Djasepudin *
Pikiran Rakyat, 02 Juli 2005
MANTAN Rektor IAIN Sunan Gunung Djati, Bandung, Rachmat Djatnika berbicara bahwa, sebelum agama Islam datang ke tatar Sunda, orang Sunda telah memiliki budaya, yang menjadi adat-istiadatnya. Gambaran ajaran dan budaya Sunda itu dapat dilihat dari pepatah-petitih, nasihat-nasihat, yang biasa didendangkan oleh anak-anak atau para remaja, yang merupakan hasil gubahan para bujangga Sunda.
Setelah Islam masuk ke tatar Sunda, baik dari arah barat maupun timur laut, Islam dianut oleh sebagian besar orang Sunda. Agama Islam tidak sulit dianut oleh orang Sunda, sebab ajaran Alquran dalam hakikatnya banyak memiliki kemiripan dengan adat yang sudah ada, meskipun materinya berbeda.
Wacana Islam adalah Sunda atau Sunda adalah Islam telah lama kita dengar dari berbagai kalangan. Pelbagai sudut pandang tentang wacana ini telah dikemukakan oleh para cendikiawan maupun budayawan. Sebagai gambaran, Teddy A.N. Muhtadin dan Deni Ahmad Fajar dengan apik dan baik telah menyusun kumpulan makalah ataupun tulisan ilmiah lainnya yang mengupas fenomena ini dalam satu buku yang diberi judul “Islam dan Sunda dalam Akulturasi Timbal Balik.”
Islam dan Sunda adalah ibarat gula jeung peueutna, keduanya tak mudah dipisahkan, menyatu dalam satu racikan nan bermutu. Orang Sunda tidak dikatakan Sunda kalau tidak ngislam, begitu pun sebaliknya, tidak afdal rasanya jika orang Islam di tatar Sunda jika tidak nyunda. Keduanya saling memberi juga saling melengkapi. Hal ini tidak hanya diakui oleh orang Sunda sendiri. Bahkan seorang misionaris sekelas Snouck Hourgronje sekalipun pernah mengatakan bahwa, selain Urang Minang, Ki Sunda juga dikenal sangat kental dengan keislamannya.
Islam-Sunda atau Sunda-Islam getarannya dapat dirasakan dalam pelbagai dimensi kehidupan. Termasuk dalam karya sastra. Sapardi Djoko Damono pernah bilang bahwa, sastra menampilkan gambaran kehidupan. Sastra berurusan dengan manusia dalam masyarakat: usaha manusia untuk menyesuailkan diri dan usahanya untuk mengubah masyarakat itu. Saini K.M lalu menanggapi, karya sastra yang dihasilkan pengarang harus melewati suatu proses kegiatan yang dinamakan kreativitas (rancage). Unsur terjelmanya kreativitas diperlukan dua unsur. Yaitu kesadaran manusia, yang memayungi kepekaannya, pikirannya, perasaan dan hasratnya. Dan unsur yang kedua adalah realitas, yaitu rangsangan-rangsangan, sentuhan-sentuhan, dan masalah-masalah yang melingkupi dan menggiatkan manusia itu.
Karena kehidupan masyarakat etnis Sunda terkenal dengan keislamannya, maka kerancagean para pengarang Sunda dalam bersastra hasilnya pun tidak akan jauh dari karya-karya yang berbau religius.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kata Religius berarti hal yang bersifat religi, bersifat keagamaan: Religi kepercayaan akan adanya kekuatan adikodrati di atas manusia: Kepercayaan (animisme, dinamisme): agama.
Sedangkan menurut Subijantoro Atmosuwito religius berasal dari kata latin religare berarti mengikat, religio berarti ikatan atau pengikatan, dalam arti bahwa, manusia harus mengikatkan diri pada Tuhan. Adapun religius adalah keterikatan manusia terhadap Tuhan sebagai sumber ketenteraman dan kebahagiaan.
**
DALAM ajaran Islam istilah religius pengertiannya sepadan dengan istilah aqidah. Menurut Nashir Abdul Karim, aqidah menurut bahasa berasal dari kata aqad, ‘ikatan’, penguatan, pemantapan dan pengikatan dengan kuat. Sedangkan menurut istilah, aqidah adalah keimanan yang teguh, yang tidak dihinggapi suatu keraguan apa pun bagi pemiliknya.
