Sabtu, 27 Agustus 2011

Melacak Tilas Santri Majapahit

Fahrudin Nasrulloh
Suara Merdeka, 5Agustus2007

Pada 27 April 2006 saya bertemu dengan seorang penelusur silsilah Kiai Hasan Besari, Tegalsari, Ponorogo; Pak Haris Daryono namanya (ia sendiri berdomisili di Tulungagung). Perjumpaan itu terjadi di rumah seorang sahabat di komplek perumahan Minomartani di Sleman, Yogyakarta. Sungguh pertemuan yang tak disangka-sangka. Sebab saya sendiri sedang mencari informasi tentang pesantren tertua di Jawa. Memang, menurut Martin van Bruinessen, Pesantren Tegalsarilah yang merupakan pesantren pertama di Jawa pada abad 18. Sebab pada abad 17, bahkan 16, tidak ditemukan data otentik yang menunjukkan adanya pondok pesantren. Sekali lagi kabar ini menurut Tuan Martin.

Terkait itu, hal istimewa dari Pak Haris, pertama ia membawa sebendel karya naskahnya, yang rencananya akan ditawarkan ke penerbit di Jogja (malangnya belum ada yang menerima), yang berjudul Dari Majapahit Menuju Babad Pondok Tegalsari. Sungguh, dari naskah ini, saya mendapatkan informasi yang benar-benar baru dan sangat menarik, terutama tentang kronik Gajah Mada. Inilah nukilan dari naskah itu.

Menurut Drs. F.C. Kamari (Kasubdit Jen. Ops Dik Depdik/Dosen Lemhanas RI) menceriterakan pendapat Bung Karno tentang Gajah Mada, bahwa, “setelah perang Bubat, Gajah Mada melarikan diri ke Sumatera, tetapi tidak begitu lama kembali ke Majapahit dan sebelum sampai di Majapahit tersangkut arus sungai hingga ke selatan.” Jadi yang dimaksud sungai itu barangkali adalah Kali Brantas dari Kertosono ke selatan dan yang meneruskan ke Pantai Selatan adalah Sungai Ngrowo di Tulungagung.

Akhir perjalanan hidup Gajah Mada di sekitar wilayah Kediri bisa jadi mengandung kebenaran mengingat: pertama, Kediri merupakan jalur lalu lintas perjalanannya sewaktu meloloskan diri (waktu itu transportasi utama lalu lintas adalah sungai). Kedua, masa kecil pendadaran kanuragannya ada di sekitar Kediri. Ketiga, Gajah Mada pernah juga menjadi Patih di Dhaha Kediri selama 2 tahun (sebelum menjadi Maha Patih Majapahit). Keempat, adanya kemungkinan keberadaan Gajah Mada di Kediri ini disembunyikan dan dilindungi oleh Adipati Patih Demang Panoelar atau Pangeran Demang dan keluarganya di mana kita tahu bahwa keluarga itu merupakan keluarga besar para patih di kerajaan Majapahit. (halaman 107-108).

Hal menarik yang kedua tatkala Pak Haris menunjukkan foto Gajah Mada (dan Sabdo Palon) yang, sekonyong-konyong, membelalakkan mata saya. Wah, ini sungguh berbeda dengan gambar sosok Gajah Mada pada sampul buku Sejarah Gajah Mada karya Muhammad Yamin yang diterbitkan oleh penerbit Balai Pustaka sekitar tahun 1970-an, atau patungnya yang terpahat mentereng di arah utara Embong Tekuk di Jl. Jayanegara di Mojokerto. Sementara foto Sabdo Palon sama sekali saya belum pernah mendapatinya. Kendati kedua foto ini tampak samar, namun barangkali dengan upaya rekonstruksi grafis yang canggih, kedua foto ini bisa kelihatan lebih jernih. Nukilan dari naskah Pak Haris itu sebagai berikut.

