SURAT MERAH!! UNTUK KEDUTAAN INDONESIA DI SAUDI…
Nuruddin Al Indunissy
Masih hangat di ingatan tentang sebuah nama, saudari kita yang dipancung di saudi.. iyah ia sudah tiada dan berita menggetarkan menyebar keseluruh dunia, lalu Indonesia seperti menangis semua hati pilu satu jiwa terbunuh demi satu kelalaian..
Satu leher terlihat jelas, dipenggal disaudi..
Seluruh media ramai berkomentar; “Ya..itu karena mereka tidak berpendidikan..” sebagian mereka berkata; “Memalukan..” sebagian lagi berkata “Akh. Itu kesalahan mereka, saja..” bla bla bla…
Ya sudah, ya sudahlah.
Tapi tidak kah kalian melihat dari sisi lain?
Hari ini aku berdiri sebagai saksi wajah wajah ketakutan mereka yang butuh perlindungan bukan cacian..
Pelan kudengar,..
Peminpin Negeri di tanah air menghentikan armada TKW ke Saudi?
Iyah, aku saksinya di kota ini. Pihak Saudi pun telah mengganti TKW Indonesia dengan Somalia..
“Mafi muskilah… tak apa, TKW dari Somalia lebih murah…”
Ujar saudi, lalu Indonesia menimpali: “Bagus lah.. sudah hentikan saja!”
LALU BERESKAH SEMUANYA?
Tentunya kematian adalah bagian dari takdir Allah yang Maha Sempurna dengan segala Perencanaan-Nya. Tapi disisi lain, dalam setiap peristiwa terkecil sekalipun pasti terdapat makna makna jika kita rajin bertafaqur.
Subhanallah..
Satu nyawa Muslimah itu bukan harga murah…
Aku begitu terkejut ketika dua hari lalu mampir ke Jeddah.
Tentu ini bukanlah satu ketidaksengajaan..
Hari ini telingaku mendengar sayup sayup jeritan mereka dari balik penjara.
BRIMAN…
Penjara wanita terbesar di negeri 1001 TKI ini.
Penjara ini lebih besar jika dibanding penjara lain di Makkah, Riyadh atau Madinah.
Penjara ini masih menyimpan rahasia..
Bau busuk mengusik hidungku, setumpuk kasus tertimbun disana..
Ratusan wanita Muslimah Indonesia yang seharusnya berharga terbuang disana…
Dengarkanlah baik baik..
Dari balik penjara itu terdengar desahan kesal..
Kekhawatiran tanpa ujung.. Menanti keadilan atau kematian!
Mereka merayu dipercepat hukuman..
Bukan ditelantarkan disana!
Iyah, mereka mungkin salah..
Tapi ketahuilah, mereka hanyalah wanita lemah!
Mereka hanya mampu menangis dan berdo’a..
Bukankah tugas Embassy untuk menjadi peneduh bagi mereka?
Anisa Turmudi (nama sebenarnya)
28 Syawal 1431 Hijriyah tertangkap mutawwa sedang pacaran di salah satu pantai di Jeddah dengan Khaled. Duduk duduk berdua di pantai Jeddah tanpa surat nikah adalah kriminal.. beda dengan remaja remaja yang nongkrong ciwalk-bandung…apalagi saat diperiksa, Anisa tidak punya Iqama..
Ia ditangkap lalu dipenjara hari itu juga, lalu diam disana menanti persidangan..
Polisi kerajaan mungkin mengira Anisa adalah prostisusi,
Padahal saat itu Anisa dan Khaled hanya sedang duduk duduk di pantai Jeddah.
Entahlah, lupakan..
21 Safar 1432 Hijriyah..
Empat bulan kemudian Anisa baru di sidang.
Anisa diputuskan untuk dipenjara selama 4 bulan plus hukuman cambuk sebanyak 200 kali. Tapi Anisa telah membayar 3 bulan 23 hari sebelum sidang, artinya hanya tersisa 7 hari dan hukuman cambuk.
Anisa bernafas lega, akhirnya ia telah mendapat kepastian hukum dari kesalahannya. Khaled telah dibebaskan beberapa bulan lalu, Khaled hanya dipenjara 3 Hari saja. Karen dia saudi… tapi Anisa masih harus menanti 7 hari lagi + hukum cambuk yang masih utuh 200 pukulan..
