Senin, 12 Juli 2021

SIAPAKAH MEREKA?

Taufiq Wr. Hidayat
 
Kisah ini bagaikan fiksi. Jangan-jangan memang fiksi. Konon kisah yang mirip fiksi atau memang fiksi ini, terjadi pada masa Khalifah al-Makmun (813-833). Tersebutlah seorang teolog agung. Namun kehidupannya sangat sederhana. Bersahaja. Ia yang kelak menjadi rujukan banyak orang dan ahli-ahli ilmu agama sesudahnya. Dia disebut dengan nama Tuan Hambal. Kesederhanaan hidupnya, membuat siapa pun tak pernah menduga bahwa dirinya adalah seorang teolog. Orang banyak mengenal kemashurannya dari mulut ke mulut, atau hanya dari karyanya yang menjadi buah bibir para ahli ilmu-ilmu agama di zamannya.
 
Dikisahkan oleh shahibul hikayat, sahdan pada suatu ketika, dalam pengembaraannya, Tuan Hambal singgah pada sebuah masjid di sebuah negeri nun jauh di sana, untuk mendirikan salat. Di dalam masjid itu terlihat banyak orang beribadah dengan khusyuk. Kekhusyukan para penghuni masjid itu menakjubkan. Mereka berdoa sambil mencucurkan air mata, atau bersujud begitu lama, atau membaca kitab suci dengan indah sekali. Melihat hal itu, Tuan Hambal mencari tempat paling tersembunyi dari perhatian, di pojok. Di pojok masjid itu, ia tertawa. Ia berusaha menahan tawa, tapi ia tetap tak bisa menahan, hingga tawanya seolah tersedak di tenggorokan.
 
Dalam sebuah buku kesaksian yang ditulisnya, Tuan Hambal menjelaskan perihal tawanya di antara orang-orang ahli ibadah yang khusyuk di rumah Tuhan tersebut. Siapakah mereka? Tulisnya. Kenapa membuatku tertawa sendiri? Tuan Hambal menjawab sendiri pertanyaannya. Merekalah ahli-ahli ibadah yang tak lagi membutuhkan ampunan. Lantaran mereka merasa tak pernah berbuat dosa. Padahal Tuhan lebih menyayangi seorang pendosa yang menyadari dosanya, lalu berharap ampunan-Nya daripada seribu ahli kebaikan tapi tak butuh ampunan karena merasa telah berbuat banyak sekali kebajikan. Ibadah formal mereka rajin dan sempurna. Tetapi mereka membiarkan penderitaan terjadi di sekitarnya. Masjid mereka megah, namun kemiskinan mengerikan di sekitarnya. Anak-anak terlantar. Keangkuhan dan kebakhilan melekat erat. Mungkinkah ibadah-ibadah formal itu sampai pada Tuhan, sedangkan persyaratan untuk sampai kepada Tuhan, yakni kelapangan dalam berbagi dan ketulusan hati, tak terpenuhi? Bisakah air mata dan ketundukan menjadi persembahan bagi Tuhan, jika air mata itu tak dicucurkan dari penderitaan hidup, dan ketundukan tak diperoleh dari gairah untuk saling menyelamatkan? Bukankah itu lucu? Dan kelucuan itu menghasilkan tawa, yakni tawa yang sangat menyedihkan.
 
Demikian Tuan Hambal menulis dalam buku kesaksiannya.
 
Sahdan sang shahibul hikayat kembali mengisahkan. Pada ketika yang lain, Tuan Hambal singgah di sebuah kedai. Di dalam kedai itu orang-orang melakukan maksiat. Menari. Minum minuman yang memabukkan. Perempuan-perempuan berbaju terbuka, berbaur dengan siapa saja laki-laki, berdansa, dan bersenang-senang. Tuan Hambal yang hanya singgah untuk melepaskan dahaga, kembali menyisih ke ujung sana, pada posisi yang tak mudah menjadi perhatian. Di situ, beliau pun menangis. Menangis haru dan bahagia.
 
“Apakah Tuan mendukung kemaksiatan?” tanya seseorang pada saat yang berlainan, ketika mendengar kisah itu secara diam-diam.
 
