Raudal Tanjung Banua*
http://www.lampungpost.com/
Diangkatnya novel laris ke layar lebar bukan fenomena baru. Dua dasawarsa lalu, novel-novel klasik sastra diangkat ke layar kaca:Siti Nurbaya (Marah Rusli) dan Sengsara Membawa Nikmat (Dt. Majoindo?). –lit
Pengangkatan karya sastra sedikit-banyak masih memperlihatkan hubungan “alamiah” film-sastra, setidaknya dari pilihan karya yang diangkat. Memang, aroma industri mulai tercium sejak dini. Hubungan pertama yang sangat alamiah dan tak terelakkan dalam proses filmisasi karya sastra tentu dalam hal skenario.
Orang sastra tampaknya kurang banyak berkiprah di bidang penulisan skenario, apakah karena skenario rata-rata sudah ditangani langsung orang film, kurang kerja sama antarbidang, atau hal-hal lain. Boen Sri Oemarjati (1971) pernah menyatakan di Indonesia banyak penyair, novelis, dan cerpenis, tapi sangat sedikit penulis naskah drama–sesungguhnya hal itu juga berlaku bagi penulis skenario!
Hubungan sastra-film bukan ahistoris. Ia seiring sejalan sejak dulu dengan para kreatornya yang kadang berperan ganda atau menjadi pelintas-batas antardispilin seni seperti M. Yusach Biran, Asrul Sani, Putu Wijaya, dan Arifin C. Noer. Mereka menulis skenario dan menyutradarai filmnya; nama mereka juga berkibar sebagai sastrawan.
Jauh sebelumnya, Usmar Ismail, bapak film Indonesia, dikenal lebih dulu sebagai sastrawan dan aktor kawakan. Teguh Karya, Eros Djarot atau Slamet Rahadjo memang bukan sastrawan, namun mereka berhubungan dekat dengan sastra sebagaimana kedekatannya dengan bidang kesenian lain seperti teater dan musik.
Bentuk hubungan sastra-film, sebenarnya juga terjadi antara sastra-teater, atau teater-film, tapi kemudian memunculkan analog yang cukup paradoks; tidak berlanjutnya kerja sama kolaboratif itu, makin sedikit kreator lintas-batas, dan akhirnya makin pudarnya tegur-sapa kreatif. Orientasinya bergeser pada hubungan industri.
Bandingan dan Upaya Alternatif
Fenomena sastra yang difilmkan seperti sekarang bukan dalam konteks hubungan “alamiah” sebagaimana dinarasikan di atas; tapi hubungan untung-rugi. Difilmkannya novel laris Ayat-ayat Cinta dan Laskar Pelangi tidak terlepas dari momentum meraup untung.
Yang difilmkan memang bukan buku (karya) yang nilai sastranya lebih dapat dipertanggungjawabkan seperti karya Pramoedya, Ahmad Tohari atau Navis; tapi buku yang laku keras di pasaran. Artinya apa? Ini merupakan pilihan sadar orang film, produser atau sutradara meraih limpahan publik dari buku best seller. Namun berbeda dengan proses manca yang tetap memperhitungkan kekuatan sastrawi film yang berangkat dari sebuah buku, di Tanah Air hal itu nyaris tak berlaku.
Film legendaris The Godfather yang disutradarai Francis Ford Coppola; bukunya yang ditulis Mario Puzo lebih dulu meledak di pasaran. Yang menarik, film itu menghasilkan skenario yang baik dan terbit sendiri sebagai buku sastra yang mandiri (sudah diterjemahkan ke Bahasa Indonesia oleh Penerbit Akubaca, 2003). Proses kerja samanya pun unik:Penulis dan sutradara berduet (jika bukan berjibaku) mengerjakan sebuah skenario yang diganjar Oscar (1972).
Film Rashomon karya Akira Kurasawa mengangkat “hanya” sebuah cerpen Ryunosuke Akutagawa, namun hasilnya dikenang sepanjang masa. Seri Harry Potter pastilah dipilih karena publiknya yang luar biasa, sebagaimana Da Vinci Code.
Ada pula film Il Pastino yang diangkat dari novel Antonio Sekarmeta. Filmisasi novel yang bercerita tentang kehidupan penyair Pablo Neruda di Chili itu digerakkan nilai sastranya yang tinggi. Bahkan novelet satire George Orwell, Animal Farm, yang sangat “berat” berani ditransformasikan ke sebuah film yang aktor-aktornya tak lain buah animasi, jelmaan tokoh kuda, sapi, domba, sampai babi!
