Minggu, 25 Juli 2021

Sepekan Jelang Lebaran

Isbedy Stiawan Z.S. *
suarakarya-online.com
 
IJAH yakin kalau Mas Parman akan pulang sepekan menjelang lebaran, seperti dia tulis dalam suratnya dua pekan lalu. Dia makin optimis tatkala suaminya menelepon lima hari lalu. Setengah berlari Ijah menuju rumah tetangganya yang memiliki pesawat telepon, karena lakinya menelepon ke pesawat itu.
 
“Kamu sehat-sehat kan? Si Gembul juga sehat, mana dia?” ujar Parman begitu telinga Ijah menempel di gagang telepon. Gembul adalah panggilan Parman buat anak kedua, yang sementara sebagai bungsu.
“Sehat, mas.
Mas juga?
 
Gembul sudah tidur… dia sehat,” jawab Ijah. Ia ingin sekali mencium suaminya itu, sekiranya pembicaraannya itu bukan melalui telepon. Dia sangat rindu.
 
Tiga tahun Parman menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI) di Kedah, Malaysia. Pilihan menjadi TKI setelah mendapat restu dari Ijah, setelah di desanya tak bisa lagi diolah demi hidup. Sawah-sawah mulai banyak mengering. Ladang-ladang habis terbakar oleh musim kemarau panjang, kebun-kebun tak lagi menghasilkan apa-apa lantaran tanahnya retak dan kerontang.
 
Tak ada pabrik di desa itu. Tak ada lowongan bagi buruh. Parman yang hanya buruh bagi pemilik sawah atau ladang, tak bisa berbuat apa-apa.
 
Sehari-harinya hanya bengong. Padahal hidup membutuhkan orang bekerja. Dengan kerja orang akan menghasilkan uang. Tak ada manusia yang memerlukan uang. Itulah pikiran Parman kala itu, maka tatkala ia izin menjadi TKI tak bisa menolak Ijah pun mengangguk.
 
Sebenranya Ijah yang berkeras ke Arab Saudi sebagai TKW. Sebab, upah bagi perempuan meski hanya pembantu rumah tangga lebih besar dibanding gaji yang diterima tenaga kerja lelaki. Hanya saja, cerita dan berita tentang nasib buruk para TKW di Arab Saudi, Malaysia, ataupun negara lain, membikin Parman tak merestui kepergian Ijah.
 
“Lebih baik aku yang jadi TKI dan kamu menjaga anak-anak,” kata Parman suatu malam, seusai menyantap singkong rebus. “Lelaki harus bekerja, harus mengolah hidup.
 
Sedangkan perempuan bertugas menuai hasil dan menjaga ladang yang menjadi kehormatan hidup,” lanjut Parman, entah kalimat dari mana yang dipetiknya itu.
 
Suaminya itu memilih Kedah, karena tak begitu jauh dari Indonesia. Kalau ada apa-apa, pikirnya, bisa segera melenting pulang. Tetapi batas tak pelak memudahkan seseorang. Meski jarak terbilang dekat, namun lain padang lain pula ikannya. Malaysia dan Indonesia sama-sama memiliki hukum. Jadi bukan antarprovinsi lagi. Itulah kenapa, sudah tiga tahun Parman tak bisa pulang, meski semula ia mendantangani kontrak hanya dua tahun.
 
Saat menelpon Ijah, dia mengaku kalau paspornya dipegang tauke agen pemberangkatan. Setiap dia meminta paspornya itu, kaki tangan agen selalu mengelak. Berbagai macam alasan, intinya paspor Parman ditahan.
 
Karena itulah dia tak bisa lolos dari negeri jiran tersebut. Parman juga takut ke keramaian, ia cemas digaruk polisi karena tak membawa paspor. Akhirnya Parman hanya bersembunyi di rumah sewaan teman-teman TKI. Dari satu rumah ke sewaan lainnya.
Meski Parman bisa diterima bekerja sebagai buruh bangunan.
 
Dengan upah yang tidak besar. Upah yang diterima hanya cukup makan sehari-hari, dan sedikit disimpan di dalam kasur yang sudah disilet sedikit bagian sisi kiri. Tidak ada yang tahu kalau Parman menyimpan uang di dalam kasur itu.
 
Ijah mulai ditumbuhi kegusaran terhadap nasib suaminya. Ia sudah mendatangi agent TKI yang memberangkatkan Parman. Hasilnya nihil. Mereka saling lempar tanggung jawab. Akhirnya Ijah mengalah, lalu tak lagi mendatangi agent TKI tersebut. Ia pasrah. Tapi ia juga yakin kalau Parman bisa selamat pulang ke tanah air.
***
 
DI Kedah, Parman banyak dibantu teman-teman TKI.
 
