Jumat, 27 Desember 2019

Kemah Budaya Pantura 2019 Se-Jawa Timur

Daya Kebangkitan Generasi Milenial Nusantara
(Tri Broto Wibisono, Jo Batara Surya, Ki Ompong Sudarsono)
Jo Batara Surya *

Rumah Budaya Pantura (RBP) sebagai penggagas acara Kemah Budaya Pantura, bertempat sekitar lingkungan Makam Syech Maulana Ishaq (Ayah dari Sunan Giri), Desa Kemantren, Paciran, merupakan salah satu wadah baru bagi para pelaku, pecinta, dan pemerhati seni-budaya di Jawa Timur. Sebuah wadah yang sejak lama dibutuhkan kaum seniman-budayawan JaTim ini, akhirnya menetas dalam jangka waktu cukup lama, dengan segala kendala yang dihadapi, mulai keuangan, sumberdaya manusia, dll, tidak membuat surut tekad pemuda-pemudi di Pantai Utara Lamongan terhenti. Namun, atas ikhtiar perjuangan bersama, semua beban terasa indah teratasi dengan bisa menyelenggarakan KBP, yang melibatkan banyak seniman juga budayawan besar turut andil dalam perhelatan akbarnya, tidak tanggung-tanggung beberapa kegiatan mendasar dilaksanakan, seperti workshop teater, seni tari, batik, wayang hingga sastra.

Sepertinya, RBP memahami betul yang dibutuhkan generasi milenial dalam mengisi masa-masa digital era 4.0., yang tengah membunyikan lonceng peringatan bagi pelaku seni untuk segera singsingkan lengan menyiapkan diri beserta tatanannya di dalam menghadapi tuntutan zaman; bagaimana para seniman bisa memberi sumbangsih besar di dalam menata peradaban bangsa melalui kebudayaan, sehingga pada gilasan percepatan waktu, manusianya tidak masuk jebakan digitalisasi, karena hakikatnya para insan bukanlah robot ataupun perangkat lunak dari peradaban industri.

Budaya sebagai Identitas Bangsa

Bangsa Indonesia sudah memiliki peradaban agung sejak lama, dimana para leluhurnya telah menciptakan kesadaran tertinggi atas kehidupan insan di setiap zamannya. Kejayaan tersebut bisa dilihat di berbagai masa yang menyimpan nilai-nilai esensi pada setiap peninggalannya, Candi Borobudur pula percandian di seluruh pelosok Nusantara menjadi bukti nyata, begitu juga kekayaan tari-tarian, bahasa, pusaka, serta busana di setiap daerah, laksana kitab alam terbuka yang harus dibaca semua insan yang sadar pentingnya jati diri (kebangsaan). Berjalan seiringnya waktu, seni-budaya mengalami perubahan signifikan di pelbagai hal, dan panggung teater di Indonesia kian hari berkembang menjelma laboratorium kesadaran yang kerap dibincangkan banyak kalangan, begitu pula ilmu kesusastraan.

Inilah penanda jelas jati diri bangsa memerlukan formula dalam menyanggupi setiap periodenya, karena jati diri inipun nantinya menentukan arah perjalanan bangsa. Miris, jika sebuah bangsa besar melupakan seni-budayanya, sedang perihal itu nilai besar dimana bangsa-bangsa lain cemburu atas kekayaaan budaya kita. Bagi saya pribadi, ada hal mendasar membuat bangsa melupakan seni-budaya sebagai sumber kesadaran diri, salah satunya manusia kekinian banyak terjebak oleh faham-faham materialisme yang telah menjauhkan pada kesadaran tertingginya sebagai mahluk spiritual, padahal dengan bekal intelektual dapat membuat peradaban bangsanya berada pada persamaan, bahkan lebih unggul dari yang lain, sebab sejatinya peradaban dunia bersumber dari bangsa tercinta kita juga.

