Minggu, 22 Agustus 2010

Sastra, Ulama, dan Pesantren

Soni Farid Maulana
http://newspaper.pikiran-rakyat.com/

DALAM penyebaran agama Islam di Indonesia, kedudukan seni dan budaya mempunyai peran yang cukup penting di dalamnya. Berkaitan dengan itu, tak aneh kalau para ulama zaman dulu begitu luas pengetahuannya. Ia tidak hanya menguasai ilmu agama, tetapi juga menguasai ilmu seni dan budaya. Berkaitan dengan itu, kehidupan sastra di dunia pesantren bukan merupakan barang baru. Dibacakannya Kasidah Barzanji yang berkisah tentang keagungan Nabi Muhammad saw. merupakan salah satu contoh dari sekian karya sastra yang ditulis kalangan ulama pada zamannya.

Sementara itu, di dunia pesantren tradisional, kisah-kisah tentang para nabi dan para sahabatnya, pelajaran tentang haram, halal, dan keimanan, dilantunkan dalam nadoman. Lirik-lirik nadoman itu sendiri ditulis dalam bentuk puisi. Siapa lagi yang menulis lirik demikian itu, kalau bukan kalangan ulama, dan kalangan santri yang luas ilmu pengetahuannya. Baik mengenai pengetahuan bahasa, maupun pengetahuan umum lainnya.

Penyair Acep Zamzam Noor mengatakan hal itu dalam diksusi yang mengangkat tema “Kehidupan Sastra di Pesantren”, yang digelar Rabithah Ma’ahidil Islam (Asosiasi Pondok Pesantren) Jawa Barat bekerja sama dengan Panitia Pameran Buku 2009, Rabu (4/2) di Landmark Convention Hall, Jln. Braga No. 129 Bandung. Pameran buku itu dibuka secara resmi oleh Wali Kota Bandung, H. Dada Rosada, yang dalam kesempatan tersebut antara lain menganjurkan agar budaya baca buku terus ditingkatkan dalam kehidupan masyarakat.

Kebangkitan sastra pesantren dewasa ini terasa denyutnya, menurut penyair Acep Zamzam Noor, antara lain bisa dilihat pada bermunculannya sastrawan-sastrawan santri yang menulis karya sastra dengan sungguh-sungguh. Hal itu misalnya bisa kita lihat pada sejumlah karya yang ditulis oleh penyair Emha Ainun Nadjib, Ahmad Tohari, D. Zawawi Imron, dan A. Mustofa Bistri, yang kemudian disusul dengan hadirnya Ahmad Syubbanuddin Alwy, Abdidah El-Khaliqie, Hamdy Salad, dan Jamal D. Rachman.

Puisi yang ditulis ulama K.H. A. Mustofa Bisri bisa kita baca seperti ini, yang dipetik dari puisinya yang diberi judul Syahadat yang ditulis pada 1988: Inilah kesaksianku/Inilah pernyataanku/Inilah ikrarku//La ilaaha illa Llah/Tak ada yang boleh memperhambaku: kecuali Allah/Tapi nafsu terus memperhambaku//.

Puisi yang ditulis sepanjang tujuh belas bait itu berisikan kritik terhadap manusia yang dengan mudah mengucapkan syahadat, beriman kepada Allah SWT, tapi dalam perbuatannya sehari-hari tidak mencerminkan hal itu. Pada satu sisi manusia tahu bahwa melakukan tindak pidana korupsi itu merupakan sebuah perbuatan dosa, demikian juga dalam berzina. Tetapi perbuatan itu sering kali dilakukannya. Sebagai contoh, terkuaknya berbagai kasus tindak pidana korupsi dan perselingkuhan yang dilakukan oknum anggota DPR, belum lagi yang dilakukan anggota masyarakat, atau pejabat lainnya. Pendek kata, kritik yang dilontarkan A. Mustofa Bisri dalam puisinya itu juga mengarah kepada dirinya sendiri, yang termasuk ke dalam golongan kaum ulama. Jangan-jangan apa yang dilakukan ulama, dalam hal ini dirinya sendiri dalam melakukan perbuatan baik itu di hatinya terselip ingin dipuji orang. Jika ada niat yang demikian maka ibadahnya tidak tulus.

