Jumat, 23 Maret 2012

Religius Islam dalam Sastra Sunda

Djasepudin *
Pikiran Rakyat, 02 Juli 2005

MANTAN Rektor IAIN Sunan Gunung Djati, Bandung, Rachmat Djatnika berbicara bahwa, sebelum agama Islam datang ke tatar Sunda, orang Sunda telah memiliki budaya, yang menjadi adat-istiadatnya. Gambaran ajaran dan budaya Sunda itu dapat dilihat dari pepatah-petitih, nasihat-nasihat, yang biasa didendangkan oleh anak-anak atau para remaja, yang merupakan hasil gubahan para bujangga Sunda.

Setelah Islam masuk ke tatar Sunda, baik dari arah barat maupun timur laut, Islam dianut oleh sebagian besar orang Sunda. Agama Islam tidak sulit dianut oleh orang Sunda, sebab ajaran Alquran dalam hakikatnya banyak memiliki kemiripan dengan adat yang sudah ada, meskipun materinya berbeda.

Wacana Islam adalah Sunda atau Sunda adalah Islam telah lama kita dengar dari berbagai kalangan. Pelbagai sudut pandang tentang wacana ini telah dikemukakan oleh para cendikiawan maupun budayawan. Sebagai gambaran, Teddy A.N. Muhtadin dan Deni Ahmad Fajar dengan apik dan baik telah menyusun kumpulan makalah ataupun tulisan ilmiah lainnya yang mengupas fenomena ini dalam satu buku yang diberi judul “Islam dan Sunda dalam Akulturasi Timbal Balik.”

Islam dan Sunda adalah ibarat gula jeung peueutna, keduanya tak mudah dipisahkan, menyatu dalam satu racikan nan bermutu. Orang Sunda tidak dikatakan Sunda kalau tidak ngislam, begitu pun sebaliknya, tidak afdal rasanya jika orang Islam di tatar Sunda jika tidak nyunda. Keduanya saling memberi juga saling melengkapi. Hal ini tidak hanya diakui oleh orang Sunda sendiri. Bahkan seorang misionaris sekelas Snouck Hourgronje sekalipun pernah mengatakan bahwa, selain Urang Minang, Ki Sunda juga dikenal sangat kental dengan keislamannya.

Islam-Sunda atau Sunda-Islam getarannya dapat dirasakan dalam pelbagai dimensi kehidupan. Termasuk dalam karya sastra. Sapardi Djoko Damono pernah bilang bahwa, sastra menampilkan gambaran kehidupan. Sastra berurusan dengan manusia dalam masyarakat: usaha manusia untuk menyesuailkan diri dan usahanya untuk mengubah masyarakat itu. Saini K.M lalu menanggapi, karya sastra yang dihasilkan pengarang harus melewati suatu proses kegiatan yang dinamakan kreativitas (rancage). Unsur terjelmanya kreativitas diperlukan dua unsur. Yaitu kesadaran manusia, yang memayungi kepekaannya, pikirannya, perasaan dan hasratnya. Dan unsur yang kedua adalah realitas, yaitu rangsangan-rangsangan, sentuhan-sentuhan, dan masalah-masalah yang melingkupi dan menggiatkan manusia itu.

Karena kehidupan masyarakat etnis Sunda terkenal dengan keislamannya, maka kerancagean para pengarang Sunda dalam bersastra hasilnya pun tidak akan jauh dari karya-karya yang berbau religius.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kata Religius berarti hal yang bersifat religi, bersifat keagamaan: Religi kepercayaan akan adanya kekuatan adikodrati di atas manusia: Kepercayaan (animisme, dinamisme): agama.

Sedangkan menurut Subijantoro Atmosuwito religius berasal dari kata latin religare berarti mengikat, religio berarti ikatan atau pengikatan, dalam arti bahwa, manusia harus mengikatkan diri pada Tuhan. Adapun religius adalah keterikatan manusia terhadap Tuhan sebagai sumber ketenteraman dan kebahagiaan.

**

DALAM ajaran Islam istilah religius pengertiannya sepadan dengan istilah aqidah. Menurut Nashir Abdul Karim, aqidah menurut bahasa berasal dari kata aqad, ‘ikatan’, penguatan, pemantapan dan pengikatan dengan kuat. Sedangkan menurut istilah, aqidah adalah keimanan yang teguh, yang tidak dihinggapi suatu keraguan apa pun bagi pemiliknya.