Jika ia tak bekerja, teman-teman senasib sesama dari Indonesia, bergantian memenuhi kebutuhan sehari-harinya: seperti makan, mengopi, dan tempat bermalam. Pernah rumah sewaan bagi TKI itu disatroni polisi Kerjaaan Malaysia, ingin merazia para TKI yang tak memunyai paspor atau surat-surat penting keberadaan di Malaysia. Untungnya Parman diselamatkan oleh Mamat TKI asal Sulawesi ke atas plafon. Parman bersembunyi di sana hingga para polisi meninggalkan rumah itu.
 
Ijah tertawa-tawa sewaktu Parman menceritakan kejadian itu, dengan gayanya yang humoris itu. “Kamu itu aneh mas Parman, mbok ya… jangan dibuat banyolan. Itu berbahaya, mas, untung ndak ketangkep…”
 
“Kalau masmu ketangkep, ya pasti dicambuk sama polisi-polisi itu!” kata Parman lagi ingin membikin lucu supaya Ijah tertawa. Kali ini istrinya tak mau tertawa. Ijah malah cemas.
“Sudahlah mas pulang aja. Minta bantuan sama siapa gitu…”
 
“Sama siapa minta bantuannya? Sama konjen Indonesia di Kedah? Ah, mereka tak mau ngurus-ngurus macem gini. Entah kalau kita punya uang”
“Jadi…”
“Ya, nunggu aja. Mas yakin kok paspor mas itu dikembalikan. Mas hanya…”
“Apa mas?”
 
Parman hampir saja keceplosan omong. Sebenarnya ia lari dari tempat kerjanya dulu. Karena sebagai supir pribadi, sudah tiga bulan tak dibayar gajinya oleh masjikannya. Akhirnya ia protes.
 
Majikannya yang orang India itu berang. Dia diusir. Parman berang, tak mau keluar sebelum gajinya dibayar.
 
Majikannya tetap tak mau bayar, karena alasan usahanya sedang pailit. Parman makin kesal. Suatu malam ia mengendap ke kamar majikannya, dan mencuri beberapa handphone serta sejumlah perhiasan.
Ia kabur dari rumah majikannya itu saat subuh mengembang.
 
Itulah petaka bagi Parman. Paspornya ditahan oleh agent, karena merasa bertanggung jawab kepada majikan itu. Sekitar setahun Parman tak memegang paspor, dan untungnya dia tidak terazia. Dan, ketika ia datangi agent itu dan bertemu dengan salah satu karyawannya, Parman diiming-imingi bahwa paspornya bisa diterimanya lagi asal memberi uang. Tentu tawaran yang menggiurkan. Barang-barang hasil curian yang ia titip dengan seseorang dari Jawa Timur yang sudah menjadi warganegara Malaysia, ia jual semuanya. Uang hasil penjualan itu ia serahkan ke karyawan itu, setelah paspor berada di tangannya.
 
Sejak ada paspor, Parman kembali sebagai supir. Kali ini ia bekerja kepada pengusaha katering dengan upah Rp 3,7 juta. Sudah setahun lebih Parman bekerja tanpa sesuatu apapun yang membuatnya cemas. Mungkin majikannya sudah melupakan ihwal pencurian. Barangkali majikan keturunan India itu mengakui kekhilafannya tak membayar gaji Parman, sehingga buruhnya pun mencuri. Entahlah.
 
Kini Parman lega. Dia bisa menelepon Ijah. Dia janji akan pulang sepekan menjelang Lebaran. Parman ingin menikmati sisa-sisa hari puasa Ramadhan bersama isteri dan kedua anaknya. Ingin pula berlebaran di kampung. Ia sudah rindu dengan ketupat buatan Ijah. Rindu salat tarawih bersama di surau.
 
Rindu bertadarus.
Ya! Cuma sampai sepekan menjelang Lebaran, Parman belum juga tiba. Tak ada telepon. Ijah selalu menunggu dipanggil tetangganya, dan berkata:
 
“Ini ada telepon dari Parman. Cepetlah, nanti dia bayar mahal.”
Panggilang itu tak ia terima. Bahkan, hingga tengah malam ia menunggu juga tak ada panggilan telepon.
 
Ijah mulai dirasuki kecemasan. Jantungnya berdegup kencang. Pikirannya karutmarut. Perasaannya balau. Barangkali bertonton benda tengah menghimpit pikiran dan perasaannya saat ini. Pada malam ke-24 Ramadhan, Ijah dipanggil tetangganya.
 