Puisi lainnya ditulis seorang santri dan juga belakangan dikenal sebagai ulama, Kiai D. Zawawi Imron adalah seperti kutipan ini: Membuka kulit nagasari/Isinya bukan pisang madu/tapi mayat anak gembala/Yang berseruling seriap senja//Membuang kulit nagasari/seorang nakhoda memungutnya/dan merobeknya jadi dua/separuh buat peta/separuh buat bendera kapalnya//.

Puisi yang ditulisnya ini penuh dengan kejutan-kejutan yang tidak hanya secara estetik, tetapi juga secara filosofis. Di dunia pesantren, mengolah kata dan belajar tata bahasa, atau belajar ilmu tentang ungkapan itu soal yang biasa. Kepandaian D. Zawawi Imron semacam itu adalah hasil dari pendalamannya mengolah bahasa di dunia pesantren.

Lepas dari persoalan tersebut, sebelum Emha, kita sudah mengenal Djamil Suherman, Fudoli Zaini, Kuntowijoyo, dan Hamka. Dalam perkembangan lebih lanjut, karya sastra yang bernapaskan Islam, tidak hanya ditulis kalangan santri yang bermukim di pesantren atau yang sudah keluar dari pesantren, tetapi juga ditulis mereka yang benar-benar punya minat untuk menyebarkan nilai-nilai keislaman secara sungguh-sungguh. Apa yang ditulis para sastrawan yang tergabung dalam organisasi Forum Lingkar Pena adalah sebuah fenomena yang menunjukkan bahwa sastra Indonesia bernapaskan Islam terus tumbuh dengan warna yang berbeda dari zaman ke zamannya.

“Sebelum Forum Lingkar Pena lahir, Abdul Hadi W.M. dan kawan-kawannya pernah pula mencetuskan gerakan sastra sufisme yang tumbuh dengan amat suburnya pada 1980-an,” ujar Acep Zamzam Noor.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Pondok Pesantren Jawa Barat, K.H. Abdul Chobir mengatakan, bangkitnya sastra pesantren yang ditulis ka-langan santri atau ulama seperti K.H. Mustafa Bisri patut kita sambut mengingat nilai-nilai yang dikandungnya banyak memberikan hikmah kepada para pembacanya.

“Berkaitan dengan itu, mari kita jaga tradisi kehidupan sastra di pesantren yang memang bukan merupakan barang baru. Mengapa kita harus menumbuhkembangkan kehidupan sastra di pesantren, antara lain karena nilai-nilai yang dikandung dalam karya sastra yang bernapaskan Islam itu memberikan pelajaran yang cukup baik untuk kita renungkan dalam menghadapi arus globalisasi nilai-nilai yang cenderung hedonistik dan menjauh dari nilai-nilai religius!” kata K.H. Abdul Chobir, yang sehari-harinya tinggal di Pesantren Cipasung, Tasikmalaya, Jawa Barat.
**

APA yang dikatakan penyair Acep Zamzam Noor dan K.H. Abdul Chobir, yang akrab dipanggil Mas Chobir ini memang tidak salah. Dalam sebuah esainya yang diberi judul “Menikmati Syiiran Kiai-kiai”, K.H. A. Mustafa Bisri mengatakan, “Bersyair-syair saya kira memang merupakan salah satu tradisi pesantren. Atau katakanlah secara khusus, tradisi para kiai atau ulama. Meskipun pada umumnya, bersyair-syair bagi mereka hanyalah selingan. Inilah warisan para pendahulu mereka.”

Apa yang dikatakan Mustafa Bisri dalam esainya itu pada satu sisi menggarisbawahi apa yang dikatakan Acep Zamzam Noor, apalagi bila kita merujuk pada zaman yang lebih jauh, misalnya pada zaman Jalaluddin Rumi, Attar, Hafiz, atau Sana’i, para penyair Persia Klasik yang notabene dikenal juga sebagai para ulama yang zuhud. Sementara Indonesia kita bisa merujuk pada Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga, atau pada zaman yang lebih dekat lagi dengan kita, ayahnya K.H. A. Mustafa Bisri, K.H. Bisri Mustofa juga menulis syair dalam huruf pegon (Sunda-Jawa).

Di Tatar Sunda, meski dalam bentuk dangding. Penghulu Haji Hasan Mustapa menulis juga sejumlah puisi dalam huruf pegon (Sunda-Arab). Hingga kini, menurut Ajip Rosidi, dalam sebuah esainya, Hasan Mustapa telah menulis lebih dari 10.000 bait dangding, yang di dalamnya banyak mengungkap persoalan-persoalan hubungan manusia dengan Tuhan, dengan lingkungan, dan alam. Tak jarang dalam dangding yang ditulis itu banyak pula mengkritik perilaku manusia itu sendiri, yang mengaku-ngaku beriman kepada Allah SWT, padahal dalam praktiknya jauh dari apa yang diakunya itu.

Kini, dunia kreativitas itu masih terus ditulis para santri dan ulama. Kita patut menyambutnya agar nilai-nilai kehidupan tetap terjaga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Khoirul Anam A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.D. Zubairi A.S. Laksana Abd. Basid Abdul Aziz Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Abdul Hadi W.M. Abdul Rauf Singkil Abdul Rosyid Abdul Salam HS Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abu Nawas Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Ach. Tirmidzi Munahwan Achmad Faesol Adam Chiefni Adhitya Ramadhan Adi Mawardi Adian Husaini Aditya Ardi N Ady Amar Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Fahri Husein Agus Fathuddin Yusuf Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Baso Ahmad Fatoni Ahmad Hadidul Fahmi Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syafii Maarif Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rohim Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sahal Akhmad Taufiq Akhudiat Alang Khoiruddin Alang Khoirudin Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Aliansyah Allamah Syaikh Dalhar Alvi Puspita AM Adhy Trisnanto Ami Herman Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aminullah HA Noor Amir Hamzah Ammar Machmud Andri Awan Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjar Nugroho Anjrah Lelono Broto Antari Setyowati Anwar Nuris Arafat Nur Ariany Isnamurti Arie MP Tamba Arie Yani Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arifin Hakim Arman AZ Arwan Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Juanda Asep S. Bahri Asep Sambodja Asep Yayat Asif Trisnani Aswab Mahasin Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Azizah Hefni Azwar Nazir B Kunto Wibisono Babe Derwan Badrut Tamam Gaffas Bale Aksara Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Benke Berita Berita Duka Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budiawan Dwi Santoso Buku Kritik Sastra Candra Adikara Irawan Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chairul Abhsar Chairul Akhmad Chamim Kohari CNN Indonesia Cucuk Espe Cut Nanda A. D Zawawi Imron D. Dudu AR Dahta Gautama Damanhuri Zuhri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Danuji Ahmad Dati Wahyuni Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dede Kurniawan Dedik Priyanto Den Rasyidi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Detti Febrina Dewi Kartika Dian Sukarno Dian Wahyu Kusuma Didi Purwadi Dien Makmur Din Saja Djasepudin Djauharul Bar Djoko Pitono Djoko Saryono DM Ningsih Doddy Hidayatullah Donny Syofyan Dr Afif Muhammad MA Dr. Simuh Dr. Yunasril Ali Dudi Rustandi Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dyah Ratna Meta Novia E Tryar Dianto Ecep Heryadi Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Edy Susanto EH Ismail Eka Budianta Ekky Malaky Eko Israhayu Ellie R. Noer Emha Ainun Nadjib Esai Esha Tegar Putra Evi Melyati Fachry Ali Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faizal Af Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fazabinal Alim Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Fuad Mardhatillah UY Tiba Furqon Lapoa Fuska Sani Evani Geger Riyanto Ghufron Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur Gus Muwaffiq Gusriyono Gusti Grehenson H Marjohan H. Usep Romli H.M. Habibullah Hadi Napster Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Hamzah Fansuri Hamzah Sahal Hamzah Tualeka Zn Hanibal W.Y. Wijayanta Hanum Fitriah Haris del Hakim Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Basri Marwah Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Helmy Prasetya Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Heri Listianto Heri Ruslan Herry Lamongan Herry Nurdi Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hotnida Novita Sary Hudan Hidayat Husein Muhammad I Nyoman Suaka Ibn ‘Arabi (1165-1240) Ibn Rusyd Ibnu Sina Ibnu Wahyudi Idayati Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imadi Daimah Ermasuri Imam Hamidi Antassalam Imam Khomeini Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Nasri Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Kurniawan Indra Tjahyadi Inung As Irma Safitri Isbedy Stiawan Z.S. Istiyah Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar J Sumardianta Jadid Al Farisy Jalaluddin Jalaluddin Rakhmat Jamal Ma’mur Asmani Jamaluddin Mohammad Javed Paul Syatha Jaya Suprana Jember Gemar Membaca Jo Batara Surya Johan Wahyudi John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K. Muhamad Hakiki K.H. A. Azis Masyhuri K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin Kabar Pesantren Kafiyatun Hasya Kanjeng Tok Kasnadi Kazzaini Ks KH Abdul Ghofur KH. Irfan Hielmy Khansa Arifah Adila Khoirul Anwar Khoirur Rizal Umami Khoshshol Fairuz Kiai Muzajjad Kiki Mikail Kitab Dalailul Khoirot Kodirun Komunitas Deo Gratias Koskow Kritik Sastra Kurniawan Kurtubi Kuswaidi Syafi’ie Kyai Maimun Zubair Lan Fang Larung Sastra Leila S. Chudori Linda S Priyatna Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Asya Lukman Santoso Az M Arif Rohman Hakim M Hari Atmoko M Ismail M Thobroni M. Adnan Amal M. Al Mustafad M. Arwan Hamidi M. Bashori Muchsin M. Faizi M. Hadi Bashori M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Mustafied M. Nurdin M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki M.S. Nugroho M.Si M’Shoe Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahrus eL-Mawa Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mansur Muhammad Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marjohan Marsudi Fitro Wibowo Martin van Bruinessen Marzuki Wahid Marzuzak SY Masduri Mashuri Masjid Kordoba Masuki M. Astro Matroni Matroni el-Moezany Matroni Muserang Mbah Dalhar Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftahul Ulum Mila Novita Mochtar Lubis Moh. Ghufron Cholid Mohamad Salim Aljufri Mohammad Kh. Azad Mohammad Yamin Muh. Khamdan Muhajir Arrosyid Muhammad Abdullah Muhammad Affan Adzim Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih AR Muhammad Amin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Ghannoe Muhammad Idrus Djoge Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Kosim Muhammad Muhibbuddin Muhammad Mukhlisin Muhammad Quraish Shihab Muhammad Subhan Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yasir Muhammad Yuanda Zara Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyiddin Mujtahid Muktamar Sastra Mulyadi SA Munawar A. Djalil Munawir Aziz Musa Ismail Musa Zainuddin Muslim Mustafa Ismail Mustami’ tanpa Nama Mustofa W Hasyim Musyafak Myrna Ratna N. Mursidi Nasaruddin Umar Nashih Nashrullah Naskah Teater Nasruli Chusna Nasrullah Thaleb Nelson Alwi Nevatuhella Ngarto Februana Nidia Zuraya Ninuk Mardiana Pambudy Nita Zakiyah Nizar Qabbani Nova Burhanuddin Noval Jubbek Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Fauzan Ahmad Nur Wahid Nurcholish Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Orasi Budaya Pangeran Diponegoro Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pesantren Tebuireng Pidato Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pramoedya Ananta Toer Prof. Dr. Nur Syam Profil Ma'ruf Amin Prosa Puisi Puji Hartanto Puji Santosa Pungkit Wijaya Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin PUstaka puJAngga Putera Maunaba Putu Fajar Arcana R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rakhmat Nur Hakim Ramadhan Alyafi Rameli Agam Rasanrasan Boengaketji Ratnaislamiati Raudal Tanjung Banua Reni Susanti Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Retno HY Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Rinto Andriono Risa Umami Riyadhus Shalihin Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rohman Abdullah S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifuddin Syadiri Saifudin Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Salahuddin Wahid Salamet Wahedi Salman Faris Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Pesantren Sastrawan Pujangga Baru Satmoko Budi Santoso Satriwan Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siswanto Siswoyo Sita Planasari A Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slavoj Zizek Snouck Hugronje Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana St Sularto Suci Ayu Latifah Sufyan al Jawi Sugiarta Sriwibawa Sulaiman Djaya Sundari Sungatno Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susringah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaiful Amin Syaifullah Amin Syarif Hidayat Santoso Syeikh Abdul Maalik Syeikh Muhammad Nawawi Syekh Abdurrahman Shiddiq Syekh Sulaiman al Jazuli Syi'ir Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tiar Anwar Bachtiar Tjahjono Widijanto Tok Pulau Manis Toko Buku PUstaka puJAngga Tu-ngang Iskandar Turita Indah Setyani Umar Fauzi Ballah Uniawati Universitas Indonesia Universitas Jember Usep Romli H.M. Usman Arrumy UU Hamidy Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wa Ode Zainab Zilullah Toresano Wahyu Aji Walid Syaikhun Wan Mohd. Shaghir Abdullah Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Fei Hung Y Alpriyanti Yanti Mulatsih Yanuar Widodo Yanuar Yachya Yayuk Widiati Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yopi Setia Umbara Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudi Latif Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusuf Suharto Zaenal Abidin Riam Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zakki Amali Zehan Zareez