Rabu, 19 Desember 2012

TRAGEDI KEMATIAN MBAH SANGGROK

Agus Sulton
http://sastra-indonesia.com

Asal-usul nama tempat tidaklah terlepas dari sejarah atau tradisi lisan pendukung yang berkembang di masyarakat. Foklor ini adalah bagian dari kebudayaan masyarakat secara kolektif yang turun temurun dari penuturnya. Turunan cerita ini terkadang memiliki berbagai macam versi. Namun sebagai peneliti harus melakukan suntingan lebih lanjut berdasar cerita dan bukti pendukung untuk lebih mendekati cerita yang paling mendekati atau hampir mendekati dengan cerita sebenarnya.

Seperti apa yang terjadi mengenai cerita tradisi lisan “Payak” dan trilogi dusun ini (Payak Santren, Payak Sanggrok, dan Payak Mundil) mendapat akhiran yang berbeda-beda. Secara fisiknya, waktu penulis masih usia kisaran tujuh tahun di sebelah barat dusun Payak Santren ada alu dan lumpang di bawah pohon bambu (barongan) dan tidak jauh dari lokasi tesebut, kurang lebih 500 meter ditemukan patung kodok panjangnya hampir setengah meter. Namun, sekarang ini sudah tidak terlihat lagi. Diduga kuat dicuri oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Berbasarkan cerita rakyat yang berkembang, bahwa alu dan lumpang adalah peninggalan dari Trunojoyo. Sampai-sampai bekas menuju ke arah padepokan Trunojoyo sampai saat ini dinamakan gang Trunojoyo, dan jejak wilayahnya disakral oleh penduduk sekitar.

Seperti apa yang penulis ceritakan pada edisi lalu “Ziarah Payak Simbar Dalam Tradisi Lisan” bahwa ditiap-tiap kampung trilogi payak menyimpan cerita tersendiri. Namun pusat cerita payak ini masih terkait dengan Trunojoyo yang berpusat di Payak Santren. Mengenai dusun Payak Sanggrok juga ada cerita rakyat yang hampir sama dengan cerita Payak Santren, tetapi rung lingkup yang menjadi pembeda.

Dusun Payak Sanggrok desa Rejoagung kecamatan Ngoro kabupaten Jombang berada di 700 meter barat dusun Payak Santren. Sebelah selatan Payak Sanggrok ada ara-ara daratan berpasir bekas jalur lahar gunung Kelud meletus. Sehingga pekerjaan sebagian orang di kampung ini bertumpu di sungai sebagai mencari pasir dan sirtu. Yang lain, sebagai petani garapan dan buruh tani dari pemilik lahan berkecukupan. Ada juga sebagai pedagang, bagian kecil sisanya sebagai pegawai negeri.

Berdasar cerita lisan yang berkembang, mengapa dusun ini pada akhiran kata Payak ada bubuhan kata Sanggrok. Menurut informan KH. Khomsin Syahir, kata Sanggrok diambil dari nama orang, yaitu Mbah Sanggrok. Orang ini berasal dari desa Tunglur kecamatan Badas kabupaten Kediri. Mbah Sanggrok dulunya mondok di pesantren Josermo Surabaya. Sampai suatu ketika Mbah Sanggrok diusir oleh kyainya karena tidak punya sopan santun. Akhirnya dia pulang, tetapi tidak pulang ke rumahnya di Tunglur, namun dia mengasingkan diri di suatu kampung yang saat itu kampungnya bernama Payak.

