Rabu, 19 Desember 2012

Belajar dari Batu Nisan

Riza Multazam Luthfy
Riau Pos, 18 Nov 2012

‘’Bersukarialah semua makhluk hidup, karena mahkota umat manusia yang begitu indah pernah hidup!’’ (Epitaf di nisan Newton)

SELINGKAR tahun 1922, dunia digemparkan dengan maklumat yang dilempar oleh seorang pemburu berita kelahiran Georgetown. Ialah Carr V Van Anda, wartawan yang pernah masyhur sebagai managing editor terpenting dalam sejarah New York Times. Apa yang dilakukan? Demi menyibak tabir kebenaran, Van Anda membuka ruang liputan yang begitu lebar untuk penemuan makam Raja Mesir Tutankhamen.

Beragam data yang dihimpun dari berbagai loka, dijelmakan Van Anda selaku sarana mendedah peristiwa yang masih ditudungi kabut tebal itu. Berbekal kecermatan dan analisis mendalam, sejumlah foto hasil pembongkaran makam tersebut ditelaah satu persatu. Van Anda menaksir bahwa telah terjadi pemalsuan yang berlangsung kurang lebih 4.000 tahun silam, yaitu persulihan tanda tangan sang raja oleh komandan militer Mesir kala itu.

Kesimpulan yang dipetik Van Anda menuturkan, raja muda Mesir itu meninggal akibat dihabisi Horemheb, komandan tentara Mesir. Beberapa saat kemudian, pernyataan Van Anda mengunyah angin segar. Apa yang disingkapnya naga-naganya mendapat pengesahan dari ahli bidang Mesir kuno.

Keberhasilan Van Anda dalam menguak misteri ribuan tahun itu bukanlah sebiji kebetulan. Kemampuannya dalam menggali hieroglyphics (tulisan Mesir kuno) yang tak diragukan, mengantarnya sanggup membeberkan pemalsuan tersebut seusai membaca dan menyelami aksara yang melekat pada batu nisan Raja Tutankhamen.

Memungut Berkah Lewat Petuah

Epitaf bukan sekadar tulisan ringkas pada batu nisan yang diukir guna mengenang seseorang yang dikubur. Sesuai kapasitasnya, ia juga mendermakan petuah-petuah bagi mereka yang masih bernafas. Di dalam epitaf terkandung sejumlah amar, tuntunan, nasehat, nilai, juga ungkapan bijak, yang menawarkan percikan kebajikan sekaligus bebulir norma kehidupan. Hal ini, misalnya, bisa dirunut dari epitaf John Locke, Francois Villon, juga Florentine.

Dengan beragam kelemahan yang dipanggul, John Locke menyadari bahwa tiadalah manusia makhluk baka; dekat dengan sempurna. Manusia cuma makhluk sementara yang rimbun cacing dalam perutnya. Atas dasar itulah, meski kelak ketika nyawa rontok dari raga, pengarang disertasi politik aliran liberal berjudul ‘’Two Treatises of Government’’ itu berhasrat tetap garang menggaungkan kebenaran. Tak heran, jika pada waktu jasadnya dibaringkan untuk selamanya, di batu nisannya tersua kata-kata: ‘’wahai para pejalan kaki, berhentilah sejenak! Di sini terbaring John Locke. Kalau Anda bertanya, orang seperti apa dia. Dia akan menjawab: seorang yang hidupnya puas dengan hal-hal sederhana. Dia memang dibesarkan oleh ilmu pengetahuan. Namun, apa yang telah dijalankan seluruh hidupnya adalah pengabdian kepada kebenaran.’’

Seorang penyair, pencuri dan gelandangan Prancis, Francois Villon (dalam Melani Budianta, 2006: 70) -melalui puisi- menyajikan epitaf yang syarat dengan imperatif moral: Saudaraku seumat yang hidup sesudah kami/ Jangan terhadap kami hatimu kau batukan/ Adapun, bila kau belasi kami yang malang ini/ Kaupun lantas saja diampuni oleh Tuhan/ Kau lihat kami lima-enam orang bergantungan/ Daging kami, terlalu kami padati dengan makanan/ Hampirlah busuk seluruhnya hancur berantakan/ Lalu kami, kerangka, menjadi tepung dan debu/ Kami yang malang ini janganlah tertawakan/ Tapi doakan: Tuhan mengampuni kami dan kamu.

