Jumat, 01 Oktober 2010

Perjalanan Panjang nan Sejenak

Judul Buku: Kitab Para Malaikat
Pengarang : Nurel Javissyarqi
Pengantar : Maman S. Mahayana
Epilog : Herry Lamongan
Jenis Buku: Antologi Puisi Tunggal
Penerbit : PUstaka puJAngga
Tebal Buku: x+130hlm;15,5×23,5cm
Peresensi : Imamuddin SA
http://www.sastra-indonesia.com/

Hidup di dunia ini merupakan sebuah rangkaian perjalanan panjang namun sejenak. Dikatakan panjang sebab kehidupan manusia di dalamnya harus melalui beberapa fase. Secara fisikal, dimulai dari fase pembentukan jasad. Kelahiran dalam wujud balita. Kanak-kanak. Dewasa. Tua. Lanjut usia. Lantas tiada. Belum lagi perjalanan secara ruhaniah. Yaitu yang dimulai dari tataran syariat, hakikat, ma’rifat, serta fase penyatuan. Kesemuanya itu merupakan sebuah proses pencarian kesempurnaan dan jati diri kemanusiaanya. Dan rentang waktu antara fase satu ke fase yang lain itu cukuplah lama. Berpuluh-puluh tahun.

Dikatakan sejenak sebab dunia ini fana yang bersifat tidak kekal. Begitu juga dengan manusianya. Secara jasadiah, manusia pasti mengalami kematian di dalam dunia ini. Ia tidak kekal. Suatu saat ia pasti lenyap dari keberadaan kehidupan materi ini. Yang demikian itulah fenomena hidup di dunia yang merupakan sebuah rangkaian perjalanan panjang yang sejenak.

Dalam rangkaian perjalanan panjang yang sejenak ini, seorang manusia pastilah menemukan sesuatu yang lebih dalam hidup dan kehidupanya. Ia sudah barang tentu menemukan hikmah-hikmah tersendiri yang tidak sama dengan penemuan manusia yang lain. Yang lebih dulu hidup daripadanya. Namun jika ada satu kemiripan, itu merupakan suatu kewajaran. Sebab realitas kehidupan manusia sekarang tidak lain adalah hasil pengulangan realitas kehidupan yang silam. Yang menjadi pembedanya adalah cara pengungkapan dan penuangannya dalam realitas sosial. Tentunya dipengaruhi oleh setting suasana dan tempat yang berbeda. Jadi yang sama adalah akar konsep pemahaman idenya. Bukan sama secara realitas fisiknya. Hanya saja konsep ide yang lalu dalam realitas sekarang mungkin terdapat satu pengembangan sesuai dengan prifasi dan lingkungan fisiknya.

Penemuan sesuatu yang lebih dan hikmah-himah oleh seorang manusia itu berpangkal pada tindak pemaknahan terhadap simbol-simbol realitas yang ada. Simbol-simbol yang terdapat di sisi sayap kanan dan kirinya. Dengan adanya pemaknahan itu, maka beroleh manfaatlah dalam pribadi orang tersebut. Tidak menutup kemungkinan, orang lain pun turut merasakannya.

Hal itu tampaknya telah dicapai oleh seorang Nurel dengan menghadirkan karyanya Kitab Para Malaikat. Rangkaian hikmah yang dicakup dalam hidup dan kehidupanya berpangkal dari pemaknahan akan realitas yang melingkupi pribadinya. Perjalanan yang relatif panjang. Kurang lebih hampir sepuluh tahun ia mengumpulkan hikmah-hikmah tersebut hingga kini hadirlah sebuah buku yang berjudul Kitab Para Malaikat. Tempaanya tidak pada satu tempat melainkan di berbagai tempat. Seperti di pesantren Waticongol, Muntilan (Magelang), Tegal Sari, Jetis, (Ponorogo), Yogyakarta, Selat Sunda, Gersik, Lamongan, dan lain-lain. Ia laksana memungut satu demi satu kerikil makna kehidupan yang berserakan sebagai amunisi menelanjangi peradaban zaman.

