S Yoga
http://www.suarakarya-online.com/
Madura selain terkenal sebagai pulau garam dan tembakau ternyata menyimpan banyak potensi, di antaranya dunia kepenyairan, sastrawan. Ini bisa kita lihat dari beberapa nama yang sudah malang melintang di dunia kepenyairan, sebut saja D Zawami Imron, Abdul Hadi WM, yang lebih muda lagi Jamal D Rahman, Ahmad Nurulah, Syaf Anton WR dan Hidayat Raharja.
Sedang yang masih setia tinggal di kampung halamanya selain D Zamawi Imron, yang terus berbaur dengan msyarakat dan keromantisan desa pesisir, ada Syaf Anton dan Hidayat Raharja. Yang lain meski tinggal di Jakarta tapi masih terikat dengan kampung dan adat, bila sewaktu-waktu ada acara keluarga maka mereka berdatangan ke kampung halamannya, sehingga karya-karya merekapun masih ketara nafas Maduranya, karena ikatan batin itu susah untuk dihilangkan.
Kita lihat karya-karya Abdul Hadi WM dengan nafas kesufiannya, Jamal D Rahman dengan kesunyian dan kesufian yang lebih muram meski dengan nafas baru dan Amhad Nurulah yang gelisah akan tradisi dan kenangan lampau yang akan tergilas modernisme. D Zamawi Imron masih setia dengan roh keagamaan yang dipadu dengan keromantisan pedesaan dan pesisiran, seperti puisi Ibu yang terkenal itu.
Dewasa ini di Madura bermunculan penyair muda, sehingga majalah sastra Horison pun, yang di pimpin oleh Jamal D Rahman, sampai memberikan edisi khusus kepada penyair-penyair muda Madura, baik yang masih tinggal di Madura atau merantau ke kota besar. Ada juga penyair muda lain yang cukup aktif menulis di media masa.
Penyair-penyair muda di Madura saat ini nampaknya memandang kemaduraan mereka dengan lebih rileks dan tak terbebani identitas lokal yang artifisial. Sebut saja nama-nama M Faizi, M Fauzi, R Timur Budi Raja, Muchlis Zya Aufa, Moh Hamzah Arza, Bernando J Sujibto, Hamidin, Mahwi Air Tawar, Sofyan RH Zaid, Ali Ibnu Anwar, M Zamiel El-Muttaqien, Ahmad Muchlish Amrin, Edu Badrus Shaaleh, Ibu Hajar (pengasuh rubrik Sastra Udara di Radio Nada). Abdul Hadi (masuk 15 puisi terbaik lomba cipta puisi Direktorat Kesenian Dirjen Nilai Budaya, Seni, dan Film Departemen Kebudayaan dan Pariwisata dengan puisinya yang berjudul “Madura XX”) dan satu-satunya penyair perempuan Jumairiyah Mawardy.
Dari penyair-penyair muda ini yang kualitasnya cukup terjaga adalah M Faizi, M Fauzi, Moh Hamzah Arza dan Ali Ibu Anwar.
Melihat geliat penyair-penyair muda Madura ini secara kewilayahan ternyata belum merata ke segenap daerah di Madura, masih didominasi penyair dari Sumenep, hanya ada satu penyair dari Bangkalan yakni Timur Budi Raja, sedang Pamekasan dan Sampang tidak ada penyairnya, tentu saja penyair yang karyanya dapat dipertanggungjawabkan.
Penyair muda Madura ini bila ditilik dari latar belakangnya, khususnya di Sumenep, tumbuh dan berkembang dari pondok-pondok pesantren, di antaranya yang banyak menyumbangkan para penyair adalah Ponpes Al-Amin Prenduan dan Annuqayah Guluk Guluk. Sehingga secara umum karya-karya mereka bernafaskan atau beraura pesantren, kalau tidak mau dibilang sastra pesantren, tentu saja dengan cita rasa yang lebih baru.
Memang rata-rata dari mereka pernah nyantri, kemudian ada yang meneruskan kuliah di kota. Karya-karya mereka juga menampakkan diri sentuhan-sentuhan dari pergulatan mereka dengan dunia diktat atau intelektual sehingga menampakkan diri dalam puisi-puisi yang berwacana intelektual yang bernas dipadukan dengan personalitas.
Kenapa sastra lahir di pesantren? Inilah salah satu pertanyaan yang dapat dijelaskan, karena antara agama, filsafat dan sastra, selalu bergandeng tangan, namun menempuh jalan yang berbeda-beda menuju satu muara yakni memanusiakan manusia atau moral.