Namun, di Tanah Air, karya sastra serius justru dicoba cairkan demi pasar, misalnya Ronggeng Dukuh Paruk Ahmad Tohari yang sajian layar lebarnya sangat mengecewakan, sampai pada hal teknis, bagaimana Pengakuan Pariyem Linus Suryadi hendak diganti judul menjadi Pangkuan Pariyem.
Di tengah situasi ini, film-film yang berangkat bukan dari novel (genre sastra yang paling dominan dalam hubungannya dengan film) cukup menarik diperhatikan dan mungkin bisa jadi alternatif mencerahkan. Film Garin Nugroho, Bulan Tertusuk Ilalang, berangkat dari “sebuah” puisi D. Zawawi Imron berjudul Bulan Tertusuk Ilalang; di sini interpretasi dan simbol jadi pertaruhan. Film Doa yang Mengancam Jujur Prananto berangkat dari cerpennya sendiri; ada spirit mengembalikan hubungan wajar sastra-film, sama halnya dengan cerpen Triyanto Triwikromo, Anak-anak Mengasah Pisau yang ditransformasikan jadi film televisi oleh Dedi Setiadi.
Begitu pula film Mereka Bilang Saya Monyet Djenar Maesa Ayu dari cerpennya sendiri; bagaimanapun unsur-unsur seksualitas dan metropolitan–yang laku dijual–mewarnai film ini, tapi sedikit banyak kita melihat bahwa ia tidak tergantung besar-kecilnya gagasan, tapi pada perwujudan gagasan. Jauh sebelumnya, novel Cau Bau Kan Remy Sylado dilayarlebarkan oleh Nia Dinata dengan judul sama; cukup dipujikan dari sisi kolosal dan rancang artistik kostum, meski banyak yang berkata bahwa buku dan filmnya seperti jalan sendiri–itu tentu hal lain.
‘Perempuan Berkalung Sorban’
Hari-hari belakangan, kita disuguhkan film baru dengan cita rasa islami ala Hanung Bramantyo, Perempuan Berkalung Sorban (PBS), diangkat dari novel karya Abidah El-Khaliqy berjudul sama. Mengapa baru sekarang novel itu difilmkan sedang ia sudah terbit beberapa tahun lalu, bahkan jauh sebelum fenomena Ayat-ayat Cinta? Alasannya jelas, publik kita masih dalam eforia Ayat-ayat Cinta, bicara persoalan syariat dan Islam.
Apa yang diangkat memang masih dalam lingkup kisah-kisah islami, namun kadar sastrawinya ditingkatkan sedikit; dari karya yang cenderung pop/konvensional yang ditulis santri yang tiba-tiba dikenal sebagai penulis, kini beralih ke karya seseorang yang notabene sudah cukup dikenal sebagai sastrawan, terlebih dengan wacana-wacana besar yang menyertainya seperti feminisme, persoalan patriarkis, dan kehidupan pesantren. Ini, selayaknya orang kampanye, bakal jadi amunisi untuk membikin janji baru: Film ini berbeda dengan garapan Hanung terdahulu, padahal, tetaplah dalam spirit penciptaan yang sama: pasar!
Seiring dengan itu, muncul sikap latah, bukan saja Presiden/Wapres serta pejabat negeri ini nonton bareng film fenomenal; juga dari kalangan akademik. Belum lama ini, novel PBS-Abidah diganjar “Adab Award” oleh Fakultas Adab UIN Sunan Kalijaga.
Seandainya novel itu tidak difilmkan, apakah penghargaan akan diberikan? Bukankah dengan demikian, sastra dianggap tidak independen sebagai bidang yang layak diberi penghargaan?
Hal yang tampak sepele ini sebenarnya menyiratkan dunia akademik pun tidak steril dari pengaruh industri, melanggengkannya, bukan mengkritisi.
Sastra yang dianggap sunyi, dengan infrastruktur dan massa-publik yang nyaris sepi, justru masih bisa menyumbang kepada film; sementara apa yang disumbangkan film kepada sastra, selain uang dan selebriti bagi pengarang? Adakah sumbangan yang bersifat dialektik, esetetik, dan gagasan sebagai tawaran alternatif? Ada misalnya, fenomena penulisan sebuah film bahkan sinetron dalam buku, sebagaimana banyak dilakukan Penerbit Gagasmedia, namun tanpa momentum apa pun, jika tidak malah mencairkan sastra dan “mempromosikan” film/sinetron itu sendiri?