Falsafah hidup sangat kental dalam Kitab Para Malaikat. Dalam tiap bagianya tersebar luas nilai-nilai falsafahnya. Falsafah tentang wanita misalnya. Siapa yang dapat menghormati dan menjujung martabat rumah tangga, masyarakat, bangsa, dan bahkan leluhur seseorang? Semuanya itu yang berperan adalah seorang wanita. Dialah panutannya. Dialah tulang punggungnya. Jika pribadi seorang wanita itu rusak, maka rusaklah semuanya. Martabat pun akan mengalami degradasi dengan indahnya.

Mengapa wanita sebagai penentu dan tulang punggug semuanya? Ini bukan merujuk pada tindak emansipasi wanita secara mutlak. Tidak mengunggulkan wanita harus memimpin segalanya. Memimpin rumah tangga, masyarakat, maupun bangsa dan negara. Ini melainkan berorientasi pada hakekat dasar wanita. Obsesi wanita sebagai seorang ibu dari anak-anaknya. Cinta kasih harus ditanamkan oleh seorang ibu kepada anaknya secara mendalam. Pendidikan dasar seorang anak tercermin lewat karakter ibunya. Sebab seorang ibu pada dasarnya lebih dekat secara psikologi dengan anak-anaknya. Seorang anak akan mempelajari secara alamiah kebiasaan-kebiasaan ibunya. Jika ibunya sering bersikap kasar, apatis, nakal, kurang sopan, dan sering keluar rumah, sudah barang tentu kelak karakter anak tidak jauh berbeda dari semua itu. Bahkan bisa berbuat lebih. Tidak ingatkah ketika seorang ibu mengalami sakit, maka bayinya pun turut merasakanya jua. Seorang ibu yang sedang guncang jiwa dan perasaanya, maka bayinya pun merengek tak henti-hentinya. Ini sebagai bukti bahwa kedekatan psikologi seorang anak cenderung mengarah pada kepribadian ibunya..

Jadi peranan wanita sebagai penentu kepribadian generasi berikutnya yang menjadi sorotan utamanya. Wanita harus bisa memberdayakan eksistensi pribadinya. Yaitu sebagai seorang ibu yang mencurahkan segenap kasih sayang, cinta, dan pendidikan dasar kepada anak-anaknya. Bukan memberi contoh buruk. Biar kelak tercipta generasi penerus yang lebih unggul. Generasi yang mampu menyemikan harkat dan martabat neneng moyangnya. Wanitalah panutanya. Tampaknya hal itu yang menjadi titik tolak ungkapan seorang Nurel; “Bagi bangsa-bangsa menghormati moyangnya, wanita // menjadi panutan, selendang panjangnya menyeret lelangkah // dan dunia setuju walau berkali-kali terhempas prahara” (Membuka Raga Padmi, I; XI, hal:5).

Pengajaran akan nilai-nilai keikhlasan juga semerbak dalam karya ini. Dalam perjalanan hidupnya, manusia harus senantiasa melangkah dengan penuh keikhlasan. Mengabdi dengan bekal keikhlasan lewat ketetapan hati, perkataan, maupun perilaku. Keikhlasan itu diwujudkan dalam bentuk ikhlas kala memperoleh kenikmatan. Dan ikhlas kala mendapatkan musibah. Hal itu memang terjadi secara bergantian. Ini sebuah kewajaran. Orang tidak akan merasakan kenikmatan sebelum ia pernah merasakan musibah atau sengsara. Begitu juga dengan sebaliknya. Ini merupakan sesuatu yang berkala. “Sakit serta nikmat ia terima sejauh tidak mengurangi kekhusyukan, // kesungguhan hayatmu mengabdi berbekal puja keikhlasan” (Anak Sungai Filsafat, IX; XXI, hal:52).