Empat Hari Kemah Budaya di Rumah Budaya Pantura

Dalam perhelatan KBP yang dilaksanakan tanggal 22 sampai 25 Desember 2019, terlihatlah suatu gaya atau nuansa seni-budaya yang mempunyai warnanya tersendiri, yaitu cara generasi milenial menjemput kesadarannya. Kegiatan KBP ini, diikuti peserta yang hampir keseluruhan datang dari kalangan milenial, mulai dari panitia, peserta, hingga para pematerinya yang juga mumpuni. Dalam bidang teater ada saudara asal Madura yakni Mahendra, akrab disapa Eeng, yang sudah lama berkecimpung di teater, ada Galuh Tulus Utama, seniman yang menduduki komite teater di Dewan Kesenian Jawa Timur, ada pula senior dari Surabaya, Dody Yan Masfa turut berbagi pengalamannya dalam berkesenian, hal ini memberikan energi baik bagi seniman-budayawan Lamongan dan Gresik khususnya, selain itu ada seniman Jawa Tengah, Ki Ompong Sudarsono yang notabene ki dalang wayang sekaligus berteater, juga Tohir Jokasmo, Sholihul Huda, dan saya sendiri coba berbagi pengalaman dengan harapan akan banyak lagi para pelaku seni budaya diera milenial; tidak canggung berkarya di masa kekinian demi kemajuan bangsa.

Hari Pertama, semua peserta mendapat arahan dalam mempersiapkan mental, fisik, dan lainnya, sedangkan panitia memberi pandangan umum tujuan digelarnya KBP. Pada Jam 1 siang setelah pembagian kelompok, peserta diberi materi dasar teater, dilanjutkan seni tari diasuh maestro tari tradisional Tri Broto Wibisono, workshop seni tari berjalan lancar diikuti sekitar 150 peserta, dan semuanya antusias mengikuti arahan pelatih, inilah bukti generasi milenial sangat membutuhkan ruang ekspresi, seperti tarian sebagai jalan pencarian jati diri.

Malam harinya, peserta workshop disuguhkan pertunjukan dari para pemuda Cangaan-Gresik yang menampilkan musik etnik bernuansa Jawa lewat tembang Lir Ilir, dan beberapa lagunya Sujiwo Tejo yang diaransemen ulang, sehingga punya warna tersendiri. Dilanjutkan tampilan Sangbala Children Theatre diasuh Rodli TL, membawai naskah “Kaum Klepto,” dimana para pemainnya mayoritas anak-anak begitu ceria dan terampil melakoni perannya masing-masing, menjelmalah pertunjukan yang solid.

Hari Kedua, peserta peroleh pelatihan membatik secara langsung dari narasumber yang sudah ahlinya, lantas malam harinya mendapat suguhan dari Meimura yang berkolaborasi dengan Tri Broto Wibisono yang mengetengahkan ludruk tradisi. Ini menambah wawasan baru bagi semua peserta kemah mengenal ragam kesenian, terlebih dunia pertunjukan. Disusul pertunjukan tari tradisional yang dibawakan siswi dari MA Mazroatul Ulum Lamongan.

Hari Ketiga, peserta diberikan wawasan baru dunia wayang yang langsung diasuh ki dalang dari Temanggung, Ki Ompong Sudarsono. Pada pelaksanaannya, ki dalang melibatkan peserta dalam memahami perihal dunia pewayangan; interaktif peserta dengan pemateri terlihat saat peserta diajak memainkan wayang sekaligus. Di malam harinya, peserta diajak mempraktekan semua ilmu yang diperoleh, diawali pertunjukan monolog oleh Pandu dengan naskahnya “Tentang Tanah.”

