Kamis, 22 Agustus 2019

Mbah Moen Dan Nasionalisme

Dr. H. Sutejo, M. Hum. *

Mbah Moen adalah nama panggilan. Ya, panggilan abrab beliau dari KH. Maimoen Zubair. Harian Kompas (edisi 6/8/2019), paling tidak menerbitkan dua tulisan menarik: (i) Obituari KH Maimoen Zubair: Sang Guru Bangsa itu Telah Pergi (hal.1), dan (ii) opini dari Sekjen PBNU, A. Helmy Faishal Zaini yang berjudul Perginya Ulama Pengawal Pancasila (hal. 6).
Sungguh kepergian beliau sangat mengejutkan, meski sebelumnya beliau pernah bercerita kepada para santri jika beliau ingin meninggal pada hari Selasa. Sebab, ayah, kakek, dan buyutnya juga meninggal pada hari Selasa. Ternyata, itu kemudian menjadi wasiat beliau yang terkabulkan. Tanggal 6 Agustus 2019, beliau berpulang ke “langit kesucian”. Tempat kembali segala dzat diperjalankan. Sementara itu, jika kita menengok kelahiran beliau, yakni tanggal 28 Oktober 1928 adalah hari bersejarah bagi bangsa Indonesia. Sumpah Pemuda.

Adapun isi dari Sumpah Pemuda itu adalah “Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia. Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.” Tak mengherankan, jika beliau dikenal sebagai ulama besar, sang guru bangsa, yang setia mengawal kebinekaan, pengawal Pancasila. Sungguh, sebuah inspirasi bagi bangsa Indonesia, bukan saja bagi cendekia, kaum terdidik, rakyat, tetapi para birokrat dan pejabat Negara.

Filosofi kelahiran beliau bertepatan dengan Sumpah Pemuda, seakan mentasbiskan sebagai ikon “persatuan-kesatuan” bangsa. Tidak mengherankan, jika sepak terjang, gagasan, pemikiran, dan keteladan beliau –nyaris sebagaimana implementasi—dari hakikat dan pesan Sumpah Pemuda. Salah satunya, tentu adalah “Risalah Sarang” yang menjadi pengingat dan pemantik bangsa Indonesia untuk mengawal kebhenikaan Indonesia.
***

Beliau adalah Pengasuh Pondok Pesantren Al-Anwar Sarang, Rembang, KH Maimun Zubair. Lima bulan yang lalu, pernah menyampaikan orasi kebangsaan pada Apel Kebangsaan “Kita Merah Putih” di Lapangan Pancasila, Simpang Lima, Kota Semarang, Jawa Tengah, Minggu (17/3/2019). Mendaras perjalanan beliau, tentu tak bisa diceritakan dalam satu dua tulisan (artikel), tetapi sebuah “buku kehidupan” yang panjang, entah berbatas berapa ribu halaman. Inilah yang diakui Sekjen PBNU, di kolom opini Kompas 6 Agustus 2019, hal. 6.

Beberapa poin yang menarik direnungkan dari opini A. Helmy Faishal Zaini selaku Sekjen PBNU dapat dikemukakan sebagai berikut. Pertama, hakikat pesan filosofi makna di balik ‘lita’arafu’. A. Helmy Faishal Zaini sampai mengungkapkan begini, “Luas pengetahuan dan dalamnya keteladanan membuat kita harus bekerja keras untuk menampung samudra ilmu dan teladan yang diwariskannya. Dari Mbah Moen saya mendapatkan ilmu soal makna kata lita’arafu dalam Al-Hujurat: 13, “Ya ayyuhan-nas, inna khalaqnakum min dzakarin wa untsa, wa jaalnakum syuuban wa qabaila lita’arafu”.

Makna saling mengisi dan bekerja sama jauh lebih progresif dan kontekstual dibandingkan dengan tafsir-tafsir yang berkembang selama ini yang cenderung mengartikan lita’arafu dengan hanya sebatas saling mengenal. Saling mengisi adalah kata kunci yang ingin dikemukakan Mbah Moen. Indonesia yang berdiri di atas bangunan kebinekaan dan keragaman suku, bangsa, budaya harus ditopang kesadaran individunya untuk saling mengisi dan bekerja sama satu dengan yang lainnya. Saya kemudian merenungkan pesan filosofis kebinekaan ini dengan nyes.