Subijantoro Atmosuwito lalu memberi definisi bahwa, religiusitas adalah religius feeling or sentiment atau perasaan keagamaan, perasaan keagamaan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan. Misalnya perasaan berdosa, perasaan takut, dan kebesaran Tuhan.
Sedangkan menurut Sayid Sabiq, religiusitas adalah keimanan, keimanan merupakan akidah dan pokok, yang di atasnya berdiri syari’at Islam, kemudian dari pokok itu keluarlah cabang-cabangnya yang berupa perbuatan (amal). Perbuatan dan keimanan, atau dengan kata lain aqidah dan syari’at. Keduanya itu antara satu dengan yang lain sambung-menyambung, berhubungan dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain.
Nilai religius Islam dalam sastra Sunda dapat dilihat dari pelbagai sudut pandang. Bisa dari nama dan asal pengarangnya. Judul karangan yang diberikannya. Ataupun hakikat karangan yang dibuatnya.
Nama dan asal pengarang merupakan pamuka lawang untuk meraba apakah karya tersebut bermuatan religius atau tidak. Tentunya nama-nama pengarang yang berawalan Taufik, Rahmat, Muhammad, Hidayat, Fitri, Anisa, atau Abdullah serta nama-nama yang berakhiran Maulana, Mubarok, Musa, ataupun Nurzaman selain nama-nama tersebut memang telah menjadi ciri khas nama-nama orang Sunda (Taufik menjadi Opik, Muhammad menjadi Mamad atau Omod, dan Abdullah menjadi Adul), nama-nama itu pun kuat dengan unsur keislamannya, karena nama-nama tersebut dicomot dari nama-nama pinilih yang terdapat dalam Alhadis atau Alquran.
Tempat asal pengarang merupakan unsur pendukung untuk membedah sebuah karya. Tentunya karya-karya pengarang yang tadinya berdomisili dari pesisir pantai dibandingkan dengan pengarang yang dumuk di pegunungan akan terasa perbedaannya. Pengarang yang berasal dari desa akan berbeda dengan pengarang yang tinggal di kota. Baik beda penggunaan bahasanya pun tema yang diangkatnya. Sebagai contoh karya-karya Hadi Aks (berasal dari pesisir Banten) atau Darpan Ariawinangun (berasal dari pesisir Karawang) amat berbeda dengan karya-karya Dadan Sutisna atau Dian Hendrayana, misalnya. Begitupula yang berkaitan dengan karya sastra yang bertendensi religius. Karya-karya Aam Amilia yang besar di kota metropolit Bandung (novel atau carponnya umumnya berkisahkan remaja-remaja kota) amat berbeda dengan karya-karya yang dihasilkan oleh Sarabunis Mubarok (karyanya menceritakan kehidupan desa) yang memang besar di lingkungan pesantren, yakni “kota santri” Tasikmalaya
**
JUDUL karangan dalam sebuah karya sastra merupakan daya tarik pertama yang ditawarkan kepada pembaca. Bagus jeleknya sebuah karya biasanya dapat tergambar dalam pemilihan judulnya. Sejak dulu judul-judul karangan dalam sastra Sunda nuansa religiusnya begitu kental kadar keislamannya. Sebagai bukti: “Wawacan Muslimin-muslimat,” “Babad Mekah,” “Sajarah Ambiya,” “Wawacan Parasa Adam,” “Wawacan Layang Syeh,” “Hadis Iblis,” atau “Wawacan Lampahing Para Wali Kabeh.” Itu dari karya sastra lama. Dalam sastra Sunda modern pun terdapat judul-judul yang memang mendeskripsikan nuansa religius keislaman, seperti, “Jiad Ajengan” dan “Ceurik Santri” karya Usep Romli, “Dongeng Enteng ti Pasantren” karya R.A.F., “Pahlawan-pahlawan ti Pasantren” karya S.A. Hikmat, atau “Siti Masyitoh” karya Ajip Rosidi, untuk menyebut beberapa judul saja.