Di lembar berikut ini penulis cantumkan foto Maha Patih Gajah Mada versi Mbah Darmo, seorang paranormal dari Dusun Dimo, Desa Babadan Kecamatan Babadan Kabupaten Madiun. Beliau secara kebetulan berpotret bersama dengan murid-muridnya di wilayah Trowulan. Salah satu cetakan kamera mereka menghasilkan dua gambar: Maha Patih Gajah Mada dan Sabdopalon. Kebenaran secara supranatural ihwal dua sosok ini telah ditashihkan melalui 21 tokoh supranatural dari seluruh daerah di Jawa Timur. Sementara kajian ilmiah belum dapat dilakukan. Inilah foto Gajah Mada (halaman 107-108).

Hal menarik yang ketiga, sebagaimana penuturan Pak Haris, Gajah Mada seusai perang Bubat, pada tahun 1357, berusaha dibunuh oleh para prajurit Majapahit atas perintah Raja Hayam Wuruk, karena dianggap bersalah memerangi raja dan pasukan Sunda, sehingga Dyah Pitaloka sebagai calon permaisurinya, bunuh diri. Namun akhirnya Gajah Mada berhasil kabur. Selanjutnya dalam Kitab Nagarakrtagama disebut bahwa Gajah Mada meninggal tahun 1364.

Cerita ini semakin memikat saat Pak Haris menukilkan secuplik cerita bahwa ketika menetap di daerah Kediri itu Gajah Mada telah masuk Islam. Berita ini diperkuat dengan diketemukannya situs berujud makam di kawasan komplek pekuburan Islam di Dusun Tukum, Desa Mrican, Kecamatan Majarata, Kediri. Di situs makam itu tertoreh nama Ki Ageng Tukum yang dinisbahkan pada nama muslimnya Gajah Mada. Namun setelah tahun 1920, makam Ki Ageng Tukum tersebut dipindahkan ke Desa Badal, kecamatan Ngadiluwih, Kediri.

Tentu, riwayat ini merupakan versi teranyar (bahkan teraneh) dari kembara Pak Haris. Kendati masih bisa diperdebatkan dari segi waktu ihwal masuknya Islam di Jawa. Yang terang, jika bertolak dari penelitiannya, yang didasarkan pada hirarkhi umum sebuah penelitian, mulai dari data sejarah yang dihimpun oleh para sejarawan, kemudian rujukan dari seabrek kitab babad, lalu cerita tutur, dan yang terakhir bersumber dari cerita rakyat setempat; nyata-nyata menunjukkan ketelatenan dan kegetolan Pak Haris yang memang bukan sejarawan, tapi seorang PNS Pemda di Tulungagung. Namun perkara lain yang terus menggerus saya — ihwal keajaiban fotografi ini — kian menenggelamkan saya pada On Photography-nya Susan Sontag yang membabar kemungkinan kehadiran sang kala dari segala masa. Bahwa kecanggihan jepretan fotografer; ibarat pelor pistol yang meledakkan black hole, memercikkan serpihan peristiwa silam ke masa kini yang tanpa sadar lambat-laun memerangkap medan ingatan, imajinasi, dan arketipe optis yang menakjubkan dan tak tergantikan.

