Riza Multazam Luthfy
Riau Pos, 18 Nov 2012
‘’Bersukarialah semua makhluk hidup, karena mahkota umat manusia yang begitu indah pernah hidup!’’ (Epitaf di nisan Newton)
SELINGKAR tahun 1922, dunia digemparkan dengan maklumat yang dilempar oleh seorang pemburu berita kelahiran Georgetown. Ialah Carr V Van Anda, wartawan yang pernah masyhur sebagai managing editor terpenting dalam sejarah New York Times. Apa yang dilakukan? Demi menyibak tabir kebenaran, Van Anda membuka ruang liputan yang begitu lebar untuk penemuan makam Raja Mesir Tutankhamen.
Beragam data yang dihimpun dari berbagai loka, dijelmakan Van Anda selaku sarana mendedah peristiwa yang masih ditudungi kabut tebal itu. Berbekal kecermatan dan analisis mendalam, sejumlah foto hasil pembongkaran makam tersebut ditelaah satu persatu. Van Anda menaksir bahwa telah terjadi pemalsuan yang berlangsung kurang lebih 4.000 tahun silam, yaitu persulihan tanda tangan sang raja oleh komandan militer Mesir kala itu.
Kesimpulan yang dipetik Van Anda menuturkan, raja muda Mesir itu meninggal akibat dihabisi Horemheb, komandan tentara Mesir. Beberapa saat kemudian, pernyataan Van Anda mengunyah angin segar. Apa yang disingkapnya naga-naganya mendapat pengesahan dari ahli bidang Mesir kuno.
Keberhasilan Van Anda dalam menguak misteri ribuan tahun itu bukanlah sebiji kebetulan. Kemampuannya dalam menggali hieroglyphics (tulisan Mesir kuno) yang tak diragukan, mengantarnya sanggup membeberkan pemalsuan tersebut seusai membaca dan menyelami aksara yang melekat pada batu nisan Raja Tutankhamen.
Memungut Berkah Lewat Petuah
Epitaf bukan sekadar tulisan ringkas pada batu nisan yang diukir guna mengenang seseorang yang dikubur. Sesuai kapasitasnya, ia juga mendermakan petuah-petuah bagi mereka yang masih bernafas. Di dalam epitaf terkandung sejumlah amar, tuntunan, nasehat, nilai, juga ungkapan bijak, yang menawarkan percikan kebajikan sekaligus bebulir norma kehidupan. Hal ini, misalnya, bisa dirunut dari epitaf John Locke, Francois Villon, juga Florentine.
Dengan beragam kelemahan yang dipanggul, John Locke menyadari bahwa tiadalah manusia makhluk baka; dekat dengan sempurna. Manusia cuma makhluk sementara yang rimbun cacing dalam perutnya. Atas dasar itulah, meski kelak ketika nyawa rontok dari raga, pengarang disertasi politik aliran liberal berjudul ‘’Two Treatises of Government’’ itu berhasrat tetap garang menggaungkan kebenaran. Tak heran, jika pada waktu jasadnya dibaringkan untuk selamanya, di batu nisannya tersua kata-kata: ‘’wahai para pejalan kaki, berhentilah sejenak! Di sini terbaring John Locke. Kalau Anda bertanya, orang seperti apa dia. Dia akan menjawab: seorang yang hidupnya puas dengan hal-hal sederhana. Dia memang dibesarkan oleh ilmu pengetahuan. Namun, apa yang telah dijalankan seluruh hidupnya adalah pengabdian kepada kebenaran.’’
Seorang penyair, pencuri dan gelandangan Prancis, Francois Villon (dalam Melani Budianta, 2006: 70) -melalui puisi- menyajikan epitaf yang syarat dengan imperatif moral: Saudaraku seumat yang hidup sesudah kami/ Jangan terhadap kami hatimu kau batukan/ Adapun, bila kau belasi kami yang malang ini/ Kaupun lantas saja diampuni oleh Tuhan/ Kau lihat kami lima-enam orang bergantungan/ Daging kami, terlalu kami padati dengan makanan/ Hampirlah busuk seluruhnya hancur berantakan/ Lalu kami, kerangka, menjadi tepung dan debu/ Kami yang malang ini janganlah tertawakan/ Tapi doakan: Tuhan mengampuni kami dan kamu.