Subijantoro Atmosuwito lalu memberi definisi bahwa, religiusitas adalah religius feeling or sentiment atau perasaan keagamaan, perasaan keagamaan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan. Misalnya perasaan berdosa, perasaan takut, dan kebesaran Tuhan.

Sedangkan menurut Sayid Sabiq, religiusitas adalah keimanan, keimanan merupakan akidah dan pokok, yang di atasnya berdiri syari’at Islam, kemudian dari pokok itu keluarlah cabang-cabangnya yang berupa perbuatan (amal). Perbuatan dan keimanan, atau dengan kata lain aqidah dan syari’at. Keduanya itu antara satu dengan yang lain sambung-menyambung, berhubungan dan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain.

Nilai religius Islam dalam sastra Sunda dapat dilihat dari pelbagai sudut pandang. Bisa dari nama dan asal pengarangnya. Judul karangan yang diberikannya. Ataupun hakikat karangan yang dibuatnya.

Nama dan asal pengarang merupakan pamuka lawang untuk meraba apakah karya tersebut bermuatan religius atau tidak. Tentunya nama-nama pengarang yang berawalan Taufik, Rahmat, Muhammad, Hidayat, Fitri, Anisa, atau Abdullah serta nama-nama yang berakhiran Maulana, Mubarok, Musa, ataupun Nurzaman selain nama-nama tersebut memang telah menjadi ciri khas nama-nama orang Sunda (Taufik menjadi Opik, Muhammad menjadi Mamad atau Omod, dan Abdullah menjadi Adul), nama-nama itu pun kuat dengan unsur keislamannya, karena nama-nama tersebut dicomot dari nama-nama pinilih yang terdapat dalam Alhadis atau Alquran.

Tempat asal pengarang merupakan unsur pendukung untuk membedah sebuah karya. Tentunya karya-karya pengarang yang tadinya berdomisili dari pesisir pantai dibandingkan dengan pengarang yang dumuk di pegunungan akan terasa perbedaannya. Pengarang yang berasal dari desa akan berbeda dengan pengarang yang tinggal di kota. Baik beda penggunaan bahasanya pun tema yang diangkatnya. Sebagai contoh karya-karya Hadi Aks (berasal dari pesisir Banten) atau Darpan Ariawinangun (berasal dari pesisir Karawang) amat berbeda dengan karya-karya Dadan Sutisna atau Dian Hendrayana, misalnya. Begitupula yang berkaitan dengan karya sastra yang bertendensi religius. Karya-karya Aam Amilia yang besar di kota metropolit Bandung (novel atau carponnya umumnya berkisahkan remaja-remaja kota) amat berbeda dengan karya-karya yang dihasilkan oleh Sarabunis Mubarok (karyanya menceritakan kehidupan desa) yang memang besar di lingkungan pesantren, yakni “kota santri” Tasikmalaya

**

JUDUL karangan dalam sebuah karya sastra merupakan daya tarik pertama yang ditawarkan kepada pembaca. Bagus jeleknya sebuah karya biasanya dapat tergambar dalam pemilihan judulnya. Sejak dulu judul-judul karangan dalam sastra Sunda nuansa religiusnya begitu kental kadar keislamannya. Sebagai bukti: “Wawacan Muslimin-muslimat,” “Babad Mekah,” “Sajarah Ambiya,” “Wawacan Parasa Adam,” “Wawacan Layang Syeh,” “Hadis Iblis,” atau “Wawacan Lampahing Para Wali Kabeh.” Itu dari karya sastra lama. Dalam sastra Sunda modern pun terdapat judul-judul yang memang mendeskripsikan nuansa religius keislaman, seperti, “Jiad Ajengan” dan “Ceurik Santri” karya Usep Romli, “Dongeng Enteng ti Pasantren” karya R.A.F., “Pahlawan-pahlawan ti Pasantren” karya S.A. Hikmat, atau “Siti Masyitoh” karya Ajip Rosidi, untuk menyebut beberapa judul saja.

