Kamis, 19 Juli 2012

A LETTER TO EMBASSY

SURAT MERAH!! UNTUK KEDUTAAN INDONESIA DI SAUDI…
Nuruddin Al Indunissy

Masih hangat di ingatan tentang sebuah nama, saudari kita yang dipancung di saudi.. iyah ia sudah tiada dan berita menggetarkan menyebar keseluruh dunia, lalu Indonesia seperti menangis semua hati pilu satu jiwa terbunuh demi satu kelalaian..

Satu leher terlihat jelas, dipenggal disaudi..

Seluruh media ramai berkomentar; “Ya..itu karena mereka tidak berpendidikan..” sebagian mereka berkata; “Memalukan..” sebagian lagi berkata “Akh. Itu kesalahan mereka, saja..” bla bla bla…

Ya sudah, ya sudahlah.

Tapi tidak kah kalian melihat dari sisi lain?

Hari ini aku berdiri sebagai saksi wajah wajah ketakutan mereka yang butuh perlindungan bukan cacian..

Pelan kudengar,..

Peminpin Negeri di tanah air menghentikan armada TKW ke Saudi?

Iyah, aku saksinya di kota ini. Pihak Saudi pun telah mengganti TKW Indonesia dengan Somalia..

“Mafi muskilah… tak apa, TKW dari Somalia lebih murah…”

Ujar saudi, lalu Indonesia menimpali: “Bagus lah.. sudah hentikan saja!”

LALU BERESKAH SEMUANYA?

Tentunya kematian adalah bagian dari takdir Allah yang Maha Sempurna dengan segala Perencanaan-Nya. Tapi disisi lain, dalam setiap peristiwa terkecil sekalipun pasti terdapat makna makna jika kita rajin bertafaqur.

Subhanallah..

Satu nyawa Muslimah itu bukan harga murah…

Aku begitu terkejut ketika dua hari lalu mampir ke Jeddah.

Tentu ini bukanlah satu ketidaksengajaan..

Hari ini telingaku mendengar sayup sayup jeritan mereka dari balik penjara.

BRIMAN…

Penjara wanita terbesar di negeri 1001 TKI ini.

Penjara ini lebih besar jika dibanding penjara lain di Makkah, Riyadh atau Madinah.

Penjara ini masih menyimpan rahasia..

Bau busuk mengusik hidungku, setumpuk kasus tertimbun disana..

Ratusan wanita Muslimah Indonesia yang seharusnya berharga terbuang disana…

Dengarkanlah baik baik..

Dari balik penjara itu terdengar desahan kesal..

Kekhawatiran tanpa ujung.. Menanti keadilan atau kematian!

Mereka merayu dipercepat hukuman..

Bukan ditelantarkan disana!

Iyah, mereka mungkin salah..

Tapi ketahuilah, mereka hanyalah wanita lemah!

Mereka hanya mampu menangis dan berdo’a..

Bukankah tugas Embassy untuk menjadi peneduh bagi mereka?

Anisa Turmudi (nama sebenarnya)

28 Syawal 1431 Hijriyah tertangkap mutawwa sedang pacaran di salah satu pantai di Jeddah dengan Khaled. Duduk duduk berdua di pantai Jeddah tanpa surat nikah adalah kriminal.. beda dengan remaja remaja yang nongkrong ciwalk-bandung…apalagi saat diperiksa, Anisa tidak punya Iqama..

Ia ditangkap lalu dipenjara hari itu juga, lalu diam disana menanti persidangan..

Polisi kerajaan mungkin mengira Anisa adalah prostisusi,

Padahal saat itu Anisa dan Khaled hanya sedang duduk duduk di pantai Jeddah.

Entahlah, lupakan..

21 Safar 1432 Hijriyah..

Empat bulan kemudian Anisa baru di sidang.

Anisa diputuskan untuk dipenjara selama 4 bulan plus hukuman cambuk sebanyak 200 kali. Tapi Anisa telah membayar 3 bulan 23 hari sebelum sidang, artinya hanya tersisa 7 hari dan hukuman cambuk.