Adapun Florentinedi Belanda dikenal dengan julukan ‘’Janda Hitam’’ (Black Widow)- sebelum meninggal pada 24 Maret 2007, sempat memesan batu nisan berhiaskan kalimat ‘’de Waarheid Maakt Vrij’’ atau ‘’kebenaran akan mendatangkan kebebasan’’. Sungguh merupakan corak satir tersendiri terhadap slogan mayoritas kamp konsentrasi ‘’Arbeit Macht Frei’’ atau ‘’kerja akan mendatangkan kebebasan’’.
Latar belakang lahirnya epitaf tersebut adalah ketika Florentine menyangkal adanya Holocaust, menyesali kejatuhan Dritte Reich Jerman dan ancaman terhadap kemurnian rasial. Akibatnya, istri kedua van Tonnigen itu dikecam habis bahkan oleh ketiga anaknya. Oleh karena van Tonnigen pernah menjadi anggota parlemen di tahun 1930-an, Florentine tetap menerima pensiun dari negara selaku janda anggota parlemen. Saat media massa memublikasikan berita tersebut tahun 1986, timbul kehebohan. Akibatnya, parlemen pun bersidang. Akan tetapi, tidak ada yang bisa dilakukan, sebab penerimaan pensiun tersebut sah menurut hukum. (Fernando R. Srivanto, 2008: 11)
Epitaf Florentine di atas, selain menghibahkan pesan mulia, juga mengurai gambaran realitas bagi suatu masa. Masa di mana aktivitas ‘kerja’ menempati posisi tinggi memecundangi segalanya.
Epitaf dan Penderitaan
Epitaf tak hanya menyimpan petuah, melainkan juga memeram raung kesengsaraan. Sebagaimana epitaf di sebuah kota kuno bertuliskan: ‘’Deleta Silentia’’. Sesuai kronik Imelda Saputra (2010), motif di balik munculnya tulisan pada batu nisan tersebut termuat dalam kisah usang.
Konon, suatu hari, pangeran penguasa kota itu pernah terkejut tanpa sebab. Semenjak itulah, ia menerbitkan titah kepada warga istana agar tiada satu pun berita buruk dihidangkan ke telinganya, terutama kabar seputar penderitaan dan kematian. Celakanya, ia justru melumat siang dan malam untuk bersenang-senang, berfoya-foya, serta mereguk aneka rupa kenikmatan dunia.
Semua anak buahnya mematuhi perintah tersebut. Meski terkesan agak ganjil, mereka teguh mengindahkannya. Bahkan, ketika pihak musuh tiba di gerbang kerajaan, para penjaga urung melontarkan isyarat; seolah enggan, dengan membocorkan berita buruk tersebut, mereka dicap durhaka.
Akhirnya, sang pangeran terperanjat mencerap erang kesakitan para prajurit yang sekarat tatkala istananya terbakar. Dan, dalam waktu relatif singkat, kota itu direbut dan diduduki musuh.
Dalam kisah lain, seorang tahanan politik Boven Digul bosan menerima perlakuan yang begitu keji. Betapa dalam keterkungkungan dan penindasan yang membabibuta, ia merasakan penderitaan yang luar biasa. Kendati demikian, ia tetap membesarkan jiwanya dan berusaha semaksimal mungkin merawat harapan. Harapan yang barangkali akan terwujud setelah datang kematian. Itulah mengapa, di batu nisannya, terpajang sebuah puisi -ditujukan kepada seseorang yang mewariskan inspirasi tiada henti: Bagi kami kau tak hilang tanpa bekas/ Hari ini telah tumbuh dari masamu/ Tangan kami yang akan meneruskan/ Kerja agung jauh hidupmu.// Kami tancapkan kata mulia/ Hidup penuh harapan/ Suluh dinyalakan dalam malammu/ Kami yang meneruskan./ Sebagai pelanjut angkatan.
Begitu kecut dan getirnya kehidupan, tak ayal, jika di batu nisan Soe Hok Gie terpahat kata-kata: ‘’nobody knows the troubles I’ve seen, nobody knows my sorrow.’’
Jogjakarta, 2012
Riza Multazam Luthfy, Menulis puisi, cerpen dan esai. Karya-karyanya bertebaran di beberapa media, seperti Kompas, Jawa Pos, Seputar Indonesia, Suara Pembaruan, Kedaulatan Rakyat, Pikiran Rakyat, Riau Pos, Radar Surabaya, Radar Malang, Radar Bojonegoro, Sumut Pos, Padang Ekspres, Sumatera Ekspres, Analisa, Waspada, Serambi Indonesia, Sagang, Sabili, Annida, Okezone.com dan Kompas.com. Ia adalah ahlul mahad Lembaga Tinggi Pesantren Luhur Malang. Sedang melanjutkan studi di program magister hukum Universitas Islam Indonesia (UII) Jogja.