Ia segera berlari. Di benaknya hanya ada satu, pasti itu telepon dari Parman. Ada apakah gerangan yang menghalanginya sehingga tak jadi pulang?
 
“Mbak Ijah, saya temannya Parman. Suami mbak sekarang berada di kantor polisi. Dia ditangkap oleh majikannya dulu, saat hendak masuk ke bandara.” ujar suara di seberang telepon. Setelah itu terdengar tut tut tut.
Ijah pun tak bisa lagi bermimpi….
***
 
Lampung, 2 Agustus 2010.

*) Isbedy Stiawan ZS, lahir di Tanjungkarang, Lampung, dan hingga kini masih menetap di kota kelahirannya tersebut. Menulis puisi, cerpen, esai sastra dan opini sosial, politik, dan kebudayaan. sejumlah buku sastra yang telah diterbitkan oleh penerbit di Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta. http://sastra-indonesia.com/2010/09/sepekan-jelang-lebaran/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Khoirul Anam A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.D. Zubairi A.S. Laksana Abd. Basid Abdul Aziz Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Abdul Hadi W.M. Abdul Rauf Singkil Abdul Rosyid Abdul Salam HS Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abu Nawas Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Ach. Tirmidzi Munahwan Achmad Faesol Adam Chiefni Adhitya Ramadhan Adi Mawardi Adian Husaini Aditya Ardi N Ady Amar Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Fahri Husein Agus Fathuddin Yusuf Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Baso Ahmad Fatoni Ahmad Hadidul Fahmi Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syafii Maarif Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rohim Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sahal Akhmad Taufiq Akhudiat Alang Khoiruddin Alang Khoirudin Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Aliansyah Allamah Syaikh Dalhar Alvi Puspita AM Adhy Trisnanto Ami Herman Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aminullah HA Noor Amir Hamzah Ammar Machmud Andri Awan Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjar Nugroho Anjrah Lelono Broto Antari Setyowati Anwar Nuris Arafat Nur Ariany Isnamurti Arie MP Tamba Arie Yani Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arifin Hakim Arman AZ Arwan Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Juanda Asep S. Bahri Asep Sambodja Asep Yayat Asif Trisnani Aswab Mahasin Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Azizah Hefni Azwar Nazir B Kunto Wibisono Babe Derwan Badrut Tamam Gaffas Bale Aksara Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Benke Berita Berita Duka Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budiawan Dwi Santoso Buku Kritik Sastra Candra Adikara Irawan Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chairul Abhsar Chairul Akhmad Chamim Kohari CNN Indonesia Cucuk Espe Cut Nanda A. D Zawawi Imron D. Dudu AR Dahta Gautama Damanhuri Zuhri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Danuji Ahmad Dati Wahyuni Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dede Kurniawan Dedik Priyanto Den Rasyidi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Detti Febrina Dewi Kartika Dian Sukarno Dian Wahyu Kusuma Didi Purwadi Dien Makmur Din Saja Djasepudin Djauharul Bar Djoko Pitono Djoko Saryono DM Ningsih Doddy Hidayatullah Donny Syofyan Dr Afif Muhammad MA Dr. Simuh Dr. Yunasril Ali Dudi Rustandi Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dyah Ratna Meta Novia E Tryar Dianto Ecep Heryadi Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Edy Susanto EH Ismail Eka Budianta Ekky Malaky Eko Israhayu Ellie R. Noer Emha Ainun Nadjib Esai Esha Tegar Putra Evi Melyati Fachry Ali Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faizal Af Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fazabinal Alim Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Fuad Mardhatillah UY Tiba Furqon Lapoa Fuska Sani Evani Geger Riyanto Ghufron Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur Gus Muwaffiq Gusriyono Gusti Grehenson H Marjohan H. Usep Romli H.M. Habibullah Hadi Napster Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Hamzah Fansuri Hamzah Sahal Hamzah Tualeka Zn Hanibal W.Y. Wijayanta Hanum Fitriah Haris del Hakim Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Basri Marwah Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Helmy Prasetya Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Heri Listianto Heri Ruslan Herry Lamongan Herry Nurdi Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hotnida Novita Sary Hudan Hidayat Husein Muhammad I Nyoman Suaka Ibn ‘Arabi (1165-1240) Ibn Rusyd Ibnu Sina Ibnu Wahyudi Idayati Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imadi Daimah Ermasuri Imam Hamidi Antassalam Imam Khomeini Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Nasri Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Kurniawan Indra Tjahyadi Inung As Irma Safitri Isbedy Stiawan Z.S. Istiyah Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar J Sumardianta Jadid Al Farisy Jalaluddin Jalaluddin Rakhmat Jamal Ma’mur Asmani Jamaluddin Mohammad Javed