Anisa bernafas lega, akhirnya ia telah mendapat kepastian hukum dari kesalahannya. Khaled telah dibebaskan beberapa bulan lalu, Khaled hanya dipenjara 3 Hari saja. Karen dia saudi… tapi Anisa masih harus menanti 7 hari lagi + hukum cambuk yang masih utuh 200 pukulan..

“Tak apa, aku memang salah..”

Ungkapnya ketika saya telusuri dari ujung telpon dipenjara deritanya.

Ia memang salah, sudah 11 tahun tinggal di Jeddah dan tak punya iqama..

Dan ia telah menjalani hukuman.

Hanya tersisa satu minggu lagi…

“Saat itu aku sedikit tegar” Ungkapnya.

Biarlah..

Waktu ia tunggu, jam demi jam ia menanti,

Tujuh hari seperti tujuh tahun..

Akhirnya hari itu tiba..

Hari mendebarkan itu ia menanti kedutaan Indonesia untuk menjemputnya..

Tapi kedutaan Indonesia sepertinya sedang tidak ramah kepadanya. Sebenarnya selama 4 bulan itu, tidak seharipun mereka menjenguknya.

Hari inipun sepertinya mereka sedikit telat.

Anissa hanya berharap semoga besok pagi, kedutaan Indonesia yang terhormat itu mau bangun lebih awal… dan sebentar saja menyempatkan diri untuk melirik namanya dari sederetan kasus yang menumpuk dimeja kerja beliau beliau..

Sayang,..

1 hari, 2 hari sampai 7 hari kemudian tidak ada kabar..

7 minggu kemudian masih belum ada kabar, hingga saat ini… hampir 7 BULAN ia menanti pahlawannya di penjara itu..

7 bulan wahai telinga yang mendengar..

Sekali lagi..

7 BULAN DI PENJARA BRIMAN JEDDAH..

Sedangkan seharusnya ia sudah bebas, hanya sang duta lupa menjemputnya..?

Khaled menuturkan:

“Disaudi, jika wanita dipenjara lalu saatnya ia bebas hari itu juga ia bebas jika kedutaannya mengurusi. Jika kemudian hari itu ia tidak dibebaskan, dan baru dibebaskan besok hari karena sesuatu.. maka pihak kerajaan harus membayar 1000 Real/Hari terhitung hari pertama ia bebas!”.

Khaled adalah pacar Anisa yang tertangkap di pantai itu.

Saya tersentak dan spontan bertanya kepada Khaled?

“Masha Allah… may be Anissa is geting reach right?” (Ya ampuun.. mungkin nanti Anisa bakal menjadi kaya raya dengan uang keterlambatan pembebasannya itu ya?”

Khaleed menjawab:

“Yes.. but nothing right now, because your embassy is sleeping?”

(Iah, tapi itu tak berarti lagi karena kedutaan Indonesianya tidur?)

“She’s crying ya nuruddin! this is crucial thing”.

(Dia hanya bisa menangis nuruddin.. ini hal yang sangat serius) dia menambahkan.

7 bulan ia menanti Jemputan..

Itu penantian panjang keduanya, setelah 4 bulan sebelumnya menanti sidang..

4+7 = 11 bulan..

dari 28 Syawal 1431 Hijriah hingga 23 Ramadhan 1432 Hijriyah..

11 Bulan menanti..

Apa kalian mengira saya sedang membacakan dongeng sebelum tidur?

INI NYATA BRADER…

DENGARKANLAH… LIHATLAH DENGAN MATA HATI..

Dipenjara Briman, Jeddah.

Kedutaan Philippine biasa datang menjenguk penjara 2 minggu sekali, ada atau tidak ada wanita Philippine yang dipenjara disana..

Mereka rutin mengecek jika saja ada masalah.

Khaled menambahkan:

“Beberapa waktu lalu, pernah ada wanita Philippine didalam penjara Bruman. Kedutaan mereka mengeceknya secara continue selama masa tahanan itu… kedutaan mereka tetap datang meski wanita pilipina itu telah diputuskan hukuman penjara, mereka tetap datang menanyakan tentang bagaimana makanan didalam penjara, bagaimana tempat tidur, bagaimana baju dan fasilitas lain… bahkan mereka menawari jika saja ada saudara wanita itu di Riyadh atau kota lain disaudi yang mungkin untuk didatangkan untuk menjenguknya….”