“Tak apa, aku memang salah..”
Ungkapnya ketika saya telusuri dari ujung telpon dipenjara deritanya.
Ia memang salah, sudah 11 tahun tinggal di Jeddah dan tak punya iqama..
Dan ia telah menjalani hukuman.
Hanya tersisa satu minggu lagi…
“Saat itu aku sedikit tegar” Ungkapnya.
Biarlah..
Waktu ia tunggu, jam demi jam ia menanti,
Tujuh hari seperti tujuh tahun..
Akhirnya hari itu tiba..
Hari mendebarkan itu ia menanti kedutaan Indonesia untuk menjemputnya..
Tapi kedutaan Indonesia sepertinya sedang tidak ramah kepadanya. Sebenarnya selama 4 bulan itu, tidak seharipun mereka menjenguknya.
Hari inipun sepertinya mereka sedikit telat.
Anissa hanya berharap semoga besok pagi, kedutaan Indonesia yang terhormat itu mau bangun lebih awal… dan sebentar saja menyempatkan diri untuk melirik namanya dari sederetan kasus yang menumpuk dimeja kerja beliau beliau..
Sayang,..
1 hari, 2 hari sampai 7 hari kemudian tidak ada kabar..
7 minggu kemudian masih belum ada kabar, hingga saat ini… hampir 7 BULAN ia menanti pahlawannya di penjara itu..
7 bulan wahai telinga yang mendengar..
Sekali lagi..
7 BULAN DI PENJARA BRIMAN JEDDAH..
Sedangkan seharusnya ia sudah bebas, hanya sang duta lupa menjemputnya..?
Khaled menuturkan:
“Disaudi, jika wanita dipenjara lalu saatnya ia bebas hari itu juga ia bebas jika kedutaannya mengurusi. Jika kemudian hari itu ia tidak dibebaskan, dan baru dibebaskan besok hari karena sesuatu.. maka pihak kerajaan harus membayar 1000 Real/Hari terhitung hari pertama ia bebas!”.
Khaled adalah pacar Anisa yang tertangkap di pantai itu.
Saya tersentak dan spontan bertanya kepada Khaled?
“Masha Allah… may be Anissa is geting reach right?” (Ya ampuun.. mungkin nanti Anisa bakal menjadi kaya raya dengan uang keterlambatan pembebasannya itu ya?”
Khaleed menjawab:
“Yes.. but nothing right now, because your embassy is sleeping?”
(Iah, tapi itu tak berarti lagi karena kedutaan Indonesianya tidur?)
“She’s crying ya nuruddin! this is crucial thing”.
(Dia hanya bisa menangis nuruddin.. ini hal yang sangat serius) dia menambahkan.
7 bulan ia menanti Jemputan..
Itu penantian panjang keduanya, setelah 4 bulan sebelumnya menanti sidang..
4+7 = 11 bulan..
dari 28 Syawal 1431 Hijriah hingga 23 Ramadhan 1432 Hijriyah..
11 Bulan menanti..
Apa kalian mengira saya sedang membacakan dongeng sebelum tidur?
INI NYATA BRADER…
DENGARKANLAH… LIHATLAH DENGAN MATA HATI..
Dipenjara Briman, Jeddah.
Kedutaan Philippine biasa datang menjenguk penjara 2 minggu sekali, ada atau tidak ada wanita Philippine yang dipenjara disana..
Mereka rutin mengecek jika saja ada masalah.
Khaled menambahkan:
“Beberapa waktu lalu, pernah ada wanita Philippine didalam penjara Bruman. Kedutaan mereka mengeceknya secara continue selama masa tahanan itu… kedutaan mereka tetap datang meski wanita pilipina itu telah diputuskan hukuman penjara, mereka tetap datang menanyakan tentang bagaimana makanan didalam penjara, bagaimana tempat tidur, bagaimana baju dan fasilitas lain… bahkan mereka menawari jika saja ada saudara wanita itu di Riyadh atau kota lain disaudi yang mungkin untuk didatangkan untuk menjenguknya….”
Tapi…
Tapi ada apa dengan kedutaan Indonesia yang tidak pernah jalan kesana?