Tuan Hambal tidak menjawab. Ia menuliskan dalam sebuah buku kesaksiannya. Siapakah mereka yang di dalam kedai? Tanyanya. Ia menjawab sendiri pertanyaannya. Mereka adalah para pendosa. Para pendosa yang melakukan dosa karena kekosongan dan kebakhilan. Mereka tak sanggup menemukan kepuasan di dalam dirinya. Sehingga mengumbar diri, memuaskan diri, yakni diri yang tak pernah terpuaskan oleh segala kenikmatan dunia beserta segala isinya. Mereka telah mencelakai diri mereka sendiri. Betapa iba aku. Maka menangislah aku. Tulisnya.
 
Tuan Hambal melanjutkan kesaksiannya. Aku bersyukur kepada Tuhan seru sekalian alam. Bahwa hatiku tak sedikit pun memandang para pendosa itu dengan pandangan rendah. Mereka tak lebih rendah dari diriku, dan diriku tak lebih mulia dari mereka. Melainkan aku merasa, aku dan mereka adalah sama, yakni sama-sama makhluk Tuhan yang tak pernah ingin ditinggalkan meski sebagian kami begitu angkuh, sehingga tak bisa melihat kegembiraan yang mencelakakan dan kepedihan yang menyelamatkan. Kemudian aku pun menangis haru. Haru melihat mereka yang sangat menderita memuaskan dirinya yang tak pernah terpuaskan. Mereka menyiksa dirinya sendiri, mereka tidak selesai dengan dirinya sendiri. Perasaan haru itu aku tuangkan menjadi sehelai doa: “Tuhanku, mereka hamba-hamba-Mu jua. Kalau mereka Engkau laknat, mereka pasti tak akan sanggup. Maka ampunilah aku, ampunilah juga mereka. Dan biarkan mereka tetap menari sampai kelak ke dalam surga-Mu.”
 
Demikian kesaksian itu dituliskan Tuan Hambal.
 
Sadarul kalam, sebermula tersebutlah kisah. Seorang perempuan setengah baya meminta nasehat hukum agama kepada Tuan Hambal. Sang teolog agung yang kokoh ini, mendengarkan pengalaman seorang perempuan pemintal. Perempuan pemintal mengisahkan kehidupannya yang miskin dan ditindas struktur masyarakat yang tidak adil. Untuk membantu pendapatan suaminya dan menghidupi anak-anaknya, ia bekerja sebagai seorang pemintal. Pada malam hari, ia tidak dapat memintal karena gelap. Tapi malam itu, jalanan depan rumahnya disinggahi para kafilah yang membawa lampu-lampu terang di malam hari. Secara diam-diam, ia memanfaatkan lampu-lampu terang dari rombongan para kafilah itu untuk memintal hingga selesailah pekerjaannya.
 
“Dan pekerjaan saya selesai malam itu, Tuan Hambal. Saya mendapatkan upah dari pekerjaan saya itu, Tuan.”
 
“Bagus,” jawab Tuan Hambal yang agung.
 
“Tapi Tuan Hambal. Saya memintal dengan memanfaatkan lampu penerangan para kafilah tanpa meminta izin. Bagaimana hukumnya? Apakah uang dari pekerjaan saya itu tidak kotor dan dosa?” tanya si perempuan pemintal.
 
Sang imam yang luhur, Tuan Hambal yang agung, tercengang mendengar pertanyaan si perempuan pemintal. Pelan-pelan air mata meleleh di pipinya yang kokoh. Di tengah orang-orang menabrak segala hukum demi materi, kekuasaan, dan gundik simpanan yang muda, di tengah keserakahan para pemodal yang keji, masih ada seseorang yang tetap menjaga kesucian diri dan pekerjaannya walaupun tertindas. Setelah air mata mengalir di kedua pipinya, lalu seketika Tuan Hambal tertawa bahagia.
 
“Pulanglah. Tetap suci hasil pekerjaanmu. Kotor dan dosa jadi tanggungan penguasa dan orang kaya, karena kekuasaan dan kekayaan itu telah membiarkan rumahmu tanpa lampu.”
 
