Minggu, 22 Agustus 2010

Menggagas Sastra Bertipikal Madura

Atiqurrahman
http://www.surabayapost.co.id/

Eskapisme kultural tengah melanda susastra Madura. Hal tersebut tampak dari keseragaman eksplorasi karya-karya yang diciptakan. Lacur yang terjadi, sastrawan-sastrawan Madura tak menyadarinya. Timbul tanda tanya: bagaimana nasib susastra Madura selanjutnya?

Marilah simak bersama. Dasawarsa terakhir susastra Madura dijumbuhi karya-karya yang bertipikal pesantren. Kreatornya kebanyakan alumni-alumni pesantren. Tema yang diangkat adalah problem keagamaan, misalnya, hubungan manusia dengan Tuhan, cinta pada Tuhan, dan keinginan bersatu dengan Tuhan. Selain tema tersebut, praktis tak ada tema lain yang coba dieksplorasi oleh sastrawan-sastrawan Madura.

Mengapa hal tersebut terjadi? Mungkin semangat jaman membentuk kondisi demikian. Mungkin ada kesepahaman tentang “apa itu sastra, agama, dan sastra-agama”? Mungkin juga, keseragaman ini dilatarbelakangi oleh kesuksesan sastrawan-sastrawan pendahulu yang memokuskan problem karyanya pada wilayah yang kudus tersebut. Dari deretan sastrawan-sastrawan Madura yang bisa dikatakan sukses meniti karir sebagai sastrawan dapat disebutkan. Misalnya, Jamal D. Rahman, Abdul Hadi W. M. dan Kuswaidi Syafi’i. Secara keseluruhan karya-karya mereka mengeksplorasi persoalan-persoalan yang bertumpu pada nilai religius dan perasaan religuitas.

Namun demikian, hal yang patut dikhawatirkan dalam perkembangan susastra Madura selanjutnya adalah situasi ekologi susastranya. Di atas telah disinggung, tak ada karya-karya susastra Madura selain yang bertemakan keagamaan. Dalam pengamatan penulis, hanya segelintir—untuk tidak dikatakan tak ada—sastrawan yang mencoba ruang alternatif selain dari eksplorasi ketiga penyair tersebut di atas. Adapun sastrawan Madura yang menjajal eksplorasi karyanya tidak pada wilayah keagamaan adalah Timur Budi Raja yang memaksimalkan tema puisinya pada wacana intelektual dan Ahmad Faishal yang puisinya berpusar pada dua tema, kematian dan sejarah.

Sepintas lalu, gejala keseragaman tema itu tak menimbulkan tanda tanya jika melihat kenyataan Madura sebagai salah satu kawasan pesantren dengan masyarakat santrinya. Justru sebaliknya, hal tersebut merupakan isyarat positif. Karya sastra tak pernah hadir dalam kekosongan. Karya sastra, bagaimanapun juga, membutuhkan sebuah latar. Secara personal, sastrawan yang mempunyai pijakan regional yang jelas dapat mengongkretkan dan mentransliterasikan tranpransi kata, kalimat dan wacana. Tekstual yang dihasilkan kerapkali berhasil merengkuh keutuhan karya.

Akan tetapi keseragaman eksplorasi tema, gaya dan bentuk pada sebuah ekologi susastra bukan berarti kepaduan, keselarasan atau keunikan. Keseragaman eksplorasi, yang salah satunya dapat dilihat dari tematik karya, merupakan gejala eskapisme kultural dalam susastra di tempat bersangkutan. Pengertian eskapisme kultural di sini merunjuk pada kehendak atau kecenderungan menghindar dari kenyataan kultural yang kompleks dengan mencari hiburan dan ketentraman di dalam khayalan atau situasi rekaan (fiktif) yang diyakini si pengarang.