Tidak kah engkau mendengar suara jeritan wanita teraniyaya itu, semakin hari suara mereka semakin melemah menanti keadilan? Disana tidak hanya Anisa…
Banyak Anisa Anisa lain….
Saya tertegun.
Penasaran saya langsung ambil hape dari tangan Khaleed..
Saya tanyakan Anisa di dalam penjara sana: “Anisa! ada berapa banyak wanita Indonesia disana?”
Dia jawab: “Banyak mas..”
Saya tanya lagi: “Iya ada berapa kira kira, sepuluh dua puluh?”
Dia jawab:
“Ratusan mas…!
“Berapa ratus?”
Tanyaku lagi sambil menulis draft catatan ini di laptop didepanku.
“Tidak terhitung mas, mungkin lebih dari 300..” jawabnya.
“Astaghfirullah… 300…?”
Saya terperanjat..
Dan dari ujung telpon suara anisa makin parau.
“Tolong mas.. please, aku sudah capai. Aku dipukul 200 kali ga papa. Aku rela..”
Ungkapnya lagi memelas dari ujung telephone di penjara sana..
Aku terharu, lalu kutimpali sekedar menenangkan:
“Kamu dicambuk 200 itu memang mudah? Itu sakit nis.. mungkin jauh lebih baik seperti itu. Tinggal disana rame rame. Gimana makanan disana?”
Dari ujung telpon Anisa seperti tertawa dipaksakan.
“Yah.. Makanan disini biasa lah mas, sambosa.. roti.. kayak gitu. Aku gak punya duit, yang punya uang bisa beli. Disini ada canteen juga”
“Ya itu lebih baik kan, daripada dicambuk?” tanyaku menguji.
Anisa menjawab:
“Saya punya keluarga di Surabaya mas…”
Hatiku benar benar terluka ketika mendengar kata itu..
Keluarga, aku pun memiliki keluarga..
Tapi saya adalah laki laki.
Ketika ketidak adilan didepan saya terjadi, saya bisa teriak dan membentak..
Tapi wanita..?
Suara hati mereka halus..
Mereka kadang tidak mampu berkata kata..
Apalagi bahasa arab mereka pas pasan..
Bahasa ingris nol besar..
“Annissa..” ungkapku, hatiku terharu.
“Annisa. Saya adalah penulis, ya.. meski menulis hanya di facebook, tapi insya Allah pendengar saya cukup banyak. Inysa Allah saya berjanji untuk menerjemahkan rintihanmu disana.. ”
“Tolong mas. please..”
Anisa hanya menjawab itu, selanjutnya hanphone mati.
Berbicara dipenjara tentu tidak sebebas di dunia luar..
Ini adalah Amanah yang harus kusampaikan..
Suara halus itu harus kuterjemahkan, agar suara itu terdengar…!
Amanah ini harus tetap kusampaikan meski telinga telinga itu telah tuli, meski mungkin tak sesiapa peduli..
Wahai engkau yang terhormat di kursi embassy?
Harus kah kalian aku bangunkan dengan cara seperti ini?
MEMALUKAN..!
Khaled Asyiri,
Warga lokal Arab yang sangat peduli dengan warga Indonesia di Jeddah, adalah seseorang yang mencatat dengan details perkembangan Annisa dari mulai dipenjara hingga hari ini. Dia menyayangi Anisa. Ia bercerita kepadaku dengan menggebu gebu..
Setelah Khaled mendengar Anisa disidang ..
Dan tak ada seorangpun menjemputnya ke penjara, Khaled gundah..
Ada apa dengan embassy Indonesia?
Ia menemui kedutaan Indonesia cabang Jeddah..
Dilihatnya banyak wanita Indonesia sedang berkumpul ditaman kedutaan, tapi tak ada satu kepala pun keluar untuk menyapanya..
Oh iya, embassy itu mungkin sibuk..
Iya masuk kedalam, bertanya dengan nada tinggi..
Tapi tak ada solusi.
Iya menawarkan untuk menjadi wakil kedutaan Indonesia untuk menjemput Anissa di penjara, ia berjanji akan membelikan tiket untuk Anisa pulang ke Indonesia. Ia juga menawarkan SR 1000 untuk staff embassy yang sedang mengantuk itu, tapi kedutaan tetap mengantuk..