Dijumput dari: http://cabiklunik.blogspot.com/2012/11/belajar-dari-batu-nisan.html
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Khoirul Anam
A. Khoirul Anam
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A.C. Andre Tanama
A.D. Zubairi
A.S. Laksana
Abd. Basid
Abdul Aziz
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Gaffar
Abdul Hadi W.M.
Abdul Rauf Singkil
Abdul Rosyid
Abdul Salam HS
Abdul Wachid B.S.
Abdullah Alawi
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Abimardha Kurniawan
Abu Nawas
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Ach. Tirmidzi Munahwan
Achmad Faesol
Adam Chiefni
Adhitya Ramadhan
Adi Mawardi
Adian Husaini
Aditya Ardi N
Ady Amar
Adzka Haniina Al Barri
AF. Tuasikal
Afrizal Malna
Afrizal Qosim
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan Mn
Agus Buchori
Agus Fahri Husein
Agus Fathuddin Yusuf
Agus R. Sarjono
Agus Sulton
Agus Sunyoto
AH J Khuzaini
Ahmad Anshori
Ahmad Badrus Sholihin
Ahmad Baso
Ahmad Fatoni
Ahmad Hadidul Fahmi
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Maltup SA
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Muhli Junaidi
Ahmad Syafii Maarif
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Tohari
Ahmad Y. Samantho
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainur Rohim
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Fatoni
Akhmad Sahal
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Alang Khoiruddin
Alang Khoirudin
Ali Audah
Ali Mahmudi CH
Ali Rif’an
Aliansyah
Allamah Syaikh Dalhar
Alvi Puspita
AM Adhy Trisnanto
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Amin Hasan
Aminullah HA Noor
Amir Hamzah
Ammar Machmud
Andri Awan
Anindita S Thayf
Aning Ayu Kusuma
Anjar Nugroho
Anjrah Lelono Broto
Antari Setyowati
Anwar Nuris
Arafat Nur
Ariany Isnamurti
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arif Hidayat
Arif Saifudin Yudistira
Arifin Hakim
Arman AZ
Arwan
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Juanda
Asep S. Bahri
Asep Sambodja
Asep Yayat
Asif Trisnani
Aswab Mahasin
Atiqurrahman
Awalludin GD Mualif
Azizah Hefni
Azwar Nazir
B Kunto Wibisono
Babe Derwan
Badrut Tamam Gaffas
Bale Aksara
Bandung Mawardi
Bastian Zulyeno
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benny Benke
Berita
Berita Duka
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budiawan Dwi Santoso
Buku Kritik Sastra
Candra Adikara Irawan
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cawapres Jokowi
Cerpen
Chairil Anwar
Chairul Abhsar
Chairul Akhmad
Chamim Kohari
CNN Indonesia
Cucuk Espe
Cut Nanda A.
