Jumat, 04 Juni 2021

MENENGOK PERADABAN PESANTREN DI P.P. SUMBERANYAR PAMEKASAN MADURA

Mashuri *
 
Peradaban pesantren di Pondok Pesantren Sumberanyar, selanjutnya disingkat P.P. Sumberanyar, di Desa Larangan Tokol, Tlanakan, Pamekasan, Madura, begitu menjulang. Namun, belum banyak para ahli menguaknya dengan kaffah.
 
Tentu, hal itu sangat disayangkan. Pasalnya, pesantren tersebut merupakan salah satu pesantren tertua di Madura, didirikan K.H. Zubair sekitar abad ke-16 M. Kini, pola pendidikan pesantren itu terbagi dalam 12 pengasuhan dengan cara membaur dengan masyarakat desa setempat. Jaringan pesantren di Madura dan luar Madura yang berpusar di Sumberanyar demikian melimpah, termasuk beberapa pesantren besar Situbondo (Anam, 1994) hingga pesantren lain di Jawa dan Madura. Ihwal ketuaan dan betapa pentingnya posisi pesantren Sumberanyar tersebut disinggung sekilas oleh Mansurnoor (1990).
 
Kesejarahan pesantren tersebut dapat dilihat pada situs makam para sesepuh dan pendiri pesantren. Makam mereka dihormati masyarakat hingga kini, dan disebut Buju’ Kiai Ratoh. Di dalam kompleks pemakaman di Desa Larangan Tokol, persis di pesisir Selat Madura, terdapat beberapa makam pendiri pesantren dan anak turunnya –termasuk Nyai Nuri, moyang K.H. As’ad Syamsul Arifin (P.P. Sukorejo Situbondo) dan kiai lainnya di Jawa dan Madura. Tradisi lisan terkait dengan sejarah, mitologi dan lainnya sangat melimpah. Sayangnya, tidak ada tradisi tulis yang menggurat keberadaan para tokoh tersebut sehingga dapat dirunut kesejarahan pondok pesantren berdasarkan data-data tertulis. Ada sih sebuah naskah kuno semacam surat kekancingan, tetapi tidak dapat bercerita banyak.

Terdapat buku yang menulis tentang sejarah dan dzuriyah P.P. Sumberanyar, tetapi sejarah yang ditulis sangat terbatas dan hanya pada tokoh-tokoh tertentu dengan sumber terbatas, dan lebih banyak bersandar pada tradisi lisan. Banyak hal yang masih gelap, karena penulisnya sangat berhati-hati dalam merunut kesejarahannya. Disebabkan minimnya data tertulis dan bersifat historis.
 
Bahwi (2014) menyebut bahwa Pondok Pesantren didirikan oleh K.H. Zubair pada 1515. Namun, kesejarahan pendiri pesantren ini masih tersaji dalam beberapa versi yang berbeda. Ada yang menyebut bahwa Zubair adalah pendatang, tetapi banyak pula yang menyebutkan bahwa Zubair adalah putera Madura asli. Sebuah data tertulis menyebutkan bahwa Zubair awal termasuk keturunan pembesar Madura tempo doeloe. Namun, dari versi lisan cukup banyak sumber menyebutkan secara berbeda. Hal itu pun berlaku untuk dua penerusnya, yang termasuk kiai legendaris Madura tempo doeloe, yaitu Kiai Umro/ Kiai Ratoh (sebutan yang juga melekat pada Kiai Zubair) dan Kiai Sukriya. Kesejarahannya masih samar, meskipun secara tradisi lisan dan mitologi keduanya menjulang.
 
Uniknya, warisan tradisi tulis pada masa lalu di pesantren Sumberanyar demikian melimpah. Bahkan, M. Faizi, seorang intelektual muda Madura menyebut bahwa pusat peradaban pesantren di Madura sudah lama tidak diketahui rimbanya, tetapi ternyata bukti peradaban itu berada di P.P. Sumberanyar. Pernyataan tersebut sangat beralasan karena di P.P. Sumberanyar, terpelihara sekitar 538 naskah kuno dari beragam jenis dan disiplin ilmu dari abad 16 ke 19. Itu jumlah manuskrip yang dapat diselamatkan, karena yang tidak dapat diselamatkan diperkirakan lebih banyak lagi.
 