Khaled menggebrak meja!
“Pennnnn enta mudirrr…?”
(Mana big boss kalian disini..? saya ingin bicara…)
Apa yang dilakukan staff KJRI JEDDAH tersebut?
Ia marah, ia bangun dan memanggil polisi Saudi yang ada digedung sebelah..
Ia berdiri tegak dan berkata:
“Tidak tahukah anda bahwa ini lembaga Internasional??”
Khaled menahan sesak dadanya..
Beberapa polisi saudi memaksanya keluar dari KJRI Jeddah..
Khaled pulang, menelpon Anisa di penjara..
Ma’alish..
Maafkan kekasihmu yang tidak bisa membantu lagi..
Kedutaan mu sedang tidur pulas dan tidak mau diganggu.
Anisa terdiam..
Ia memegangi koran yang sudah lusuh ditangannya,..
Membaca janji manis penegak hukum di tanah air yang katanya akan memberi ia bebas Ramadhan ini..
Ramadhan ini kawan..
Hari ini sudah 23 Ramadhan sebentar lagi lebaran..
Anisa masih berharap harap cemas, bisakah ia menemui keluarganya lebaran ini?
Anisa masih menangis pedih di penjara BRUMAN..
Menanti kedutaan Indonesia yang molor..
Biar kukatakan lebih lantang..
KEDUTAAN INDONESIA DI SAUDI MOLOR…
Saya sebenarnya tidak peduli kalian mau ngantor ataupun molor..
Pertanyaan saya adalah sampai kapan kalian akan tertidur pulas dan pesta iftar disana, sementara wanita lemah tanggung jawab kalian memakan roti kering setiap hari di saat sahur dan buka puasa…
Apa wanita wanita lemah itu akan tetap disana hingga puasa tahun depan?
Apa kalian tidak enggan memakan gaji haram.. !
Bukankah rakyat Indonesia telah membayar kalian mahal untuk duduk di kursi itu?
Apa harus saya jelaskan apa yang harus kalian kerjakan selain duduk manis di kursi itu?
Tidakkah terlintas untuk sehari saja lihat lihat situasi?
Lihat lihat situasi bung…!
Malu lah sama kedutaan Philippine..
Mereka peduli sama warga Negara yang menjadi tanggung jawabnya?
Semoga kalian marah membaca tulisan ini.
Semoga kalian cepat cepat tanggapi wanita wanita lemah itu.
Sebelum catatan ini tersebar di blog blog dan masuk media cetak di Indonesia.
Hari sudah siang brader..
Cerita ini bukan karangan, no Hp Anisa masih ada di inbox handphone saya. Khaled masih bersama saya di sini.. di jedah. Semua details informasi masih tercatat di Khaleed. Jika mungkin kalian lupa, atau pura pura tidak ingat lagi kapan Anisa ditangkap dan seharusnya bebas silahkan telpon nomor saya di profile facebook…
Saya berkerja di InterContinental Riyadh.
Saya tidak sengsara seperti mereka, karena saya laki laki.
Sama seperti antum semua..
Kita ini laki laki..
Dan mereka itu adalah perempuan.
Tidakkah kalian berfikir sesaat sahaja..
Dan bayangkan jika wanita wanita itu adalah anakmu atau istrimu..
Apa yang kamu rasakan?
Hmm?
Di bahwah jembatan ini, dulu berita memalukan para TKI Indonesia yang terlantar di ungkap media dan berita tersebar kepeloksok negeri – lalu – apakah penjara BRIMAN harus di ungkap media agar kalian terbangun?
Semoga pesan kecil ini merambat keseluruh peloksok tanah air..
Ini adalah amanah dari Anisa yang harus saya sampaikan kepada kalian.
Ingat bukan hanya Anisa, disana banyak Anisa Anisa lain..
Anisa Anisa lain..
Posted in Jeddah 23/08/2011
NORTHERN JEDDAH – SAUDI ARABIA 2011
Sumber: http://www.facebook.com/notes/nuruddin-al-indunissy/a-letter-to-embassy/141127295976995
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Kamis, 19 Juli 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Khoirul Anam
A. Khoirul Anam
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A.C. Andre Tanama
A.D. Zubairi
A.S. Laksana
Abd. Basid
Abdul Aziz
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Gaffar
Abdul Hadi W.M.