Inikah yang diharapkan sastra? Pertanyaan paling penting juga menyangkut publik: Apakah pembaca dan penonton diuntungkan secara estetik dan wawasan dalam proses kerja sama filmisasi karya sastra?
*) Koordinator Komunitas Rumahlebah Yogyakarta.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Khoirul Anam
A. Khoirul Anam
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A.C. Andre Tanama
A.D. Zubairi
A.S. Laksana
Abd. Basid
Abdul Aziz
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Gaffar
Abdul Hadi W.M.
Abdul Rauf Singkil
Abdul Rosyid
Abdul Salam HS
Abdul Wachid B.S.
Abdullah Alawi
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Abimardha Kurniawan
Abu Nawas
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Ach. Tirmidzi Munahwan
Achmad Faesol
Adam Chiefni
Adhitya Ramadhan
Adi Mawardi
Adian Husaini
Aditya Ardi N
Ady Amar
Adzka Haniina Al Barri
AF. Tuasikal
Afrizal Malna
Afrizal Qosim
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan Mn
Agus Buchori
Agus Fahri Husein
Agus Fathuddin Yusuf
Agus R. Sarjono
Agus Sulton
Agus Sunyoto
AH J Khuzaini
Ahmad Anshori
Ahmad Badrus Sholihin
Ahmad Baso
Ahmad Fatoni
Ahmad Hadidul Fahmi
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Maltup SA
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Muhli Junaidi
Ahmad Syafii Maarif
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Tohari
Ahmad Y. Samantho
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainur Rohim
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Fatoni
Akhmad Sahal
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Alang Khoiruddin
Alang Khoirudin
Ali Audah
Ali Mahmudi CH
Ali Rif’an
Aliansyah
Allamah Syaikh Dalhar
Alvi Puspita
AM Adhy Trisnanto
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Amin Hasan
Aminullah HA Noor
Amir Hamzah
Ammar Machmud
Andri Awan
Anindita S Thayf
Aning Ayu Kusuma
Anjar Nugroho
Anjrah Lelono Broto
Antari Setyowati
Anwar Nuris
Arafat Nur
Ariany Isnamurti
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arif Hidayat
Arif Saifudin Yudistira
Arifin Hakim
Arman AZ
Arwan
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Juanda
Asep S. Bahri
Asep Sambodja
Asep Yayat
Asif Trisnani
Aswab Mahasin
Atiqurrahman
Awalludin GD Mualif
Azizah Hefni
Azwar Nazir
B Kunto Wibisono
Babe Derwan
Badrut Tamam Gaffas
Bale Aksara
Bandung Mawardi
Bastian Zulyeno
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benny Benke
Berita
Berita Duka
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budiawan Dwi Santoso
Buku Kritik Sastra
Candra Adikara Irawan
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cawapres Jokowi
Cerpen
Chairil Anwar
Chairul Abhsar
Chairul Akhmad
Chamim Kohari
CNN Indonesia
Cucuk Espe
Cut Nanda A.