Sedangkan hakikat karangan yang disodorkan oleh pengarang merupakan inti sari dari nilai-nilai religius Islam. Dalam tataran ini nama dan asal pengarang serta judul karangan bukanlah harga mati untuk menghakimi kadar kereligiusan sebuah karya. Karena menurut Usep Romli, bagi sastrawan Sunda, Islam bukan satu masalah yang harus diperdebatkan. Tetapi sudah menjadi unsur yang bersatu padu. Karena itu, unsur-unsur keislaman dalam sastra Sunda, terasa, teraba, dan terlihat berkesinambungan melalui bangunan sastra seutuhnya, serta diterima, dijalankan, dikerjakan tanpa reserve.

Tidak menutup kemungkinan walaupun orang dan judul karangannya berbau “kiri” tetapi isinya lebih islami dari karya-karya yang menjual perkara keislaman. Lihatlah karya-karya Ki Umbara yang terkumpul dalam buku “Urang Desa,” atau pada karangan-karangan lainnya yang sempat berserakan dalam majalah Mangle, dengan judul-judul karangan yang terkesan mistis, seperti “Diwadalkan ka Siluman,” “Nyupang,” dan “Kasilib,” misalnya, tetapi setelah membaca secara keseluruhan justru karya-karya yang berbau jurig itu justru tendensi unsur religius Islamnya begitu kental. Ki Umbara, dalam setiap karyanya seakan mengingatkan bahwa, yang namanya setan, pocong, wewe gombel, gederuwo, kuntilanak, atau apapun namanya adalah tidak ada. Itu semua hanya khayalan manusia saja. Dan ketakutan kita pada makhluk halus tersebut dapat dikalahkan jika kita beriman dengan taat.

Jelas, memang karya-karya dalam sastra Sunda sangat kental unsur religiusnya, terutama religius Islam. Hal ini sesuai dengan pendapat yang pernah dikemukakan oleh Usep Romli bahwa, dalam setiap karyanya, baik prosa maupun pusisi, dari karya baheula hingga karya teranyar, hampir semua pengarang pernah mengekspresikan keyakinannya selaku muslim. Meskipun tidak selamanya masalah keislaman dijadikan tema, tetapi warna keislaman selalu kentara.

Kentalnya unsur religius dalam sastra Sunda bukanlah omong kosong belaka. Kebenarannya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Dalam tiga genre sastra berbeda; baik prosa (carpon, carita pondok), puisi, pun drama unsur religius Islam memang amat kentara dalam khazanah sastra Sunda. Setidaknya tiga orang sarjana telah membuktikannya. Mereka itu adalah: Ence Ali Sajidin dengan judul skripsi “Aspek Religiusitas Naskah Drama Carem” Karya R.H. Hidayat Suryalaga; Munawar Holil dengan judul skripsi “Aspek Religius Dalam Kumpulan Cerpen Jiad Ajengan karya Usep Romli”; dan Asrimaya Tejawulan dengan judul skripsi Religius “Islam Dalam Kumpulan Puisi Kalakay Mega karya Soni Farid Maulana.”

Rekreasi karya-karya sastra yang bernuansa religius terus belangsung. Baik dalam genre wawacan, sisindiran, guguritan hingga genre sajak, carpon dan drama. Melihat fenomena semakin banyaknya karya sastra yang dikhususkan bermuatan keagamaan, terutama setelah karya-karya Ki Umbara banyak mewarnai khazanah sastra Sunda, Ajip Rosidi menamai karya sastra yang menekankan pada unsur religius itu dengan istilah “sastra dakwah.”

Kiwari, sastra dakwah tidak hanya menjamur di petamanan sastra Sunda saja, dalam sastra Indonesia pun sami mawon. Apakah hal ini petanda kila-kila yang dilontarkan John Naisbith dan Patricia Aburden telah sampai pada uganya, dalam ramalannya, beliau berkata, pada abad XXI agama dan bahasa daerah akan menjadi dagangan penting. Wallahu’alam.***