Kepulangan Mbah Sanggrok sebagai suatu ketidakhormatan dari doa restu dari kayainya. Pada saat itu Kyai tersebut dengan rasa terpaksa mengusirnya, karena terlalu tidak punya tata krama kepada guru, kyai, dan suka membuat onar di lingkungan pesantren. Bahkan sang Kyai ngesot Mbah Sanggrok, bahwa ”kalau kamu pulang di mana kampung yang kamu singgahi masyarakatnya akan banyak menjadi maling.” Bentuk kekecewaan dari sang Kyai tersebut berakibat membawa malapetaka pada kepribadian Mbah Sanggrok. Selama kampung Payak, Mbah Sanggrok membentuk komplotan orang-orang perampok. Mereka sering mbegal dan merampok harta benda dari penduduk sekitar. Dalam cerita yang turun temurun, Mbah Sanggrok dan anak buahnya sering mbabat padi (usia siap paneh) di sawah milik para petani di antar perkampungan pada malam hari. Perbuatan itu dilakukan lebih dari enam puluh orang. Sehingga dalam waktu semalam padi sutu hektar pun habis dibabat. Seumpama pemilik sawah mengetahui kalau waktu malam itu juga padinya dibabad, sang pemilik tidak berani mencegah atau melawannya, karena takut dibunuh. Mbah Sanggrok dan anak buahnya terkenal perampok digdaya dan kejam.

Berita lisan yang ada, nama Mbah Sanggrok adalah nama sebuah sebutan atau julukkan. Dia memiliki nama asli, namun nama aslinya tidak diketahui secara pasti oleh para penutur cerita rakyat. Nama ”sanggrok” tenar setelah tragedi kematiannya. Dia mati dihukum gantung oleh Kanjeng Nganjuk (mungkin bupati Nganjuk wantu itu). Hukuman untuk Mbah Sanggrok adalah kepala di bawah dengan kaki terikat tali digantung di pohon. Selama tiga hari tiga malam dia tidak bisa meninggal karena kedigdayaannya, hanya suara ”grok…grok..grok..” yang keluar dari tenggorokannya yang terlilit tali. Baru setelah hari ke empat dia meninggal dunia. Proses penggantungan itu disaksikan banyak orang. Sehingga dari suara yang keluar dari tergorokannya itu, masyarakat menyebutnya ”sanggrok” dasar dari morfem ”grok” mendapatkan afiks ”sang”. Proses fonetis seperti itu dalam buku karya Syukur Ibrahim digunakan untuk proses-proses fonetis dalam konteks, maksudnya perpindahan bunyi atau sekuen bunyi yang daerah artikulasinya cukup sulit (kurang enak diucap) dan kamudian digantikan oleh bunyi yang mudah diucapkan. Ini terutama kebiasaan orang Jawa memendekkan atau memanjangkan lafal dengan maksud agar lebih enak dalam pengucapan.

Setelah kematian Mbah Sanggrok, anak buahnya banyak yang menjadi penerus sebagai perampok, walaupun tidak sedigdaya Mbah Sanggrok. Cerita lain mengatakan, anak buahnya semua memeluk Islam tapi tidak pernah menjalankan ajaran-ajaran Islam dan melanggar apapun perbuatan terhadap larangan-larangan Islam. Sehingga setelah sepeninggalan Mbah Sanggrok penduduk waktu itu banyak mengabadikannya berupa penanaman pohon jambu mente sebagai simbol kematian Mbah Sanggrok yang dihukum gantung kepala di bawah.
***