Kontan mengingatkan saya pada dua buku karya sahabat Aksin Wijaya. Pertama, Kontestasi Merebut Kebenaran Islam di Indonesia: Dari Berislam secara Teologis ke Berislam secara Humanis (Penerbit IRCiSoD Yogyakarta, 2019). Kedua, buku yang berjudul Dari Membela Tuhan ke Membela Manusia: Kritik Atas Nalar Agamaisasi Kekerasan (Mizan, 2018). Keduanya, merespon apa yang popular dengan gerakan 212, terutama gerakan jilid II, selalu membawa orang yang banyak ke Monas, yang selalu mengatasnamakan Islam, dan hendak membela Islam dan umat Islam, baik orang yang mereka tuduh sebagai penista agama, maupun orang-orang, dan khususnya pemerintah, yang juga dituduh sebagai pembela penista agama.

Tidak saja itu, juga dua buku lainnya yang inspiratif terkait pesan filofis “lita’arafu” itu, yakni buku yang berjudul Islam Nusantara: Jalan Panjang Moderasi Beragama di Indonesia (Quanta Penerbit PT Elex Media Komputindo, 2019) karya dari Prof. Dr. H. Nasruddin Umar, M.A. Empat tahun sebelumnya, pun juga ada buku menarik yang dikeluarkan oleh ormas Muhammadiyah. Buku itu berjudul Fiqih Kebinekaan: Pandangan Islam tentang Umat, Kewargaan, dan Kepemimpinan Non-Muslim (Mizan, 2015). Sebuah buku terbitan Ma’arif Institute for Culture and Humanity kerja bareng dengan Mizan Publishing House.

Beberapa pesan kerberagamaan yang menarik direnungkan. Nasaruddin Umar, misalnya,  “menyejajarkannya” dengan konsep-karakteristik Islam yang tumbuh di Nusantara seperti  lahirnya Islam inklusif, dan Islam Nusantara oleh Nahdlatul Ulama (NU). Beberapa negara yang mayoritas Muslim juga memiliki istilah khusus untuk mencirikan kekhususan Islam di negerinya. Sebut misalnya, Mahadir Muhammad mengenalkan Islam Hadharah, Benazir Bhutto memperkenalkan Islam inklusif, dan Pak SBY mengenalkan Islam Rahmatan Lil Alamin.

Sementara itu, Aksin Wijaya juga menekankan pesan agama sebagai rahmatal lil’alamin. Eksplorasi penulisan dua buku Aksin Wijaya, beroreantasi pada pemikiran kritis-analitis-kultural: bagaimana sesungguhnya beragama yang indah humanis? Sebuah diskusi menarik tentang “logika” tarik-menarik antara “kontestasi beragama” secara teologis ke beragama secara humanis –tentu dalam konteks beragama Islam. Pewacanaan yang konsisten tentang bagaimana beragama yang santun, beradab, toleran, etik, dan humanis; menjadi pemikiran yang konsisten diperjuangkan Aksin Wijaya.

Kehadiran Islam Nusantara, yang kata tulis Nasruddin Umar, lebih akrab dengan Islam inklusif adalah sebuah pemahaman yang selalu berusaha menampilkan Islam sebagai ajaran yang penuh kasih sayang (rahmah), toleransi (tasamuh), berkeadilan (‘adalah), menekankan aspek pertemuan, titik temu, dan perjumpaan (kalimah sawa’); bukan menampilkan kekerasan (tasyaddud) dan terorisme (irhab) (hal. 112). Islam yang bisa tegak di atas atau di samping nilai lokal-kultural. Islam yang mampu memberi ruang terhadap kearifan lokal. Bahkan, Islam yang mampu menjadi wadah peleburan (melting pot) terhadap pluralitas nilai dan norma yang hidup di masyarakat. []
***