Hari Keempat, peserta menyiapkan semua materi serta perlengkapannya untuk diaplikasikan di panggung pertunjukan, dari mental juga fisik diuji di atas penempaan selama mengikuti kegiatan. Penampilan pertama Kelompok Satu dibimbing Galuh Tulus Utama atas konsep teater tubuhnya begitu menghipnosis penonton berjudul “Yang Menyentuh Hidup,” berseting bebatuan kapur, para aktor berhasil mengolahnya menjelma pertunjukan yang mengagumkan. Tampilan kedua Kelompok WS Rendra yang saya bimbing, membawakan tema kebangsaan relijius bertitel “Negri Para Pecinta,” menampilkan pertunjukan yang apik, walau para aktornya mayoritas pemula dalam seni pertunjukan, ini seakan membangkitkan gairah semangat peserta untuk senantiasa optimis berkarya dalam setiap kondisi apapun nantinya.

Kelompok Tiga dibina Mahendra, menampilkan pertunjukan yang banyak mengeksplor tubuh dengan properti; bangku, meja, sarung, serta lainnya, lewat judul “Sebuah bangku dan kenangan yang berlesatan pulang dan pergi.” Pementasan ini mencuri perhatian penonton, pasalnya begitu ketat penemuan gerak tubuh terus mengalir memainkan tempo yang mengundang tanya seolah tidak memberi jeda menghela nafas, lantaran ketatnya aktor mengolah panggung. Penampilan Keempat digarap Sholihul Huda, seniman yang sudah lama tinggal di Jogjakarta ini melayarkan naskahnya “Kick-Kock,”  dengan konsep pertunjukan grouping aktor yang membuat penonton berdecak kagum sedikit lucu menghibur, ketika para pemain melakoni perannya penuh daya alir tanpa beban seibarat air.

Tampilan Kelima dibidani Ki Ompong Sudarsono dengan naskahnya “Ya Gitu Deh.” Sebuah pementasan lewat bahasa-bahasa simbol pewayangan yang cukup menarik penonton ke dalam nuansa sublim walau dengan ritme sedikit pelan, tapi tetap terasa spontan mengalir. Penampilan Keenam dibina oleh sesepuh Teater Tobong, Dody Yan Masfa dengan naskah berjudul “Orang Angan.” Penampilannya membawa penonton kian dalam lagi memahami gerak aktor, karena sebelumnya sudah disuguhkan pertunjukan yang banyak memakai konsep teater tubuh, maka perpaduan tubuh beserta dialog kian menusuk dalam ke alam bawah sadar yang menceritakan perihal kehidupan.

Setelah pementasan dari Enam Kelompok yang diikuti para peserta kemah budaya, diakhiri sarasehan atau evaluasi dari hasil workshop yang sudah dilangsungkan. Secara keseluruhan, memandang perhelatan KBP pertama kali ini saya berani berkata sudah berhasil! Maka kepada semua pelaku, pecinta, pemerhati seni-budaya di Lamongan dan Gresik khususnya, pula Jawa Timur pada umumnya. Saya ucapkan selamat! Semoga spirit ini tetap terjaga demi membangun kesadaran budaya bangsa.
***

