Jumat, 26 Juli 2013

Kontribusi Sastrawan bagi Pendidikan Bangsa

Taufiq Ismail *
suaraleuserantara.com 12 Juli 2013

Wakil Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, yang sering melakukan perjalanan dinas ke luar negeri, punya kebiasaan membelikan buku untuk diberikan sebagai oleh-oleh kepada rekan-rekannya di kabinet. Ini cerita awal tahun 1990-an. Dia lebih mengutamakan menghadiahkan karya sastra, misalnya novel-novel pemenang Nobel. Karena Anwar acap kali berkunjung ke Jakarta dan selalu mampir ke toko buku memborong, maka banyak karya sastra Indonesia jadi oleh-olehnya, misalnya novel Budi Darma Olenka, dan berbagai kumpulan puisi utama Indonesia. Hadiah itu disertai dengan catatan kecil Anwar tentang buku tersebut untuk teman-temannya menteri kabinet.

Perdana Menteri Singapura, Lee Kuan Yew, pernah mengumpulkan sejumlah menteri kabinet, sekjen, dirjen, direktur dan eselon bawahnya untuk mendiskusikan cara menulis laporan, memorandum, kertas kerja dan dokumen lainnya. Ini cerita tahun 1979. Dibawanya contoh-contoh laporan yang ditulis anakbuahnya, dibacakannya, dianalisis dan didiskusikan bersama di Regional Language Centre Singapura. Bayangkan, seorang Perdana Menteri langsung bicara dengan anakbuahnya, menekankan pentingnya mengarang prosa yang “bersih dan jelas.” Lee tidak suka tulisan atau laporan yang “elegan dan bergaya-gaya.” Dia maukan laporan, memorandum atau kertas kerja yang “bersih dan jelas” saja. Bagaimana cara menulisnya? “Sederhanakan, digosok terus, lalu kata-kata yang berlebih dibuang, sehingga tulisan jadi ketat dan ringkas,” begitu ujar Lee.

Budaya membaca buku dan budaya me­ngarang di atas, ditambah dengan apresiasi terhadap karya sastra yang luarbiasa merosotnya di negeri kita inilah, yang dicoba diatasi dengan menerbitkan sisipan Kakilangit (Nopember 1996 sampai sekarang) di Horison, dan mulai April 1999 melalui pelatihan guru-guru bahasa dan sastra se-Indonesia. Pelatihan tersebut, yang bernama pelatihanMembaca, Menulis dan Apresiasi Sastra (MMAS), telah berlangsung 7 angkatan dan diikuti oleh sekitar 400 guru dari Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yog­yakar­ta dan Jawa Timur. Pembiayaan datang dari pemerintah melalui Bappenas dan Depdiknas. MMAS yang mendapat sambutan sangat hangat dari para guru peserta ini, akan dilanjutkan terus ke provinsi-provinsi lain.

Apabila guru bahasa dan sastra adalah sasaran MMAS, maka siswa sekolah lanjutan atas adalah sasaran SBSB dan mahasiswa sastra sasaran SBMM. Seluruh kiprah ini bergerak di dalam perubahan paradigma pendidikan sastra kita.

SBSB adalah program Sastrawan Bicara, Siswa Bertanya. Program ini mendatangkan 47 sastrawan ke 30 sekolah di 20 kota yang terletak di 3 provinsi, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Dalam acara bertatap muka dengan siswa dan guru ini, sastrawan yang selama ini di kelas disebut-sebut saja namanya, berkisah tentang proses kreatifnya, membacakan karyanya, menunjukkan bukunya pada siswa dan bertanya-jawab. Acara yang berlangsung sejak 21 Februari sampai dengan 22 April 2000 ini diharapkan akan merangsang budaya membaca buku, menulis karangan dan apresiasi sastra para siswa. Para siswa ini adalah murid-murid SMU, SM Kejuruan, Madrasah Aliyah dan Pondok Pesantren. Ketika Horison nomor ini terbit dan beredar, SBSB yang baru dimulai masih berlangsung. Pembukaan yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Cipasung, Tasikmalaya dihadiri oleh 1500 siswa dan guru. Tanya jawab dan diskusi yang berlangsung seru dan tidak seluruhnya tertampung waktu, membuktikan dahaga sastra siswa dan guru yang tidak sepenuhnya terpuaskan.