*) Sutejo adalah Ketua STKIP PGRI Ponorogo, Ketua Litbang PCNU Ponorogo, Anggota Dewan Pakar PC ISNU Ponorogo, Ketua Bidang Pengembangan SDM PGRI kabupaten Ponorogo, Anggota Dewan Pakar PW LTNU Jawa Timur.
https://www.stkippgriponorogo.ac.id/2019/08/mbah-moen-dan-nasionalisme/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Khoirul Anam A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.D. Zubairi A.S. Laksana Abd. Basid Abdul Aziz Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Abdul Hadi W.M. Abdul Rauf Singkil Abdul Rosyid Abdul Salam HS Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abu Nawas Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Ach. Tirmidzi Munahwan Achmad Faesol Adam Chiefni Adhitya Ramadhan Adi Mawardi Adian Husaini Aditya Ardi N Ady Amar Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Fahri Husein Agus Fathuddin Yusuf Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Baso Ahmad Fatoni Ahmad Hadidul Fahmi Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syafii Maarif Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rohim Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sahal Akhmad Taufiq Akhudiat Alang Khoiruddin Alang Khoirudin Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Aliansyah Allamah Syaikh Dalhar Alvi Puspita AM Adhy Trisnanto Ami Herman Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aminullah HA Noor Amir Hamzah Ammar Machmud Andri Awan Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjar Nugroho Anjrah Lelono Broto Antari Setyowati Anwar Nuris Arafat Nur Ariany Isnamurti Arie MP Tamba Arie Yani Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arifin Hakim Arman AZ Arwan Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Juanda Asep S. Bahri Asep Sambodja Asep Yayat Asif Trisnani Aswab Mahasin Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Azizah Hefni Azwar Nazir B Kunto Wibisono Babe Derwan Badrut Tamam Gaffas Bale Aksara Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Benke Berita Berita Duka Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budiawan Dwi Santoso Buku Kritik Sastra Candra Adikara Irawan Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chairul Abhsar Chairul Akhmad Chamim Kohari CNN Indonesia Cucuk Espe Cut Nanda A. D Zawawi Imron D. Dudu AR Dahta Gautama Damanhuri Zuhri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Danuji Ahmad Dati Wahyuni Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dede Kurniawan Dedik Priyanto Den Rasyidi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Detti Febrina Dewi Kartika Dian Sukarno Dian Wahyu Kusuma Didi Purwadi Dien Makmur Din Saja Djasepudin Djauharul Bar Djoko Pitono Djoko Saryono DM Ningsih Doddy Hidayatullah Donny Syofyan Dr Afif Muhammad MA Dr. Simuh Dr. Yunasril Ali Dudi Rustandi Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dyah Ratna Meta Novia E Tryar Dianto Ecep Heryadi Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Edy Susanto EH Ismail Eka Budianta Ekky Malaky Eko Israhayu Ellie R. Noer Emha Ainun Nadjib Esai Esha Tegar Putra Evi Melyati Fachry Ali Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faizal Af Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fazabinal Alim Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Fuad Mardhatillah UY Tiba Furqon Lapoa Fuska Sani Evani Geger Riyanto Ghufron Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur Gus Muwaffiq Gusriyono Gusti Grehenson H Marjohan H. Usep Romli H.M. Habibullah Hadi Napster Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Hamzah Fansuri Hamzah Sahal Hamzah Tualeka Zn Hanibal W.Y. Wijayanta Hanum Fitriah Haris del Hakim Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Basri Marwah Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Helmy Prasetya Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Heri Listianto Heri Ruslan Herry Lamongan Herry Nurdi Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hotnida Novita Sary Hudan Hidayat Husein Muhammad I Nyoman Suaka Ibn ‘Arabi (1165-1240) Ibn Rusyd Ibnu Sina Ibnu Wahyudi Idayati Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imadi Daimah Ermasuri Imam Hamidi Antassalam Imam Khomeini Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Nasri Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Kurniawan Indra Tjahyadi Inung As Irma Safitri Isbedy Stiawan Z.S. Istiyah Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar J Sumardianta Jadid Al Farisy Jalaluddin Jalaluddin Rakhmat Jamal Ma’mur Asmani Jamaluddin Mohammad Javed Paul Syatha Jaya Suprana Jember Gemar Membaca Jo Batara Surya Johan Wahyudi John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K. Muhamad Hakiki K.H. A. Azis Masyhuri K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin Kabar Pesantren Kafiyatun Hasya