Tapi…

Tapi ada apa dengan kedutaan Indonesia yang tidak pernah jalan kesana?

Tidak kah engkau mendengar suara jeritan wanita teraniyaya itu, semakin hari suara mereka semakin melemah menanti keadilan? Disana tidak hanya Anisa…

Banyak Anisa Anisa lain….

Saya tertegun.

Penasaran saya langsung ambil hape dari tangan Khaleed..

Saya tanyakan Anisa di dalam penjara sana: “Anisa! ada berapa banyak wanita Indonesia disana?”

Dia jawab: “Banyak mas..”

Saya tanya lagi: “Iya ada berapa kira kira, sepuluh dua puluh?”

Dia jawab:

“Ratusan mas…!

“Berapa ratus?”

Tanyaku lagi sambil menulis draft catatan ini di laptop didepanku.

“Tidak terhitung mas, mungkin lebih dari 300..” jawabnya.

“Astaghfirullah… 300…?”

Saya terperanjat..

Dan dari ujung telpon suara anisa makin parau.

“Tolong mas.. please, aku sudah capai. Aku dipukul 200 kali ga papa. Aku rela..”

Ungkapnya lagi memelas dari ujung telephone di penjara sana..

Aku terharu, lalu kutimpali sekedar menenangkan:

“Kamu dicambuk 200 itu memang mudah? Itu sakit nis.. mungkin jauh lebih baik seperti itu. Tinggal disana rame rame. Gimana makanan disana?”

Dari ujung telpon Anisa seperti tertawa dipaksakan.

“Yah.. Makanan disini biasa lah mas, sambosa.. roti.. kayak gitu. Aku gak punya duit, yang punya uang bisa beli. Disini ada canteen juga”

“Ya itu lebih baik kan, daripada dicambuk?” tanyaku menguji.

Anisa menjawab:

“Saya punya keluarga di Surabaya mas…”

Hatiku benar benar terluka ketika mendengar kata itu..

Keluarga, aku pun memiliki keluarga..

Tapi saya adalah laki laki.

Ketika ketidak adilan didepan saya terjadi, saya bisa teriak dan membentak..

Tapi wanita..?

Suara hati mereka halus..

Mereka kadang tidak mampu berkata kata..

Apalagi bahasa arab mereka pas pasan..

Bahasa ingris nol besar..

“Annissa..” ungkapku, hatiku terharu.

“Annisa. Saya adalah penulis, ya.. meski menulis hanya di facebook, tapi insya Allah pendengar saya cukup banyak. Inysa Allah saya berjanji untuk menerjemahkan rintihanmu disana.. ”

“Tolong mas. please..”

Anisa hanya menjawab itu, selanjutnya hanphone mati.

Berbicara dipenjara tentu tidak sebebas di dunia luar..

Ini adalah Amanah yang harus kusampaikan..

Suara halus itu harus kuterjemahkan, agar suara itu terdengar…!

Amanah ini harus tetap kusampaikan meski telinga telinga itu telah tuli, meski mungkin tak sesiapa peduli..

Wahai engkau yang terhormat di kursi embassy?

Harus kah kalian aku bangunkan dengan cara seperti ini?

MEMALUKAN..!

Khaled Asyiri,

Warga lokal Arab yang sangat peduli dengan warga Indonesia di Jeddah, adalah seseorang yang mencatat dengan details perkembangan Annisa dari mulai dipenjara hingga hari ini. Dia menyayangi Anisa. Ia bercerita kepadaku dengan menggebu gebu..

Setelah Khaled mendengar Anisa disidang ..

Dan tak ada seorangpun menjemputnya ke penjara, Khaled gundah..

Ada apa dengan embassy Indonesia?

Ia menemui kedutaan Indonesia cabang Jeddah..

Dilihatnya banyak wanita Indonesia sedang berkumpul ditaman kedutaan, tapi tak ada satu kepala pun keluar untuk menyapanya..

Oh iya, embassy itu mungkin sibuk..

Iya masuk kedalam, bertanya dengan nada tinggi..

Tapi tak ada solusi.

Iya menawarkan untuk menjadi wakil kedutaan Indonesia untuk menjemput Anissa di penjara, ia berjanji akan membelikan tiket untuk Anisa pulang ke Indonesia. Ia juga menawarkan SR 1000 untuk staff embassy yang sedang mengantuk itu, tapi kedutaan tetap mengantuk..