Nilai vitalitas juga terdapat dalam Kitab Para Malaikat. Ini seolah cermin dari pribadi pengarangnya. “Bara revolusi berasal dari rindu terkumpul gagasan sebelum bertemu, // dan akhirnya bentuklah yang menciptakan melodi ruangan takdirmu” (Musik-Tarian Keabadian, V; XI, Hal:31). Ungkapan ini bermaksud memberi dorongan dan semangat hidup. Bahwa sesungguhnya perubahan besar yang terjadi dalam pribadi seseorang itu bermula dari kerinduan untuk menggapai suatu hal. Di mana pencapaian terhadap suatu tujuan itu belum terwujud. Oleh sebab itu dorongan batin harus segera dituangkan dalam bentuk tindakan dan kesungguhan usaha. Adapun takdir di esok hari akan mengikuti kekuatan tindakan dan kesungguhan usaha dalam proses penggapaian suatu hal yang telah dirindu-impikan. Intinya, seseorang tidak boleh berhenti di tengah jalan saat hendak merengkuh sebuah impian dan cita-cita. Kuatkan tekad sampai muara.

Karya ini merupakan karya yang dituangkan dalam bentuk romantisme perjalanan hidup. Adapun yang menjadi selimutnya adalah romantisme filosofis. Disusun ke dalam beberapa bagian. Lebih tepatnya dua puluh bagian ditambah satu bagian muqaddimah sebagai pembuka awalnya. Bagian-bagianya adalah; Muqaddimah (Waktu Di Sayap Jibril), Membuka Raga Padmi; I, Hukum-Hukum Pecinta; II, Bait-Bait Persembahan; III, Ruang-Ruang Mengabadikan; IV, Musik-Tarian Keabadian; V, Diruapi Malam Harum; VI, Keinginan-Keinginan Mulia; VII, Di Atas Tandu Langitan; VIII, Anak Sungai Filsafat; IX, Sekuntum Bunga Revolusi; X, Penampakan Do’a Semalam; XI, Duka Tangis Busa, XII, Gelombang Merawat Pantai; XIII, Mengembalikan Niat Suci; XIV, Pembangunan Dunia Ganjil; XV, Siang Tubuh Malam Jiwanya; XVI, Secercah Cahaya Kurnia; XVII, Tanah Kelahiran Masa; XVIII, Ruang Waktu Padat; XIX, Muakhir (Kesaksian-Kesaksian); XX.
Dalam setiap bagianya tersusun secara panjang. Namun dibatasi dengan angka-angka romawi sebagai bentuk pemisahan baitnya. Hal itu tampaknya sebagai wujud ekspresi yang menyimbolkan bahwa karya ini digurat dalam rentang waktu yang relatif lama. Dan dalam ruang-waktu yang berbeda-beda.

Tampilan fisik Kitab Para Malaikat cenderung mengelabuhi penikmatnya. Penikmat akan terpancing untuk memaknai dan memahami dalam tiap baitnya secara terpisah. Tiap bait yang dicipta seolah mengusung topik yang baru. Padahal tidak. Itu sebenarnya merupakan satu kesatuan yang utuh dalam tiap sub bagiannya. Walaupun juga ada sedikit yang meloncat. Namun pada akhir bagianya bisa kembali pada topik pembahasan semula. Jika pola pemahaman penikmat dilakukan secara terpisah-pisah, maka benar apabila karya ini disebutnya sebagai karya yang pengguratanya menggunakan ritme Jurus Dewa Mabuk. Ritme yang tidak beraturan dan tak berarah. Namun mengandung kekuatan yang dahsyat dan mematikan lawan-lawanya.

Bahasa yang dipaki tidak sederhana dan terlalu sublim. Jadi butuh pemahaman ekstra untuk menguak intinya. Dan tiap bagianya pun terlalu panjang. Ini bagi penikmat yang kurang sabar, sering mengalami kejenuhan dan bosan. Serta sedikit mengambil hikmah yang terkandung di dalamnya. Yang paling sering akan menganggap ungkapan dalam karya ini minim makna dan pesan. Sekedar keromantisan bahasa yang disajikan. Namun bagi beberapa kalangan penikmat, ini sangat menyenangkan. Sebab ada tantangan yang lebih untuk menguak kesublimannya.