Tembokrejo, Muncar, 2021 http://sastra-indonesia.com/2021/07/siapakah-mereka/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Khoirul Anam A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.D. Zubairi A.S. Laksana Abd. Basid Abdul Aziz Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Abdul Hadi W.M. Abdul Rauf Singkil Abdul Rosyid Abdul Salam HS Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abu Nawas Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Ach. Tirmidzi Munahwan Achmad Faesol Adam Chiefni Adhitya Ramadhan Adi Mawardi Adian Husaini Aditya Ardi N Ady Amar Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Fahri Husein Agus Fathuddin Yusuf Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Baso Ahmad Fatoni Ahmad Hadidul Fahmi Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syafii Maarif Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rohim Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sahal Akhmad Taufiq Akhudiat Alang Khoiruddin Alang Khoirudin Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Aliansyah Allamah Syaikh Dalhar Alvi Puspita AM Adhy Trisnanto Ami Herman Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aminullah HA Noor Amir Hamzah Ammar Machmud Andri Awan Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjar Nugroho Anjrah Lelono Broto Antari Setyowati Anwar Nuris Arafat Nur Ariany Isnamurti Arie MP Tamba Arie Yani Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arifin Hakim Arman AZ Arwan Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Juanda Asep S. Bahri Asep Sambodja Asep Yayat Asif Trisnani Aswab Mahasin Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Azizah Hefni Azwar Nazir B Kunto Wibisono Babe Derwan Badrut Tamam Gaffas Bale Aksara Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Benke Berita Berita Duka Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budiawan Dwi Santoso Buku Kritik Sastra Candra Adikara Irawan Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chairul Abhsar Chairul Akhmad Chamim Kohari CNN Indonesia Cucuk Espe Cut Nanda A. D Zawawi Imron D. Dudu AR Dahta Gautama Damanhuri Zuhri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Danuji Ahmad Dati Wahyuni Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dede Kurniawan Dedik Priyanto Den Rasyidi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Detti Febrina Dewi Kartika Dian Sukarno Dian Wahyu Kusuma Didi Purwadi Dien Makmur Din Saja Djasepudin Djauharul Bar Djoko Pitono Djoko Saryono DM Ningsih Doddy Hidayatullah Donny Syofyan Dr Afif Muhammad MA Dr. Simuh Dr. Yunasril Ali Dudi Rustandi Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dyah Ratna Meta Novia E Tryar Dianto Ecep Heryadi Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Edy Susanto EH Ismail Eka Budianta Ekky Malaky Eko Israhayu Ellie R. Noer Emha Ainun Nadjib Esai Esha Tegar Putra Evi Melyati Fachry Ali Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faizal Af Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fazabinal Alim Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Fuad Mardhatillah UY Tiba Furqon Lapoa Fuska Sani Evani Geger Riyanto Ghufron Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur Gus Muwaffiq Gusriyono Gusti Grehenson H Marjohan H. Usep Romli H.M. Habibullah Hadi Napster Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Hamzah Fansuri Hamzah Sahal Hamzah Tualeka Zn Hanibal W.Y. Wijayanta Hanum Fitriah Haris del Hakim Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Basri Marwah Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Helmy Prasetya Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Heri Listianto Heri Ruslan Herry Lamongan Herry Nurdi Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hotnida Novita Sary Hudan Hidayat Husein Muhammad I Nyoman Suaka Ibn ‘Arabi (1165-1240) Ibn Rusyd Ibnu Sina Ibnu Wahyudi Idayati Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imadi Daimah Ermasuri Imam Hamidi Antassalam Imam Khomeini Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Nasri Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Kurniawan Indra Tjahyadi Inung As Irma Safitri Isbedy Stiawan Z.S. Istiyah Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar J Sumardianta Jadid Al Farisy Jalaluddin Jalaluddin Rakhmat Jamal Ma’mur Asmani Jamaluddin Mohammad Javed Paul Syatha Jaya Suprana Jember Gemar Membaca Jo Batara Surya Johan Wahyudi John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K. Muhamad Hakiki K.H. A. Azis Masyhuri K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin Kabar Pesantren Kafiyatun Hasya Kanjeng Tok Kasnadi Kazzaini Ks KH Abdul Ghofur KH. Irfan Hielmy Khansa Arifah Adila Khoirul Anwar