Di mana dunia pesantren, tentu saja menekuni dan selalu mengkaji agama secara lebih mendalam, di sana juga selalu dilantunkan ayat-ayat suci. Seolah mereka sedang membaca puisi kehidupan dan sambil mempelajari maknanya. Disinilah wawasan mereka terasah dan menampilkan dirinya dalam sosok puisi-puisi mereka. Ada juga pengaruh dari tradisi di desa, di mana di wilayah-wilayah pedesaan Madura masih banyak kegiatan-kegiatan macapatan dalam setiap ritual masyarakatnya, sehingga tanpa disadari kognisi mereka menyerap sastra lisan baik dari rima, irama dan lagunya, disinilah kekayaan batin mereka bertambah. Sehingga muncul pula dalam karya-karya dalam kelancaran berbahasa, bernuansa pedesaan atau mengenang masa kecil.
Pada tahun 1997, KSI menerbitkan dua jilid buku puisi, Antologi Puisi Indonesia, yang juga didominasi penyair muda. Yang kemudian dikomentari oleh kritikus sastra Budi Darma di Kompas dalam sebuah artikelnya, dia menyatakan bahwa banyak puisi-puisi yang bagus-bagus dalam antologi itu, namun karena semua bagus, maka susah untuk mencari yang terbagus (istimewa), atau kalau mau dibilang susah mencari penyair yang terbagus dan memiliki karakter kuat.
Ketika Budi Darma diwawancarai Sony Karsono dalam Jurnal Prosa, tentang karya-karya sastrawan muda Indonesia, ia menyatakan karya-karya mereka ibarat wanita benar-benar sangat cantik, namun ketika didekati dan diajak bicara, nampaklah kebodohan atau ketidakcerdasan.
Ada pula seorang Sosiawan Leak ketika mengomentari dunia perpuisian di tanah air, yang sama dengan komentar Ribut Wijoto, seorang kritikus muda Surabaya, di mana karya-karya puisi yang banyak tersebar di media massa (tentu saja tidak semua) apabila nama-nama penyairnya dihapus dan disuruh seorang pengamat sastra untuk menebak puisi-puisinya siapa saja yang sedang dimuat itu, maka ia tak akan dapat menebaknya karena karya-karya mereka menampakkan keseragaman, alias berkarakter lemah, yang menunjuk jati diri penyairnya. Bahkan banyak yang terus menerus dihantui sejarah sastra dengan nuansa-nuansa Sapardi Djoko Darmono dan Afrizal Malna, muncul dalan lanskap-lanskap karya mereka.
Rupanya karya sastra atau puisi tidak cukup berdasarkan ketrampilan berbahasa saja. Hal ini sudah lama diutarakan Subagio Sastrowardoyo ketika mengomentari antologi puisi Abdul Hadi WM, ketika awal kepenyairannya, Laut Belum Pasang, yang secara umum puisi-puisinya berbentuk sketsa atau berhaiku dengan ketrampilan berbahasa yang sudah tidak diragukan lagi.
Namun Sugagio menyatakan kalau ingin jadi penyair sungguhan karya semacam itu tidak cukup, kurang lebih ia mengatakan bahwa penyair harus memiliki sebuah obsesi yang jelas dan kuat. Dari kritik itu maka lahirlah karya-karya Abdul Hadi WM yang cukup terkenal seperti Madura dan Ombak Itulah.
Subagio sebelum meninggal juga pernah mengutarakan dalam Festival Seni Surabaya, bahwa kepenyairan haruslah mendapatkan Wahyu Cakraningrat, yang mana wahyu itu adalah tradisi, ia mengatakan bahwa sebagai penyair hasruslah belajar banyak terhadap tradisi. Bahkan WS Rendra pun mengakui bahwa puisi-puisinya hanyalah meneruskan tradisi, mempertimbangkan tradisi. Dan tradisi ini bisa banyak macamnya, ada sastra lisan, pantun dan macapat misalnya, juga kebudayaan, pesantren, pesisir, argaris dan alam pikir masyarakatnya. Akan lebih jelasnya baca Bakat Alam dan Intelektualisme, karya Subagio Sastrowardoyo.
Bila kita cermati karya-karya penyair muda Madura, secara umum memang tidak secara harafiah menguar identitas lokal, namun dari langgam atau rima, irama dan kelancaran berbahasanya, maka nampaklah bahwa aura sastra lisan nampak kuat, seperti juga yang dilakukan para pendahulunya.
