Senin, 25 November 2019

PETA SASTRA: UNTUK APA DAN SIAPA

Anindita S Thayf
Jawa Pos, 17/02/2019

Pada tanggal 18-20 Desember 2018, Muktamar Sastra 2018 tergelar di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi'iyah, Sukorejo, Situbondo, Jawa Timur. Perhelatan akbar ini diselenggarakan berlandaskan visi Menggali Kesusastraan Membangun Kebangsaan. Sejumlah pembicaraan dan diskusi pun dilakukan demi menajamkan visi ini. Salah satunya diskusi panel yang membahas seputar peta sastra Indonesia mutakhir dimana saya didapuk menjadi salah satu narasumber.

Setiap peta lahir dari sebuah kepentingan. Lewat peta, ada kekuasaan yang hendak ditunjukkan dan berusaha ditegaskan. Berbicara tentang peta berarti berbicara tentang kepentingan: untuk apa dan untuk siapa peta tersebut dihadirkan. Dengan demikian peta sastra juga bisa dilihat sebagai arena pertarungan. Ketika nama seorang pengarang hadir atau absen dalam salah satu versi peta sastra maka saat itulah pertarungan dimulai.

Terlepas dari perdebatan bagaimana peta sastra disusun, yang perlu dikulik lebih jauh adalah untuk apa peta itu dibuat. Peta disusun bukan dalam ruang kosong. Ada kepentingan ideologi dan politik di balik pembuatan peta. Peta sastra juga tidak selamanya berupa daftar pembabakan waktu per-angkatan atau periode, tapi bisa mengambil wujud lain. Misalnya, daftar pemenang atau nominasi sayembara menulis, hingga sederet nama pengarang pilihan media ternama.

Pada masa kolonial kita mengenal lembaga literasi bernama Balai Pustaka. Sesuai kepentingan kolonial, lembaga ini hanya memasukkan nama pengarang yang menulis untuk penerbitannya ke dalam peta yang mereka buat. Sebaliknya, mereka memberi cap pengarang “bacaan liar” untuk mereka yang berada di luar peta tersebut. Balai Pustaka ingin mengukuhkan bahwa pengarang yang se-ideologi dan segaris politik dengan merekalah yang layak masuk ke dalam peta sastra.

Selepas kemerdekaan, pertarungan peta sastra Indonesia bisa dikatakan mencapai puncaknya. Yaitu, ketika muncul dua kutub yang saling berlawanan: Manikebu dan Lekra. Masing-masing kutub menyusun peta sastranya sendiri. Setelah pecah peristiwa 1965, para pengarang yang namanya tercatat dalam peta sastra ala Lekra sebagian dibunuh, dipenjara dan dibuang.

Dalam perkembangannya, perdebatan sastra tidak mengental pada perbedaan ideologi lagi, melainkan lebih kepada genre sastra. Pemetaan memisahkan karya populer dan sastra. Para pengarang dikotak-kotakkan berdasarkan media dimana karyanya kerap hadir. Jika suatu karya terbit di majalah perempuan, seperti Femina dan Kartini, maka disebutlah ia karya populer. Adapun karya yang dimuat di majalah seperti Horison maupun koran disebut karya sastra.

Tidak ada pernah ada ukuran yang jelas untuk membedakan antara karya populer dan sastra. A. Teeuw dalam bukunya Sastra Indonesia Modern II menyadari kesulitan tersebut. Menurutnya, karya populer lebih sering dinilai dari sampulnya, judul yang romantik dan sensasional, serta penerbit yang menerbitkannya. Ukuran lain yang juga digunakan adalah penggunaan bahasa yang tidak baku seperti bahasa pergaulan kaum urban. Isi dan tema buku sering pula dipakai sebagai ukuran. Bacaan yang berkisah seputar romantika sepasang kekasih atau curahan hati seorang istri, juga hal-hal erotis, dikategorikan sebagai karya populer.