Dijumput dari: http://sastra-indonesia.com/2012/10/tragedi-kematian-mbah-sanggrok/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Khoirul Anam A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.D. Zubairi A.S. Laksana Abd. Basid Abdul Aziz Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Abdul Hadi W.M. Abdul Rauf Singkil Abdul Rosyid Abdul Salam HS Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abu Nawas Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Ach. Tirmidzi Munahwan Achmad Faesol Adam Chiefni Adhitya Ramadhan Adi Mawardi Adian Husaini Aditya Ardi N Ady Amar Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Fahri Husein Agus Fathuddin Yusuf Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Baso Ahmad Fatoni Ahmad Hadidul Fahmi Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syafii Maarif Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rohim Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sahal Akhmad Taufiq Akhudiat Alang Khoiruddin Alang Khoirudin Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Aliansyah Allamah Syaikh Dalhar Alvi Puspita AM Adhy Trisnanto Ami Herman Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aminullah HA Noor Amir Hamzah Ammar Machmud Andri Awan Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjar Nugroho Anjrah Lelono Broto Antari Setyowati Anwar Nuris Arafat Nur Ariany Isnamurti Arie MP Tamba Arie Yani Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arifin Hakim Arman AZ Arwan Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Juanda Asep S. Bahri Asep Sambodja Asep Yayat Asif Trisnani Aswab Mahasin Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Azizah Hefni Azwar Nazir B Kunto Wibisono Babe Derwan Badrut Tamam Gaffas Bale Aksara Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Benke Berita Berita Duka Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budiawan Dwi Santoso Buku Kritik Sastra Candra Adikara Irawan Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chairul Abhsar Chairul Akhmad Chamim Kohari CNN Indonesia Cucuk Espe Cut Nanda A. D Zawawi Imron D. Dudu AR Dahta Gautama Damanhuri Zuhri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Danuji Ahmad Dati Wahyuni Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dede Kurniawan Dedik Priyanto Den Rasyidi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Detti Febrina Dewi Kartika Dian Sukarno Dian Wahyu Kusuma Didi Purwadi Dien Makmur Din Saja Djasepudin Djauharul Bar Djoko Pitono Djoko Saryono DM Ningsih Doddy Hidayatullah Donny Syofyan Dr Afif Muhammad MA Dr. Simuh Dr. Yunasril Ali Dudi Rustandi Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dyah Ratna Meta Novia E Tryar Dianto Ecep Heryadi Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Edy Susanto EH Ismail Eka Budianta Ekky Malaky Eko Israhayu Ellie R. Noer Emha Ainun Nadjib Esai Esha Tegar Putra Evi Melyati Fachry Ali Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faizal Af Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fazabinal Alim Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Fuad Mardhatillah UY Tiba Furqon Lapoa Fuska Sani Evani Geger Riyanto Ghufron Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur Gus Muwaffiq Gusriyono Gusti Grehenson H Marjohan H. Usep Romli H.M. Habibullah Hadi Napster Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Hamzah Fansuri Hamzah Sahal Hamzah Tualeka Zn Hanibal W.Y. Wijayanta Hanum Fitriah Haris del Hakim Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Basri Marwah Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Helmy Prasetya Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Heri Listianto Heri Ruslan Herry Lamongan Herry Nurdi Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hotnida Novita Sary Hudan Hidayat Husein Muhammad I Nyoman Suaka Ibn ‘Arabi (1165-1240) Ibn Rusyd Ibnu Sina Ibnu Wahyudi Idayati Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imadi Daimah Ermasuri Imam Hamidi Antassalam Imam Khomeini Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Nasri Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Kurniawan Indra Tjahyadi Inung As Irma Safitri Isbedy Stiawan Z.S. Istiyah Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar J Sumardianta Jadid Al Farisy Jalaluddin Jalaluddin Rakhmat Jamal Ma’mur Asmani Jamaluddin Mohammad Javed Paul Syatha Jaya Suprana Jember Gemar Membaca Jo Batara Surya Johan Wahyudi John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K. Muhamad Hakiki K.H. A. Azis Masyhuri K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin Kabar Pesantren Kafiyatun Hasya Kanjeng Tok Kasnadi Kazzaini Ks KH Abdul Ghofur KH. Irfan Hielmy Khansa Arifah Adila Khoirul