D Zawawi Imron
D. Dudu AR
Dahta Gautama
Damanhuri Zuhri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Danuji Ahmad
Dati Wahyuni
Dea Anugrah
Dea Ayu Ragilia
Dede Kurniawan
Dedik Priyanto
Den Rasyidi
Deni Jazuli
Denny JA
Denny Mizhar
Detti Febrina
Dewi Kartika
Dian Sukarno
Dian Wahyu Kusuma
Didi Purwadi
Dien Makmur
Din Saja
Djasepudin
Djauharul Bar
Djoko Pitono
Djoko Saryono
DM Ningsih
Doddy Hidayatullah
Donny Syofyan
Dr Afif Muhammad MA
Dr. Simuh
Dr. Yunasril Ali
Dudi Rustandi
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Rejeki
Dyah Ratna Meta Novia
E Tryar Dianto
Ecep Heryadi
Edeng Syamsul Ma’arif
Edy A Effendi
Edy Susanto
EH Ismail
Eka Budianta
Ekky Malaky
Eko Israhayu
Ellie R. Noer
Emha Ainun Nadjib
Esai
Esha Tegar Putra
Evi Melyati
Fachry Ali
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Faizal Af
Fajar Kurnianto
Fanani Rahman
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Fazabinal Alim
Festival Literasi Nusantara
Festival Sastra Gresik
Festival Teater Religi
Forum Santri Nasional
Fuad Mardhatillah UY Tiba
Furqon Lapoa
Fuska Sani Evani
Geger Riyanto
Ghufron
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin
Gus Dur
Gus Muwaffiq
Gusriyono
Gusti Grehenson
H Marjohan
H. Usep Romli H.M.
Habibullah
Hadi Napster
Halimi Zuhdy
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hamka
Hammam Fathulloh
Hamzah Fansuri
Hamzah Sahal
Hamzah Tualeka Zn
Hanibal W.Y. Wijayanta
Hanum Fitriah
Haris del Hakim
Harri Ash Shiddiqie
Hartono Harimurti
Hary B. Kori’un
Hasan Basri Marwah
Hasnan Bachtiar
Hasyim Asy’ari
Helmy Prasetya
Hendra Makmur
Hepi Andi Bastoni
Heri Listianto
Heri Ruslan
Herry Lamongan
Herry Nurdi
Heru Kurniawan
Hilmi Abedillah
Hotnida Novita Sary
Hudan Hidayat
Husein Muhammad
I Nyoman Suaka
Ibn ‘Arabi (1165-1240)
Ibn Rusyd
Ibnu Sina
Ibnu Wahyudi
Idayati
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Ilham Yusardi
Imadi Daimah Ermasuri
Imam Hamidi Antassalam
Imam Khomeini
Imam Nawawi
Imam Nur Suharno
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Nasri
Imron Tohari
Indonesia O’Galelano
Indra Kurniawan
Indra Tjahyadi
Inung As
Irma Safitri
Isbedy Stiawan Z.S.
Istiyah
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
J Sumardianta
Jadid Al Farisy
Jalaluddin
Jalaluddin Rakhmat
Jamal Ma’mur Asmani
Jamaluddin Mohammad
Javed Paul Syatha
Jaya Suprana
Jember Gemar Membaca
Jo Batara Surya
Johan Wahyudi
John Halmahera
Joko Pinurbo
Joko Widodo
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Junaidi
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
K. Muhamad Hakiki
K.H. A. Azis Masyhuri
K.H. Anwar Manshur
K.H. M. Najib Muhammad
K.H. Ma'ruf Amin
Kabar Pesantren
Kafiyatun Hasya
Kanjeng Tok
Kasnadi
Kazzaini Ks
KH Abdul Ghofur
KH. Irfan Hielmy
Khansa Arifah Adila
Khoirul Anwar
Khoirur Rizal Umami
Khoshshol Fairuz
Kiai Muzajjad
Kiki Mikail
Kitab Dalailul Khoirot
Kodirun
Komunitas Deo Gratias
Koskow
Kritik Sastra
Kurniawan
Kurtubi
Kuswaidi Syafi’ie
Kyai Maimun Zubair
Lan Fang
Larung Sastra
Leila S. Chudori
Linda S Priyatna
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP
Lukman Asya
Lukman Santoso Az
M Arif Rohman Hakim
M Hari Atmoko
M Ismail
M Thobroni
M. Adnan Amal
M. Al Mustafad
M. Arwan Hamidi
M. Bashori Muchsin
M. Faizi
M. Hadi Bashori
M. Harir Muzakki
M. Kanzul Fikri
M. Mustafied
M. Nurdin
M. Yoesoef
M. Yunis
M.D. Atmaja
M.H. Abid
M.Harir Muzakki
M.S. Nugroho
M.Si
M’Shoe
Mahamuda
Mahdi Idris
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Mahrus eL-Mawa
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mansur Muhammad
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Marjohan
Marsudi Fitro Wibowo
Martin van Bruinessen
Marzuki Wahid
Marzuzak SY
Masduri
Mashuri
Masjid Kordoba
Masuki M. Astro
Matroni
Matroni el-Moezany
Matroni Muserang
Mbah Dalhar
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Miftahul Ulum
Mila Novita
Mochtar Lubis
Moh. Ghufron Cholid
Mohamad Salim Aljufri
Mohammad Kh. Azad
Mohammad Yamin