*) Senimal asal Bandung, penggagas Teater Vanderwijck Syuro Indonesia, bermukim di Desa Payaman, Solokuro, Lamongan, JaTim.
http://sastra-indonesia.com/2019/12/kemah-budaya-pantura-kbp-se-jawa-timur/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Khoirul Anam A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.D. Zubairi A.S. Laksana Abd. Basid Abdul Aziz Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Abdul Hadi W.M. Abdul Rauf Singkil Abdul Rosyid Abdul Salam HS Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abu Nawas Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Ach. Tirmidzi Munahwan Achmad Faesol Adam Chiefni Adhitya Ramadhan Adi Mawardi Adian Husaini Aditya Ardi N Ady Amar Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Fahri Husein Agus Fathuddin Yusuf Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Baso Ahmad Fatoni Ahmad Hadidul Fahmi Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syafii Maarif Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rohim Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sahal Akhmad Taufiq Akhudiat Alang Khoiruddin Alang Khoirudin Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Aliansyah Allamah Syaikh Dalhar Alvi Puspita AM Adhy Trisnanto Ami Herman Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aminullah HA Noor Amir Hamzah Ammar Machmud Andri Awan Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjar Nugroho Anjrah Lelono Broto Antari Setyowati Anwar Nuris Arafat Nur Ariany Isnamurti Arie MP Tamba Arie Yani Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arifin Hakim Arman AZ Arwan Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Juanda Asep S. Bahri Asep Sambodja Asep Yayat Asif Trisnani Aswab Mahasin Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Azizah Hefni Azwar Nazir B Kunto Wibisono Babe Derwan Badrut Tamam Gaffas Bale Aksara Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Benke Berita Berita Duka Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budiawan Dwi Santoso Buku Kritik Sastra Candra Adikara Irawan Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chairul Abhsar Chairul Akhmad Chamim Kohari CNN Indonesia Cucuk Espe Cut Nanda A. D Zawawi Imron D. Dudu AR Dahta Gautama Damanhuri Zuhri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Danuji Ahmad Dati Wahyuni Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dede Kurniawan Dedik Priyanto Den Rasyidi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Detti Febrina Dewi Kartika Dian Sukarno Dian Wahyu Kusuma Didi Purwadi Dien Makmur Din Saja Djasepudin Djauharul Bar Djoko Pitono Djoko Saryono DM Ningsih Doddy Hidayatullah Donny Syofyan Dr Afif Muhammad MA Dr. Simuh Dr. Yunasril Ali Dudi Rustandi Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dyah Ratna Meta Novia E Tryar Dianto Ecep Heryadi Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Edy Susanto EH Ismail Eka Budianta Ekky Malaky Eko Israhayu Ellie R. Noer Emha Ainun Nadjib Esai Esha Tegar Putra Evi Melyati Fachry Ali Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faizal Af Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fazabinal Alim Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Fuad Mardhatillah UY Tiba Furqon Lapoa Fuska Sani Evani Geger Riyanto Ghufron Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur Gus Muwaffiq Gusriyono Gusti Grehenson H Marjohan H. Usep Romli H.M. Habibullah Hadi Napster Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Hamzah Fansuri Hamzah Sahal Hamzah Tualeka Zn Hanibal W.Y. Wijayanta Hanum Fitriah Haris del Hakim Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Basri Marwah Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Helmy Prasetya Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Heri Listianto Heri Ruslan Herry Lamongan Herry Nurdi Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hotnida Novita Sary Hudan Hidayat Husein Muhammad I Nyoman Suaka Ibn ‘Arabi (1165-1240) Ibn Rusyd Ibnu Sina Ibnu Wahyudi Idayati Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imadi Daimah Ermasuri Imam Hamidi Antassalam Imam Khomeini Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Nasri Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Kurniawan Indra Tjahyadi Inung As Irma Safitri Isbedy Stiawan Z.S. Istiyah Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar J Sumardianta Jadid Al Farisy Jalaluddin Jalaluddin Rakhmat Jamal Ma’mur Asmani Jamaluddin Mohammad Javed Paul Syatha Jaya Suprana Jember Gemar Membaca Jo Batara Surya Johan Wahyudi John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K. Muhamad Hakiki K.H. A. Azis Masyhuri K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin Kabar Pesantren Kafiyatun Hasya Kanjeng Tok Kasnadi Kazzaini Ks KH