Di pengujung pertemuan itu saya sempatkan bertanya untuk yang terakhir pada Pak Haris sebelum dia cabut pulang, “Mengapa Bapak berjerih susah menggali kerak sejarah ihwal Gajah Mada yang misterius dan yang riwayatnya sayup-sayup samar dan nyaris tanpa jejak itu?” Dia hanya tersenyum tipis lantas berujar, “Everything is Iluminated! Kau pernah nonton film yang dibintangi Elijah Wood itu kan? Dari situlah keyakinanku semakin tergugah dan trengginas untuk terus menyempurnakan buku ini, Kawan!” Saya terharu sekaligus geleng-geleng kepala, sembari mengangguk takzim padanya. Wallahu a’lam bi al-shawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Khoirul Anam A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.D. Zubairi A.S. Laksana Abd. Basid Abdul Aziz Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Abdul Hadi W.M. Abdul Rauf Singkil Abdul Rosyid Abdul Salam HS Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abu Nawas Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Ach. Tirmidzi Munahwan Achmad Faesol Adam Chiefni Adhitya Ramadhan Adi Mawardi Adian Husaini Aditya Ardi N Ady Amar Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Fahri Husein Agus Fathuddin Yusuf Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Baso Ahmad Fatoni Ahmad Hadidul Fahmi Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syafii Maarif Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rohim Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sahal Akhmad Taufiq Akhudiat Alang Khoiruddin Alang Khoirudin Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Aliansyah Allamah Syaikh Dalhar Alvi Puspita AM Adhy Trisnanto Ami Herman Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aminullah HA Noor Amir Hamzah Ammar Machmud Andri Awan Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjar Nugroho Anjrah Lelono Broto Antari Setyowati Anwar Nuris Arafat Nur Ariany Isnamurti Arie MP Tamba Arie Yani Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arifin Hakim Arman AZ Arwan Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Juanda Asep S. Bahri Asep Sambodja Asep Yayat Asif Trisnani Aswab Mahasin Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Azizah Hefni Azwar Nazir B Kunto Wibisono Babe Derwan Badrut Tamam Gaffas Bale Aksara Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Benke Berita Berita Duka Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budiawan Dwi Santoso Buku Kritik Sastra Candra Adikara Irawan Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chairul Abhsar Chairul Akhmad Chamim Kohari CNN Indonesia Cucuk Espe Cut Nanda A. D Zawawi Imron D. Dudu AR Dahta Gautama Damanhuri Zuhri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Danuji Ahmad Dati Wahyuni Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dede Kurniawan Dedik Priyanto Den Rasyidi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Detti Febrina Dewi Kartika Dian Sukarno Dian Wahyu Kusuma Didi Purwadi Dien Makmur Din Saja Djasepudin Djauharul Bar Djoko Pitono Djoko Saryono DM Ningsih Doddy Hidayatullah Donny Syofyan Dr Afif Muhammad MA Dr. Simuh Dr. Yunasril Ali Dudi Rustandi Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dyah Ratna Meta Novia E Tryar Dianto Ecep Heryadi Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Edy Susanto EH Ismail Eka Budianta Ekky Malaky Eko Israhayu Ellie R. Noer Emha Ainun Nadjib Esai Esha Tegar Putra Evi Melyati Fachry Ali Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faizal Af Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fazabinal Alim Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Fuad Mardhatillah UY Tiba Furqon Lapoa Fuska Sani Evani Geger Riyanto Ghufron Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur Gus Muwaffiq Gusriyono Gusti Grehenson H Marjohan H. Usep Romli H.M. Habibullah Hadi Napster Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Hamzah Fansuri Hamzah Sahal Hamzah Tualeka Zn Hanibal W.Y. Wijayanta Hanum Fitriah Haris del Hakim Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Basri Marwah Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Helmy Prasetya Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Heri Listianto Heri Ruslan Herry Lamongan Herry Nurdi Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hotnida Novita Sary Hudan Hidayat Husein Muhammad I Nyoman Suaka Ibn ‘Arabi (1165-1240) Ibn Rusyd Ibnu Sina Ibnu Wahyudi Idayati Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imadi Daimah Ermasuri Imam Hamidi Antassalam Imam Khomeini Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Nasri Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Kurniawan Indra Tjahyadi Inung As Irma Safitri Isbedy Stiawan Z.S. Istiyah Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar J Sumardianta Jadid Al Farisy Jalaluddin Jalaluddin Rakhmat Jamal Ma’mur Asmani Jamaluddin Mohammad Javed Paul Syatha Jaya Suprana Jember Gemar Membaca Jo Batara Surya Johan Wahyudi