Khaled menggebrak meja!

“Pennnnn enta mudirrr…?”

(Mana big boss kalian disini..? saya ingin bicara…)

Apa yang dilakukan staff KJRI JEDDAH tersebut?

Ia marah, ia bangun dan memanggil polisi Saudi yang ada digedung sebelah..

Ia berdiri tegak dan berkata:

“Tidak tahukah anda bahwa ini lembaga Internasional??”

Khaled menahan sesak dadanya..

Beberapa polisi saudi memaksanya keluar dari KJRI Jeddah..

Khaled pulang, menelpon Anisa di penjara..

Ma’alish..

Maafkan kekasihmu yang tidak bisa membantu lagi..

Kedutaan mu sedang tidur pulas dan tidak mau diganggu.

Anisa terdiam..

Ia memegangi koran yang sudah lusuh ditangannya,..

Membaca janji manis penegak hukum di tanah air yang katanya akan memberi ia bebas Ramadhan ini..

Ramadhan ini kawan..

Hari ini sudah 23 Ramadhan sebentar lagi lebaran..

Anisa masih berharap harap cemas, bisakah ia menemui keluarganya lebaran ini?

Anisa masih menangis pedih di penjara BRUMAN..

Menanti kedutaan Indonesia yang molor..

Biar kukatakan lebih lantang..

KEDUTAAN INDONESIA DI SAUDI MOLOR…

Saya sebenarnya tidak peduli kalian mau ngantor ataupun molor..

Pertanyaan saya adalah sampai kapan kalian akan tertidur pulas dan pesta iftar disana, sementara wanita lemah tanggung jawab kalian memakan roti kering setiap hari di saat sahur dan buka puasa…

Apa wanita wanita lemah itu akan tetap disana hingga puasa tahun depan?

Apa kalian tidak enggan memakan gaji haram.. !

Bukankah rakyat Indonesia telah membayar kalian mahal untuk duduk di kursi itu?

Apa harus saya jelaskan apa yang harus kalian kerjakan selain duduk manis di kursi itu?

Tidakkah terlintas untuk sehari saja lihat lihat situasi?

Lihat lihat situasi bung…!

Malu lah sama kedutaan Philippine..

Mereka peduli sama warga Negara yang menjadi tanggung jawabnya?

Semoga kalian marah membaca tulisan ini.

Semoga kalian cepat cepat tanggapi wanita wanita lemah itu.

Sebelum catatan ini tersebar di blog blog dan masuk media cetak di Indonesia.

Hari sudah siang brader..

Cerita ini bukan karangan, no Hp Anisa masih ada di inbox handphone saya. Khaled masih bersama saya di sini.. di jedah. Semua details informasi masih tercatat di Khaleed. Jika mungkin kalian lupa, atau pura pura tidak ingat lagi kapan Anisa ditangkap dan seharusnya bebas silahkan telpon nomor saya di profile facebook…

Saya berkerja di InterContinental Riyadh.

Saya tidak sengsara seperti mereka, karena saya laki laki.

Sama seperti antum semua..

Kita ini laki laki..

Dan mereka itu adalah perempuan.

Tidakkah kalian berfikir sesaat sahaja..

Dan bayangkan jika wanita wanita itu adalah anakmu atau istrimu..

Apa yang kamu rasakan?

Hmm?

Di bahwah jembatan ini, dulu berita memalukan para TKI Indonesia yang terlantar di ungkap media dan berita tersebar kepeloksok negeri – lalu – apakah penjara BRIMAN harus di ungkap media agar kalian terbangun?

Semoga pesan kecil ini merambat keseluruh peloksok tanah air..

Ini adalah amanah dari Anisa yang harus saya sampaikan kepada kalian.

Ingat bukan hanya Anisa, disana banyak Anisa Anisa lain..

Anisa Anisa lain..