Alhasil, nama pengarang perempuan yang muncul pada dekade 70-an, seperti Marga T dan Mira W, tidak ada dalam peta sastra. Mereka dikategorikan pengarang karya populer. Pemetaan tersebut seolah ingin menegaskan bahwa pengarang perempuan hanya mampu menghasilkan bacaan-bacaan populer yang isinya sebatas hiburan bagi pembaca. Sebuah bacaan yang, menurut istilah A. Teeuw, merupakan sarana “pelerai duka” atau “penawar duka dan nestapa”. Dalam hal ini kepentingan patriarkal jelas terlihat.

Selanjutnya, pemetaan sastra bergeser sesuai perkembangan teknologi. Sebagaimana yang disampaikan Ross Tapsell dalam Kuasa Media di Indonesia, pada paruh 1990-an internet mulai masuk ke Indonesia. Perkembangan ini ternyata berpengaruh pula pada sastra. Sastra tidak lagi terbatas pada media cetak, melainkan merambah ke dunia cyber. Maka munculah istilah sastra cyber. Sebagaimana terangkum dalam buku Cyber Graffiti: Polemik Sastra Cyberpunk (2001), kehadiran sastra cyber memantik perdebatan panas. Pro-kontra seputar apakah karya-karya yang ditampilkan dalam medium cyber bisa dipetakan sebagai karya sastra atau tidak menjadi fokus perdebatan. Seiring pertumbuhan media sosial yang kian pesat, kian jauh pula perdebatan itu dari titik simpul. Semisal, apakah para pengarang “sastra media sosial” bisa dimasukkan ke dalam peta sastra Indonesia atau tidak? Di sinilah kepentingan akan tetap berperan.

Untuk Siapa?

Pada bulan Desember 2013, hadir buku 33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh yang memicu perdebatan alot seputar peta sastra Indonesia mutakhir. Buku yang disusun Jamal D. Rahman dkk ini menjadi kontroversi karena memetakan para pengarang berdasarkan sesuatu yang absurd: pengaruhnya. Salah satu titik panas perdebatan adalah dimasukkannya nama Denny JA sebagai sastrawan paling berpengaruh, mengungguli penyair seperti Wiji Thukul. Perdebatan juga ditujukan kepada orang-orang yang berperan di balik penyusunan buku tersebut. Di sinilah bisa diajukan pertayaan: untuk siapa peta sastra disusun?

Fakta dan sejarah berbicara bahwa setiap peta sastra punya “tuannya” sendiri. Sang Tuan bisa saja seorang kritikus sastra atau sastrawan senior yang punya seleranya sendiri, media yang punya rencananya masing-masing, sayembara atau lomba dengan visi dan misi tertentu, bahkan pasar industri buku yang maha agung. Setiap tuan akan menciptakan peta sastra yang mewakili selera dan kepentingannya. Atas pertanyaan untuk siapa peta sastra disusun maka jawabannya adalah tergantung pemangku kepentingan yang ada di baliknya.

Sementara itu, apa pentingnya peta sastra bagi seorang pengarang? Apakah untuk mengetahui nama-nama pengarang lain dan karyanya? Atau jangan-jangan untuk sekadar melihat apakah nama si pengarang bersangkutan sudah terdaftar atau belum, diakui atau dilupakan, dalam peta sastra?

Dari zaman dulu hingga sekarang, peta sastra lebih sering digunakan sebagai pengukuh seorang pengarang. Kecenderungan ini semakin menguat ketika dunia memasuki apa yang disebut Mario Vargas sebagai era Peradaban Tontonan. Masuknya nama seorang pengarang dalam peta sastra akan dianggap penting karena bisa memberikan legitimasi bahwa dirinya layak tampil di atas rupa-rupa panggung tontonan sastra seperti, acara pekan raya sastra, pelatihan mengarang, pembacaan karya sastra hingga menjadi duta sastra di mancanegara.

