Rabu, 04 Juni 2014

Novel Tak Bertuan

(Expresi diantar­­­­­­­a nilai-nilai moral dan agama)
Awalludin GD Mualif
sastra-indonesia.com

Novel sebagai bagian dari karya sastra, mempunyai bentuk dan proses penceritaanya sendiri yang terikat dalam hukum-hukumnya. Proses dan bentuk yang menghasilkan kecemasan, ketakutan serta harapan, sebab akibat, penyampaian gagasan, nilai pesan-pesan dalam frame dan dunia yang diciptakan penulisnya. Seperti Tuhan yang menciptakan semesta, sebagai latar bagi insan, demikian juga manusia (penulis) mencipta karya sastra, dimana unsur sastra menjadi latar bagi para tokoh yang digambarkan oleh penulis.

Sang penulis dan tokoh

Tentu saja penulis boleh membuat alur cerita sesuai dengan gagasan yang akan disampaikan tanpa harus terhubung alam dan Tuhan. Latar, alur, tema masuk ke dalam sebuah novel, dan sosok tokoh yang dihadirkan dalam balutan cerita. Tanpa tokoh yang bergerak di latar, alur dan tema, maka novel hanya menjadi karya sastra yang membisu bagi pembaca. Karena kehadiran tokoh dapat membentuk jalinan makna bagi pembaca. Di situlah novel akan bertaruh dengan kedalaman jiwa sang tokoh. Entah tokoh itu diangkat dari sebuah kisah nyata maupun fiksi belaka.

Sebagaimana Tuhan yang menciptakan semesta, bumi langit seisinya yang beriringan dengan garis Takdir perjalanan penghuni (mahluk) di dalamnya yang telah ditentukan-Nya. Sang penulis pun mempunyai peranan sama seperti peran “Tuhan,” Tokoh yang diciptakan dalam karya novel menjadi bagian terpenting, sebagaimana Tuhan menciptakan manusia dengan berbagai karakteristiknya, bersuku-suku, berbangsa-bangsa demi memimpin seluruh karya ciptaan-Nya yang agung berupa semesta. Penulis dalam novel pun berperanan sama. Menjadi sutradara besar dalam menentukan latar, alur, tema serta karakteristik tokoh yang dihadirkan.

Novel mengusung kebebasan imajinasi, berfikir, berexpresi tak terbatas oleh ruang dan waktu, ia dapat bergerak liar menjangkau dunia. Menjadi tandingan dunia dalam bingkai kata-kata. Tempat dimana manusia dapat memetik pelajaran, hikmah, pengalaman darinya. Novel mampu masuk ke alam pikiran pembaca selalu mengandung tragedi di dalam tubuh (novel)nya, isi kisah yang tertuang di alur cerita menempuh jalan berliku, dipenuhi oleh peristiwa, renungan, dan khayalan bahkan pengharapan.

Dilema novel, cerita dan asumsi

Apapun yang tergambar dari kisah di dalam novel, tentang kebaikan, keburukan, pun dikotomi dalam cerita, melalui tokoh yang menyuarakan suara agama, menggema dan memantul melalui dinding novel, menyebar dalam renungan tokoh-tokohnya atau penggambaran novel, yang dirindukan masyarakat (pembaca). Tetap saja novel dihadiahi cercaan, hujatan, penolakan bila ia berisikan dialektika yang mengumbar syahwat atau menceritakan tokoh-tokoh ekstrem yang mendekati agama secara tidak biasa. Padahal hal tersebut dapat menggambarkan manusia melalui jalan cerita yang melukiskan realitas kehidupanya.

Novel yang di dalamnya melukiskan tentang hal-hal tabu dalam kehidupan masyarakat terkadang sering dijahui, ditolak karena berbenturan dengan nilai-nilai moral yang tertanam dan “masih” dianut oleh sebagian besar masyarakat ke-timur-an. Terlebih jika pembaca memakai pendekatan moral semata, penganut “faham” ketertiban, maka novel “seolah-olah” menjadi karya sastra yang jauh dari nilai kemanusian. Maka tak jarang prespektif inilah yang menjadikan pembaca salah dalam mengartikan karya “novel”. Tapi justru berlaku hukum sebaliknya: Novel yang alur, tema, tokoh, sesuai dengan nilai-nilai moral dan agama, akan banyak mendapatkan sambutan hangat ditengah-tengah masyarakat.