Posted in Jeddah 23/08/2011
NORTHERN JEDDAH – SAUDI ARABIA 2011
Sumber: http://www.facebook.com/notes/nuruddin-al-indunissy/a-letter-to-embassy/141127295976995

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Khoirul Anam A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.D. Zubairi A.S. Laksana Abd. Basid Abdul Aziz Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Abdul Hadi W.M. Abdul Rauf Singkil Abdul Rosyid Abdul Salam HS Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abu Nawas Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Ach. Tirmidzi Munahwan Achmad Faesol Adam Chiefni Adhitya Ramadhan Adi Mawardi Adian Husaini Aditya Ardi N Ady Amar Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Fahri Husein Agus Fathuddin Yusuf Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Baso Ahmad Fatoni Ahmad Hadidul Fahmi Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syafii Maarif Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rohim Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sahal Akhmad Taufiq Akhudiat Alang Khoiruddin Alang Khoirudin Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Aliansyah Allamah Syaikh Dalhar Alvi Puspita AM Adhy Trisnanto Ami Herman Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aminullah HA Noor Amir Hamzah Ammar Machmud Andri Awan Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjar Nugroho Anjrah Lelono Broto Antari Setyowati Anwar Nuris Arafat Nur Ariany Isnamurti Arie MP Tamba Arie Yani Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arifin Hakim Arman AZ Arwan Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Juanda Asep S. Bahri Asep Sambodja Asep Yayat Asif Trisnani Aswab Mahasin Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Azizah Hefni Azwar Nazir B Kunto Wibisono Babe Derwan Badrut Tamam Gaffas Bale Aksara Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Benke Berita Berita Duka Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budiawan Dwi Santoso Buku Kritik Sastra Candra Adikara Irawan Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chairul Abhsar Chairul Akhmad Chamim Kohari CNN Indonesia Cucuk Espe Cut Nanda A. D Zawawi Imron D. Dudu AR Dahta Gautama Damanhuri Zuhri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Danuji Ahmad Dati Wahyuni Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dede Kurniawan Dedik Priyanto Den Rasyidi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Detti Febrina Dewi Kartika Dian Sukarno Dian Wahyu Kusuma Didi Purwadi Dien Makmur Din Saja Djasepudin Djauharul Bar Djoko Pitono Djoko Saryono DM Ningsih Doddy Hidayatullah Donny Syofyan Dr Afif Muhammad MA Dr. Simuh Dr. Yunasril Ali Dudi Rustandi Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dyah Ratna Meta Novia E Tryar Dianto Ecep Heryadi Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Edy Susanto EH Ismail Eka Budianta Ekky Malaky Eko Israhayu Ellie R. Noer Emha Ainun Nadjib Esai Esha Tegar Putra Evi Melyati Fachry Ali Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faizal Af Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fazabinal Alim Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Fuad Mardhatillah UY Tiba Furqon Lapoa Fuska Sani Evani Geger Riyanto Ghufron Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur Gus Muwaffiq Gusriyono Gusti Grehenson H Marjohan H. Usep Romli H.M. Habibullah Hadi Napster Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Hamzah Fansuri Hamzah Sahal Hamzah Tualeka Zn Hanibal W.Y. Wijayanta Hanum Fitriah Haris del Hakim Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Basri Marwah Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Helmy Prasetya Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Heri Listianto Heri Ruslan Herry Lamongan Herry Nurdi Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hotnida Novita Sary Hudan Hidayat Husein Muhammad I Nyoman Suaka Ibn ‘Arabi (1165-1240) Ibn Rusyd Ibnu Sina Ibnu Wahyudi Idayati Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imadi Daimah Ermasuri Imam Hamidi Antassalam Imam Khomeini Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Nasri Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Kurniawan Indra Tjahyadi Inung As Irma Safitri Isbedy Stiawan Z.S. Istiyah Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar J Sumardianta Jadid Al Farisy Jalaluddin Jalaluddin Rakhmat Jamal Ma’mur Asmani Jamaluddin Mohammad Javed Paul Syatha Jaya Suprana Jember Gemar Membaca Jo Batara Surya Johan Wahyudi John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K. Muhamad Hakiki K.H. A. Azis Masyhuri K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin Kabar Pesantren Kafiyatun Hasya Kanjeng Tok Kasnadi Kazzaini Ks KH Abdul Ghofur KH. Irfan