Abdul Ghofur KH. Irfan Hielmy Khansa Arifah Adila Khoirul Anwar Khoirur Rizal Umami Khoshshol Fairuz Kiai Muzajjad Kiki Mikail Kitab Dalailul Khoirot Kodirun Komunitas Deo Gratias Koskow Kritik Sastra Kurniawan Kurtubi Kuswaidi Syafi’ie Kyai Maimun Zubair Lan Fang Larung Sastra Leila S. Chudori Linda S Priyatna Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Asya Lukman Santoso Az M Arif Rohman Hakim M Hari Atmoko M Ismail M Thobroni M. Adnan Amal M. Al Mustafad M. Arwan Hamidi M. Bashori Muchsin M. Faizi M. Hadi Bashori M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Mustafied M. Nurdin M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki M.S. Nugroho M.Si M’Shoe Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahrus eL-Mawa Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mansur Muhammad Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marjohan Marsudi Fitro Wibowo Martin van Bruinessen Marzuki Wahid Marzuzak SY Masduri Mashuri Masjid Kordoba Masuki M. Astro Matroni Matroni el-Moezany Matroni Muserang Mbah Dalhar Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftahul Ulum Mila Novita Mochtar Lubis Moh. Ghufron Cholid Mohamad Salim Aljufri Mohammad Kh. Azad Mohammad Yamin Muh. Khamdan Muhajir Arrosyid Muhammad Abdullah Muhammad Affan Adzim Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih AR Muhammad Amin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Ghannoe Muhammad Idrus Djoge Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Kosim Muhammad Muhibbuddin Muhammad Mukhlisin Muhammad Quraish Shihab Muhammad Subhan Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yasir Muhammad Yuanda Zara Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyiddin Mujtahid Muktamar Sastra Mulyadi SA Munawar A. Djalil Munawir Aziz Musa Ismail Musa Zainuddin Muslim Mustafa Ismail Mustami’ tanpa Nama Mustofa W Hasyim Musyafak Myrna Ratna N. Mursidi Nasaruddin Umar Nashih Nashrullah Naskah Teater Nasruli Chusna Nasrullah Thaleb Nelson Alwi Nevatuhella Ngarto Februana Nidia Zuraya Ninuk Mardiana Pambudy Nita Zakiyah Nizar Qabbani Nova Burhanuddin Noval Jubbek Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Fauzan Ahmad Nur Wahid Nurcholish Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Orasi Budaya Pangeran Diponegoro Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pesantren Tebuireng Pidato Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pramoedya Ananta Toer Prof. Dr. Nur Syam Profil Ma'ruf Amin Prosa Puisi Puji Hartanto Puji Santosa Pungkit Wijaya Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin PUstaka puJAngga Putera Maunaba Putu Fajar Arcana R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rakhmat Nur Hakim Ramadhan Alyafi Rameli Agam Rasanrasan Boengaketji Ratnaislamiati Raudal Tanjung Banua Reni Susanti Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Retno HY Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Rinto Andriono Risa Umami Riyadhus Shalihin Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rohman Abdullah S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifuddin Syadiri Saifudin Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Salahuddin Wahid Salamet Wahedi Salman Faris Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Pesantren Sastrawan Pujangga Baru Satmoko Budi Santoso Satriwan Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siswanto Siswoyo Sita Planasari A Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slavoj Zizek Snouck Hugronje Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana St Sularto Suci Ayu Latifah Sufyan al Jawi Sugiarta Sriwibawa Sulaiman Djaya Sundari Sungatno Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susringah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaiful Amin Syaifullah Amin Syarif Hidayat Santoso Syeikh Abdul Maalik Syeikh Muhammad Nawawi Syekh Abdurrahman Shiddiq Syekh Sulaiman al Jazuli Syi'ir Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tiar Anwar Bachtiar Tjahjono Widijanto Tok Pulau Manis Toko Buku PUstaka puJAngga Tu-ngang Iskandar Turita Indah Setyani Umar Fauzi Ballah Uniawati Universitas Indonesia Universitas Jember Usep Romli H.M. Usman Arrumy UU Hamidy Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wa Ode Zainab Zilullah Toresano Wahyu Aji Walid Syaikhun Wan Mohd. Shaghir Abdullah Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Fei Hung Y Alpriyanti Yanti Mulatsih Yanuar Widodo Yanuar Yachya Yayuk Widiati Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yopi Setia Umbara Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudi Latif Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusuf Suharto Zaenal Abidin Riam Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zakki Amali Zehan Zareez