Muh. Khamdan
Muhajir Arrosyid
Muhammad Abdullah
Muhammad Affan Adzim
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Ali Fakih AR
Muhammad Amin
Muhammad Anta Kusuma
Muhammad Ghannoe
Muhammad Idrus Djoge
Muhammad Itsbatun Najih
Muhammad Kosim
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Mukhlisin
Muhammad Quraish Shihab
Muhammad Subhan
Muhammad Wava Al-Hasani
Muhammad Yasir
Muhammad Yuanda Zara
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun AS
Muhyiddin
Mujtahid
Muktamar Sastra
Mulyadi SA
Munawar A. Djalil
Munawir Aziz
Musa Ismail
Musa Zainuddin
Muslim
Mustafa Ismail
Mustami’ tanpa Nama
Mustofa W Hasyim
Musyafak
Myrna Ratna
N. Mursidi
Nasaruddin Umar
Nashih Nashrullah
Naskah Teater
Nasruli Chusna
Nasrullah Thaleb
Nelson Alwi
Nevatuhella
Ngarto Februana
Nidia Zuraya
Ninuk Mardiana Pambudy
Nita Zakiyah
Nizar Qabbani
Nova Burhanuddin
Noval Jubbek
Nu’man ’Zeus’ Anggara
Nur Fauzan Ahmad
Nur Wahid
Nurcholish
Nurel Javissyarqi
Nuruddin Al Indunissy
Nurul Anam
Orasi Budaya
Pangeran Diponegoro
Parimono V / 40 Plandi Jombang
PC. Lesbumi NU Babat
PDS H.B. Jassin
Pesantren Tebuireng
Pidato
Politik
Pondok Pesantren Al-Madienah
Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang
PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan
Pramoedya Ananta Toer
Prof. Dr. Nur Syam
Profil Ma'ruf Amin
Prosa
Puisi
Puji Hartanto
Puji Santosa
Pungkit Wijaya
Purwanto
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
PUstaka puJAngga
Putera Maunaba
Putu Fajar Arcana
R. Ng. Ronggowarsito
Radhar Panca Dahana
Raedu Basha
Rahmat Sudirman
Rahmat Sularso Nh
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rakhmat Nur Hakim
Ramadhan Alyafi
Rameli Agam
Rasanrasan Boengaketji
Ratnaislamiati
Raudal Tanjung Banua
Reni Susanti
Resensi
Restoe Prawironegoro Ibrahim
Retno HY
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar
Rinto Andriono
Risa Umami
Riyadhus Shalihin
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rohman Abdullah
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifuddin Syadiri
Saifudin
Saiful Amin Ghofur
Sainul Hermawan
Sajak
Salahuddin Wahid
Salamet Wahedi
Salman Faris
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sandiaga Uno
Sanggar Pasir
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian Nuraini
Sastra Pesantren
Sastrawan Pujangga Baru
Satmoko Budi Santoso
Satriwan
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra Boenga Ketjil
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siswanto
Siswoyo
Sita Planasari A
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Slavoj Zizek
Snouck Hugronje
Sobih Adnan
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
St Sularto
Suci Ayu Latifah
Sufyan al Jawi
Sugiarta Sriwibawa
Sulaiman Djaya
Sundari
Sungatno
Sunu Wasono
Surya Lesmana
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Susringah
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyanto
Syaiful Amin
Syaifullah Amin
Syarif Hidayat Santoso
Syeikh Abdul Maalik
Syeikh Muhammad Nawawi
Syekh Abdurrahman Shiddiq
Syekh Sulaiman al Jazuli
Syi'ir
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Tiar Anwar Bachtiar
Tjahjono Widijanto
Tok Pulau Manis
Toko Buku PUstaka puJAngga
Tu-ngang Iskandar
Turita Indah Setyani
Umar Fauzi Ballah
Uniawati
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usep Romli H.M.
Usman Arrumy
UU Hamidy
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W.S. Rendra
Wa Ode Zainab Zilullah Toresano
Wahyu Aji
Walid Syaikhun
Wan Mohd. Shaghir Abdullah
Warung Boengaketjil
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Welly Adi Tirta
Wiwik Hastuti
Wiwik Hidayati
Wong Fei Hung
Y Alpriyanti
Yanti Mulatsih
Yanuar Widodo
Yanuar Yachya
Yayuk Widiati
Yeni Ratnaningsih
Yohanes Sehandi
Yopi Setia Umbara
Yosi M Giri
Yudhi Fachrudin
Yudi Latif
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Zaenal Abidin Riam
Zainal Arifin Thoha
Zainuddin Sugendal
Zakki Amali
Zehan Zareez
Tidak ada komentar:
Posting Komentar