SBMM adalah program Sastrawan Bicara, Mahasiswa Membaca. Program ini mendatangkan 12 sastrawan ke dua kampus di Jakarta, yaitu 6 sastrawan ke Fakultas Sastra Universitas Indonesia dan 6 sastrawan ke Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Jakarta (dahulu IKIP), tahun kuliah 2000 – 2001. Tidak pernah ada program yang sinambung, terus-menerus secara teratur, mendatangkan sastrawan berbicara dan berdiskusi dengan mahasiswa sastra di kampus. Hal ini luar biasa senjang dan anehnya. Karya sastrawan berpuluh tahun dikuliahkan, ditelaah, dianalisis, dikritik dan ditulis, tapi sastrawan itu, yang 100-200 meter di luar pagar kampus melintas lalu-lalang, tidak pernah diundangsecara terprogram untuk berbicara langsung mengenai karya, proses kreatif dan latar belakang mereka. Bukankah hal ini akan sangat menambah keluasan wawasan mahasiswa sastra, termasuk dosen-dosennya terhadap karya sastra tersebut? Hal ini sudah keterlaluan dilalaikan. Sastrawan-sastrawan itu pun ingin mengetahui apa yang dibicarakan dosen dan mahasiswa mengenai karya mereka, tapi selama ini gerbang kampus tertutup untuk mereka. Tidak ada kontak terus-menerus, tak ada interaksi yang teratur. Inilah yang dicoba-jembatani dengan SBMM.

Ciri khusus SBMM ini adalah bahwa sebulan sebelum sastrawan datang berbicara di kampus, 25 eksemplar buku karya utama sastrawan tersebut dibagikan kepada 25 mahasiswa dan dosen untuk dibaca tamat dan ditelaah, sehingga mereka akan menjadi peserta inti yang berdiskusi aktif dalam acara tersebut. Itulah sebab program ini berjudul Sastrawan Bicara, Mahasiswa Membaca. Pembagian buku adalah untuk menghindari kebiasaan lama mahasiswa yang datang ke acara ceramah atau diskusi dengan kepala kosong saja. Dengan demikian diharapkan terstimulasi kebiasaan membaca buku di kalangan mahasiswa.

Kedua program ini, yaitu Sastrawan Bicara, Siswa Bertanya dan programSastrawan Bicara, Mahasiswa Membaca ini dibantu sepenuhnya oleh Ford Foundation. Diharapkan, apabila sukses, SBSB dan SBMM dilanjutkan ke provinsi dan perguruan tinggi lainnya.
***

Salah arah pendidikan sastra kita dimulai di tahun 1950-an ketika di PTPG (Perguruan Tinggi Pendidikan Guru), yang berubah jadi FKIP, belakangan jadi IKIP dan baru-baru ini berubah nama lagi menjadi Universitas Negeri setempat, guru SMA (sekarang SMU) yang dibentuk, dipersiapkan untuk mengajarkan bahasa saja. Sastra hanya dititipkan untuk diajarkan, sehingga mereka tak dapat dipersalahkan bila mereka sangat canggung bahkan kurang suka atau terpaksa saja mengajarkan sastra. Sastra di SMU diajarkan luarbiasa sedikit, antara 15-20 %, sedangkan tatabahasa terlampau banyak, empat sampai lima kali lipat, yaitu 80-85%. Di SMU negara-negara lain (Kanada, Jepang, Swiss, Rusia, Jerman, Perancis, Belanda, Amerika Serikat) kaidah-kaidah tatabahasa tak diajarkan lagi, karena dianggap sudah cukup diberikan sebelumnya di SD dan SMP. Di SMU negeri-negeri lain itu siswa dibimbing membaca buku, membaca buku, membaca buku, lalu mengarang, mengarang dan mengarang. Bukan berarti mereka mengabaikan tatabahasa. Penguasaan tatabahasa siswa dicek melalui penggunaannya dalam karangan yang mereka tulis.

Di ujung jalan dari pelatihan guru MMAS dan penggarapan siswa SBSB ini adalah bakal terbenturnya paradigma perubahan dengan kurikulum, Ebtanas, tidak tersedianya buku karya sastra di perpustakaan sekolah, soal-soal pilihan ganda, tidak adanya ujian mengarang, dan beberapa lagi butir masalah lain. Secara bertahap semuanya ini haruslah diatasi dengan tekun dan kesabaran bersama.

Pengamatan terhadap masalah ini, secara internal di Horison lebih intens dilakukan sejak 1996, ketika Horison berumur 30 tahun. Berbeda dengan dasawarsa-dasawarsa sebelumnya, kini bukan keluhan, kecaman, atau kritik lagi yang ditembakkan, tapi partisipasi kongkrit dalam pemecahan masalah yang dilangkahkan. Sisipan Kakilangit, pelatihan Membaca, Menulis dan Apresiasi Sastra untuk guru, program Sastrawan Bicara, Siswa Bertanya untuk siswa dan program Sastrawan Bicara, Mahasiswa Membaca untuk mahasiswa merupakan langkah-langkah kongkrit tersebut. Pada saat tulisan ini disiarkan, ayunan langkah baru merayap di 4 provinsi. Tanpa dukungan yang lebih luas semua fihak, rasanya kiprah ini masih belum akan optima. Kami sangat mengharapkan dukungan anda.