Adapun Florentinedi Belanda dikenal dengan julukan ‘’Janda Hitam’’ (Black Widow)- sebelum meninggal pada 24 Maret 2007, sempat memesan batu nisan berhiaskan kalimat ‘’de Waarheid Maakt Vrij’’ atau ‘’kebenaran akan mendatangkan kebebasan’’. Sungguh merupakan corak satir tersendiri terhadap slogan mayoritas kamp konsentrasi ‘’Arbeit Macht Frei’’ atau ‘’kerja akan mendatangkan kebebasan’’.

Latar belakang lahirnya epitaf tersebut adalah ketika Florentine menyangkal adanya Holocaust, menyesali kejatuhan Dritte Reich Jerman dan ancaman terhadap kemurnian rasial. Akibatnya, istri kedua van Tonnigen itu dikecam habis bahkan oleh ketiga anaknya. Oleh karena van Tonnigen pernah menjadi anggota parlemen di tahun 1930-an, Florentine tetap menerima pensiun dari negara selaku janda anggota parlemen. Saat media massa memublikasikan berita tersebut tahun 1986, timbul kehebohan. Akibatnya, parlemen pun bersidang. Akan tetapi, tidak ada yang bisa dilakukan, sebab penerimaan pensiun tersebut sah menurut hukum. (Fernando R. Srivanto, 2008: 11)

Epitaf Florentine di atas, selain menghibahkan pesan mulia, juga mengurai gambaran realitas bagi suatu masa. Masa di mana aktivitas ‘kerja’ menempati posisi tinggi memecundangi segalanya.

Epitaf dan Penderitaan

Epitaf tak hanya menyimpan petuah, melainkan juga memeram raung kesengsaraan. Sebagaimana epitaf di sebuah kota kuno bertuliskan: ‘’Deleta Silentia’’. Sesuai kronik Imelda Saputra (2010), motif di balik munculnya tulisan pada batu nisan tersebut termuat dalam kisah usang.

Konon, suatu hari, pangeran penguasa kota itu pernah terkejut tanpa sebab. Semenjak itulah, ia menerbitkan titah kepada warga istana agar tiada satu pun berita buruk dihidangkan ke telinganya, terutama kabar seputar penderitaan dan kematian. Celakanya, ia justru melumat siang dan malam untuk bersenang-senang, berfoya-foya, serta mereguk aneka rupa kenikmatan dunia.

Semua anak buahnya mematuhi perintah tersebut. Meski terkesan agak ganjil, mereka teguh mengindahkannya. Bahkan, ketika pihak musuh tiba di gerbang kerajaan, para penjaga urung melontarkan isyarat; seolah enggan, dengan membocorkan berita buruk tersebut, mereka dicap durhaka.

Akhirnya, sang pangeran terperanjat mencerap erang kesakitan para prajurit yang sekarat tatkala istananya terbakar. Dan, dalam waktu relatif singkat, kota itu direbut dan diduduki musuh.

Dalam kisah lain, seorang tahanan politik Boven Digul bosan menerima perlakuan yang begitu keji. Betapa dalam keterkungkungan dan penindasan yang membabibuta, ia merasakan penderitaan yang luar biasa. Kendati demikian, ia tetap membesarkan jiwanya dan berusaha semaksimal mungkin merawat harapan. Harapan yang barangkali akan terwujud setelah datang kematian. Itulah mengapa, di batu nisannya, terpajang sebuah puisi -ditujukan kepada seseorang yang mewariskan inspirasi tiada henti: Bagi kami kau tak hilang tanpa bekas/ Hari ini telah tumbuh dari masamu/ Tangan kami yang akan meneruskan/ Kerja agung jauh hidupmu.// Kami tancapkan kata mulia/ Hidup penuh harapan/ Suluh dinyalakan dalam malammu/ Kami yang meneruskan./ Sebagai pelanjut angkatan.

Begitu kecut dan getirnya kehidupan, tak ayal, jika di batu nisan Soe Hok Gie terpahat kata-kata: ‘’nobody knows the troubles I’ve seen, nobody knows my sorrow.’’