Sedangkan hakikat karangan yang disodorkan oleh pengarang merupakan inti sari dari nilai-nilai religius Islam. Dalam tataran ini nama dan asal pengarang serta judul karangan bukanlah harga mati untuk menghakimi kadar kereligiusan sebuah karya. Karena menurut Usep Romli, bagi sastrawan Sunda, Islam bukan satu masalah yang harus diperdebatkan. Tetapi sudah menjadi unsur yang bersatu padu. Karena itu, unsur-unsur keislaman dalam sastra Sunda, terasa, teraba, dan terlihat berkesinambungan melalui bangunan sastra seutuhnya, serta diterima, dijalankan, dikerjakan tanpa reserve.
Tidak menutup kemungkinan walaupun orang dan judul karangannya berbau “kiri” tetapi isinya lebih islami dari karya-karya yang menjual perkara keislaman. Lihatlah karya-karya Ki Umbara yang terkumpul dalam buku “Urang Desa,” atau pada karangan-karangan lainnya yang sempat berserakan dalam majalah Mangle, dengan judul-judul karangan yang terkesan mistis, seperti “Diwadalkan ka Siluman,” “Nyupang,” dan “Kasilib,” misalnya, tetapi setelah membaca secara keseluruhan justru karya-karya yang berbau jurig itu justru tendensi unsur religius Islamnya begitu kental. Ki Umbara, dalam setiap karyanya seakan mengingatkan bahwa, yang namanya setan, pocong, wewe gombel, gederuwo, kuntilanak, atau apapun namanya adalah tidak ada. Itu semua hanya khayalan manusia saja. Dan ketakutan kita pada makhluk halus tersebut dapat dikalahkan jika kita beriman dengan taat.
Jelas, memang karya-karya dalam sastra Sunda sangat kental unsur religiusnya, terutama religius Islam. Hal ini sesuai dengan pendapat yang pernah dikemukakan oleh Usep Romli bahwa, dalam setiap karyanya, baik prosa maupun pusisi, dari karya baheula hingga karya teranyar, hampir semua pengarang pernah mengekspresikan keyakinannya selaku muslim. Meskipun tidak selamanya masalah keislaman dijadikan tema, tetapi warna keislaman selalu kentara.
Kentalnya unsur religius dalam sastra Sunda bukanlah omong kosong belaka. Kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Dalam tiga genre sastra berbeda; baik prosa (carpon, carita pondok), puisi, pun drama unsur religius Islam memang amat kentara dalam khazanah sastra Sunda. Setidaknya tiga orang sarjana telah membuktikannya. Mereka itu adalah: Ence Ali Sajidin dengan judul skripsi “Aspek Religiusitas Naskah Drama Carem” Karya R.H. Hidayat Suryalaga; Munawar Holil dengan judul skripsi “Aspek Religius Dalam Kumpulan Cerpen Jiad Ajengan karya Usep Romli”; dan Asrimaya Tejawulan dengan judul skripsi Religius “Islam Dalam Kumpulan Puisi Kalakay Mega karya Soni Farid Maulana.”
Rekreasi karya-karya sastra yang bernuansa religius terus belangsung. Baik dalam genre wawacan, sisindiran, guguritan hingga genre sajak, carpon dan drama. Melihat fenomena semakin banyaknya karya sastra yang dikhususkan bermuatan keagamaan, terutama setelah karya-karya Ki Umbara banyak mewarnai khazanah sastra Sunda, Ajip Rosidi menamai karya sastra yang menekankan pada unsur religius itu dengan istilah “sastra dakwah.”
Kiwari, sastra dakwah tidak hanya menjamur di petamanan sastra Sunda saja, dalam sastra Indonesia pun sami mawon. Apakah hal ini petanda kila-kila yang dilontarkan John Naisbith dan Patricia Aburden telah sampai pada uganya, dalam ramalannya, beliau berkata, pada abad XXI agama dan bahasa daerah akan menjadi dagangan penting. Wallahu’alam.***
*) Djasepudin, penulis dalam bahasa Sunda dan Indonesia. Pernah sekolah di SD Kandang Roda, Nangewer dan SMP Negeri 2 Cibinong, Bogor.
Dijumput dari: http://www.kompasiana.com/djadjas
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Khoirul Anam
A. Khoirul Anam
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A.C. Andre Tanama
A.D. Zubairi
A.S. Laksana
Abd. Basid
Abdul Aziz
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Gaffar
Abdul Hadi W.M.