Hal ini berbeda dengan puisi-puisi lima penyair Jawa Timur dalam Cakrawala Sastra Indonesia, yang “didakwa” sebagai puisi gelap oleh Abdul Hadi WM, di mana apokalipsa yang mereka gaungkan belum dapat memberikan kearifan, sehingga ia merasa tidak mampu menyelami puisi-puisi mereka, bahkan ketika membicarakan puisinya W Haryanto, ia tidak mau masuk, takut tersesat karena benar-benar gelap menurutnya.
Di sinilah letak potensi besar yang dikandung para penyair muda Madura, dengan kekuatan sastra lisannya yang sudah bermetamorfosa dalam bentuk yang lebih modern, untuk dapat berkembang dikemudian hari.
Namun demikian ada baiknya penyair-penyair muda ini agar dapat berkembang lebih dinamis, selalu bermawas diri, selalu bersikap terbuka, tidak anti kritik, menghargai pendapat orang lain, karena perbedaan merupakan roda demokrasi dan roh kebudayaan.
*) Penulis alumnus Sosiologi FISIP Unair, seorang penyair tinggal di Sumenep.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Khoirul Anam
A. Khoirul Anam
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A.C. Andre Tanama
A.D. Zubairi
A.S. Laksana
Abd. Basid
Abdul Aziz
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Gaffar
Abdul Hadi W.M.
Abdul Rauf Singkil
Abdul Rosyid
Abdul Salam HS
Abdul Wachid B.S.
Abdullah Alawi
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Abimardha Kurniawan
Abu Nawas
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Ach. Tirmidzi Munahwan
Achmad Faesol
Adam Chiefni
Adhitya Ramadhan
Adi Mawardi
Adian Husaini
Aditya Ardi N
Ady Amar
Adzka Haniina Al Barri
AF. Tuasikal
Afrizal Malna
Afrizal Qosim
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan Mn
Agus Buchori
Agus Fahri Husein
Agus Fathuddin Yusuf
Agus R. Sarjono
Agus Sulton
Agus Sunyoto
AH J Khuzaini
Ahmad Anshori
Ahmad Badrus Sholihin
Ahmad Baso
Ahmad Fatoni
Ahmad Hadidul Fahmi
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Maltup SA
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Muhli Junaidi
Ahmad Syafii Maarif
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Tohari
Ahmad Y. Samantho
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainur Rohim
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Fatoni
Akhmad Sahal
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Alang Khoiruddin
Alang Khoirudin
Ali Audah
Ali Mahmudi CH
Ali Rif’an
Aliansyah
Allamah Syaikh Dalhar
Alvi Puspita
AM Adhy Trisnanto
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Amin Hasan
Aminullah HA Noor
Amir Hamzah
Ammar Machmud
Andri Awan
Anindita S Thayf
Aning Ayu Kusuma
Anjar Nugroho
Anjrah Lelono Broto
Antari Setyowati
Anwar Nuris
Arafat Nur
Ariany Isnamurti
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arif Hidayat
Arif Saifudin Yudistira
Arifin Hakim
Arman AZ
Arwan
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Juanda
Asep S. Bahri
Asep Sambodja
Asep Yayat
Asif Trisnani
Aswab Mahasin
Atiqurrahman
Awalludin GD Mualif
Azizah Hefni
Azwar Nazir
B Kunto Wibisono
Babe Derwan
Badrut Tamam Gaffas
Bale Aksara
Bandung Mawardi
Bastian Zulyeno
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benny Benke
Berita
Berita Duka
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budiawan Dwi Santoso
Buku Kritik Sastra
Candra Adikara Irawan
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cawapres Jokowi
Cerpen
Chairil Anwar
Chairul Abhsar
Chairul Akhmad
Chamim Kohari
CNN Indonesia
Cucuk Espe
Cut Nanda A.