Selanjutnya, selamat menikmati. Selamat menerjemahkan inti. Semoga kesahajaan akan melingkupi jiwa-jiwa sang pencari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Khoirul Anam A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.D. Zubairi A.S. Laksana Abd. Basid Abdul Aziz Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Abdul Hadi W.M. Abdul Rauf Singkil Abdul Rosyid Abdul Salam HS Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abu Nawas Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Ach. Tirmidzi Munahwan Achmad Faesol Adam Chiefni Adhitya Ramadhan Adi Mawardi Adian Husaini Aditya Ardi N Ady Amar Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Fahri Husein Agus Fathuddin Yusuf Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Baso Ahmad Fatoni Ahmad Hadidul Fahmi Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syafii Maarif Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rohim Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sahal Akhmad Taufiq Akhudiat Alang Khoiruddin Alang Khoirudin Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Aliansyah Allamah Syaikh Dalhar Alvi Puspita AM Adhy Trisnanto Ami Herman Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aminullah HA Noor Amir Hamzah Ammar Machmud Andri Awan Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjar Nugroho Anjrah Lelono Broto Antari Setyowati Anwar Nuris Arafat Nur Ariany Isnamurti Arie MP Tamba Arie Yani Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arifin Hakim Arman AZ Arwan Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Juanda Asep S. Bahri Asep Sambodja Asep Yayat Asif Trisnani Aswab Mahasin Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Azizah Hefni Azwar Nazir B Kunto Wibisono Babe Derwan Badrut Tamam Gaffas Bale Aksara Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Benke Berita Berita Duka Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budiawan Dwi Santoso Buku Kritik Sastra Candra Adikara Irawan Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chairul Abhsar Chairul Akhmad Chamim Kohari CNN Indonesia Cucuk Espe Cut Nanda A. D Zawawi Imron D. Dudu AR Dahta Gautama Damanhuri Zuhri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Danuji Ahmad Dati Wahyuni Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dede Kurniawan Dedik Priyanto Den Rasyidi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Detti Febrina Dewi Kartika Dian Sukarno Dian Wahyu Kusuma Didi Purwadi Dien Makmur Din Saja Djasepudin Djauharul Bar Djoko Pitono Djoko Saryono DM Ningsih Doddy Hidayatullah Donny Syofyan Dr Afif Muhammad MA Dr. Simuh Dr. Yunasril Ali Dudi Rustandi Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dyah Ratna Meta Novia E Tryar Dianto Ecep Heryadi Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Edy Susanto EH Ismail Eka Budianta Ekky Malaky Eko Israhayu Ellie R. Noer Emha Ainun Nadjib Esai Esha Tegar Putra Evi Melyati Fachry Ali Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faizal Af Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fazabinal Alim Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Fuad Mardhatillah UY Tiba Furqon Lapoa Fuska Sani Evani Geger Riyanto Ghufron Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur Gus Muwaffiq Gusriyono Gusti Grehenson H Marjohan H. Usep Romli H.M. Habibullah Hadi Napster Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Hamzah Fansuri Hamzah Sahal Hamzah Tualeka Zn Hanibal W.Y. Wijayanta Hanum Fitriah Haris del Hakim Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Basri Marwah Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Helmy Prasetya Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Heri Listianto Heri Ruslan Herry Lamongan Herry Nurdi Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hotnida Novita Sary Hudan Hidayat Husein Muhammad I Nyoman Suaka Ibn ‘Arabi (1165-1240) Ibn Rusyd Ibnu Sina Ibnu Wahyudi Idayati Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imadi Daimah Ermasuri Imam Hamidi Antassalam Imam Khomeini Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Nasri Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Kurniawan Indra Tjahyadi Inung As Irma Safitri Isbedy Stiawan Z.S. Istiyah Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar J Sumardianta Jadid Al Farisy Jalaluddin Jalaluddin Rakhmat Jamal Ma’mur Asmani Jamaluddin Mohammad Javed Paul Syatha Jaya Suprana Jember Gemar Membaca Jo Batara Surya Johan Wahyudi John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K. Muhamad Hakiki K.H. A. Azis Masyhuri K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin Kabar Pesantren Kafiyatun Hasya Kanjeng Tok Kasnadi Kazzaini Ks KH Abdul Ghofur KH. Irfan Hielmy Khansa Arifah