Abdul Rauf Singkil
Abdul Rosyid
Abdul Salam HS
Abdul Wachid B.S.
Abdullah Alawi
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Abimardha Kurniawan
Abu Nawas
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Ach. Tirmidzi Munahwan
Achmad Faesol
Adam Chiefni
Adhitya Ramadhan
Adi Mawardi
Adian Husaini
Aditya Ardi N
Ady Amar
Adzka Haniina Al Barri
AF. Tuasikal
Afrizal Malna
Afrizal Qosim
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan Mn
Agus Buchori
Agus Fahri Husein
Agus Fathuddin Yusuf
Agus R. Sarjono
Agus Sulton
Agus Sunyoto
AH J Khuzaini
Ahmad Anshori
Ahmad Badrus Sholihin
Ahmad Baso
Ahmad Fatoni
Ahmad Hadidul Fahmi
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Maltup SA
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Muhli Junaidi
Ahmad Syafii Maarif
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Tohari
Ahmad Y. Samantho
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainur Rohim
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Fatoni
Akhmad Sahal
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Alang Khoiruddin
Alang Khoirudin
Ali Audah
Ali Mahmudi CH
Ali Rif’an
Aliansyah
Allamah Syaikh Dalhar
Alvi Puspita
AM Adhy Trisnanto
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Amin Hasan
Aminullah HA Noor
Amir Hamzah
Ammar Machmud
Andri Awan
Anindita S Thayf
Aning Ayu Kusuma
Anjar Nugroho
Anjrah Lelono Broto
Antari Setyowati
Anwar Nuris
Arafat Nur
Ariany Isnamurti
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arif Hidayat
Arif Saifudin Yudistira
Arifin Hakim
Arman AZ
Arwan
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Juanda
Asep S. Bahri
Asep Sambodja
Asep Yayat
Asif Trisnani
Aswab Mahasin
Atiqurrahman
Awalludin GD Mualif
Azizah Hefni
Azwar Nazir
B Kunto Wibisono
Babe Derwan
Badrut Tamam Gaffas
Bale Aksara
Bandung Mawardi
Bastian Zulyeno
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benny Benke
Berita
Berita Duka
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budiawan Dwi Santoso
Buku Kritik Sastra
Candra Adikara Irawan
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cawapres Jokowi
Cerpen
Chairil Anwar
Chairul Abhsar
Chairul Akhmad
Chamim Kohari
CNN Indonesia
Cucuk Espe
Cut Nanda A.