Jogjakarta, 2012

Riza Multazam Luthfy, Menulis puisi, cerpen dan esai. Karya-karyanya bertebaran di beberapa media, seperti Kompas, Jawa Pos, Seputar Indonesia, Suara Pembaruan, Kedaulatan Rakyat, Pikiran Rakyat, Riau Pos, Radar Surabaya, Radar Malang, Radar Bojonegoro, Sumut Pos, Padang Ekspres, Sumatera Ekspres, Analisa, Waspada, Serambi Indonesia, Sagang, Sabili, Annida, Okezone.com dan Kompas.com. Ia adalah ahlul mahad Lembaga Tinggi Pesantren Luhur Malang. Sedang melanjutkan studi di program magister hukum Universitas Islam Indonesia (UII) Jogja.
Dijumput dari: http://cabiklunik.blogspot.com/2012/11/belajar-dari-batu-nisan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Khoirul Anam A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.D. Zubairi A.S. Laksana Abd. Basid Abdul Aziz Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Abdul Hadi W.M. Abdul Rauf Singkil Abdul Rosyid Abdul Salam HS Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abu Nawas Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Ach. Tirmidzi Munahwan Achmad Faesol Adam Chiefni Adhitya Ramadhan Adi Mawardi Adian Husaini Aditya Ardi N Ady Amar Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Fahri Husein Agus Fathuddin Yusuf Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Baso Ahmad Fatoni Ahmad Hadidul Fahmi Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syafii Maarif Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rohim Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sahal Akhmad Taufiq Akhudiat Alang Khoiruddin Alang Khoirudin Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Aliansyah Allamah Syaikh Dalhar Alvi Puspita AM Adhy Trisnanto Ami Herman Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aminullah HA Noor Amir Hamzah Ammar Machmud Andri Awan Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjar Nugroho Anjrah Lelono Broto Antari Setyowati Anwar Nuris Arafat Nur Ariany Isnamurti Arie MP Tamba Arie Yani Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arifin Hakim Arman AZ Arwan Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Juanda Asep S. Bahri Asep Sambodja Asep Yayat Asif Trisnani Aswab Mahasin Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Azizah Hefni Azwar Nazir B Kunto Wibisono Babe Derwan Badrut Tamam Gaffas Bale Aksara Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Benke Berita Berita Duka Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budiawan Dwi Santoso Buku Kritik Sastra Candra Adikara Irawan Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chairul Abhsar Chairul Akhmad Chamim Kohari CNN Indonesia Cucuk Espe Cut Nanda A. D Zawawi Imron D. Dudu AR Dahta Gautama Damanhuri Zuhri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Danuji Ahmad Dati Wahyuni Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dede Kurniawan Dedik Priyanto Den Rasyidi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Detti Febrina Dewi Kartika Dian Sukarno Dian Wahyu Kusuma Didi Purwadi Dien Makmur Din Saja Djasepudin Djauharul Bar Djoko Pitono Djoko Saryono DM Ningsih Doddy Hidayatullah Donny Syofyan Dr Afif Muhammad MA Dr. Simuh Dr. Yunasril Ali Dudi Rustandi Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dyah Ratna Meta Novia E Tryar Dianto Ecep Heryadi Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Edy Susanto EH Ismail Eka Budianta Ekky Malaky Eko Israhayu Ellie R. Noer Emha Ainun Nadjib Esai Esha Tegar Putra Evi Melyati Fachry Ali Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faizal Af Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fazabinal Alim Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Fuad Mardhatillah UY Tiba Furqon Lapoa Fuska Sani Evani Geger Riyanto Ghufron Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur Gus Muwaffiq Gusriyono Gusti Grehenson H Marjohan H. Usep Romli H.M. Habibullah Hadi Napster Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Hamzah Fansuri Hamzah Sahal Hamzah Tualeka Zn Hanibal W.Y. Wijayanta Hanum Fitriah Haris del Hakim Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Basri Marwah Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Helmy Prasetya Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Heri Listianto Heri Ruslan Herry Lamongan Herry Nurdi Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hotnida Novita Sary Hudan Hidayat Husein Muhammad I Nyoman Suaka Ibn ‘Arabi (1165-1240) Ibn Rusyd Ibnu Sina Ibnu Wahyudi Idayati Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imadi Daimah Ermasuri Imam Hamidi Antassalam Imam Khomeini Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Nasri Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Kurniawan Indra Tjahyadi Inung As Irma Safitri Isbedy Stiawan Z.S. Istiyah Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar J Sumardianta Jadid Al Farisy Jalaluddin Jalaluddin Rakhmat Jamal Ma’mur Asmani Jamaluddin Mohammad Javed Paul Syatha Jaya Suprana Jember Gemar Membaca Jo Batara Surya Johan Wahyudi