Jika hendak mendapatkan gejala eskapisme kultural dalam susastra, kita dapat mengetahui dengan cara memerikan karya-karya yang dihasilkan, baik dalam antologi atau yang dimuat media massa. Dari situ dapat dilihat kecenderungan eksplorasi gaya, tema dan bentuk karya sebagai situasi rekaan si pengarang. Sedang dalam menentukan adanya eskapisme atau hanya kecenderungan sastrawan yang dilatarbelakangi semangat jaman tersangkut masalah keragaman eksplorasi karya-karya. Keberagaman ini sejalan dengan pola kultur yang bersifat kompleks. Jadi, ketiadaan aneka tema pada karya-karya pada suatu ekologi sastra berarti pengingkaran atau penyimpangan (pengarang) terhadap kompleksitas problema kultur setempat sebagai latar karyanya.

Dalam susastra Madura eskapisme kultural muncul dalam wujud keseragaman tematik karya-karya yang berkutat pada problem teologi. Fenomena ini merupakan sinyalemen buruk bagi perkembangan susastra Madura. Soalnya, satrawan Madura tampak obsesif pada agama (tertentu) sebagai realitas pokok di Madura. Pengingkaran atas kultur Madura yang kompleks mengaburkan panilaian para pembaca, terutama pembaca luar Madura. Tentu, pembaca dapat menangkap kejanggalan ini. Madura adalah wilayah kebudayaan. Sebagai wilayah budaya agama merupakan satu diantara sistem-sistem budaya yang lain, sosial, hukum, sejarah, bahasa, sastra dsb.

Untuk itu, dibutuhkan susastra Madura yang tak sekedar berkonsentrasi pada tema keagamaan. Akan tetapi susastra yang dapat mereduksi keutuhan lingkungan kultural Madura yang khas. Hal ini dapat dilakukan dengan mengeksploitasi bahasa, folklor, sosial, adat, politik, sejarah dsb.

Sastra Madura sangat membutuhkan karya-karya yang bertipikal Madura. Sastra bertipikal Madura bisa diproyeksiakan dengan mengeksplorasi: (1) bahasa/ikon khas Madura, (2) problem sosial Madura, (3) sejarah Madura, (4) folklor Madura dan (4) lanskap Madura.

Dalam khasana susastra Madura tematik puisi yang diusung Timur Budi Raja berada di luar kecenderungan sastrawan-sastrawan Madura. Tekstual sajak-sajaknya berkutat pada tema intelektual. Akan tetapi dalam pengkategorian ilmu sastra, tema intelektual tak berada dalam kekhasan. Intelektual bersifat universal. Tidak khas. Jadi sajak-sajak Timur berada di luar susastra Madura yang Khas itu. Ada juga penulis-penulis dari luar Madura yang mencoba memotret lanskap dan situasi sosial Madura, misalnya S. Yoga dan Mardi Luhung. Sayang, sajak-sajak mereka berhenti pada wilayah wacana, sekedar reportase. Belum merengkuh transparansi peristiwa-peristiwa kemaduraan.

Semestinya, tematik sastra yang diolah adalah problem kultur Madura yang kompleks itu. Tidak terjebak pada satu sub sistem budaya. Pemaksimalannya dipusatkan pada strategi tekstual lewat kata, frasa, klausa, kalimat, wacana dan ikon-ikon yang khas Madura. Eksplorasi yang mengarah pada kekhasan lokal Madura adalah sajak-sajak Ahmad Faishal dalam antologi Saronen Makrifat (2004). Walaupun ornamen tekstualnya terpusat pada tema kematian dan sejarah. Tapi keberhasilan Faishal mengongkritkan transparasi kata membuat kejernihan puitikanya menjadi khas.***