Abdul Rauf Singkil
Abdul Rosyid
Abdul Salam HS
Abdul Wachid B.S.
Abdullah Alawi
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Abimardha Kurniawan
Abu Nawas
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Ach. Tirmidzi Munahwan
Achmad Faesol
Adam Chiefni
Adhitya Ramadhan
Adi Mawardi
Adian Husaini
Aditya Ardi N
Ady Amar
Adzka Haniina Al Barri
AF. Tuasikal
Afrizal Malna
Afrizal Qosim
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan Mn
Agus Buchori
Agus Fahri Husein
Agus Fathuddin Yusuf
Agus R. Sarjono
Agus Sulton
Agus Sunyoto
AH J Khuzaini
Ahmad Anshori
Ahmad Badrus Sholihin
Ahmad Baso
Ahmad Fatoni
Ahmad Hadidul Fahmi
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Maltup SA
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Muhli Junaidi
Ahmad Syafii Maarif
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Tohari
Ahmad Y. Samantho
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainur Rohim
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Fatoni
Akhmad Sahal
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Alang Khoiruddin
Alang Khoirudin
Ali Audah
Ali Mahmudi CH
Ali Rif’an
Aliansyah
Allamah Syaikh Dalhar
Alvi Puspita
AM Adhy Trisnanto
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Amin Hasan
Aminullah HA Noor
Amir Hamzah
Ammar Machmud
Andri Awan
Anindita S Thayf
Aning Ayu Kusuma
Anjar Nugroho
Anjrah Lelono Broto
Antari Setyowati
Anwar Nuris
Arafat Nur
Ariany Isnamurti
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arif Hidayat
Arif Saifudin Yudistira
Arifin Hakim
Arman AZ
Arwan
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Juanda
Asep S. Bahri
Asep Sambodja
Asep Yayat
Asif Trisnani
Aswab Mahasin
Atiqurrahman
Awalludin GD Mualif
Azizah Hefni
Azwar Nazir
B Kunto Wibisono
Babe Derwan
Badrut Tamam Gaffas
Bale Aksara
Bandung Mawardi
Bastian Zulyeno
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benny Benke
Berita
Berita Duka
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budiawan Dwi Santoso
Buku Kritik Sastra
Candra Adikara Irawan
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cawapres Jokowi
Cerpen
Chairil Anwar
Chairul Abhsar
Chairul Akhmad
Chamim Kohari
CNN Indonesia
Cucuk Espe
Cut Nanda A.