Agenda kerja Horison, di samping konsisten meneruskan apa yang jadi cita-cita di awal pendiriannya dulu, kini bertambah dengan kontribusinya terhadap pendidikan bangsa. Kami gembira bahwa rekan-rekan sastrawan yang peduli pada pendidikan bangsa mendukung gagasan positif ini.*** |horison|

*) Taufiq Ismail, Budayawan
Dijumput dari: http://suaraleuserantara.com/2013/07/12/kontribusi-sastrawan-bagi-pendidikan-bangsa/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Khoirul Anam A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.D. Zubairi A.S. Laksana Abd. Basid Abdul Aziz Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Abdul Hadi W.M. Abdul Rauf Singkil Abdul Rosyid Abdul Salam HS Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abu Nawas Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Ach. Tirmidzi Munahwan Achmad Faesol Adam Chiefni Adhitya Ramadhan Adi Mawardi Adian Husaini Aditya Ardi N Ady Amar Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Fahri Husein Agus Fathuddin Yusuf Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Baso Ahmad Fatoni Ahmad Hadidul Fahmi Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syafii Maarif Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rohim Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sahal Akhmad Taufiq Akhudiat Alang Khoiruddin Alang Khoirudin Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Aliansyah Allamah Syaikh Dalhar Alvi Puspita AM Adhy Trisnanto Ami Herman Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aminullah HA Noor Amir Hamzah Ammar Machmud Andri Awan Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjar Nugroho Anjrah Lelono Broto Antari Setyowati Anwar Nuris Arafat Nur Ariany Isnamurti Arie MP Tamba Arie Yani Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arifin Hakim Arman AZ Arwan Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Juanda Asep S. Bahri Asep Sambodja Asep Yayat Asif Trisnani Aswab Mahasin Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Azizah Hefni Azwar Nazir B Kunto Wibisono Babe Derwan Badrut Tamam Gaffas Bale Aksara Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Benke Berita Berita Duka Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budiawan Dwi Santoso Buku Kritik Sastra Candra Adikara Irawan Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chairul Abhsar Chairul Akhmad Chamim Kohari CNN Indonesia Cucuk Espe Cut Nanda A. D Zawawi Imron D. Dudu AR Dahta Gautama Damanhuri Zuhri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Danuji Ahmad Dati Wahyuni Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dede Kurniawan Dedik Priyanto Den Rasyidi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Detti Febrina Dewi Kartika Dian Sukarno Dian Wahyu Kusuma Didi Purwadi Dien Makmur Din Saja Djasepudin Djauharul Bar Djoko Pitono Djoko Saryono DM Ningsih Doddy Hidayatullah Donny Syofyan Dr Afif Muhammad MA Dr. Simuh Dr. Yunasril Ali Dudi Rustandi Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dyah Ratna Meta Novia E Tryar Dianto Ecep Heryadi Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Edy Susanto EH Ismail Eka Budianta Ekky Malaky Eko Israhayu Ellie R. Noer Emha Ainun Nadjib Esai Esha Tegar Putra Evi Melyati Fachry Ali Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faizal Af Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fazabinal Alim Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Fuad Mardhatillah UY Tiba Furqon Lapoa Fuska Sani Evani Geger Riyanto Ghufron Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur Gus Muwaffiq Gusriyono Gusti Grehenson H Marjohan H. Usep Romli H.M. Habibullah Hadi Napster Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Hamzah Fansuri Hamzah Sahal Hamzah Tualeka Zn Hanibal W.Y. Wijayanta Hanum Fitriah Haris del Hakim Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Basri Marwah Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Helmy Prasetya Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Heri Listianto Heri Ruslan Herry Lamongan Herry Nurdi Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hotnida Novita Sary Hudan Hidayat Husein Muhammad I Nyoman Suaka Ibn ‘Arabi (1165-1240) Ibn Rusyd Ibnu Sina Ibnu Wahyudi Idayati Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imadi Daimah Ermasuri Imam Hamidi Antassalam Imam Khomeini Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Nasri Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Kurniawan Indra Tjahyadi Inung As Irma Safitri Isbedy Stiawan Z.S. Istiyah Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar J Sumardianta Jadid Al Farisy Jalaluddin Jalaluddin Rakhmat Jamal Ma’mur Asmani Jamaluddin Mohammad Javed Paul Syatha Jaya Suprana Jember Gemar Membaca Jo Batara Surya Johan Wahyudi John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K. Muhamad Hakiki K.H. A. Azis Masyhuri