Pamekasan, 05 Januari 2009.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Khoirul Anam A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.D. Zubairi A.S. Laksana Abd. Basid Abdul Aziz Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Abdul Hadi W.M. Abdul Rauf Singkil Abdul Rosyid Abdul Salam HS Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abu Nawas Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Ach. Tirmidzi Munahwan Achmad Faesol Adam Chiefni Adhitya Ramadhan Adi Mawardi Adian Husaini Aditya Ardi N Ady Amar Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Fahri Husein Agus Fathuddin Yusuf Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Baso Ahmad Fatoni Ahmad Hadidul Fahmi Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syafii Maarif Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rohim Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sahal Akhmad Taufiq Akhudiat Alang Khoiruddin Alang Khoirudin Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Aliansyah Allamah Syaikh Dalhar Alvi Puspita AM Adhy Trisnanto Ami Herman Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aminullah HA Noor Amir Hamzah Ammar Machmud Andri Awan Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjar Nugroho Anjrah Lelono Broto Antari Setyowati Anwar Nuris Arafat Nur Ariany Isnamurti Arie MP Tamba Arie Yani Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arifin Hakim Arman AZ Arwan Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Juanda Asep S. Bahri Asep Sambodja Asep Yayat Asif Trisnani Aswab Mahasin Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Azizah Hefni Azwar Nazir B Kunto Wibisono Babe Derwan Badrut Tamam Gaffas Bale Aksara Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Benke Berita Berita Duka Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budiawan Dwi Santoso Buku Kritik Sastra Candra Adikara Irawan Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chairul Abhsar Chairul Akhmad Chamim Kohari CNN Indonesia Cucuk Espe Cut Nanda A. D Zawawi Imron D. Dudu AR Dahta Gautama Damanhuri Zuhri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Danuji Ahmad Dati Wahyuni Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dede Kurniawan Dedik Priyanto Den Rasyidi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Detti Febrina Dewi Kartika Dian Sukarno Dian Wahyu Kusuma Didi Purwadi Dien Makmur Din Saja Djasepudin Djauharul Bar Djoko Pitono Djoko Saryono DM Ningsih Doddy Hidayatullah Donny Syofyan Dr Afif Muhammad MA Dr. Simuh Dr. Yunasril Ali Dudi Rustandi Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dyah Ratna Meta Novia E Tryar Dianto Ecep Heryadi Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Edy Susanto EH Ismail Eka Budianta Ekky Malaky Eko Israhayu Ellie R. Noer Emha Ainun Nadjib Esai Esha Tegar Putra Evi Melyati Fachry Ali Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faizal Af Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fazabinal Alim Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Fuad Mardhatillah UY Tiba Furqon Lapoa Fuska Sani Evani Geger Riyanto Ghufron Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur Gus Muwaffiq Gusriyono Gusti Grehenson H Marjohan H. Usep Romli H.M. Habibullah Hadi Napster Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Hamzah Fansuri Hamzah Sahal Hamzah Tualeka Zn Hanibal W.Y. Wijayanta Hanum Fitriah Haris del Hakim Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Basri Marwah Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Helmy Prasetya Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Heri Listianto Heri Ruslan Herry Lamongan Herry Nurdi Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hotnida Novita Sary Hudan Hidayat Husein Muhammad I Nyoman Suaka Ibn ‘Arabi (1165-1240) Ibn Rusyd Ibnu Sina Ibnu Wahyudi Idayati Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imadi Daimah Ermasuri Imam Hamidi Antassalam Imam Khomeini Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Nasri Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Kurniawan Indra Tjahyadi Inung As Irma Safitri Isbedy Stiawan Z.S. Istiyah Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar J Sumardianta Jadid Al Farisy Jalaluddin Jalaluddin Rakhmat Jamal Ma’mur Asmani Jamaluddin Mohammad Javed Paul Syatha Jaya Suprana Jember Gemar Membaca Jo Batara Surya Johan Wahyudi John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K. Muhamad Hakiki K.H. A. Azis Masyhuri K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin Kabar Pesantren Kafiyatun Hasya Kanjeng Tok Kasnadi Kazzaini Ks KH Abdul Ghofur KH. Irfan Hielmy Khansa Arifah Adila Khoirul Anwar Khoirur Rizal Umami