*) Djasepudin, penulis dalam bahasa Sunda dan Indonesia. Pernah sekolah di SD Kandang Roda, Nangewer dan SMP Negeri 2 Cibinong, Bogor.
Dijumput dari: http://www.kompasiana.com/djadjas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Khoirul Anam A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.D. Zubairi A.S. Laksana Abd. Basid Abdul Aziz Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Abdul Hadi W.M. Abdul Rauf Singkil Abdul Rosyid Abdul Salam HS Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abu Nawas Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Ach. Tirmidzi Munahwan Achmad Faesol Adam Chiefni Adhitya Ramadhan Adi Mawardi Adian Husaini Aditya Ardi N Ady Amar Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Fahri Husein Agus Fathuddin Yusuf Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Baso Ahmad Fatoni Ahmad Hadidul Fahmi Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syafii Maarif Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rohim Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sahal Akhmad Taufiq Akhudiat Alang Khoiruddin Alang Khoirudin Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Aliansyah Allamah Syaikh Dalhar Alvi Puspita AM Adhy Trisnanto Ami Herman Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aminullah HA Noor Amir Hamzah Ammar Machmud Andri Awan Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjar Nugroho Anjrah Lelono Broto Antari Setyowati Anwar Nuris Arafat Nur Ariany Isnamurti Arie MP Tamba Arie Yani Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arifin Hakim Arman AZ Arwan Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Juanda Asep S. Bahri Asep Sambodja Asep Yayat Asif Trisnani Aswab Mahasin Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Azizah Hefni Azwar Nazir B Kunto Wibisono Babe Derwan Badrut Tamam Gaffas Bale Aksara Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Benke Berita Berita Duka Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budiawan Dwi Santoso Buku Kritik Sastra Candra Adikara Irawan Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chairul Abhsar Chairul Akhmad Chamim Kohari CNN Indonesia Cucuk Espe Cut Nanda A. D Zawawi Imron D. Dudu AR Dahta Gautama Damanhuri Zuhri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Danuji Ahmad Dati Wahyuni Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dede Kurniawan Dedik Priyanto Den Rasyidi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Detti Febrina Dewi Kartika Dian Sukarno Dian Wahyu Kusuma Didi Purwadi Dien Makmur Din Saja Djasepudin Djauharul Bar Djoko Pitono Djoko Saryono DM Ningsih Doddy Hidayatullah Donny Syofyan Dr Afif Muhammad MA Dr. Simuh Dr. Yunasril Ali Dudi Rustandi Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dyah Ratna Meta Novia E Tryar Dianto Ecep Heryadi Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Edy Susanto EH Ismail Eka Budianta Ekky Malaky Eko Israhayu Ellie R. Noer Emha Ainun Nadjib Esai Esha Tegar Putra Evi Melyati Fachry Ali Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faizal Af Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fazabinal Alim Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Fuad Mardhatillah UY Tiba Furqon Lapoa Fuska Sani Evani Geger Riyanto Ghufron Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur Gus Muwaffiq Gusriyono Gusti Grehenson H Marjohan H. Usep Romli H.M. Habibullah Hadi Napster Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Hamzah Fansuri Hamzah Sahal Hamzah Tualeka Zn Hanibal W.Y. Wijayanta Hanum Fitriah Haris del Hakim Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Basri Marwah Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Helmy Prasetya Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Heri Listianto Heri Ruslan Herry Lamongan Herry Nurdi Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hotnida Novita Sary Hudan Hidayat Husein Muhammad I Nyoman Suaka Ibn ‘Arabi (1165-1240) Ibn Rusyd Ibnu Sina Ibnu Wahyudi Idayati Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imadi Daimah Ermasuri Imam Hamidi Antassalam Imam Khomeini Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Nasri Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Kurniawan Indra Tjahyadi Inung As Irma Safitri Isbedy Stiawan Z.S. Istiyah Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar J Sumardianta Jadid Al Farisy Jalaluddin Jalaluddin Rakhmat Jamal Ma’mur Asmani Jamaluddin Mohammad Javed Paul Syatha Jaya Suprana Jember Gemar Membaca Jo Batara Surya Johan Wahyudi John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K. Muhamad Hakiki K.H. A. Azis Masyhuri K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin Kabar Pesantren Kafiyatun Hasya Kanjeng Tok Kasnadi Kazzaini Ks KH Abdul