Bagaimana M. Nurul Ibad menguraikan kisah percintaan seorang Gus (putra Kyai) bernama Rukh dengan seorang pelacur di daerah pegunungan mbulu dalam novel Pusparatri, adanya perselingkuhan hati dan tubuh, penuntasan hasrat biologis, dibalut dalam alur, tema, serta latar yang “nyata” dalam novel itu. Ibad menuliskan hal yang kontradiksi. Seorang Gus yang mempunyai keluasan ilmu pengetahuan agama, banyak kelebihan melihat rahasia-rahasia ghaib, dihormati dan punya banyak pengikut dari kalangan Ulama, pejabat sampai masyarakat biasa merajuk cinta dengan seorang wanita malam. (Seorang wanita yang dipandang sebelah mata oleh sebagian masyarakat, tidak begitu mendapatkan tempat di tengah-tengah masyarakat, hina, dan terkucil diantara ramainya kemunafikan yang tampak arif dan bijak).

Pun Ayu Utami dalam novel Larung bercerita tentang tokoh yang bernama larung lanang. Dalam hubunganya dengan simbah, mendebarkan, penuh misteri. Kita digiring ke rana magis yang sangat meyakinkan. Ada goa kelelawar, nenek yang tidak bisa mati karena susuk dan ilmu kebal serta adegan larung memutilasi simbah setelah kematianya. Apakah alur cerita yang dibangun oleh ke dua penulis tersebut salah? Kalaupun iya, dalam konteks apa? Apakah dalam konteks moral dan agama?. Entahlah. Namun kedua cerita tersebut menggambarkan realitas sosial yang sering terjadi saat ini. Tapi itulah kenyataan yang terjadi ditengah masyarakat. Sering tidak perduli akan kenyataan, seolah kenyataan ditiadakan, dibenamkan, dilupakanya, atau kalau bisa dibunuhnya. Maka menjadi sebuah kewajaran jika yang terbayang hanyalah perilaku tertib. Perilaku yang bermanfaat dengan standart moral yang “masih terjaga”.

Novel, bingkai gender

Tri Utami seorang pekerja seni yang multi talent menulis novel berjudul Dunia Padmini. Menceritakan kisah seorang perempuan bernama Padmini. Sosok perempuan yang kuat, memiliki kecerdasan dan kepekaan membaca tanda-tanda yang mensiratkan realitas kehidupan. Melalui proses pengembaran yang “liar’. Ia seolah-olah mewakili suara hati perempuan yang terpenjara atas nama budaya jawadan ajaran Agama. Mencoba memberontak dari nilai-nilai yang “mendiskriditkan” kaum hawa, dapat merubah penderitaan menjadi harapan, kelemahan jadi kekuatan. Sekilas penggambaran terhadap sosok Padmini, seorang reformis, bisa jadi memang begitulah adanya dan bisa juga jauh dari nilai-nilai yang coba digambarkan oleh Tri Utami lewat Dunia Padmini. Masih teringat di pikiran ketika pada tahun 2011 novel ini dibedah di kota Malang dan kebetulan waktu itu saya menjadi moderator bedah novelnya. Kebetulan pula pada acara tersebut Agus Sunyoto jadi pembandingnya. Sosok yang “reformis” dalam cerita novel itu menjadi kabur, ketika dalam satu sesion Agus Sunyoto mengatakan “dari judulnya saya bisa menyimpulkan, kalau buku ini adalah buku curhatnya Mbak Tri”. Tanpa mencoba memberikan pelurusan, pembenaran, atau mencoba memberikan pembelaan atas statmen Agus Sunyoto, Tri Utami pun mengangguk sambil tersenyum dan berkata ya, anda benar Pak.

Cerita tentang pembodohan, penindasan perempuan atas nama “Agama dan adat jawa” yang belum berada pada rana kenyataan (mitos), seolah berbalik menjadi kenyataan berbeda, atas penempatan nilai-nilai penghormatan, pemuliaan kepada kaum hawa. Setidaknya hal itu yang diungkapkan Agus Sunyoto ketika menjelaskan wanita dalam bingkai budaya dan agama.