D Zawawi Imron
D. Dudu AR
Dahta Gautama
Damanhuri Zuhri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Danuji Ahmad
Dati Wahyuni
Dea Anugrah
Dea Ayu Ragilia
Dede Kurniawan
Dedik Priyanto
Den Rasyidi
Deni Jazuli
Denny JA
Denny Mizhar
Detti Febrina
Dewi Kartika
Dian Sukarno
Dian Wahyu Kusuma
Didi Purwadi
Dien Makmur
Din Saja
Djasepudin
Djauharul Bar
Djoko Pitono
Djoko Saryono
DM Ningsih
Doddy Hidayatullah
Donny Syofyan
Dr Afif Muhammad MA
Dr. Simuh
Dr. Yunasril Ali
Dudi Rustandi
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Rejeki
Dyah Ratna Meta Novia
E Tryar Dianto
Ecep Heryadi
Edeng Syamsul Ma’arif
Edy A Effendi
Edy Susanto
EH Ismail
Eka Budianta
Ekky Malaky
Eko Israhayu
Ellie R. Noer
Emha Ainun Nadjib
Esai
Esha Tegar Putra
Evi Melyati
Fachry Ali
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Faizal Af
Fajar Kurnianto
Fanani Rahman
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Fazabinal Alim
Festival Literasi Nusantara
Festival Sastra Gresik
Festival Teater Religi
Forum Santri Nasional
Fuad Mardhatillah UY Tiba
Furqon Lapoa
Fuska Sani Evani
Geger Riyanto
Ghufron
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin
Gus Dur
Gus Muwaffiq
Gusriyono
Gusti Grehenson
H Marjohan
H. Usep Romli H.M.
Habibullah
Hadi Napster
Halimi Zuhdy
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hamka
Hammam Fathulloh
Hamzah Fansuri
Hamzah Sahal
Hamzah Tualeka Zn
Hanibal W.Y. Wijayanta
Hanum Fitriah
Haris del Hakim
Harri Ash Shiddiqie
Hartono Harimurti
Hary B. Kori’un
Hasan Basri Marwah
Hasnan Bachtiar
Hasyim Asy’ari
Helmy Prasetya
Hendra Makmur
Hepi Andi Bastoni
Heri Listianto
Heri Ruslan
Herry Lamongan
Herry Nurdi
Heru Kurniawan
Hilmi Abedillah
Hotnida Novita Sary
Hudan Hidayat
Husein Muhammad
I Nyoman Suaka
Ibn ‘Arabi (1165-1240)
Ibn Rusyd
Ibnu Sina
Ibnu Wahyudi
Idayati
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Ilham Yusardi
Imadi Daimah Ermasuri
Imam Hamidi Antassalam
Imam Khomeini
Imam Nawawi
Imam Nur Suharno
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Nasri
Imron Tohari
Indonesia O’Galelano
Indra Kurniawan
Indra Tjahyadi
Inung As
Irma Safitri
Isbedy Stiawan Z.S.
Istiyah
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
J Sumardianta
Jadid Al Farisy
Jalaluddin
Jalaluddin Rakhmat
Jamal Ma’mur Asmani
Jamaluddin Mohammad
Javed Paul Syatha
Jaya Suprana
Jember Gemar Membaca
Jo Batara Surya
Johan Wahyudi
John Halmahera
Joko Pinurbo
Joko Widodo
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Junaidi
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
K. Muhamad Hakiki
K.H. A. Azis Masyhuri
K.H. Anwar Manshur
K.H. M. Najib Muhammad
K.H. Ma'ruf Amin
Kabar Pesantren
Kafiyatun Hasya
Kanjeng Tok
Kasnadi
Kazzaini Ks
KH Abdul Ghofur
KH. Irfan Hielmy
Khansa Arifah Adila
Khoirul Anwar
Khoirur Rizal Umami
Khoshshol Fairuz
Kiai Muzajjad
Kiki Mikail
Kitab Dalailul Khoirot
Kodirun
Komunitas Deo Gratias
Koskow
Kritik Sastra
Kurniawan
Kurtubi
Kuswaidi Syafi’ie
Kyai Maimun Zubair
Lan Fang
Larung Sastra
Leila S. Chudori
Linda S Priyatna
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP
Lukman Asya
Lukman Santoso Az
M Arif Rohman Hakim
M Hari Atmoko
M Ismail
M Thobroni
M. Adnan Amal
M. Al Mustafad
M. Arwan Hamidi
M. Bashori Muchsin
M. Faizi
M. Hadi Bashori
M. Harir Muzakki
M. Kanzul Fikri
M. Mustafied
M. Nurdin
M. Yoesoef
M. Yunis
M.D. Atmaja
M.H. Abid
M.Harir Muzakki
M.S. Nugroho
M.Si
M’Shoe
Mahamuda
Mahdi Idris
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Mahrus eL-Mawa
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mansur Muhammad
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Marjohan
Marsudi Fitro Wibowo
Martin van Bruinessen
Marzuki Wahid
Marzuzak SY
Masduri
Mashuri
Masjid Kordoba
Masuki M. Astro
Matroni
Matroni el-Moezany
Matroni Muserang
Mbah Dalhar
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Miftahul Ulum
Mila Novita
Mochtar Lubis
Moh. Ghufron Cholid
Mohamad Salim Aljufri
Mohammad Kh. Azad
Mohammad Yamin
