Agus Buchori *
Perjalanana
berdirinya negara Indonesia tidak terlepas dari perjuangan orang-orang yang
bukan warga negara asli Indonesia. Mereka adalah para warga keturunan yang
berdedikasi dan mengakui bahwa walaupun mereka adalah peranakan. Di antara
mereka ada yang keturunan Tionghoa, Arab dan Eropa.
Mereka
lahir dan dibesarkan di bumi pertiwi Indonesia. Salah satu di antaranya adalah
warga keturunan Arab yang peranannya tidak bisa dibilang kecil dalam mewujudkan
kemerdekaan Indonesia. Ia adalah Abdul Rahman Baswedan yang lebih dikenal A.R.
Baswedan.
Di
antara warga keturunan Arab Indonesia terbagi menjadi dua golongan; kaum Arab
Asli (Wulaiti/totok) dan kaum keturunan Arab (Muwalad/peranakan). Kaum Wulaiti
berdarah Arab murni dan biasanya lahir serta besar dinegeri Arab, terutam
Hadramaut. Sedangkan Muwalad berdarah campuran dan dilahirkan serta dibesarkan di
Indonesia.
Terlahir
dari keluarga keturunan Arab, golongan Muwalad, A.R. Baswedan memberikan
teladan terhadap orang-orang Wulaiti maupun Muwalad bagaimana menjunjung tinggi
tanah kelahiran bukan atas asal keturunan semata-mata.
Biarpun
dia adalah keturunan arab namun ia mengakui bahwa tanah airnya adalah Indonesia
karena ia lahir dan dibesarkan dengan nilai nilai kebudayaan Indonesia bukan
dengan lingkungan budaya Arab. Ia memelopori bagaimana warga keturunan harus
berinteraksi dengan pribumi asli. Membaur dalam kehidupan bermasyarakat sebagai
warga negara yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Di
awal-awal mempraktikkan cara hidup bermasyarakat dengan cara membaur dengan
pribumi A.R. Baswedan banyak mendapat kecaman dari golongan Wulaiti. Mereka
para golongan Wulaiti tersebut beranggapan bahwa tanah airnya adalah arab
bukanlah Indonesia.
Baginya
Indonesia adalah tempat mencari nafkah saja. A.R. Baswedan berani bersebrangan
dengan mereka karena ia lahir dan dibesarkan di Indonesia maka ia berhak
menganggap Indonesia sebagai tanah airnya.
Terlahir
dari ayah Awad Baswedan dan ibu Aliyah dari Bangil di Surabaya, 9 September
1908. Berbarengan dengan tahun berdirinya Boedi Oetomo. Ia adalah seorang
nasionalis sejati bagi bangsa Indonesia dan khususnya peranakan Arab-Indonesia.
Ia juga jurnalis, pejuang kemerdekaan Indonesia, diplomat juga sastrawan
Indonesia.
Beliau
juga bisa disebut salah satu Founding Fathers (Bapak Bangsa) karena tercapat
sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha dan Persiapan Kemerdekaan Indonesia
(BPUPKI). Hal 4. Di dunia pers A.R. Baswedan seolah mendapat tempat yang
menyuburkan jiwa nasionalismenya.
Bersama
dengan sahabatnya seorang wartawan dan penulis kawakan Liem Koen Hian yang
keturunan tionghoa, yang pada saat itu sudah redaktur senior di harian
Melayu-Tionghoa, Sin Tit Po, A.R Baswedan banyak membuat karangan yang
bernuansa keindonesiaan.
Selama
bekerja di harian tersebut beliau banyak melepaskan kritik-kritik pada
pemerintah kolonial juga banyak memuat berita berita politik tentang pergerakan
kemerdekaan pada saat itu.
Sebagai
seorang diplomat, beliau termasuk tokoh yang terlibat dalam diplomasi yang
diketuai oleh the Grand Old Man, H. Agus Salim ke Timur Tengah untuk menggalang
pengakuan kemerdekaan Indionesia, dan mereka berhasil mendapatkan pengakuan
secara de jure dan de facto bagi kemerdekaan Republik Indonesia yaitu dari
Mesir dan Liga Arab.
A.R.
Baswedan juga layak menjadi teladan bagi seorang yang mengaku pejuang. Karakter
tanpa pamrih yang memang seharusnya dimiliki oleh para pejuang untuk
membuktikan dedikasinya terhadap apa apa yang telah diperjuangkannya. Walaupun
sempat menjabat menjadi Menteri Muda Penerangan namun rumah pun Beliau tidak
punya dan sehari-harinya beliau tinggal di rumah kontrakan.
Baswedan
membedakan dengan jelas arti berjuang dan bekerja. Itu ia buktikan dengan tidak
pernah meminta honor sebagai pengurus partai karena baginya partai adalah medan
perjuangan bukan untuk mencari uang. Itulah teladan yang bisa kita ambil dari
seorang A.R. Baswedan yang bisa berperan sebagai ayah yang sederhana, Politisi
yang lihai, wartawan yang berpena tajam juga seorang sastrawan.
Sebagai
seorang sastrawan saya kutipkan bait syair beliau yang bertitel “Nikmat
Rokhani”. Bangun, bangunlah benih!/ Jadilah pohon, berbuah bercabang,/ Biarkan
panas membakar usang,/ Biarkan hujan lebat tertuang,/ Untuk khalayak, didiri
malang,/ Namun adalah Tuhan Pengasih,/ Dia memberi nikmat ruhani!
Judul:
Biografi A.R. Baswedan Membangun Bangsa, Merajut Keindonesiaan
Penulis:
Suratmin dan Didi Kwartanada
Penerbit:
Penerbit Buku Kompas, Jakarta
Tahun:
2014
Tebal:
xliv+308 hlm
ISBN:
978-979-709-859-9
*) Peresensi adalah Arsiparis Lamongan,
Jawa Timur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar