Soni Farid Maulana
http://newspaper.pikiran-rakyat.com/
DALAM penyebaran agama Islam di Indonesia, kedudukan seni dan budaya mempunyai peran yang cukup penting di dalamnya. Berkaitan dengan itu, tak aneh kalau para ulama zaman dulu begitu luas pengetahuannya. Ia tidak hanya menguasai ilmu agama, tetapi juga menguasai ilmu seni dan budaya. Berkaitan dengan itu, kehidupan sastra di dunia pesantren bukan merupakan barang baru. Dibacakannya Kasidah Barzanji yang berkisah tentang keagungan Nabi Muhammad saw. merupakan salah satu contoh dari sekian karya sastra yang ditulis kalangan ulama pada zamannya.
Sementara itu, di dunia pesantren tradisional, kisah-kisah tentang para nabi dan para sahabatnya, pelajaran tentang haram, halal, dan keimanan, dilantunkan dalam nadoman. Lirik-lirik nadoman itu sendiri ditulis dalam bentuk puisi. Siapa lagi yang menulis lirik demikian itu, kalau bukan kalangan ulama, dan kalangan santri yang luas ilmu pengetahuannya. Baik mengenai pengetahuan bahasa, maupun pengetahuan umum lainnya.
Penyair Acep Zamzam Noor mengatakan hal itu dalam diksusi yang mengangkat tema “Kehidupan Sastra di Pesantren”, yang digelar Rabithah Ma’ahidil Islam (Asosiasi Pondok Pesantren) Jawa Barat bekerja sama dengan Panitia Pameran Buku 2009, Rabu (4/2) di Landmark Convention Hall, Jln. Braga No. 129 Bandung. Pameran buku itu dibuka secara resmi oleh Wali Kota Bandung, H. Dada Rosada, yang dalam kesempatan tersebut antara lain menganjurkan agar budaya baca buku terus ditingkatkan dalam kehidupan masyarakat.
Kebangkitan sastra pesantren dewasa ini terasa denyutnya, menurut penyair Acep Zamzam Noor, antara lain bisa dilihat pada bermunculannya sastrawan-sastrawan santri yang menulis karya sastra dengan sungguh-sungguh. Hal itu misalnya bisa kita lihat pada sejumlah karya yang ditulis oleh penyair Emha Ainun Nadjib, Ahmad Tohari, D. Zawawi Imron, dan A. Mustofa Bistri, yang kemudian disusul dengan hadirnya Ahmad Syubbanuddin Alwy, Abdidah El-Khaliqie, Hamdy Salad, dan Jamal D. Rachman.
Puisi yang ditulis ulama K.H. A. Mustofa Bisri bisa kita baca seperti ini, yang dipetik dari puisinya yang diberi judul Syahadat yang ditulis pada 1988: Inilah kesaksianku/Inilah pernyataanku/Inilah ikrarku//La ilaaha illa Llah/Tak ada yang boleh memperhambaku: kecuali Allah/Tapi nafsu terus memperhambaku//.
Puisi yang ditulis sepanjang tujuh belas bait itu berisikan kritik terhadap manusia yang dengan mudah mengucapkan syahadat, beriman kepada Allah SWT, tapi dalam perbuatannya sehari-hari tidak mencerminkan hal itu. Pada satu sisi manusia tahu bahwa melakukan tindak pidana korupsi itu merupakan sebuah perbuatan dosa, demikian juga dalam berzina. Tetapi perbuatan itu sering kali dilakukannya. Sebagai contoh, terkuaknya berbagai kasus tindak pidana korupsi dan perselingkuhan yang dilakukan oknum anggota DPR, belum lagi yang dilakukan anggota masyarakat, atau pejabat lainnya. Pendek kata, kritik yang dilontarkan A. Mustofa Bisri dalam puisinya itu juga mengarah kepada dirinya sendiri, yang termasuk ke dalam golongan kaum ulama. Jangan-jangan apa yang dilakukan ulama, dalam hal ini dirinya sendiri dalam melakukan perbuatan baik itu di hatinya terselip ingin dipuji orang. Jika ada niat yang demikian maka ibadahnya tidak tulus.
Puisi lainnya ditulis seorang santri dan juga belakangan dikenal sebagai ulama, Kiai D. Zawawi Imron adalah seperti kutipan ini: Membuka kulit nagasari/Isinya bukan pisang madu/tapi mayat anak gembala/Yang berseruling seriap senja//Membuang kulit nagasari/seorang nakhoda memungutnya/dan merobeknya jadi dua/separuh buat peta/separuh buat bendera kapalnya//.
Puisi yang ditulisnya ini penuh dengan kejutan-kejutan yang tidak hanya secara estetik, tetapi juga secara filosofis. Di dunia pesantren, mengolah kata dan belajar tata bahasa, atau belajar ilmu tentang ungkapan itu soal yang biasa. Kepandaian D. Zawawi Imron semacam itu adalah hasil dari pendalamannya mengolah bahasa di dunia pesantren.
Lepas dari persoalan tersebut, sebelum Emha, kita sudah mengenal Djamil Suherman, Fudoli Zaini, Kuntowijoyo, dan Hamka. Dalam perkembangan lebih lanjut, karya sastra yang bernapaskan Islam, tidak hanya ditulis kalangan santri yang bermukim di pesantren atau yang sudah keluar dari pesantren, tetapi juga ditulis mereka yang benar-benar punya minat untuk menyebarkan nilai-nilai keislaman secara sungguh-sungguh. Apa yang ditulis para sastrawan yang tergabung dalam organisasi Forum Lingkar Pena adalah sebuah fenomena yang menunjukkan bahwa sastra Indonesia bernapaskan Islam terus tumbuh dengan warna yang berbeda dari zaman ke zamannya.
“Sebelum Forum Lingkar Pena lahir, Abdul Hadi W.M. dan kawan-kawannya pernah pula mencetuskan gerakan sastra sufisme yang tumbuh dengan amat suburnya pada 1980-an,” ujar Acep Zamzam Noor.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Pondok Pesantren Jawa Barat, K.H. Abdul Chobir mengatakan, bangkitnya sastra pesantren yang ditulis ka-langan santri atau ulama seperti K.H. Mustafa Bisri patut kita sambut mengingat nilai-nilai yang dikandungnya banyak memberikan hikmah kepada para pembacanya.
“Berkaitan dengan itu, mari kita jaga tradisi kehidupan sastra di pesantren yang memang bukan merupakan barang baru. Mengapa kita harus menumbuhkembangkan kehidupan sastra di pesantren, antara lain karena nilai-nilai yang dikandung dalam karya sastra yang bernapaskan Islam itu memberikan pelajaran yang cukup baik untuk kita renungkan dalam menghadapi arus globalisasi nilai-nilai yang cenderung hedonistik dan menjauh dari nilai-nilai religius!” kata K.H. Abdul Chobir, yang sehari-harinya tinggal di Pesantren Cipasung, Tasikmalaya, Jawa Barat.
**
APA yang dikatakan penyair Acep Zamzam Noor dan K.H. Abdul Chobir, yang akrab dipanggil Mas Chobir ini memang tidak salah. Dalam sebuah esainya yang diberi judul “Menikmati Syiiran Kiai-kiai”, K.H. A. Mustafa Bisri mengatakan, “Bersyair-syair saya kira memang merupakan salah satu tradisi pesantren. Atau katakanlah secara khusus, tradisi para kiai atau ulama. Meskipun pada umumnya, bersyair-syair bagi mereka hanyalah selingan. Inilah warisan para pendahulu mereka.”
Apa yang dikatakan Mustafa Bisri dalam esainya itu pada satu sisi menggarisbawahi apa yang dikatakan Acep Zamzam Noor, apalagi bila kita merujuk pada zaman yang lebih jauh, misalnya pada zaman Jalaluddin Rumi, Attar, Hafiz, atau Sana’i, para penyair Persia Klasik yang notabene dikenal juga sebagai para ulama yang zuhud. Sementara Indonesia kita bisa merujuk pada Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga, atau pada zaman yang lebih dekat lagi dengan kita, ayahnya K.H. A. Mustafa Bisri, K.H. Bisri Mustofa juga menulis syair dalam huruf pegon (Sunda-Jawa).
Di Tatar Sunda, meski dalam bentuk dangding. Penghulu Haji Hasan Mustapa menulis juga sejumlah puisi dalam huruf pegon (Sunda-Arab). Hingga kini, menurut Ajip Rosidi, dalam sebuah esainya, Hasan Mustapa telah menulis lebih dari 10.000 bait dangding, yang di dalamnya banyak mengungkap persoalan-persoalan hubungan manusia dengan Tuhan, dengan lingkungan, dan alam. Tak jarang dalam dangding yang ditulis itu banyak pula mengkritik perilaku manusia itu sendiri, yang mengaku-ngaku beriman kepada Allah SWT, padahal dalam praktiknya jauh dari apa yang diakunya itu.
Kini, dunia kreativitas itu masih terus ditulis para santri dan ulama. Kita patut menyambutnya agar nilai-nilai kehidupan tetap terjaga.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Khoirul Anam
A. Khoirul Anam
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A.C. Andre Tanama
A.D. Zubairi
A.S. Laksana
Abd. Basid
Abdul Aziz
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Gaffar
Abdul Hadi W.M.
Abdul Rauf Singkil
Abdul Rosyid
Abdul Salam HS
Abdul Wachid B.S.
Abdullah Alawi
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Abimardha Kurniawan
Abu Nawas
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Ach. Tirmidzi Munahwan
Achmad Faesol
Adam Chiefni
Adhitya Ramadhan
Adi Mawardi
Adian Husaini
Aditya Ardi N
Ady Amar
Adzka Haniina Al Barri
AF. Tuasikal
Afrizal Malna
Afrizal Qosim
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan Mn
Agus Buchori
Agus Fahri Husein
Agus Fathuddin Yusuf
Agus R. Sarjono
Agus Sulton
Agus Sunyoto
AH J Khuzaini
Ahmad Anshori
Ahmad Badrus Sholihin
Ahmad Baso
Ahmad Fatoni
Ahmad Hadidul Fahmi
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Maltup SA
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Muhli Junaidi
Ahmad Syafii Maarif
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Tohari
Ahmad Y. Samantho
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainur Rohim
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Fatoni
Akhmad Sahal
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Alang Khoiruddin
Alang Khoirudin
Ali Audah
Ali Mahmudi CH
Ali Rif’an
Aliansyah
Allamah Syaikh Dalhar
Alvi Puspita
AM Adhy Trisnanto
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Amin Hasan
Aminullah HA Noor
Amir Hamzah
Ammar Machmud
Andri Awan
Anindita S Thayf
Aning Ayu Kusuma
Anjar Nugroho
Anjrah Lelono Broto
Antari Setyowati
Anwar Nuris
Arafat Nur
Ariany Isnamurti
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arif Hidayat
Arif Saifudin Yudistira
Arifin Hakim
Arman AZ
Arwan
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Juanda
Asep S. Bahri
Asep Sambodja
Asep Yayat
Asif Trisnani
Aswab Mahasin
Atiqurrahman
Awalludin GD Mualif
Azizah Hefni
Azwar Nazir
B Kunto Wibisono
Babe Derwan
Badrut Tamam Gaffas
Bale Aksara
Bandung Mawardi
Bastian Zulyeno
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benny Benke
Berita
Berita Duka
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budiawan Dwi Santoso
Buku Kritik Sastra
Candra Adikara Irawan
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cawapres Jokowi
Cerpen
Chairil Anwar
Chairul Abhsar
Chairul Akhmad
Chamim Kohari
CNN Indonesia
Cucuk Espe
Cut Nanda A.
D Zawawi Imron
D. Dudu AR
Dahta Gautama
Damanhuri Zuhri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Danuji Ahmad
Dati Wahyuni
Dea Anugrah
Dea Ayu Ragilia
Dede Kurniawan
Dedik Priyanto
Den Rasyidi
Deni Jazuli
Denny JA
Denny Mizhar
Detti Febrina
Dewi Kartika
Dian Sukarno
Dian Wahyu Kusuma
Didi Purwadi
Dien Makmur
Din Saja
Djasepudin
Djauharul Bar
Djoko Pitono
Djoko Saryono
DM Ningsih
Doddy Hidayatullah
Donny Syofyan
Dr Afif Muhammad MA
Dr. Simuh
Dr. Yunasril Ali
Dudi Rustandi
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Rejeki
Dyah Ratna Meta Novia
E Tryar Dianto
Ecep Heryadi
Edeng Syamsul Ma’arif
Edy A Effendi
Edy Susanto
EH Ismail
Eka Budianta
Ekky Malaky
Eko Israhayu
Ellie R. Noer
Emha Ainun Nadjib
Esai
Esha Tegar Putra
Evi Melyati
Fachry Ali
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Faizal Af
Fajar Kurnianto
Fanani Rahman
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Fazabinal Alim
Festival Literasi Nusantara
Festival Sastra Gresik
Festival Teater Religi
Forum Santri Nasional
Fuad Mardhatillah UY Tiba
Furqon Lapoa
Fuska Sani Evani
Geger Riyanto
Ghufron
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin
Gus Dur
Gus Muwaffiq
Gusriyono
Gusti Grehenson
H Marjohan
H. Usep Romli H.M.
Habibullah
Hadi Napster
Halimi Zuhdy
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hamka
Hammam Fathulloh
Hamzah Fansuri
Hamzah Sahal
Hamzah Tualeka Zn
Hanibal W.Y. Wijayanta
Hanum Fitriah
Haris del Hakim
Harri Ash Shiddiqie
Hartono Harimurti
Hary B. Kori’un
Hasan Basri Marwah
Hasnan Bachtiar
Hasyim Asy’ari
Helmy Prasetya
Hendra Makmur
Hepi Andi Bastoni
Heri Listianto
Heri Ruslan
Herry Lamongan
Herry Nurdi
Heru Kurniawan
Hilmi Abedillah
Hotnida Novita Sary
Hudan Hidayat
Husein Muhammad
I Nyoman Suaka
Ibn ‘Arabi (1165-1240)
Ibn Rusyd
Ibnu Sina
Ibnu Wahyudi
Idayati
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Ilham Yusardi
Imadi Daimah Ermasuri
Imam Hamidi Antassalam
Imam Khomeini
Imam Nawawi
Imam Nur Suharno
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Nasri
Imron Tohari
Indonesia O’Galelano
Indra Kurniawan
Indra Tjahyadi
Inung As
Irma Safitri
Isbedy Stiawan Z.S.
Istiyah
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
J Sumardianta
Jadid Al Farisy
Jalaluddin
Jalaluddin Rakhmat
Jamal Ma’mur Asmani
Jamaluddin Mohammad
Javed Paul Syatha
Jaya Suprana
Jember Gemar Membaca
Jo Batara Surya
Johan Wahyudi
John Halmahera
Joko Pinurbo
Joko Widodo
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Junaidi
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
K. Muhamad Hakiki
K.H. A. Azis Masyhuri
K.H. Anwar Manshur
K.H. M. Najib Muhammad
K.H. Ma'ruf Amin
Kabar Pesantren
Kafiyatun Hasya
Kanjeng Tok
Kasnadi
Kazzaini Ks
KH Abdul Ghofur
KH. Irfan Hielmy
Khansa Arifah Adila
Khoirul Anwar
Khoirur Rizal Umami
Khoshshol Fairuz
Kiai Muzajjad
Kiki Mikail
Kitab Dalailul Khoirot
Kodirun
Komunitas Deo Gratias
Koskow
Kritik Sastra
Kurniawan
Kurtubi
Kuswaidi Syafi’ie
Kyai Maimun Zubair
Lan Fang
Larung Sastra
Leila S. Chudori
Linda S Priyatna
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP
Lukman Asya
Lukman Santoso Az
M Arif Rohman Hakim
M Hari Atmoko
M Ismail
M Thobroni
M. Adnan Amal
M. Al Mustafad
M. Arwan Hamidi
M. Bashori Muchsin
M. Faizi
M. Hadi Bashori
M. Harir Muzakki
M. Kanzul Fikri
M. Mustafied
M. Nurdin
M. Yoesoef
M. Yunis
M.D. Atmaja
M.H. Abid
M.Harir Muzakki
M.S. Nugroho
M.Si
M’Shoe
Mahamuda
Mahdi Idris
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Mahrus eL-Mawa
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mansur Muhammad
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Marjohan
Marsudi Fitro Wibowo
Martin van Bruinessen
Marzuki Wahid
Marzuzak SY
Masduri
Mashuri
Masjid Kordoba
Masuki M. Astro
Matroni
Matroni el-Moezany
Matroni Muserang
Mbah Dalhar
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Miftahul Ulum
Mila Novita
Mochtar Lubis
Moh. Ghufron Cholid
Mohamad Salim Aljufri
Mohammad Kh. Azad
Mohammad Yamin
Muh. Khamdan
Muhajir Arrosyid
Muhammad Abdullah
Muhammad Affan Adzim
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Ali Fakih AR
Muhammad Amin
Muhammad Anta Kusuma
Muhammad Ghannoe
Muhammad Idrus Djoge
Muhammad Itsbatun Najih
Muhammad Kosim
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Mukhlisin
Muhammad Quraish Shihab
Muhammad Subhan
Muhammad Wava Al-Hasani
Muhammad Yasir
Muhammad Yuanda Zara
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun AS
Muhyiddin
Mujtahid
Muktamar Sastra
Mulyadi SA
Munawar A. Djalil
Munawir Aziz
Musa Ismail
Musa Zainuddin
Muslim
Mustafa Ismail
Mustami’ tanpa Nama
Mustofa W Hasyim
Musyafak
Myrna Ratna
N. Mursidi
Nasaruddin Umar
Nashih Nashrullah
Naskah Teater
Nasruli Chusna
Nasrullah Thaleb
Nelson Alwi
Nevatuhella
Ngarto Februana
Nidia Zuraya
Ninuk Mardiana Pambudy
Nita Zakiyah
Nizar Qabbani
Nova Burhanuddin
Noval Jubbek
Nu’man ’Zeus’ Anggara
Nur Fauzan Ahmad
Nur Wahid
Nurcholish
Nurel Javissyarqi
Nuruddin Al Indunissy
Nurul Anam
Orasi Budaya
Pangeran Diponegoro
Parimono V / 40 Plandi Jombang
PC. Lesbumi NU Babat
PDS H.B. Jassin
Pesantren Tebuireng
Pidato
Politik
Pondok Pesantren Al-Madienah
Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang
PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan
Pramoedya Ananta Toer
Prof. Dr. Nur Syam
Profil Ma'ruf Amin
Prosa
Puisi
Puji Hartanto
Puji Santosa
Pungkit Wijaya
Purwanto
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
PUstaka puJAngga
Putera Maunaba
Putu Fajar Arcana
R. Ng. Ronggowarsito
Radhar Panca Dahana
Raedu Basha
Rahmat Sudirman
Rahmat Sularso Nh
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rakhmat Nur Hakim
Ramadhan Alyafi
Rameli Agam
Rasanrasan Boengaketji
Ratnaislamiati
Raudal Tanjung Banua
Reni Susanti
Resensi
Restoe Prawironegoro Ibrahim
Retno HY
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar
Rinto Andriono
Risa Umami
Riyadhus Shalihin
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rohman Abdullah
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifuddin Syadiri
Saifudin
Saiful Amin Ghofur
Sainul Hermawan
Sajak
Salahuddin Wahid
Salamet Wahedi
Salman Faris
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sandiaga Uno
Sanggar Pasir
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian Nuraini
Sastra Pesantren
Sastrawan Pujangga Baru
Satmoko Budi Santoso
Satriwan
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra Boenga Ketjil
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siswanto
Siswoyo
Sita Planasari A
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Slavoj Zizek
Snouck Hugronje
Sobih Adnan
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
St Sularto
Suci Ayu Latifah
Sufyan al Jawi
Sugiarta Sriwibawa
Sulaiman Djaya
Sundari
Sungatno
Sunu Wasono
Surya Lesmana
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Susringah
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyanto
Syaiful Amin
Syaifullah Amin
Syarif Hidayat Santoso
Syeikh Abdul Maalik
Syeikh Muhammad Nawawi
Syekh Abdurrahman Shiddiq
Syekh Sulaiman al Jazuli
Syi'ir
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Tiar Anwar Bachtiar
Tjahjono Widijanto
Tok Pulau Manis
Toko Buku PUstaka puJAngga
Tu-ngang Iskandar
Turita Indah Setyani
Umar Fauzi Ballah
Uniawati
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usep Romli H.M.
Usman Arrumy
UU Hamidy
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W.S. Rendra
Wa Ode Zainab Zilullah Toresano
Wahyu Aji
Walid Syaikhun
Wan Mohd. Shaghir Abdullah
Warung Boengaketjil
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Welly Adi Tirta
Wiwik Hastuti
Wiwik Hidayati
Wong Fei Hung
Y Alpriyanti
Yanti Mulatsih
Yanuar Widodo
Yanuar Yachya
Yayuk Widiati
Yeni Ratnaningsih
Yohanes Sehandi
Yopi Setia Umbara
Yosi M Giri
Yudhi Fachrudin
Yudi Latif
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Zaenal Abidin Riam
Zainal Arifin Thoha
Zainuddin Sugendal
Zakki Amali
Zehan Zareez
Tidak ada komentar:
Posting Komentar