Anwar Khoirur Rizal Umami Khoshshol Fairuz Kiai Muzajjad Kiki Mikail Kitab Dalailul Khoirot Kodirun Komunitas Deo Gratias Koskow Kritik Sastra Kurniawan Kurtubi Kuswaidi Syafi’ie Kyai Maimun Zubair Lan Fang Larung Sastra Leila S. Chudori Linda S Priyatna Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Asya Lukman Santoso Az M Arif Rohman Hakim M Hari Atmoko M Ismail M Thobroni M. Adnan Amal M. Al Mustafad M. Arwan Hamidi M. Bashori Muchsin M. Faizi M. Hadi Bashori M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Mustafied M. Nurdin M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki M.S. Nugroho M.Si M’Shoe Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahrus eL-Mawa Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mansur Muhammad Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marjohan Marsudi Fitro Wibowo Martin van Bruinessen Marzuki Wahid Marzuzak SY Masduri Mashuri Masjid Kordoba Masuki M. Astro Matroni Matroni el-Moezany Matroni Muserang Mbah Dalhar Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftahul Ulum Mila Novita Mochtar Lubis Moh. Ghufron Cholid Mohamad Salim Aljufri Mohammad Kh. Azad Mohammad Yamin Muh. Khamdan Muhajir Arrosyid Muhammad Abdullah Muhammad Affan Adzim Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih AR Muhammad Amin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Ghannoe Muhammad Idrus Djoge Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Kosim Muhammad Muhibbuddin Muhammad Mukhlisin Muhammad Quraish Shihab Muhammad Subhan Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yasir Muhammad Yuanda Zara Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyiddin Mujtahid Muktamar Sastra Mulyadi SA Munawar A. Djalil Munawir Aziz Musa Ismail Musa Zainuddin Muslim Mustafa Ismail Mustami’ tanpa Nama Mustofa W Hasyim Musyafak Myrna Ratna N. Mursidi Nasaruddin Umar Nashih Nashrullah Naskah Teater Nasruli Chusna Nasrullah Thaleb Nelson Alwi Nevatuhella Ngarto Februana Nidia Zuraya Ninuk Mardiana Pambudy Nita Zakiyah Nizar Qabbani Nova Burhanuddin Noval Jubbek Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Fauzan Ahmad Nur Wahid Nurcholish Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Orasi Budaya Pangeran Diponegoro Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pesantren Tebuireng Pidato Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pramoedya Ananta Toer Prof. Dr. Nur Syam Profil Ma'ruf Amin Prosa Puisi Puji Hartanto Puji Santosa Pungkit Wijaya Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin PUstaka puJAngga Putera Maunaba Putu Fajar Arcana R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rakhmat Nur Hakim Ramadhan Alyafi Rameli Agam Rasanrasan Boengaketji Ratnaislamiati Raudal Tanjung Banua Reni Susanti Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Retno HY Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Rinto Andriono Risa Umami Riyadhus Shalihin Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rohman Abdullah S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifuddin Syadiri Saifudin Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Salahuddin Wahid Salamet Wahedi Salman Faris Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Pesantren Sastrawan Pujangga Baru Satmoko Budi Santoso Satriwan Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siswanto Siswoyo Sita Planasari A Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slavoj Zizek Snouck Hugronje Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana St Sularto Suci Ayu Latifah Sufyan al Jawi Sugiarta Sriwibawa Sulaiman Djaya Sundari Sungatno Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susringah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaiful Amin Syaifullah Amin Syarif Hidayat Santoso Syeikh Abdul Maalik Syeikh Muhammad Nawawi Syekh Abdurrahman Shiddiq Syekh Sulaiman al Jazuli Syi'ir Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tiar Anwar Bachtiar Tjahjono Widijanto Tok Pulau Manis Toko Buku PUstaka puJAngga Tu-ngang Iskandar Turita Indah Setyani Umar Fauzi Ballah Uniawati Universitas Indonesia Universitas Jember Usep Romli H.M. Usman Arrumy UU Hamidy Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wa Ode Zainab Zilullah Toresano Wahyu Aji Walid Syaikhun Wan Mohd. Shaghir Abdullah Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Fei Hung Y Alpriyanti Yanti Mulatsih Yanuar Widodo Yanuar Yachya Yayuk Widiati Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yopi Setia Umbara Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudi Latif Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusuf Suharto Zaenal Abidin Riam Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zakki Amali Zehan Zareez