D Zawawi Imron
D. Dudu AR
Dahta Gautama
Damanhuri Zuhri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Danuji Ahmad
Dati Wahyuni
Dea Anugrah
Dea Ayu Ragilia
Dede Kurniawan
Dedik Priyanto
Den Rasyidi
Deni Jazuli
Denny JA
Denny Mizhar
Detti Febrina
Dewi Kartika
Dian Sukarno
Dian Wahyu Kusuma
Didi Purwadi
Dien Makmur
Din Saja
Djasepudin
Djauharul Bar
Djoko Pitono
Djoko Saryono
DM Ningsih
Doddy Hidayatullah
Donny Syofyan
Dr Afif Muhammad MA
Dr. Simuh
Dr. Yunasril Ali
Dudi Rustandi
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Rejeki
Dyah Ratna Meta Novia
E Tryar Dianto
Ecep Heryadi
Edeng Syamsul Ma’arif
Edy A Effendi
Edy Susanto
EH Ismail
Eka Budianta
Ekky Malaky
Eko Israhayu
Ellie R. Noer
Emha Ainun Nadjib
Esai
Esha Tegar Putra
Evi Melyati
Fachry Ali
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Faizal Af
Fajar Kurnianto
Fanani Rahman
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Fazabinal Alim
Festival Literasi Nusantara
Festival Sastra Gresik
Festival Teater Religi
Forum Santri Nasional
Fuad Mardhatillah UY Tiba
Furqon Lapoa
Fuska Sani Evani
Geger Riyanto
Ghufron
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin
Gus Dur
Gus Muwaffiq
Gusriyono
Gusti Grehenson
H Marjohan
H. Usep Romli H.M.
Habibullah
Hadi Napster
Halimi Zuhdy
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hamka
Hammam Fathulloh
Hamzah Fansuri
Hamzah Sahal
Hamzah Tualeka Zn
Hanibal W.Y. Wijayanta
Hanum Fitriah
Haris del Hakim
Harri Ash Shiddiqie
Hartono Harimurti
Hary B. Kori’un
Hasan Basri Marwah
Hasnan Bachtiar
Hasyim Asy’ari
Helmy Prasetya
Hendra Makmur
Hepi Andi Bastoni
Heri Listianto
Heri Ruslan
Herry Lamongan
Herry Nurdi
Heru Kurniawan
Hilmi Abedillah
Hotnida Novita Sary
Hudan Hidayat
Husein Muhammad
I Nyoman Suaka
Ibn ‘Arabi (1165-1240)
Ibn Rusyd
Ibnu Sina
Ibnu Wahyudi
Idayati
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Ilham Yusardi
Imadi Daimah Ermasuri
Imam Hamidi Antassalam
Imam Khomeini
Imam Nawawi
Imam Nur Suharno
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Nasri
Imron Tohari
Indonesia O’Galelano
Indra Kurniawan
Indra Tjahyadi
Inung As
Irma Safitri
Isbedy Stiawan Z.S.
Istiyah
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
J Sumardianta
Jadid Al Farisy
Jalaluddin
Jalaluddin Rakhmat
Jamal Ma’mur Asmani
Jamaluddin Mohammad
Javed Paul Syatha
Jaya Suprana
Jember Gemar Membaca
Jo Batara Surya
Johan Wahyudi
John Halmahera
Joko Pinurbo
Joko Widodo
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Junaidi
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
K. Muhamad Hakiki
K.H. A. Azis Masyhuri
K.H. Anwar Manshur
K.H. M. Najib Muhammad
K.H. Ma'ruf Amin
Kabar Pesantren
Kafiyatun Hasya
Kanjeng Tok
Kasnadi
Kazzaini Ks
KH Abdul Ghofur
KH. Irfan Hielmy
Khansa Arifah Adila
Khoirul Anwar
Khoirur Rizal Umami
Khoshshol Fairuz
Kiai Muzajjad
Kiki Mikail
Kitab Dalailul Khoirot
Kodirun
Komunitas Deo Gratias
Koskow
Kritik Sastra
Kurniawan
Kurtubi
Kuswaidi Syafi’ie
Kyai Maimun Zubair
Lan Fang
Larung Sastra
Leila S. Chudori
Linda S Priyatna
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP
Lukman Asya
Lukman Santoso Az
M Arif Rohman Hakim
M Hari Atmoko
M Ismail
M Thobroni
M. Adnan Amal
M. Al Mustafad
M. Arwan Hamidi
M. Bashori Muchsin
M. Faizi
M. Hadi Bashori
M. Harir Muzakki
M. Kanzul Fikri
M. Mustafied
M. Nurdin
M. Yoesoef
M. Yunis
M.D. Atmaja
M.H. Abid
M.Harir Muzakki
M.S. Nugroho
M.Si
M’Shoe
Mahamuda
Mahdi Idris
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Mahrus eL-Mawa
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mansur Muhammad
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Marjohan
Marsudi Fitro Wibowo
Martin van Bruinessen
Marzuki Wahid
Marzuzak SY
Masduri
Mashuri
Masjid Kordoba
Masuki M. Astro
Matroni
Matroni el-Moezany
Matroni Muserang
Mbah Dalhar
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Miftahul Ulum
Mila Novita
Mochtar Lubis
Moh. Ghufron Cholid
Mohamad Salim Aljufri
Mohammad Kh. Azad
Mohammad Yamin