D Zawawi Imron
D. Dudu AR
Dahta Gautama
Damanhuri Zuhri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Danuji Ahmad
Dati Wahyuni
Dea Anugrah
Dea Ayu Ragilia
Dede Kurniawan
Dedik Priyanto
Den Rasyidi
Deni Jazuli
Denny JA
Denny Mizhar
Detti Febrina
Dewi Kartika
Dian Sukarno
Dian Wahyu Kusuma
Didi Purwadi
Dien Makmur
Din Saja
Djasepudin
Djauharul Bar
Djoko Pitono
Djoko Saryono
DM Ningsih
Doddy Hidayatullah
Donny Syofyan
Dr Afif Muhammad MA
Dr. Simuh
Dr. Yunasril Ali
Dudi Rustandi
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Rejeki
Dyah Ratna Meta Novia
E Tryar Dianto
Ecep Heryadi
Edeng Syamsul Ma’arif
Edy A Effendi
Edy Susanto
EH Ismail
Eka Budianta
Ekky Malaky
Eko Israhayu
Ellie R. Noer
Emha Ainun Nadjib
Esai
Esha Tegar Putra
Evi Melyati
Fachry Ali
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Faizal Af
Fajar Kurnianto
Fanani Rahman
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Fazabinal Alim
Festival Literasi Nusantara
Festival Sastra Gresik
Festival Teater Religi
Forum Santri Nasional
Fuad Mardhatillah UY Tiba
Furqon Lapoa
Fuska Sani Evani
Geger Riyanto
Ghufron
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin
Gus Dur
Gus Muwaffiq
Gusriyono
Gusti Grehenson
H Marjohan
H. Usep Romli H.M.
Habibullah
Hadi Napster
Halimi Zuhdy
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hamka
Hammam Fathulloh
Hamzah Fansuri
Hamzah Sahal
Hamzah Tualeka Zn
Hanibal W.Y. Wijayanta
Hanum Fitriah
Haris del Hakim
Harri Ash Shiddiqie
Hartono Harimurti
Hary B. Kori’un
Hasan Basri Marwah
Hasnan Bachtiar
Hasyim Asy’ari
Helmy Prasetya
Hendra Makmur
Hepi Andi Bastoni
Heri Listianto
Heri Ruslan
Herry Lamongan
Herry Nurdi
Heru Kurniawan
Hilmi Abedillah
Hotnida Novita Sary
Hudan Hidayat
Husein Muhammad
I Nyoman Suaka
Ibn ‘Arabi (1165-1240)
Ibn Rusyd
Ibnu Sina
Ibnu Wahyudi
Idayati
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Ilham Yusardi
Imadi Daimah Ermasuri
Imam Hamidi Antassalam
Imam Khomeini
Imam Nawawi
Imam Nur Suharno
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Nasri
Imron Tohari
Indonesia O’Galelano
Indra Kurniawan
Indra Tjahyadi
Inung As
Irma Safitri
Isbedy Stiawan Z.S.
Istiyah
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
J Sumardianta
Jadid Al Farisy
Jalaluddin
Jalaluddin Rakhmat
Jamal Ma’mur Asmani
Jamaluddin Mohammad
Javed Paul Syatha
Jaya Suprana
Jember Gemar Membaca
Jo Batara Surya
Johan Wahyudi
John Halmahera
Joko Pinurbo
Joko Widodo
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Junaidi
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
K. Muhamad Hakiki
K.H. A. Azis Masyhuri
K.H. Anwar Manshur
K.H. M. Najib Muhammad
K.H. Ma'ruf Amin
Kabar Pesantren
Kafiyatun Hasya
Kanjeng Tok
Kasnadi
Kazzaini Ks
KH Abdul Ghofur
KH. Irfan Hielmy
Khansa Arifah Adila
Khoirul Anwar
Khoirur Rizal Umami
Khoshshol Fairuz
Kiai Muzajjad
Kiki Mikail
Kitab Dalailul Khoirot
Kodirun
Komunitas Deo Gratias
Koskow
Kritik Sastra
Kurniawan
Kurtubi
Kuswaidi Syafi’ie
Kyai Maimun Zubair
Lan Fang
Larung Sastra
Leila S. Chudori
Linda S Priyatna
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP
Lukman Asya
Lukman Santoso Az
M Arif Rohman Hakim
M Hari Atmoko
M Ismail
M Thobroni
M. Adnan Amal
M. Al Mustafad
M. Arwan Hamidi
M. Bashori Muchsin
M. Faizi
M. Hadi Bashori
M. Harir Muzakki
M. Kanzul Fikri
M. Mustafied
M. Nurdin
M. Yoesoef
M. Yunis
M.D. Atmaja
M.H. Abid
M.Harir Muzakki
M.S. Nugroho
M.Si
M’Shoe
Mahamuda
Mahdi Idris
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Mahrus eL-Mawa
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mansur Muhammad
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Marjohan
Marsudi Fitro Wibowo
Martin van Bruinessen
Marzuki Wahid
Marzuzak SY
Masduri
Mashuri
Masjid Kordoba
Masuki M. Astro
Matroni
Matroni el-Moezany
Matroni Muserang
Mbah Dalhar
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Miftahul Ulum
Mila Novita
Mochtar Lubis
Moh. Ghufron Cholid
Mohamad Salim Aljufri
Mohammad Kh. Azad
Mohammad Yamin