Khoshshol Fairuz Kiai Muzajjad Kiki Mikail Kitab Dalailul Khoirot Kodirun Komunitas Deo Gratias Koskow Kritik Sastra Kurniawan Kurtubi Kuswaidi Syafi’ie Kyai Maimun Zubair Lan Fang Larung Sastra Leila S. Chudori Linda S Priyatna Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Asya Lukman Santoso Az M Arif Rohman Hakim M Hari Atmoko M Ismail M Thobroni M. Adnan Amal M. Al Mustafad M. Arwan Hamidi M. Bashori Muchsin M. Faizi M. Hadi Bashori M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Mustafied M. Nurdin M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki M.S. Nugroho M.Si M’Shoe Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahrus eL-Mawa Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mansur Muhammad Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marjohan Marsudi Fitro Wibowo Martin van Bruinessen Marzuki Wahid Marzuzak SY Masduri Mashuri Masjid Kordoba Masuki M. Astro Matroni Matroni el-Moezany Matroni Muserang Mbah Dalhar Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftahul Ulum Mila Novita Mochtar Lubis Moh. Ghufron Cholid Mohamad Salim Aljufri Mohammad Kh. Azad Mohammad Yamin Muh. Khamdan Muhajir Arrosyid Muhammad Abdullah Muhammad Affan Adzim Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih AR Muhammad Amin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Ghannoe Muhammad Idrus Djoge Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Kosim Muhammad Muhibbuddin Muhammad Mukhlisin Muhammad Quraish Shihab Muhammad Subhan Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yasir Muhammad Yuanda Zara Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyiddin Mujtahid Muktamar Sastra Mulyadi SA Munawar A. Djalil Munawir Aziz Musa Ismail Musa Zainuddin Muslim Mustafa Ismail Mustami’ tanpa Nama Mustofa W Hasyim Musyafak Myrna Ratna N. Mursidi Nasaruddin Umar Nashih Nashrullah Naskah Teater Nasruli Chusna Nasrullah Thaleb Nelson Alwi Nevatuhella Ngarto Februana Nidia Zuraya Ninuk Mardiana Pambudy Nita Zakiyah Nizar Qabbani Nova Burhanuddin Noval Jubbek Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Fauzan Ahmad Nur Wahid Nurcholish Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Orasi Budaya Pangeran Diponegoro Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pesantren Tebuireng Pidato Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pramoedya Ananta Toer Prof. Dr. Nur Syam Profil Ma'ruf Amin Prosa Puisi Puji Hartanto Puji Santosa Pungkit Wijaya Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin PUstaka puJAngga Putera Maunaba Putu Fajar Arcana R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rakhmat Nur Hakim Ramadhan Alyafi Rameli Agam Rasanrasan Boengaketji Ratnaislamiati Raudal Tanjung Banua Reni Susanti Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Retno HY Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Rinto Andriono Risa Umami Riyadhus Shalihin Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rohman Abdullah S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifuddin Syadiri Saifudin Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Salahuddin Wahid Salamet Wahedi Salman Faris Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Pesantren Sastrawan Pujangga Baru Satmoko Budi Santoso Satriwan Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siswanto Siswoyo Sita Planasari A Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slavoj Zizek Snouck Hugronje Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana St Sularto Suci Ayu Latifah Sufyan al Jawi Sugiarta Sriwibawa Sulaiman Djaya Sundari Sungatno Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susringah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaiful Amin Syaifullah Amin Syarif Hidayat Santoso Syeikh Abdul Maalik Syeikh Muhammad Nawawi Syekh Abdurrahman Shiddiq Syekh Sulaiman al Jazuli Syi'ir Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tiar Anwar Bachtiar Tjahjono Widijanto Tok Pulau Manis Toko Buku PUstaka puJAngga Tu-ngang Iskandar Turita Indah Setyani Umar Fauzi Ballah Uniawati Universitas Indonesia Universitas Jember Usep Romli H.M. Usman Arrumy UU Hamidy Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wa Ode Zainab Zilullah Toresano Wahyu Aji Walid Syaikhun Wan Mohd. Shaghir Abdullah Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Fei Hung Y Alpriyanti Yanti Mulatsih Yanuar Widodo Yanuar Yachya Yayuk Widiati Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yopi Setia Umbara Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudi Latif Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusuf Suharto Zaenal Abidin Riam Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zakki Amali Zehan Zareez