Muh. Khamdan
Muhajir Arrosyid
Muhammad Abdullah
Muhammad Affan Adzim
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Ali Fakih AR
Muhammad Amin
Muhammad Anta Kusuma
Muhammad Ghannoe
Muhammad Idrus Djoge
Muhammad Itsbatun Najih
Muhammad Kosim
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Mukhlisin
Muhammad Quraish Shihab
Muhammad Subhan
Muhammad Wava Al-Hasani
Muhammad Yasir
Muhammad Yuanda Zara
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun AS
Muhyiddin
Mujtahid
Muktamar Sastra
Mulyadi SA
Munawar A. Djalil
Munawir Aziz
Musa Ismail
Musa Zainuddin
Muslim
Mustafa Ismail
Mustami’ tanpa Nama
Mustofa W Hasyim
Musyafak
Myrna Ratna
N. Mursidi
Nasaruddin Umar
Nashih Nashrullah
Naskah Teater
Nasruli Chusna
Nasrullah Thaleb
Nelson Alwi
Nevatuhella
Ngarto Februana
Nidia Zuraya
Ninuk Mardiana Pambudy
Nita Zakiyah
Nizar Qabbani
Nova Burhanuddin
Noval Jubbek
Nu’man ’Zeus’ Anggara
Nur Fauzan Ahmad
Nur Wahid
Nurcholish
Nurel Javissyarqi
Nuruddin Al Indunissy
Nurul Anam
Orasi Budaya
Pangeran Diponegoro
Parimono V / 40 Plandi Jombang
PC. Lesbumi NU Babat
PDS H.B. Jassin
Pesantren Tebuireng
Pidato
Politik
Pondok Pesantren Al-Madienah
Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang
PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan
Pramoedya Ananta Toer
Prof. Dr. Nur Syam
Profil Ma'ruf Amin
Prosa
Puisi
Puji Hartanto
Puji Santosa
Pungkit Wijaya
Purwanto
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
PUstaka puJAngga
Putera Maunaba
Putu Fajar Arcana
R. Ng. Ronggowarsito
Radhar Panca Dahana
Raedu Basha
Rahmat Sudirman
Rahmat Sularso Nh
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rakhmat Nur Hakim
Ramadhan Alyafi
Rameli Agam
Rasanrasan Boengaketji
Ratnaislamiati
Raudal Tanjung Banua
Reni Susanti
Resensi
Restoe Prawironegoro Ibrahim
Retno HY
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar
Rinto Andriono
Risa Umami
Riyadhus Shalihin
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rohman Abdullah
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifuddin Syadiri
Saifudin
Saiful Amin Ghofur
Sainul Hermawan
Sajak
Salahuddin Wahid
Salamet Wahedi
Salman Faris
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sandiaga Uno
Sanggar Pasir
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian Nuraini
Sastra Pesantren
Sastrawan Pujangga Baru
Satmoko Budi Santoso
Satriwan
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra Boenga Ketjil
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siswanto
Siswoyo
Sita Planasari A
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Slavoj Zizek
Snouck Hugronje
Sobih Adnan
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
St Sularto
Suci Ayu Latifah
Sufyan al Jawi
Sugiarta Sriwibawa
Sulaiman Djaya
Sundari
Sungatno
Sunu Wasono
Surya Lesmana
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Susringah
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyanto
Syaiful Amin
Syaifullah Amin
Syarif Hidayat Santoso
Syeikh Abdul Maalik
Syeikh Muhammad Nawawi
Syekh Abdurrahman Shiddiq
Syekh Sulaiman al Jazuli
Syi'ir
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Tiar Anwar Bachtiar
Tjahjono Widijanto
Tok Pulau Manis
Toko Buku PUstaka puJAngga
Tu-ngang Iskandar
Turita Indah Setyani
Umar Fauzi Ballah
Uniawati
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usep Romli H.M.
Usman Arrumy
UU Hamidy
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W.S. Rendra
Wa Ode Zainab Zilullah Toresano
Wahyu Aji
Walid Syaikhun
Wan Mohd. Shaghir Abdullah
Warung Boengaketjil
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Welly Adi Tirta
Wiwik Hastuti
Wiwik Hidayati
Wong Fei Hung
Y Alpriyanti
Yanti Mulatsih
Yanuar Widodo
Yanuar Yachya
Yayuk Widiati
Yeni Ratnaningsih
Yohanes Sehandi
Yopi Setia Umbara
Yosi M Giri
Yudhi Fachrudin
Yudi Latif
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Zaenal Abidin Riam
Zainal Arifin Thoha
Zainuddin Sugendal
Zakki Amali
Zehan Zareez
Tidak ada komentar:
Posting Komentar