Muh. Khamdan
Muhajir Arrosyid
Muhammad Abdullah
Muhammad Affan Adzim
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Ali Fakih AR
Muhammad Amin
Muhammad Anta Kusuma
Muhammad Ghannoe
Muhammad Idrus Djoge
Muhammad Itsbatun Najih
Muhammad Kosim
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Mukhlisin
Muhammad Quraish Shihab
Muhammad Subhan
Muhammad Wava Al-Hasani
Muhammad Yasir
Muhammad Yuanda Zara
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun AS
Muhyiddin
Mujtahid
Muktamar Sastra
Mulyadi SA
Munawar A. Djalil
Munawir Aziz
Musa Ismail
Musa Zainuddin
Muslim
Mustafa Ismail
Mustami’ tanpa Nama
Mustofa W Hasyim
Musyafak
Myrna Ratna
N. Mursidi
Nasaruddin Umar
Nashih Nashrullah
Naskah Teater
Nasruli Chusna
Nasrullah Thaleb
Nelson Alwi
Nevatuhella
Ngarto Februana
Nidia Zuraya
Ninuk Mardiana Pambudy
Nita Zakiyah
Nizar Qabbani
Nova Burhanuddin
Noval Jubbek
Nu’man ’Zeus’ Anggara
Nur Fauzan Ahmad
Nur Wahid
Nurcholish
Nurel Javissyarqi
Nuruddin Al Indunissy
Nurul Anam
Orasi Budaya
Pangeran Diponegoro
Parimono V / 40 Plandi Jombang
PC. Lesbumi NU Babat
PDS H.B. Jassin
Pesantren Tebuireng
Pidato
Politik
Pondok Pesantren Al-Madienah
Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang
PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan
Pramoedya Ananta Toer
Prof. Dr. Nur Syam
Profil Ma'ruf Amin
Prosa
Puisi
Puji Hartanto
Puji Santosa
Pungkit Wijaya
Purwanto
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
PUstaka puJAngga
Putera Maunaba
Putu Fajar Arcana
R. Ng. Ronggowarsito
Radhar Panca Dahana
Raedu Basha
Rahmat Sudirman
Rahmat Sularso Nh
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rakhmat Nur Hakim
Ramadhan Alyafi
Rameli Agam
Rasanrasan Boengaketji
Ratnaislamiati
Raudal Tanjung Banua
Reni Susanti
Resensi
Restoe Prawironegoro Ibrahim
Retno HY
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar
Rinto Andriono
Risa Umami
Riyadhus Shalihin
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rohman Abdullah
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifuddin Syadiri
Saifudin
Saiful Amin Ghofur
Sainul Hermawan
Sajak
Salahuddin Wahid
Salamet Wahedi
Salman Faris
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sandiaga Uno
Sanggar Pasir
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian Nuraini
Sastra Pesantren
Sastrawan Pujangga Baru
Satmoko Budi Santoso
Satriwan
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra Boenga Ketjil
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siswanto
Siswoyo
Sita Planasari A
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Slavoj Zizek
Snouck Hugronje
Sobih Adnan
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
St Sularto
Suci Ayu Latifah
Sufyan al Jawi
Sugiarta Sriwibawa
Sulaiman Djaya
Sundari
Sungatno
Sunu Wasono
Surya Lesmana
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Susringah
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyanto
Syaiful Amin
Syaifullah Amin
Syarif Hidayat Santoso
Syeikh Abdul Maalik
Syeikh Muhammad Nawawi
Syekh Abdurrahman Shiddiq
Syekh Sulaiman al Jazuli
Syi'ir
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Tiar Anwar Bachtiar
Tjahjono Widijanto
Tok Pulau Manis
Toko Buku PUstaka puJAngga
Tu-ngang Iskandar
Turita Indah Setyani
Umar Fauzi Ballah
Uniawati
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usep Romli H.M.
Usman Arrumy
UU Hamidy
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W.S. Rendra
Wa Ode Zainab Zilullah Toresano
Wahyu Aji
Walid Syaikhun
Wan Mohd. Shaghir Abdullah
Warung Boengaketjil
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Welly Adi Tirta
Wiwik Hastuti
Wiwik Hidayati
Wong Fei Hung
Y Alpriyanti
Yanti Mulatsih
Yanuar Widodo
Yanuar Yachya
Yayuk Widiati
Yeni Ratnaningsih
Yohanes Sehandi
Yopi Setia Umbara
Yosi M Giri
Yudhi Fachrudin
Yudi Latif
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Zaenal Abidin Riam
Zainal Arifin Thoha
Zainuddin Sugendal
Zakki Amali
Zehan Zareez
Tidak ada komentar:
Posting Komentar