K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin Kabar Pesantren Kafiyatun Hasya Kanjeng Tok Kasnadi Kazzaini Ks KH Abdul Ghofur KH. Irfan Hielmy Khansa Arifah Adila Khoirul Anwar Khoirur Rizal Umami Khoshshol Fairuz Kiai Muzajjad Kiki Mikail Kitab Dalailul Khoirot Kodirun Komunitas Deo Gratias Koskow Kritik Sastra Kurniawan Kurtubi Kuswaidi Syafi’ie Kyai Maimun Zubair Lan Fang Larung Sastra Leila S. Chudori Linda S Priyatna Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Asya Lukman Santoso Az M Arif Rohman Hakim M Hari Atmoko M Ismail M Thobroni M. Adnan Amal M. Al Mustafad M. Arwan Hamidi M. Bashori Muchsin M. Faizi M. Hadi Bashori M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Mustafied M. Nurdin M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki M.S. Nugroho M.Si M’Shoe Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahrus eL-Mawa Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mansur Muhammad Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marjohan Marsudi Fitro Wibowo Martin van Bruinessen Marzuki Wahid Marzuzak SY Masduri Mashuri Masjid Kordoba Masuki M. Astro Matroni Matroni el-Moezany Matroni Muserang Mbah Dalhar Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftahul Ulum Mila Novita Mochtar Lubis Moh. Ghufron Cholid Mohamad Salim Aljufri Mohammad Kh. Azad Mohammad Yamin Muh. Khamdan Muhajir Arrosyid Muhammad Abdullah Muhammad Affan Adzim Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih AR Muhammad Amin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Ghannoe Muhammad Idrus Djoge Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Kosim Muhammad Muhibbuddin Muhammad Mukhlisin Muhammad Quraish Shihab Muhammad Subhan Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yasir Muhammad Yuanda Zara Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyiddin Mujtahid Muktamar Sastra Mulyadi SA Munawar A. Djalil Munawir Aziz Musa Ismail Musa Zainuddin Muslim Mustafa Ismail Mustami’ tanpa Nama Mustofa W Hasyim Musyafak Myrna Ratna N. Mursidi Nasaruddin Umar Nashih Nashrullah Naskah Teater Nasruli Chusna Nasrullah Thaleb Nelson Alwi Nevatuhella Ngarto Februana Nidia Zuraya Ninuk Mardiana Pambudy Nita Zakiyah Nizar Qabbani Nova Burhanuddin Noval Jubbek Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Fauzan Ahmad Nur Wahid Nurcholish Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Orasi Budaya Pangeran Diponegoro Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pesantren Tebuireng Pidato Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pramoedya Ananta Toer Prof. Dr. Nur Syam Profil Ma'ruf Amin Prosa Puisi Puji Hartanto Puji Santosa Pungkit Wijaya Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin PUstaka puJAngga Putera Maunaba Putu Fajar Arcana R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rakhmat Nur Hakim Ramadhan Alyafi Rameli Agam Rasanrasan Boengaketji Ratnaislamiati Raudal Tanjung Banua Reni Susanti Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Retno HY Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Rinto Andriono Risa Umami Riyadhus Shalihin Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rohman Abdullah S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifuddin Syadiri Saifudin Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Salahuddin Wahid Salamet Wahedi Salman Faris Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Pesantren Sastrawan Pujangga Baru Satmoko Budi Santoso Satriwan Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siswanto Siswoyo Sita Planasari A Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slavoj Zizek Snouck Hugronje Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana St Sularto Suci Ayu Latifah Sufyan al Jawi Sugiarta Sriwibawa Sulaiman Djaya Sundari Sungatno Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susringah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaiful Amin Syaifullah Amin Syarif Hidayat Santoso Syeikh Abdul Maalik Syeikh Muhammad Nawawi Syekh Abdurrahman Shiddiq Syekh Sulaiman al Jazuli Syi'ir Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tiar Anwar Bachtiar Tjahjono Widijanto Tok Pulau Manis Toko Buku PUstaka puJAngga Tu-ngang Iskandar Turita Indah Setyani Umar Fauzi Ballah Uniawati Universitas Indonesia Universitas Jember Usep Romli H.M. Usman Arrumy UU Hamidy Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wa Ode Zainab Zilullah Toresano Wahyu Aji Walid Syaikhun Wan Mohd. Shaghir Abdullah Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Fei Hung Y Alpriyanti Yanti Mulatsih Yanuar Widodo Yanuar Yachya Yayuk Widiati Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yopi Setia Umbara Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudi Latif Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusuf Suharto Zaenal Abidin Riam Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zakki Amali Zehan Zareez