arrumy UU Hamidy Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wa Ode Zainab Zilullah Toresano Wahyu Aji Walid Syaikhun Wan Mohd. Shaghir Abdullah Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Fei Hung Y Alpriyanti Yanti Mulatsih Yanuar Widodo Yanuar Yachya Yayuk Widiati Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yopi Setia Umbara Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudi Latif Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusuf Suharto Zaenal Abidin Riam Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zakki Amali Zehan Zareez