Bukankah kesempurnaan hanya milik Tuhan? Bukankah ketidaksempurnaan adalah sifat manusia? Apalah artinya Tuhan menciptakan mahluk yang bernama Iblis, jika penggambaran dari sifat-sifatnya diejawantahkan dalam tokoh yang tertuang pada sebuah novel yang dianggap tabu, salah, serta menjadi penyebab kemerosotan nilai moral. “Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, Tuhan maha mengetahui sedang kamu (manusia) tidak mengetahui (Qs-Albaqarah: 286)”

Novel, kuasa aturan dalam tanda tanya?

Maindside yang terbangun atas nama moral dan agama dalam melihat novel terbangun sejak kapan? Apalagi saat ini monster bernama draf UU anti pornografi dan pornoaksi seolah-olah menguatkan “duga(an)tara prasangka novel dengan sudut pandang sebagian manusia yang mengatasnamakan moral dan agama.

Undang-undang (UU APP) akan memberangus setiap upaya kebebasan berexpresi, berpikir, berimaji, kedalam pasal-pasalnya yang dapat membelenggu tubuh dan jiwa seorang penulis. Novel akan tercecer terkapar di meja hakim. (Sang hakim akan bebas mengetuk “palu dengan kont(r)ol”-nya). Alur cerita cinta dibumbui sebuah adegan ciuman, perkosaan sebagai penguat tema. Apapun bentuknya. Sudah cukup bagi hakim untuk mengetukan palunya. Apalagi jika penulis menuangkan imajinya untuk melukiskan tentang sosok tokoh yang harus bersetubuh dengan mayat demi sebuah kadigdayan kanuragan, atau menciptakan tokoh seorang pelukis yang gemar melukiskan keindahan ciptaan Tuhan dalam balutan mahluk bernama perempuan yang menampilkan keseksian dan memberikan prespektif baru tentang sosok tokoh yang telah terlanjur di dewakan menjadi jahat atau sebaliknya. Maka semua itu akan menjadi tambang bagi hakim untuk memenggal novel.

Fenomena semacam ini pernah direspon penyair Taufik Ismail dengan Sastra Madzab Selangkangan (SMS) – atau sastra Fiksi alat kelamin (jawa pos 17 juni 2007). Pro kontra muncul dan ramai diperbincangkan saat itu, tentu saja Taufiq Ismail adalah lawan yang berat bagi mereka. Apakah hal ini murni datang dari sebuah keprihatinan atas terpenjaranya alam kebebasan dalam menuangkan expresi berkarya atau mempunyai tendensi lain. Entahlah? Rasanya perlu Saya kutib “Nabi tanpa Wahyu” (halaman 7) Hudan hidayat:

Menyebut Taufiq ismail lebih suka berteriak seolah “nabi tanpa wahyu” yang mengepalkan kepalanya kepada fenomena sastra yang berseberangan dengan dirinya. Maka bagaimana jika Taufik ismail malas berfikir, tapi serentak dengan itu dia gemar menghujat fenomena sastra yang disebutnya SMS dan FAK. Kategori yang dibuat Taufiq  dengan men-stigma SMS dan FAK, menimbulkan pesoaalan dalam memandang sastra, mengacaukan logika sastra. Seperti sms Goenawan Muhammad kepada saya “akan lebih berharga polemic yang timbul bukan seperti teriakan “copet” lonte lu!, atau babi serangan terhadapa satu tendensi dalam sastra akan lebih berharaga jika dikemukakan dengan cara kritik sastra: dengan telaah, argumentasi, penalaran yang kuat dan gaya menulis yang meyakinkan atau menggugah.” Karena itu, bagi saya, mematahkan kecenderungan sastra tanpa telaah sastra, tampak seakan “tujuan menghalalkan segala cara”.

Bisa jadi, pelukisan alur, tema dan tokoh yang diciptakan penulis mempunyai nilai kemanfaatan bagi profesi lain sebagai refrensi. Psikolog misal, atau dokter sampai pun kepada para ulama dan kyai. Apakah ayat Tuhan yang dengan apik dan penuh hikmah tentang kisah kaum “nabi luth” Sodom gomora, Adam dan Hawa yang turun ke dunia dengan selembar daun penutup, yang menggema ratusan tahun, dibabat sang hakim atas nama tegaknya “hidup”. Hidup yang mana? Hidup yang seperti apa? Manusia seolah menjadi Tuhan dalam hal ini, berhak menentukan serta memberikan acuan “baku” terhadap pandangan kebaikan bagi manusia lian, bahkan tak segan menjatuhkan hukuman atas nama “nilai-nilai moral dan agama”.