John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K. Muhamad Hakiki K.H. A. Azis Masyhuri K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin Kabar Pesantren Kafiyatun Hasya Kanjeng Tok Kasnadi Kazzaini Ks KH Abdul Ghofur KH. Irfan Hielmy Khansa Arifah Adila Khoirul Anwar Khoirur Rizal Umami Khoshshol Fairuz Kiai Muzajjad Kiki Mikail Kitab Dalailul Khoirot Kodirun Komunitas Deo Gratias Koskow Kritik Sastra Kurniawan Kurtubi Kuswaidi Syafi’ie Kyai Maimun Zubair Lan Fang Larung Sastra Leila S. Chudori Linda S Priyatna Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Asya Lukman Santoso Az M Arif Rohman Hakim M Hari Atmoko M Ismail M Thobroni M. Adnan Amal M. Al Mustafad M. Arwan Hamidi M. Bashori Muchsin M. Faizi M. Hadi Bashori M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Mustafied M. Nurdin M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki M.S. Nugroho M.Si M’Shoe Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahrus eL-Mawa Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mansur Muhammad Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marjohan Marsudi Fitro Wibowo Martin van Bruinessen Marzuki Wahid Marzuzak SY Masduri Mashuri Masjid Kordoba Masuki M. Astro Matroni Matroni el-Moezany Matroni Muserang Mbah Dalhar Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftahul Ulum Mila Novita Mochtar Lubis Moh. Ghufron Cholid Mohamad Salim Aljufri Mohammad Kh. Azad Mohammad Yamin Muh. Khamdan Muhajir Arrosyid Muhammad Abdullah Muhammad Affan Adzim Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih AR Muhammad Amin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Ghannoe Muhammad Idrus Djoge Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Kosim Muhammad Muhibbuddin Muhammad Mukhlisin Muhammad Quraish Shihab Muhammad Subhan Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yasir Muhammad Yuanda Zara Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyiddin Mujtahid Muktamar Sastra Mulyadi SA Munawar A. Djalil Munawir Aziz Musa Ismail Musa Zainuddin Muslim Mustafa Ismail Mustami’ tanpa Nama Mustofa W Hasyim Musyafak Myrna Ratna N. Mursidi Nasaruddin Umar Nashih Nashrullah Naskah Teater Nasruli Chusna Nasrullah Thaleb Nelson Alwi Nevatuhella Ngarto Februana Nidia Zuraya Ninuk Mardiana Pambudy Nita Zakiyah Nizar Qabbani Nova Burhanuddin Noval Jubbek Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Fauzan Ahmad Nur Wahid Nurcholish Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Orasi Budaya Pangeran Diponegoro Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pesantren Tebuireng Pidato Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pramoedya Ananta Toer Prof. Dr. Nur Syam Profil Ma'ruf Amin Prosa Puisi Puji Hartanto Puji Santosa Pungkit Wijaya Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin PUstaka puJAngga Putera Maunaba Putu Fajar Arcana R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rakhmat Nur Hakim Ramadhan Alyafi Rameli Agam Rasanrasan Boengaketji Ratnaislamiati Raudal Tanjung Banua Reni Susanti Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Retno HY Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Rinto Andriono Risa Umami Riyadhus Shalihin Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rohman Abdullah S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifuddin Syadiri Saifudin Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Salahuddin Wahid Salamet Wahedi Salman Faris Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Pesantren Sastrawan Pujangga Baru Satmoko Budi Santoso Satriwan Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siswanto Siswoyo Sita Planasari A Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slavoj Zizek Snouck Hugronje Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana St Sularto Suci Ayu Latifah Sufyan al Jawi Sugiarta Sriwibawa Sulaiman Djaya Sundari Sungatno Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susringah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaiful Amin Syaifullah Amin Syarif Hidayat Santoso Syeikh Abdul Maalik Syeikh Muhammad Nawawi Syekh Abdurrahman Shiddiq Syekh Sulaiman al Jazuli Syi'ir Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tiar Anwar Bachtiar Tjahjono Widijanto Tok Pulau Manis Toko Buku PUstaka puJAngga Tu-ngang Iskandar Turita Indah Setyani Umar Fauzi Ballah Uniawati Universitas Indonesia Universitas Jember Usep Romli H.M. Usman Arrumy UU Hamidy Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wa Ode Zainab Zilullah Toresano Wahyu Aji Walid Syaikhun Wan Mohd. Shaghir Abdullah Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Fei Hung Y Alpriyanti Yanti Mulatsih Yanuar Widodo Yanuar Yachya Yayuk Widiati Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yopi Setia Umbara Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudi Latif Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusuf Suharto Zaenal Abidin Riam Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zakki Amali Zehan Zareez