D Zawawi Imron
D. Dudu AR
Dahta Gautama
Damanhuri Zuhri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Danuji Ahmad
Dati Wahyuni
Dea Anugrah
Dea Ayu Ragilia
Dede Kurniawan
Dedik Priyanto
Den Rasyidi
Deni Jazuli
Denny JA
Denny Mizhar
Detti Febrina
Dewi Kartika
Dian Sukarno
Dian Wahyu Kusuma
Didi Purwadi
Dien Makmur
Din Saja
Djasepudin
Djauharul Bar
Djoko Pitono
Djoko Saryono
DM Ningsih
Doddy Hidayatullah
Donny Syofyan
Dr Afif Muhammad MA
Dr. Simuh
Dr. Yunasril Ali
Dudi Rustandi
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Rejeki
Dyah Ratna Meta Novia
E Tryar Dianto
Ecep Heryadi
Edeng Syamsul Ma’arif
Edy A Effendi
Edy Susanto
EH Ismail
Eka Budianta
Ekky Malaky
Eko Israhayu
Ellie R. Noer
Emha Ainun Nadjib
Esai
Esha Tegar Putra
Evi Melyati
Fachry Ali
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Faizal Af
Fajar Kurnianto
Fanani Rahman
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Fazabinal Alim
Festival Literasi Nusantara
Festival Sastra Gresik
Festival Teater Religi
Forum Santri Nasional
Fuad Mardhatillah UY Tiba
Furqon Lapoa
Fuska Sani Evani
Geger Riyanto
Ghufron
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin
Gus Dur
Gus Muwaffiq
Gusriyono
Gusti Grehenson
H Marjohan
H. Usep Romli H.M.
Habibullah
Hadi Napster
Halimi Zuhdy
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hamka
Hammam Fathulloh
Hamzah Fansuri
Hamzah Sahal
Hamzah Tualeka Zn
Hanibal W.Y. Wijayanta
Hanum Fitriah
Haris del Hakim
Harri Ash Shiddiqie
Hartono Harimurti
Hary B. Kori’un
Hasan Basri Marwah
Hasnan Bachtiar
Hasyim Asy’ari
Helmy Prasetya
Hendra Makmur
Hepi Andi Bastoni
Heri Listianto
Heri Ruslan
Herry Lamongan
Herry Nurdi
Heru Kurniawan
Hilmi Abedillah
Hotnida Novita Sary
Hudan Hidayat
Husein Muhammad
I Nyoman Suaka
Ibn ‘Arabi (1165-1240)
Ibn Rusyd
Ibnu Sina
Ibnu Wahyudi
Idayati
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Ilham Yusardi
Imadi Daimah Ermasuri
Imam Hamidi Antassalam
Imam Khomeini
Imam Nawawi
Imam Nur Suharno
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Nasri
Imron Tohari
Indonesia O’Galelano
Indra Kurniawan
Indra Tjahyadi
Inung As
Irma Safitri
Isbedy Stiawan Z.S.
Istiyah
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
J Sumardianta
Jadid Al Farisy
Jalaluddin
Jalaluddin Rakhmat
Jamal Ma’mur Asmani
Jamaluddin Mohammad
Javed Paul Syatha
Jaya Suprana
Jember Gemar Membaca
Jo Batara Surya
Johan Wahyudi
John Halmahera
Joko Pinurbo
Joko Widodo
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Junaidi
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
K. Muhamad Hakiki
K.H. A. Azis Masyhuri
K.H. Anwar Manshur
K.H. M. Najib Muhammad
K.H. Ma'ruf Amin
Kabar Pesantren
Kafiyatun Hasya
Kanjeng Tok
Kasnadi
Kazzaini Ks
KH Abdul Ghofur
KH. Irfan Hielmy
Khansa Arifah Adila
Khoirul Anwar
Khoirur Rizal Umami
Khoshshol Fairuz
Kiai Muzajjad
Kiki Mikail
Kitab Dalailul Khoirot
Kodirun
Komunitas Deo Gratias
Koskow
Kritik Sastra
Kurniawan
Kurtubi
Kuswaidi Syafi’ie
Kyai Maimun Zubair
Lan Fang
Larung Sastra
Leila S. Chudori
Linda S Priyatna
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP
Lukman Asya
Lukman Santoso Az
M Arif Rohman Hakim
M Hari Atmoko
M Ismail
M Thobroni
M. Adnan Amal
M. Al Mustafad
M. Arwan Hamidi
M. Bashori Muchsin
M. Faizi
M. Hadi Bashori
M. Harir Muzakki
M. Kanzul Fikri
M. Mustafied
M. Nurdin
M. Yoesoef
M. Yunis
M.D. Atmaja
M.H. Abid
M.Harir Muzakki
M.S. Nugroho
M.Si
M’Shoe
Mahamuda
Mahdi Idris
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Mahrus eL-Mawa
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mansur Muhammad
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Marjohan
Marsudi Fitro Wibowo
Martin van Bruinessen
Marzuki Wahid
Marzuzak SY
Masduri
Mashuri
Masjid Kordoba
Masuki M. Astro
Matroni
Matroni el-Moezany
Matroni Muserang
Mbah Dalhar
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Miftahul Ulum
Mila Novita
Mochtar Lubis
Moh. Ghufron Cholid
Mohamad Salim Aljufri
Mohammad Kh. Azad
Mohammad Yamin