Yogjakarta 1 Januari 2014
AG. Alif https://www.facebook.com/kanjeng.tok
http://sastra-indonesia.com/2014/06/novel-tak-bertuan/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Khoirul Anam A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.D. Zubairi A.S. Laksana Abd. Basid Abdul Aziz Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Abdul Hadi W.M. Abdul Rauf Singkil Abdul Rosyid Abdul Salam HS Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abu Nawas Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Ach. Tirmidzi Munahwan Achmad Faesol Adam Chiefni Adhitya Ramadhan Adi Mawardi Adian Husaini Aditya Ardi N Ady Amar Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Fahri Husein Agus Fathuddin Yusuf Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Baso Ahmad Fatoni Ahmad Hadidul Fahmi Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syafii Maarif Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rohim Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sahal Akhmad Taufiq Akhudiat Alang Khoiruddin Alang Khoirudin Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Aliansyah Allamah Syaikh Dalhar Alvi Puspita AM Adhy Trisnanto Ami Herman Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aminullah HA Noor Amir Hamzah Ammar Machmud Andri Awan Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjar Nugroho Anjrah Lelono Broto Antari Setyowati Anwar Nuris Arafat Nur Ariany Isnamurti Arie MP Tamba Arie Yani Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arifin Hakim Arman AZ Arwan Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Juanda Asep S. Bahri Asep Sambodja Asep Yayat Asif Trisnani Aswab Mahasin Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Azizah Hefni Azwar Nazir B Kunto Wibisono Babe Derwan Badrut Tamam Gaffas Bale Aksara Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Benke Berita Berita Duka Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budiawan Dwi Santoso Buku Kritik Sastra Candra Adikara Irawan Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chairul Abhsar Chairul Akhmad Chamim Kohari CNN Indonesia Cucuk Espe Cut Nanda A. D Zawawi Imron D. Dudu AR Dahta Gautama Damanhuri Zuhri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Danuji Ahmad Dati Wahyuni Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dede Kurniawan Dedik Priyanto Den Rasyidi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Detti Febrina Dewi Kartika Dian Sukarno Dian Wahyu Kusuma Didi Purwadi Dien Makmur Din Saja Djasepudin Djauharul Bar Djoko Pitono Djoko Saryono DM Ningsih Doddy Hidayatullah Donny Syofyan Dr Afif Muhammad MA Dr. Simuh Dr. Yunasril Ali Dudi Rustandi Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dyah Ratna Meta Novia E Tryar Dianto Ecep Heryadi Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Edy Susanto EH Ismail Eka Budianta Ekky Malaky Eko Israhayu Ellie R. Noer Emha Ainun Nadjib Esai Esha Tegar Putra Evi Melyati Fachry Ali Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faizal Af Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fazabinal Alim Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Fuad Mardhatillah UY Tiba Furqon Lapoa Fuska Sani Evani Geger Riyanto Ghufron Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur Gus Muwaffiq Gusriyono Gusti Grehenson H Marjohan H. Usep Romli H.M. Habibullah Hadi Napster Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Hamzah Fansuri Hamzah Sahal Hamzah Tualeka Zn Hanibal W.Y. Wijayanta Hanum Fitriah Haris del Hakim Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Basri Marwah Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Helmy Prasetya Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Heri Listianto Heri Ruslan Herry Lamongan Herry Nurdi Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hotnida Novita Sary Hudan Hidayat Husein Muhammad I Nyoman Suaka Ibn ‘Arabi (1165-1240) Ibn Rusyd Ibnu Sina Ibnu Wahyudi Idayati Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imadi Daimah Ermasuri Imam Hamidi Antassalam Imam Khomeini Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Nasri Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Kurniawan Indra Tjahyadi Inung As Irma Safitri Isbedy Stiawan Z.S. Istiyah Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar J Sumardianta Jadid Al Farisy Jalaluddin Jalaluddin Rakhmat Jamal Ma’mur Asmani Jamaluddin Mohammad Javed Paul Syatha Jaya Suprana Jember Gemar Membaca Jo Batara Surya Johan Wahyudi John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K. Muhamad Hakiki K.H. A. Azis Masyhuri K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin Kabar Pesantren Kafiyatun Hasya Kanjeng Tok Kasnadi Kazzaini Ks KH Abdul Ghofur KH. Irfan Hielmy Khansa