Khoirur Rizal Umami Khoshshol Fairuz Kiai Muzajjad Kiki Mikail Kitab Dalailul Khoirot Kodirun Komunitas Deo Gratias Koskow Kritik Sastra Kurniawan Kurtubi Kuswaidi Syafi’ie Kyai Maimun Zubair Lan Fang Larung Sastra Leila S. Chudori Linda S Priyatna Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Asya Lukman Santoso Az M Arif Rohman Hakim M Hari Atmoko M Ismail M Thobroni M. Adnan Amal M. Al Mustafad M. Arwan Hamidi M. Bashori Muchsin M. Faizi M. Hadi Bashori M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Mustafied M. Nurdin M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki M.S. Nugroho M.Si M’Shoe Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahrus eL-Mawa Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mansur Muhammad Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marjohan Marsudi Fitro Wibowo Martin van Bruinessen Marzuki Wahid Marzuzak SY Masduri Mashuri Masjid Kordoba Masuki M. Astro Matroni Matroni el-Moezany Matroni Muserang Mbah Dalhar Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftahul Ulum Mila Novita Mochtar Lubis Moh. Ghufron Cholid Mohamad Salim Aljufri Mohammad Kh. Azad Mohammad Yamin Muh. Khamdan Muhajir Arrosyid Muhammad Abdullah Muhammad Affan Adzim Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih AR Muhammad Amin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Ghannoe Muhammad Idrus Djoge Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Kosim Muhammad Muhibbuddin Muhammad Mukhlisin Muhammad Quraish Shihab Muhammad Subhan Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yasir Muhammad Yuanda Zara Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyiddin Mujtahid Muktamar Sastra Mulyadi SA Munawar A. Djalil Munawir Aziz Musa Ismail Musa Zainuddin Muslim Mustafa Ismail Mustami’ tanpa Nama Mustofa W Hasyim Musyafak Myrna Ratna N. Mursidi Nasaruddin Umar Nashih Nashrullah Naskah Teater Nasruli Chusna Nasrullah Thaleb Nelson Alwi Nevatuhella Ngarto Februana Nidia Zuraya Ninuk Mardiana Pambudy Nita Zakiyah Nizar Qabbani Nova Burhanuddin Noval Jubbek Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Fauzan Ahmad Nur Wahid Nurcholish Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Orasi Budaya Pangeran Diponegoro Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pesantren Tebuireng Pidato Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pramoedya Ananta Toer Prof. Dr. Nur Syam Profil Ma'ruf Amin Prosa Puisi Puji Hartanto Puji Santosa Pungkit Wijaya Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin PUstaka puJAngga Putera Maunaba Putu Fajar Arcana R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rakhmat Nur Hakim Ramadhan Alyafi Rameli Agam Rasanrasan Boengaketji Ratnaislamiati Raudal Tanjung Banua Reni Susanti Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Retno HY Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Rinto Andriono Risa Umami Riyadhus Shalihin Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rohman Abdullah S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifuddin Syadiri Saifudin Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Salahuddin Wahid Salamet Wahedi Salman Faris Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Pesantren Sastrawan Pujangga Baru Satmoko Budi Santoso Satriwan Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siswanto Siswoyo Sita Planasari A Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slavoj Zizek Snouck Hugronje Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana St Sularto Suci Ayu Latifah Sufyan al Jawi Sugiarta Sriwibawa Sulaiman Djaya Sundari Sungatno Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susringah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaiful Amin Syaifullah Amin Syarif Hidayat Santoso Syeikh Abdul Maalik Syeikh Muhammad Nawawi Syekh Abdurrahman Shiddiq Syekh Sulaiman al Jazuli Syi'ir Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tiar Anwar Bachtiar Tjahjono Widijanto Tok Pulau Manis Toko Buku PUstaka puJAngga Tu-ngang Iskandar Turita Indah Setyani Umar Fauzi Ballah Uniawati Universitas Indonesia Universitas Jember Usep Romli H.M. Usman Arrumy UU Hamidy Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wa Ode Zainab Zilullah Toresano Wahyu Aji Walid Syaikhun Wan Mohd. Shaghir Abdullah Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Fei Hung Y Alpriyanti Yanti Mulatsih Yanuar Widodo Yanuar Yachya Yayuk Widiati Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yopi Setia Umbara Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudi Latif Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusuf Suharto Zaenal Abidin Riam Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zakki Amali Zehan Zareez