John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K. Muhamad Hakiki K.H. A. Azis Masyhuri K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin Kabar Pesantren Kafiyatun Hasya Kanjeng Tok Kasnadi Kazzaini Ks KH Abdul Ghofur KH. Irfan Hielmy Khansa Arifah Adila Khoirul Anwar Khoirur Rizal Umami Khoshshol Fairuz Kiai Muzajjad Kiki Mikail Kitab Dalailul Khoirot Kodirun Komunitas Deo Gratias Koskow Kritik Sastra Kurniawan Kurtubi Kuswaidi Syafi’ie Kyai Maimun Zubair Lan Fang Larung Sastra Leila S. Chudori Linda S Priyatna Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Asya Lukman Santoso Az M Arif Rohman Hakim M Hari Atmoko M Ismail M Thobroni M. Adnan Amal M. Al Mustafad M. Arwan Hamidi M. Bashori Muchsin M. Faizi M. Hadi Bashori M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Mustafied M. Nurdin M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki M.S. Nugroho M.Si M’Shoe Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahrus eL-Mawa Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mansur Muhammad Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marjohan Marsudi Fitro Wibowo Martin van Bruinessen Marzuki Wahid Marzuzak SY Masduri Mashuri Masjid Kordoba Masuki M. Astro Matroni Matroni el-Moezany Matroni Muserang Mbah Dalhar Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftahul Ulum Mila Novita Mochtar Lubis Moh. Ghufron Cholid Mohamad Salim Aljufri Mohammad Kh. Azad Mohammad Yamin Muh. Khamdan Muhajir Arrosyid Muhammad Abdullah Muhammad Affan Adzim Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih AR Muhammad Amin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Ghannoe Muhammad Idrus Djoge Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Kosim Muhammad Muhibbuddin Muhammad Mukhlisin Muhammad Quraish Shihab Muhammad Subhan Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yasir Muhammad Yuanda Zara Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyiddin Mujtahid Muktamar Sastra Mulyadi SA Munawar A. Djalil Munawir Aziz Musa Ismail Musa Zainuddin Muslim Mustafa Ismail Mustami’ tanpa Nama Mustofa W Hasyim Musyafak Myrna Ratna N. Mursidi Nasaruddin Umar Nashih Nashrullah Naskah Teater Nasruli Chusna Nasrullah Thaleb Nelson Alwi Nevatuhella Ngarto Februana Nidia Zuraya Ninuk Mardiana Pambudy Nita Zakiyah Nizar Qabbani Nova Burhanuddin Noval Jubbek Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Fauzan Ahmad Nur Wahid Nurcholish Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Orasi Budaya Pangeran Diponegoro Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pesantren Tebuireng Pidato Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pramoedya Ananta Toer Prof. Dr. Nur Syam Profil Ma'ruf Amin Prosa Puisi Puji Hartanto Puji Santosa Pungkit Wijaya Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin PUstaka puJAngga Putera Maunaba Putu Fajar Arcana R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rakhmat Nur Hakim Ramadhan Alyafi Rameli Agam Rasanrasan Boengaketji Ratnaislamiati Raudal Tanjung Banua Reni Susanti Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Retno HY Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Rinto Andriono Risa Umami Riyadhus Shalihin Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rohman Abdullah S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifuddin Syadiri Saifudin Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Salahuddin Wahid Salamet Wahedi Salman Faris Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Pesantren Sastrawan Pujangga Baru Satmoko Budi Santoso Satriwan Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siswanto Siswoyo Sita Planasari A Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slavoj Zizek Snouck Hugronje Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana St Sularto Suci Ayu Latifah Sufyan al Jawi Sugiarta Sriwibawa Sulaiman Djaya Sundari Sungatno Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susringah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaiful Amin Syaifullah Amin Syarif Hidayat Santoso Syeikh Abdul Maalik Syeikh Muhammad Nawawi Syekh Abdurrahman Shiddiq Syekh Sulaiman al Jazuli Syi'ir Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tiar Anwar Bachtiar Tjahjono Widijanto Tok Pulau Manis Toko Buku PUstaka puJAngga Tu-ngang Iskandar Turita Indah Setyani Umar Fauzi Ballah Uniawati Universitas Indonesia Universitas Jember Usep Romli H.M. Usman Arrumy UU Hamidy Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wa Ode Zainab Zilullah Toresano Wahyu Aji Walid Syaikhun Wan Mohd. Shaghir Abdullah Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Fei Hung Y Alpriyanti Yanti Mulatsih Yanuar Widodo Yanuar Yachya Yayuk Widiati Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yopi Setia Umbara Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudi Latif Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusuf Suharto Zaenal Abidin Riam Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zakki Amali Zehan Zareez