Muh. Khamdan
Muhajir Arrosyid
Muhammad Abdullah
Muhammad Affan Adzim
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Ali Fakih AR
Muhammad Amin
Muhammad Anta Kusuma
Muhammad Ghannoe
Muhammad Idrus Djoge
Muhammad Itsbatun Najih
Muhammad Kosim
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Mukhlisin
Muhammad Quraish Shihab
Muhammad Subhan
Muhammad Wava Al-Hasani
Muhammad Yasir
Muhammad Yuanda Zara
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun AS
Muhyiddin
Mujtahid
Muktamar Sastra
Mulyadi SA
Munawar A. Djalil
Munawir Aziz
Musa Ismail
Musa Zainuddin
Muslim
Mustafa Ismail
Mustami’ tanpa Nama
Mustofa W Hasyim
Musyafak
Myrna Ratna
N. Mursidi
Nasaruddin Umar
Nashih Nashrullah
Naskah Teater
Nasruli Chusna
Nasrullah Thaleb
Nelson Alwi
Nevatuhella
Ngarto Februana
Nidia Zuraya
Ninuk Mardiana Pambudy
Nita Zakiyah
Nizar Qabbani
Nova Burhanuddin
Noval Jubbek
Nu’man ’Zeus’ Anggara
Nur Fauzan Ahmad
Nur Wahid
Nurcholish
Nurel Javissyarqi
Nuruddin Al Indunissy
Nurul Anam
Orasi Budaya
Pangeran Diponegoro
Parimono V / 40 Plandi Jombang
PC. Lesbumi NU Babat
PDS H.B. Jassin
Pesantren Tebuireng
Pidato
Politik
Pondok Pesantren Al-Madienah
Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang
PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan
Pramoedya Ananta Toer
Prof. Dr. Nur Syam
Profil Ma'ruf Amin
Prosa
Puisi
Puji Hartanto
Puji Santosa
Pungkit Wijaya
Purwanto
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
PUstaka puJAngga
Putera Maunaba
Putu Fajar Arcana
R. Ng. Ronggowarsito
Radhar Panca Dahana
Raedu Basha
Rahmat Sudirman
Rahmat Sularso Nh
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rakhmat Nur Hakim
Ramadhan Alyafi
Rameli Agam
Rasanrasan Boengaketji
Ratnaislamiati
Raudal Tanjung Banua
Reni Susanti
Resensi
Restoe Prawironegoro Ibrahim
Retno HY
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar
Rinto Andriono
Risa Umami
Riyadhus Shalihin
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rohman Abdullah
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifuddin Syadiri
Saifudin
Saiful Amin Ghofur
Sainul Hermawan
Sajak
Salahuddin Wahid
Salamet Wahedi
Salman Faris
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sandiaga Uno
Sanggar Pasir
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian Nuraini
Sastra Pesantren
Sastrawan Pujangga Baru
Satmoko Budi Santoso
Satriwan
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra Boenga Ketjil
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siswanto
Siswoyo
Sita Planasari A
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Slavoj Zizek
Snouck Hugronje
Sobih Adnan
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
St Sularto
Suci Ayu Latifah
Sufyan al Jawi
Sugiarta Sriwibawa
Sulaiman Djaya
Sundari
Sungatno
Sunu Wasono
Surya Lesmana
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Susringah
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyanto
Syaiful Amin
Syaifullah Amin
Syarif Hidayat Santoso
Syeikh Abdul Maalik
Syeikh Muhammad Nawawi
Syekh Abdurrahman Shiddiq
Syekh Sulaiman al Jazuli
Syi'ir
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Tiar Anwar Bachtiar
Tjahjono Widijanto
Tok Pulau Manis
Toko Buku PUstaka puJAngga
Tu-ngang Iskandar
Turita Indah Setyani
Umar Fauzi Ballah
Uniawati
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usep Romli H.M.
Usman Arrumy
UU Hamidy
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W.S. Rendra
Wa Ode Zainab Zilullah Toresano
Wahyu Aji
Walid Syaikhun
Wan Mohd. Shaghir Abdullah
Warung Boengaketjil
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Welly Adi Tirta
Wiwik Hastuti
Wiwik Hidayati
Wong Fei Hung
Y Alpriyanti
Yanti Mulatsih
Yanuar Widodo
Yanuar Yachya
Yayuk Widiati
Yeni Ratnaningsih
Yohanes Sehandi
Yopi Setia Umbara
Yosi M Giri
Yudhi Fachrudin
Yudi Latif
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Zaenal Abidin Riam
Zainal Arifin Thoha
Zainuddin Sugendal
Zakki Amali
Zehan Zareez
Tidak ada komentar:
Posting Komentar