Paul Syatha Jaya Suprana Jember Gemar Membaca Jo Batara Surya Johan Wahyudi John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K. Muhamad Hakiki K.H. A. Azis Masyhuri K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin Kabar Pesantren Kafiyatun Hasya Kanjeng Tok Kasnadi Kazzaini Ks KH Abdul Ghofur KH. Irfan Hielmy Khansa Arifah Adila Khoirul Anwar Khoirur Rizal Umami Khoshshol Fairuz Kiai Muzajjad Kiki Mikail Kitab Dalailul Khoirot Kodirun Komunitas Deo Gratias Koskow Kritik Sastra Kurniawan Kurtubi Kuswaidi Syafi’ie Kyai Maimun Zubair Lan Fang Larung Sastra Leila S. Chudori Linda S Priyatna Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Asya Lukman Santoso Az M Arif Rohman Hakim M Hari Atmoko M Ismail M Thobroni M. Adnan Amal M. Al Mustafad M. Arwan Hamidi M. Bashori Muchsin M. Faizi M. Hadi Bashori M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Mustafied M. Nurdin M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki M.S. Nugroho M.Si M’Shoe Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahrus eL-Mawa Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mansur Muhammad Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marjohan Marsudi Fitro Wibowo Martin van Bruinessen Marzuki Wahid Marzuzak SY Masduri Mashuri Masjid Kordoba Masuki M. Astro Matroni Matroni el-Moezany Matroni Muserang Mbah Dalhar Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftahul Ulum Mila Novita Mochtar Lubis Moh. Ghufron Cholid Mohamad Salim Aljufri Mohammad Kh. Azad Mohammad Yamin Muh. Khamdan Muhajir Arrosyid Muhammad Abdullah Muhammad Affan Adzim Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih AR Muhammad Amin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Ghannoe Muhammad Idrus Djoge Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Kosim Muhammad Muhibbuddin Muhammad Mukhlisin Muhammad Quraish Shihab Muhammad Subhan Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yasir Muhammad Yuanda Zara Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyiddin Mujtahid Muktamar Sastra Mulyadi SA Munawar A. Djalil Munawir Aziz Musa Ismail Musa Zainuddin Muslim Mustafa Ismail Mustami’ tanpa Nama Mustofa W Hasyim Musyafak Myrna Ratna N. Mursidi Nasaruddin Umar Nashih Nashrullah Naskah Teater Nasruli Chusna Nasrullah Thaleb Nelson Alwi Nevatuhella Ngarto Februana Nidia Zuraya Ninuk Mardiana Pambudy Nita Zakiyah Nizar Qabbani Nova Burhanuddin Noval Jubbek Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Fauzan Ahmad Nur Wahid Nurcholish Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Orasi Budaya Pangeran Diponegoro Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pesantren Tebuireng Pidato Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pramoedya Ananta Toer Prof. Dr. Nur Syam Profil Ma'ruf Amin Prosa Puisi Puji Hartanto Puji Santosa Pungkit Wijaya Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin PUstaka puJAngga Putera Maunaba Putu Fajar Arcana R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rakhmat Nur Hakim Ramadhan Alyafi Rameli Agam Rasanrasan Boengaketji Ratnaislamiati Raudal Tanjung Banua Reni Susanti Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Retno HY Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Rinto Andriono Risa Umami Riyadhus Shalihin Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rohman Abdullah S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifuddin Syadiri Saifudin Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Salahuddin Wahid Salamet Wahedi Salman Faris Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Pesantren Sastrawan Pujangga Baru Satmoko Budi Santoso Satriwan Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siswanto Siswoyo Sita Planasari A Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slavoj Zizek Snouck Hugronje Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana St Sularto Suci Ayu Latifah Sufyan al Jawi Sugiarta Sriwibawa Sulaiman Djaya Sundari Sungatno Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susringah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaiful Amin Syaifullah Amin Syarif Hidayat Santoso Syeikh Abdul Maalik Syeikh Muhammad Nawawi Syekh Abdurrahman Shiddiq Syekh Sulaiman al Jazuli Syi'ir Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tiar Anwar Bachtiar Tjahjono Widijanto Tok Pulau Manis Toko Buku PUstaka puJAngga Tu-ngang Iskandar Turita Indah Setyani Umar Fauzi Ballah Uniawati Universitas Indonesia Universitas Jember Usep Romli H.M. Usman Arrumy UU Hamidy Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wa Ode Zainab Zilullah Toresano Wahyu Aji Walid Syaikhun Wan Mohd. Shaghir Abdullah Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Fei Hung Y Alpriyanti Yanti Mulatsih Yanuar Widodo Yanuar Yachya Yayuk Widiati Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yopi Setia Umbara Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudi Latif Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusuf Suharto Zaenal Abidin Riam Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zakki Amali Zehan Zareez