Hielmy Khansa Arifah Adila Khoirul Anwar Khoirur Rizal Umami Khoshshol Fairuz Kiai Muzajjad Kiki Mikail Kitab Dalailul Khoirot Kodirun Komunitas Deo Gratias Koskow Kritik Sastra Kurniawan Kurtubi Kuswaidi Syafi’ie Kyai Maimun Zubair Lan Fang Larung Sastra Leila S. Chudori Linda S Priyatna Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Asya Lukman Santoso Az M Arif Rohman Hakim M Hari Atmoko M Ismail M Thobroni M. Adnan Amal M. Al Mustafad M. Arwan Hamidi M. Bashori Muchsin M. Faizi M. Hadi Bashori M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Mustafied M. Nurdin M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki M.S. Nugroho M.Si M’Shoe Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahrus eL-Mawa Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mansur Muhammad Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marjohan Marsudi Fitro Wibowo Martin van Bruinessen Marzuki Wahid Marzuzak SY Masduri Mashuri Masjid Kordoba Masuki M. Astro Matroni Matroni el-Moezany Matroni Muserang Mbah Dalhar Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftahul Ulum Mila Novita Mochtar Lubis Moh. Ghufron Cholid Mohamad Salim Aljufri Mohammad Kh. Azad Mohammad Yamin Muh. Khamdan Muhajir Arrosyid Muhammad Abdullah Muhammad Affan Adzim Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih AR Muhammad Amin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Ghannoe Muhammad Idrus Djoge Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Kosim Muhammad Muhibbuddin Muhammad Mukhlisin Muhammad Quraish Shihab Muhammad Subhan Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yasir Muhammad Yuanda Zara Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyiddin Mujtahid Muktamar Sastra Mulyadi SA Munawar A. Djalil Munawir Aziz Musa Ismail Musa Zainuddin Muslim Mustafa Ismail Mustami’ tanpa Nama Mustofa W Hasyim Musyafak Myrna Ratna N. Mursidi Nasaruddin Umar Nashih Nashrullah Naskah Teater Nasruli Chusna Nasrullah Thaleb Nelson Alwi Nevatuhella Ngarto Februana Nidia Zuraya Ninuk Mardiana Pambudy Nita Zakiyah Nizar Qabbani Nova Burhanuddin Noval Jubbek Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Fauzan Ahmad Nur Wahid Nurcholish Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Orasi Budaya Pangeran Diponegoro Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pesantren Tebuireng Pidato Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pramoedya Ananta Toer Prof. Dr. Nur Syam Profil Ma'ruf Amin Prosa Puisi Puji Hartanto Puji Santosa Pungkit Wijaya Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin PUstaka puJAngga Putera Maunaba Putu Fajar Arcana R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rakhmat Nur Hakim Ramadhan Alyafi Rameli Agam Rasanrasan Boengaketji Ratnaislamiati Raudal Tanjung Banua Reni Susanti Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Retno HY Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Rinto Andriono Risa Umami Riyadhus Shalihin Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rohman Abdullah S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifuddin Syadiri Saifudin Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Salahuddin Wahid Salamet Wahedi Salman Faris Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Pesantren Sastrawan Pujangga Baru Satmoko Budi Santoso Satriwan Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siswanto Siswoyo Sita Planasari A Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slavoj Zizek Snouck Hugronje Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana St Sularto Suci Ayu Latifah Sufyan al Jawi Sugiarta Sriwibawa Sulaiman Djaya Sundari Sungatno Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susringah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaiful Amin Syaifullah Amin Syarif Hidayat Santoso Syeikh Abdul Maalik Syeikh Muhammad Nawawi Syekh Abdurrahman Shiddiq Syekh Sulaiman al Jazuli Syi'ir Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tiar Anwar Bachtiar Tjahjono Widijanto Tok Pulau Manis Toko Buku PUstaka puJAngga Tu-ngang Iskandar Turita Indah Setyani Umar Fauzi Ballah Uniawati Universitas Indonesia Universitas Jember Usep Romli H.M. Usman Arrumy UU Hamidy Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wa Ode Zainab Zilullah Toresano Wahyu Aji Walid Syaikhun Wan Mohd. Shaghir Abdullah Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Fei Hung Y Alpriyanti Yanti Mulatsih Yanuar Widodo Yanuar Yachya Yayuk Widiati Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yopi Setia Umbara Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudi Latif Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusuf Suharto Zaenal Abidin Riam Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zakki Amali Zehan Zareez