Kanjeng Tok Kasnadi Kazzaini Ks KH Abdul Ghofur KH. Irfan Hielmy Khansa Arifah Adila Khoirul Anwar Khoirur Rizal Umami Khoshshol Fairuz Kiai Muzajjad Kiki Mikail Kitab Dalailul Khoirot Kodirun Komunitas Deo Gratias Koskow Kritik Sastra Kurniawan Kurtubi Kuswaidi Syafi’ie Kyai Maimun Zubair Lan Fang Larung Sastra Leila S. Chudori Linda S Priyatna Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Asya Lukman Santoso Az M Arif Rohman Hakim M Hari Atmoko M Ismail M Thobroni M. Adnan Amal M. Al Mustafad M. Arwan Hamidi M. Bashori Muchsin M. Faizi M. Hadi Bashori M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Mustafied M. Nurdin M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki M.S. Nugroho M.Si M’Shoe Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahrus eL-Mawa Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mansur Muhammad Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marjohan Marsudi Fitro Wibowo Martin van Bruinessen Marzuki Wahid Marzuzak SY Masduri Mashuri Masjid Kordoba Masuki M. Astro Matroni Matroni el-Moezany Matroni Muserang Mbah Dalhar Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftahul Ulum Mila Novita Mochtar Lubis Moh. Ghufron Cholid Mohamad Salim Aljufri Mohammad Kh. Azad Mohammad Yamin Muh. Khamdan Muhajir Arrosyid Muhammad Abdullah Muhammad Affan Adzim Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih AR Muhammad Amin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Ghannoe Muhammad Idrus Djoge Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Kosim Muhammad Muhibbuddin Muhammad Mukhlisin Muhammad Quraish Shihab Muhammad Subhan Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yasir Muhammad Yuanda Zara Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyiddin Mujtahid Muktamar Sastra Mulyadi SA Munawar A. Djalil Munawir Aziz Musa Ismail Musa Zainuddin Muslim Mustafa Ismail Mustami’ tanpa Nama Mustofa W Hasyim Musyafak Myrna Ratna N. Mursidi Nasaruddin Umar Nashih Nashrullah Naskah Teater Nasruli Chusna Nasrullah Thaleb Nelson Alwi Nevatuhella Ngarto Februana Nidia Zuraya Ninuk Mardiana Pambudy Nita Zakiyah Nizar Qabbani Nova Burhanuddin Noval Jubbek Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Fauzan Ahmad Nur Wahid Nurcholish Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Orasi Budaya Pangeran Diponegoro Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pesantren Tebuireng Pidato Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pramoedya Ananta Toer Prof. Dr. Nur Syam Profil Ma'ruf Amin Prosa Puisi Puji Hartanto Puji Santosa Pungkit Wijaya Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin PUstaka puJAngga Putera Maunaba Putu Fajar Arcana R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rakhmat Nur Hakim Ramadhan Alyafi Rameli Agam Rasanrasan Boengaketji Ratnaislamiati Raudal Tanjung Banua Reni Susanti Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Retno HY Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Rinto Andriono Risa Umami Riyadhus Shalihin Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rohman Abdullah S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifuddin Syadiri Saifudin Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Salahuddin Wahid Salamet Wahedi Salman Faris Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Pesantren Sastrawan Pujangga Baru Satmoko Budi Santoso Satriwan Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siswanto Siswoyo Sita Planasari A Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slavoj Zizek Snouck Hugronje Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana St Sularto Suci Ayu Latifah Sufyan al Jawi Sugiarta Sriwibawa Sulaiman Djaya Sundari Sungatno Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susringah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaiful Amin Syaifullah Amin Syarif Hidayat Santoso Syeikh Abdul Maalik Syeikh Muhammad Nawawi Syekh Abdurrahman Shiddiq Syekh Sulaiman al Jazuli Syi'ir Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tiar Anwar Bachtiar Tjahjono Widijanto Tok Pulau Manis Toko Buku PUstaka puJAngga Tu-ngang Iskandar Turita Indah Setyani Umar Fauzi Ballah Uniawati Universitas Indonesia Universitas Jember Usep Romli H.M. Usman Arrumy UU Hamidy Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wa Ode Zainab Zilullah Toresano Wahyu Aji Walid Syaikhun Wan Mohd. Shaghir Abdullah Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Fei Hung Y Alpriyanti Yanti Mulatsih Yanuar Widodo Yanuar Yachya Yayuk Widiati Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yopi Setia Umbara Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudi Latif Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusuf Suharto Zaenal Abidin Riam Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zakki Amali Zehan Zareez