Ghofur KH. Irfan Hielmy Khansa Arifah Adila Khoirul Anwar Khoirur Rizal Umami Khoshshol Fairuz Kiai Muzajjad Kiki Mikail Kitab Dalailul Khoirot Kodirun Komunitas Deo Gratias Koskow Kritik Sastra Kurniawan Kurtubi Kuswaidi Syafi’ie Kyai Maimun Zubair Lan Fang Larung Sastra Leila S. Chudori Linda S Priyatna Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Asya Lukman Santoso Az M Arif Rohman Hakim M Hari Atmoko M Ismail M Thobroni M. Adnan Amal M. Al Mustafad M. Arwan Hamidi M. Bashori Muchsin M. Faizi M. Hadi Bashori M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Mustafied M. Nurdin M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki M.S. Nugroho M.Si M’Shoe Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahrus eL-Mawa Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mansur Muhammad Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marjohan Marsudi Fitro Wibowo Martin van Bruinessen Marzuki Wahid Marzuzak SY Masduri Mashuri Masjid Kordoba Masuki M. Astro Matroni Matroni el-Moezany Matroni Muserang Mbah Dalhar Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftahul Ulum Mila Novita Mochtar Lubis Moh. Ghufron Cholid Mohamad Salim Aljufri Mohammad Kh. Azad Mohammad Yamin Muh. Khamdan Muhajir Arrosyid Muhammad Abdullah Muhammad Affan Adzim Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih AR Muhammad Amin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Ghannoe Muhammad Idrus Djoge Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Kosim Muhammad Muhibbuddin Muhammad Mukhlisin Muhammad Quraish Shihab Muhammad Subhan Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yasir Muhammad Yuanda Zara Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyiddin Mujtahid Muktamar Sastra Mulyadi SA Munawar A. Djalil Munawir Aziz Musa Ismail Musa Zainuddin Muslim Mustafa Ismail Mustami’ tanpa Nama Mustofa W Hasyim Musyafak Myrna Ratna N. Mursidi Nasaruddin Umar Nashih Nashrullah Naskah Teater Nasruli Chusna Nasrullah Thaleb Nelson Alwi Nevatuhella Ngarto Februana Nidia Zuraya Ninuk Mardiana Pambudy Nita Zakiyah Nizar Qabbani Nova Burhanuddin Noval Jubbek Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Fauzan Ahmad Nur Wahid Nurcholish Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Orasi Budaya Pangeran Diponegoro Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pesantren Tebuireng Pidato Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pramoedya Ananta Toer Prof. Dr. Nur Syam Profil Ma'ruf Amin Prosa Puisi Puji Hartanto Puji Santosa Pungkit Wijaya Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin PUstaka puJAngga Putera Maunaba Putu Fajar Arcana R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rakhmat Nur Hakim Ramadhan Alyafi Rameli Agam Rasanrasan Boengaketji Ratnaislamiati Raudal Tanjung Banua Reni Susanti Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Retno HY Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Rinto Andriono Risa Umami Riyadhus Shalihin Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rohman Abdullah S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifuddin Syadiri Saifudin Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Salahuddin Wahid Salamet Wahedi Salman Faris Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Pesantren Sastrawan Pujangga Baru Satmoko Budi Santoso Satriwan Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siswanto Siswoyo Sita Planasari A Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slavoj Zizek Snouck Hugronje Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana St Sularto Suci Ayu Latifah Sufyan al Jawi Sugiarta Sriwibawa Sulaiman Djaya Sundari Sungatno Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susringah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaiful Amin Syaifullah Amin Syarif Hidayat Santoso Syeikh Abdul Maalik Syeikh Muhammad Nawawi Syekh Abdurrahman Shiddiq Syekh Sulaiman al Jazuli Syi'ir Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tiar Anwar Bachtiar Tjahjono Widijanto Tok Pulau Manis Toko Buku PUstaka puJAngga Tu-ngang Iskandar Turita Indah Setyani Umar Fauzi Ballah Uniawati Universitas Indonesia Universitas Jember Usep Romli H.M. Usman Arrumy UU Hamidy Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wa Ode Zainab Zilullah Toresano Wahyu Aji Walid Syaikhun Wan Mohd. Shaghir Abdullah Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Fei Hung Y Alpriyanti Yanti Mulatsih Yanuar Widodo Yanuar Yachya Yayuk Widiati Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yopi Setia Umbara Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudi Latif Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusuf Suharto Zaenal Abidin Riam Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zakki Amali Zehan Zareez