Arifah Adila Khoirul Anwar Khoirur Rizal Umami Khoshshol Fairuz Kiai Muzajjad Kiki Mikail Kitab Dalailul Khoirot Kodirun Komunitas Deo Gratias Koskow Kritik Sastra Kurniawan Kurtubi Kuswaidi Syafi’ie Kyai Maimun Zubair Lan Fang Larung Sastra Leila S. Chudori Linda S Priyatna Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Asya Lukman Santoso Az M Arif Rohman Hakim M Hari Atmoko M Ismail M Thobroni M. Adnan Amal M. Al Mustafad M. Arwan Hamidi M. Bashori Muchsin M. Faizi M. Hadi Bashori M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Mustafied M. Nurdin M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki M.S. Nugroho M.Si M’Shoe Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahrus eL-Mawa Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mansur Muhammad Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marjohan Marsudi Fitro Wibowo Martin van Bruinessen Marzuki Wahid Marzuzak SY Masduri Mashuri Masjid Kordoba Masuki M. Astro Matroni Matroni el-Moezany Matroni Muserang Mbah Dalhar Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftahul Ulum Mila Novita Mochtar Lubis Moh. Ghufron Cholid Mohamad Salim Aljufri Mohammad Kh. Azad Mohammad Yamin Muh. Khamdan Muhajir Arrosyid Muhammad Abdullah Muhammad Affan Adzim Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih AR Muhammad Amin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Ghannoe Muhammad Idrus Djoge Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Kosim Muhammad Muhibbuddin Muhammad Mukhlisin Muhammad Quraish Shihab Muhammad Subhan Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yasir Muhammad Yuanda Zara Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyiddin Mujtahid Muktamar Sastra Mulyadi SA Munawar A. Djalil Munawir Aziz Musa Ismail Musa Zainuddin Muslim Mustafa Ismail Mustami’ tanpa Nama Mustofa W Hasyim Musyafak Myrna Ratna N. Mursidi Nasaruddin Umar Nashih Nashrullah Naskah Teater Nasruli Chusna Nasrullah Thaleb Nelson Alwi Nevatuhella Ngarto Februana Nidia Zuraya Ninuk Mardiana Pambudy Nita Zakiyah Nizar Qabbani Nova Burhanuddin Noval Jubbek Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Fauzan Ahmad Nur Wahid Nurcholish Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Orasi Budaya Pangeran Diponegoro Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pesantren Tebuireng Pidato Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pramoedya Ananta Toer Prof. Dr. Nur Syam Profil Ma'ruf Amin Prosa Puisi Puji Hartanto Puji Santosa Pungkit Wijaya Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin PUstaka puJAngga Putera Maunaba Putu Fajar Arcana R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rakhmat Nur Hakim Ramadhan Alyafi Rameli Agam Rasanrasan Boengaketji Ratnaislamiati Raudal Tanjung Banua Reni Susanti Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Retno HY Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Rinto Andriono Risa Umami Riyadhus Shalihin Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rohman Abdullah S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifuddin Syadiri Saifudin Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Salahuddin Wahid Salamet Wahedi Salman Faris Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Pesantren Sastrawan Pujangga Baru Satmoko Budi Santoso Satriwan Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siswanto Siswoyo Sita Planasari A Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slavoj Zizek Snouck Hugronje Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana St Sularto Suci Ayu Latifah Sufyan al Jawi Sugiarta Sriwibawa Sulaiman Djaya Sundari Sungatno Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susringah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaiful Amin Syaifullah Amin Syarif Hidayat Santoso Syeikh Abdul Maalik Syeikh Muhammad Nawawi Syekh Abdurrahman Shiddiq Syekh Sulaiman al Jazuli Syi'ir Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tiar Anwar Bachtiar Tjahjono Widijanto Tok Pulau Manis Toko Buku PUstaka puJAngga Tu-ngang Iskandar Turita Indah Setyani Umar Fauzi Ballah Uniawati Universitas Indonesia Universitas Jember Usep Romli H.M. Usman Arrumy UU Hamidy Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wa Ode Zainab Zilullah Toresano Wahyu Aji Walid Syaikhun Wan Mohd. Shaghir Abdullah Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Fei Hung Y Alpriyanti Yanti Mulatsih Yanuar Widodo Yanuar Yachya Yayuk Widiati Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yopi Setia Umbara Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudi Latif Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusuf Suharto Zaenal Abidin Riam Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zakki Amali Zehan Zareez