Bila peta sastra dianggap penting bagi sastrawan itu sendiri maka seorang pengarang memang perlu berlaku meniru selebriti. Berusaha terus tampil demi mengejar kepopuleran dan agar namanya tidak terlupakan saat penyusuan peta. ***

*) Novelis dan esais. Panelis Muktamar Sastra 2018
https://www.facebook.com/anindita.thayf/posts/10205875770451631

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Khoirul Anam A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.D. Zubairi A.S. Laksana Abd. Basid Abdul Aziz Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Abdul Hadi W.M. Abdul Rauf Singkil Abdul Rosyid Abdul Salam HS Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abu Nawas Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Ach. Tirmidzi Munahwan Achmad Faesol Adam Chiefni Adhitya Ramadhan Adi Mawardi Adian Husaini Aditya Ardi N Ady Amar Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Fahri Husein Agus Fathuddin Yusuf Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Baso Ahmad Fatoni Ahmad Hadidul Fahmi Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syafii Maarif Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rohim Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sahal Akhmad Taufiq Akhudiat Alang Khoiruddin Alang Khoirudin Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Aliansyah Allamah Syaikh Dalhar Alvi Puspita AM Adhy Trisnanto Ami Herman Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aminullah HA Noor Amir Hamzah Ammar Machmud Andri Awan Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjar Nugroho Anjrah Lelono Broto Antari Setyowati Anwar Nuris Arafat Nur Ariany Isnamurti Arie MP Tamba Arie Yani Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arifin Hakim Arman AZ Arwan Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Juanda Asep S. Bahri Asep Sambodja Asep Yayat Asif Trisnani Aswab Mahasin Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Azizah Hefni Azwar Nazir B Kunto Wibisono Babe Derwan Badrut Tamam Gaffas Bale Aksara Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Benke Berita Berita Duka Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budiawan Dwi Santoso Buku Kritik Sastra Candra Adikara Irawan Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chairul Abhsar Chairul Akhmad Chamim Kohari CNN Indonesia Cucuk Espe Cut Nanda A. D Zawawi Imron D. Dudu AR Dahta Gautama Damanhuri Zuhri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Danuji Ahmad Dati Wahyuni Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dede Kurniawan Dedik Priyanto Den Rasyidi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Detti Febrina Dewi Kartika Dian Sukarno Dian Wahyu Kusuma Didi Purwadi Dien Makmur Din Saja Djasepudin Djauharul Bar Djoko Pitono Djoko Saryono DM Ningsih Doddy Hidayatullah Donny Syofyan Dr Afif Muhammad MA Dr. Simuh Dr. Yunasril Ali Dudi Rustandi Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dyah Ratna Meta Novia E Tryar Dianto Ecep Heryadi Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Edy Susanto EH Ismail Eka Budianta Ekky Malaky Eko Israhayu Ellie R. Noer Emha Ainun Nadjib Esai Esha Tegar Putra Evi Melyati Fachry Ali Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faizal Af Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fazabinal Alim Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Fuad Mardhatillah UY Tiba Furqon Lapoa Fuska Sani Evani Geger Riyanto Ghufron Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur Gus Muwaffiq Gusriyono Gusti Grehenson H Marjohan H. Usep Romli H.M. Habibullah Hadi Napster Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Hamzah Fansuri Hamzah Sahal Hamzah Tualeka Zn Hanibal W.Y. Wijayanta Hanum Fitriah Haris del Hakim Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Basri Marwah Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Helmy Prasetya Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Heri Listianto Heri Ruslan Herry Lamongan Herry Nurdi Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hotnida Novita Sary Hudan Hidayat Husein Muhammad I Nyoman Suaka Ibn ‘Arabi (1165-1240) Ibn Rusyd Ibnu Sina Ibnu Wahyudi Idayati Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imadi Daimah Ermasuri Imam Hamidi Antassalam Imam Khomeini Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Nasri Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Kurniawan Indra Tjahyadi Inung As Irma Safitri Isbedy Stiawan Z.S. Istiyah Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar J Sumardianta Jadid Al Farisy Jalaluddin Jalaluddin Rakhmat Jamal Ma’mur Asmani Jamaluddin Mohammad Javed Paul Syatha Jaya Suprana Jember Gemar Membaca Jo Batara Surya Johan Wahyudi John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K. Muhamad Hakiki K.H. A. Azis Masyhuri K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin Kabar Pesantren Kafiyatun Hasya Kanjeng Tok Kasnadi Kazzaini Ks KH Abdul Ghofur KH. Irfan Hielmy Khansa Arifah Adila Khoirul Anwar Khoirur Rizal Umami Khoshshol Fairuz Kiai Muzajjad Kiki Mikail Kitab Dalailul Khoirot Kodirun Komunitas Deo Gratias Koskow Kritik Sastra Kurniawan Kurtubi Kuswaidi Syafi’ie Kyai Maimun Zubair Lan Fang Larung Sastra Leila S. Chudori Linda S Priyatna Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Asya Lukman Santoso Az M Arif Rohman Hakim M Hari Atmoko M Ismail M Thobroni M. Adnan Amal M. Al Mustafad M. Arwan Hamidi M. Bashori Muchsin M. Faizi M. Hadi Bashori M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Mustafied M. Nurdin M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki M.S. Nugroho M.Si M’Shoe Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahrus eL-Mawa Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mansur Muhammad Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marjohan Marsudi Fitro Wibowo Martin van Bruinessen Marzuki Wahid Marzuzak SY Masduri Mashuri Masjid Kordoba Masuki M. Astro Matroni Matroni el-Moezany Matroni Muserang Mbah Dalhar Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftahul Ulum Mila Novita Mochtar Lubis Moh. Ghufron Cholid Mohamad Salim Aljufri Mohammad Kh. Azad Mohammad Yamin Muh. Khamdan Muhajir Arrosyid Muhammad Abdullah Muhammad Affan Adzim Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih AR Muhammad Amin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Ghannoe Muhammad Idrus Djoge Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Kosim Muhammad Muhibbuddin Muhammad Mukhlisin Muhammad Quraish Shihab Muhammad Subhan Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yasir Muhammad Yuanda Zara Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyiddin Mujtahid Muktamar Sastra Mulyadi SA Munawar A. Djalil Munawir Aziz Musa Ismail Musa Zainuddin Muslim Mustafa Ismail Mustami’ tanpa Nama Mustofa W Hasyim Musyafak Myrna Ratna N. Mursidi Nasaruddin Umar Nashih Nashrullah Naskah Teater Nasruli Chusna Nasrullah Thaleb Nelson Alwi Nevatuhella Ngarto Februana Nidia Zuraya Ninuk Mardiana Pambudy Nita Zakiyah Nizar Qabbani Nova Burhanuddin Noval Jubbek Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Fauzan Ahmad Nur Wahid Nurcholish Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Orasi Budaya Pangeran Diponegoro Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pesantren Tebuireng Pidato Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pramoedya Ananta Toer Prof. Dr. Nur Syam Profil Ma'ruf Amin Prosa Puisi Puji Hartanto Puji Santosa Pungkit Wijaya Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin PUstaka puJAngga Putera Maunaba Putu Fajar Arcana R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rakhmat Nur Hakim Ramadhan Alyafi Rameli Agam Rasanrasan Boengaketji Ratnaislamiati Raudal Tanjung Banua Reni Susanti Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Retno HY Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Rinto Andriono Risa Umami Riyadhus Shalihin Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rohman Abdullah S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifuddin Syadiri Saifudin Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Salahuddin Wahid Salamet Wahedi Salman Faris Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Pesantren Sastrawan Pujangga Baru Satmoko Budi Santoso Satriwan Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siswanto Siswoyo Sita Planasari A Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slavoj Zizek Snouck Hugronje Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana St Sularto Suci Ayu Latifah Sufyan al Jawi Sugiarta Sriwibawa Sulaiman Djaya Sundari Sungatno Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susringah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaiful Amin Syaifullah Amin Syarif Hidayat Santoso Syeikh Abdul Maalik Syeikh Muhammad Nawawi Syekh Abdurrahman Shiddiq Syekh Sulaiman al Jazuli Syi'ir Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tiar Anwar Bachtiar Tjahjono Widijanto Tok Pulau Manis Toko Buku PUstaka puJAngga Tu-ngang Iskandar Turita Indah Setyani Umar Fauzi Ballah Uniawati Universitas Indonesia Universitas Jember Usep Romli H.M. Usman Arrumy UU Hamidy Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wa Ode Zainab Zilullah Toresano Wahyu Aji Walid Syaikhun Wan Mohd. Shaghir Abdullah Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Fei Hung Y Alpriyanti Yanti Mulatsih Yanuar Widodo Yanuar Yachya Yayuk Widiati Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yopi Setia Umbara Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudi Latif Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusuf Suharto Zaenal Abidin Riam Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zakki Amali Zehan Zareez