Muh. Khamdan
Muhajir Arrosyid
Muhammad Abdullah
Muhammad Affan Adzim
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Ali Fakih AR
Muhammad Amin
Muhammad Anta Kusuma
Muhammad Ghannoe
Muhammad Idrus Djoge
Muhammad Itsbatun Najih
Muhammad Kosim
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Mukhlisin
Muhammad Quraish Shihab
Muhammad Subhan
Muhammad Wava Al-Hasani
Muhammad Yasir
Muhammad Yuanda Zara
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun AS
Muhyiddin
Mujtahid
Muktamar Sastra
Mulyadi SA
Munawar A. Djalil
Munawir Aziz
Musa Ismail
Musa Zainuddin
Muslim
Mustafa Ismail
Mustami’ tanpa Nama
Mustofa W Hasyim
Musyafak
Myrna Ratna
N. Mursidi
Nasaruddin Umar
Nashih Nashrullah
Naskah Teater
Nasruli Chusna
Nasrullah Thaleb
Nelson Alwi
Nevatuhella
Ngarto Februana
Nidia Zuraya
Ninuk Mardiana Pambudy
Nita Zakiyah
Nizar Qabbani
Nova Burhanuddin
Noval Jubbek
Nu’man ’Zeus’ Anggara
Nur Fauzan Ahmad
Nur Wahid
Nurcholish
Nurel Javissyarqi
Nuruddin Al Indunissy
Nurul Anam
Orasi Budaya
Pangeran Diponegoro
Parimono V / 40 Plandi Jombang
PC. Lesbumi NU Babat
PDS H.B. Jassin
Pesantren Tebuireng
Pidato
Politik
Pondok Pesantren Al-Madienah
Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang
PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan
Pramoedya Ananta Toer
Prof. Dr. Nur Syam
Profil Ma'ruf Amin
Prosa
Puisi
Puji Hartanto
Puji Santosa
Pungkit Wijaya
Purwanto
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
PUstaka puJAngga
Putera Maunaba
Putu Fajar Arcana
R. Ng. Ronggowarsito
Radhar Panca Dahana
Raedu Basha
Rahmat Sudirman
Rahmat Sularso Nh
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rakhmat Nur Hakim
Ramadhan Alyafi
Rameli Agam
Rasanrasan Boengaketji
Ratnaislamiati
Raudal Tanjung Banua
Reni Susanti
Resensi
Restoe Prawironegoro Ibrahim
Retno HY
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar
Rinto Andriono
Risa Umami
Riyadhus Shalihin
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rohman Abdullah
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifuddin Syadiri
Saifudin
Saiful Amin Ghofur
Sainul Hermawan
Sajak
Salahuddin Wahid
Salamet Wahedi
Salman Faris
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sandiaga Uno
Sanggar Pasir
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian Nuraini
Sastra Pesantren
Sastrawan Pujangga Baru
Satmoko Budi Santoso
Satriwan
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra Boenga Ketjil
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siswanto
Siswoyo
Sita Planasari A
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Slavoj Zizek
Snouck Hugronje
Sobih Adnan
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
St Sularto
Suci Ayu Latifah
Sufyan al Jawi
Sugiarta Sriwibawa
Sulaiman Djaya
Sundari
Sungatno
Sunu Wasono
Surya Lesmana
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Susringah
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyanto
Syaiful Amin
Syaifullah Amin
Syarif Hidayat Santoso
Syeikh Abdul Maalik
Syeikh Muhammad Nawawi
Syekh Abdurrahman Shiddiq
Syekh Sulaiman al Jazuli
Syi'ir
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Tiar Anwar Bachtiar
Tjahjono Widijanto
Tok Pulau Manis
Toko Buku PUstaka puJAngga
Tu-ngang Iskandar
Turita Indah Setyani
Umar Fauzi Ballah
Uniawati
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usep Romli H.M.
Usman Arrumy
UU Hamidy
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W.S. Rendra
Wa Ode Zainab Zilullah Toresano
Wahyu Aji
Walid Syaikhun
Wan Mohd. Shaghir Abdullah
Warung Boengaketjil
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Welly Adi Tirta
Wiwik Hastuti
Wiwik Hidayati
Wong Fei Hung
Y Alpriyanti
Yanti Mulatsih
Yanuar Widodo
Yanuar Yachya
Yayuk Widiati
Yeni Ratnaningsih
Yohanes Sehandi
Yopi Setia Umbara
Yosi M Giri
Yudhi Fachrudin
Yudi Latif
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Zaenal Abidin Riam
Zainal Arifin Thoha
Zainuddin Sugendal
Zakki Amali
Zehan Zareez
Tidak ada komentar:
Posting Komentar