Adila Khoirul Anwar Khoirur Rizal Umami Khoshshol Fairuz Kiai Muzajjad Kiki Mikail Kitab Dalailul Khoirot Kodirun Komunitas Deo Gratias Koskow Kritik Sastra Kurniawan Kurtubi Kuswaidi Syafi’ie Kyai Maimun Zubair Lan Fang Larung Sastra Leila S. Chudori Linda S Priyatna Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Asya Lukman Santoso Az M Arif Rohman Hakim M Hari Atmoko M Ismail M Thobroni M. Adnan Amal M. Al Mustafad M. Arwan Hamidi M. Bashori Muchsin M. Faizi M. Hadi Bashori M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Mustafied M. Nurdin M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki M.S. Nugroho M.Si M’Shoe Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahrus eL-Mawa Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mansur Muhammad Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marjohan Marsudi Fitro Wibowo Martin van Bruinessen Marzuki Wahid Marzuzak SY Masduri Mashuri Masjid Kordoba Masuki M. Astro Matroni Matroni el-Moezany Matroni Muserang Mbah Dalhar Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftahul Ulum Mila Novita Mochtar Lubis Moh. Ghufron Cholid Mohamad Salim Aljufri Mohammad Kh. Azad Mohammad Yamin Muh. Khamdan Muhajir Arrosyid Muhammad Abdullah Muhammad Affan Adzim Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih AR Muhammad Amin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Ghannoe Muhammad Idrus Djoge Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Kosim Muhammad Muhibbuddin Muhammad Mukhlisin Muhammad Quraish Shihab Muhammad Subhan Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yasir Muhammad Yuanda Zara Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyiddin Mujtahid Muktamar Sastra Mulyadi SA Munawar A. Djalil Munawir Aziz Musa Ismail Musa Zainuddin Muslim Mustafa Ismail Mustami’ tanpa Nama Mustofa W Hasyim Musyafak Myrna Ratna N. Mursidi Nasaruddin Umar Nashih Nashrullah Naskah Teater Nasruli Chusna Nasrullah Thaleb Nelson Alwi Nevatuhella Ngarto Februana Nidia Zuraya Ninuk Mardiana Pambudy Nita Zakiyah Nizar Qabbani Nova Burhanuddin Noval Jubbek Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Fauzan Ahmad Nur Wahid Nurcholish Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Orasi Budaya Pangeran Diponegoro Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pesantren Tebuireng Pidato Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pramoedya Ananta Toer Prof. Dr. Nur Syam Profil Ma'ruf Amin Prosa Puisi Puji Hartanto Puji Santosa Pungkit Wijaya Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin PUstaka puJAngga Putera Maunaba Putu Fajar Arcana R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rakhmat Nur Hakim Ramadhan Alyafi Rameli Agam Rasanrasan Boengaketji Ratnaislamiati Raudal Tanjung Banua Reni Susanti Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Retno HY Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Rinto Andriono Risa Umami Riyadhus Shalihin Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rohman Abdullah S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifuddin Syadiri Saifudin Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Salahuddin Wahid Salamet Wahedi Salman Faris Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Pesantren Sastrawan Pujangga Baru Satmoko Budi Santoso Satriwan Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siswanto Siswoyo Sita Planasari A Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slavoj Zizek Snouck Hugronje Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana St Sularto Suci Ayu Latifah Sufyan al Jawi Sugiarta Sriwibawa Sulaiman Djaya Sundari Sungatno Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susringah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaiful Amin Syaifullah Amin Syarif Hidayat Santoso Syeikh Abdul Maalik Syeikh Muhammad Nawawi Syekh Abdurrahman Shiddiq Syekh Sulaiman al Jazuli Syi'ir Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tiar Anwar Bachtiar Tjahjono Widijanto Tok Pulau Manis Toko Buku PUstaka puJAngga Tu-ngang Iskandar Turita Indah Setyani Umar Fauzi Ballah Uniawati Universitas Indonesia Universitas Jember Usep Romli H.M. Usman Arrumy UU Hamidy Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wa Ode Zainab Zilullah Toresano Wahyu Aji Walid Syaikhun Wan Mohd. Shaghir Abdullah Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Fei Hung Y Alpriyanti Yanti Mulatsih Yanuar Widodo Yanuar Yachya Yayuk Widiati Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yopi Setia Umbara Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudi Latif Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusuf Suharto Zaenal Abidin Riam Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zakki Amali Zehan Zareez