Upaya penyelamatan warisan peradaban Islam di Madura tersebut dilakukan oleh Habibullah Bahwi, salah seorang dzuriyah pendiri P.P, Sumberanyar dan baru dimulai pada tahun 2010an, dengan menyisakan kepiluan, karena naskah kuno yang diselamatkan lebih sedikit daripada yang hancur dimakan tikus, ngengat dan rayap. Kini ratusan manuskrip tersebut dipusatkan di Perpustakaan Islam Raden Umro dan dikelola Habibullah Bahwi. Nama perpustakaan tersebut dinisbatkan pada seorang kiai pengasuh pesantren generasi kedua, yang dianggap sebagai peletak tradisi keilmuan di sana pada abad ke-16, yang diteruskan oleh anak bungsunya Kiai Sukriya, yang dikenal sebagai kiai yang zuhud.
 
Warisan naskah kuno tersebut belum dikatalogkan dan dieksplorasi secara maksimal, meskipun dalam rentang beberapa kali Balitbang Kemenag melakukan inventarisasi dan digitalisasi naskah, begitu pula dengan upaya penyelamatan yang dilakukan oleh Perpustakaan Nasional. Tentu saja, dibutuhkan penelitian yang lebih mendalam dan komprehensif terhadap koleksi naskah kuno di pondok tersebut, karena kandungannya sangat beragam dan tidak hanya sebatas ilmu agama. Ragam manuskrip mulai dari kitab suci, bahasa, filsafat, tasawuf, teologi, perkamusan, sastra, sejarah, dan lain sebagainya.
 
Bahkan, beberapa kitab langka tersimpan di sana, mulai dari manuskrip karya ulama Timur Tengah, seorang filsuf Yunani Isanguji, kamus karya Fairuzabadi ulama Andalusia, —manuskripnya hanya terdapat di beberapa perpustakaan Islam seperti di Universitas Al Azhar Mesir, dan di Istambul Turki. Begitu pula karya ulama Aceh abad ke-13, yaitu Bahrul Lahut yang pernah diklaim sebagai warisan keislaman Malaysia. Hal itu menunjukkan jaringan intelektual pada masa lampau di Madura. Bahasa naskah meliputi Arab, Jawa, dan Madura. Aksara naskah meliputi Jawa, Carakan Madura, Arab, dan Pegon atau Jawi atau Pegu (sebutan Pegon dalam bahasa Madura). Bahan naskah bermacam-macam, terdiri atas dluwang, kertas Eropa, kertas, dan lontar.
 
Saya membayangkan, pada masa lalu, P.P. Sumberanyar adalah sebuah universitas yang kosmopolit dan keren.
 
KASUS BAHRUL LAHUT
 
Sebagai salah satu contoh kasus terkait dengan salah satu koleksi naskah di P.P. Sumberanyar adalah keberadaan Bahrul Lahut (Samudera Ketuhanan) sebanyak tiga naskah. Kitab tersebut sangatlah penting, bukan saja sebagai sumber khasanah agama tertua (Syam, 2015), tetapi merupakan bukti adanya jaringan intelektual Islam Nusantara. Abdullah (1980) menjelaskan, Bahrul Lahut adalah buah cipta Syekh Abdullah Arif, seorang ulama Aceh/Samudera Pasai yang dikarang pada abad ke-13, sekitar tahun 1200-an (hlm. 10). Menurut Abdullah (1980), pengarang dikenal sebagai ulama dan sufi pengembara yang telah menyebarkan Islam ke Aceh dan Melayu.
 
Tak banyak yang menyinggungnya, kecuali Yunus (1971), Zainuddin, dan Abbas. Zainuddin (via Abdullah 1980) menjelaskan bahwa ia bersahabat dengan Syekh Ismail Zaffi, dan sama-sama berguru dengan Al Jilani (hlm. 10). Bahkan, kuburnya terletak di kawasan Aceh dengan nama Jeurut Kling, yang menjadi tempat bernazar masyarakat setempat, dan disebut dengan Abdullah Arif (hlm. 11).
 
Lebih lanjut dijelaskan berdasarkan sumber dari mancanegara, terutama dalam seminar “Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia” disinggung Syekh Abdullah Arif sudah mengembangkan Islam di Aceh dan berasal dari luar pada tahun 1177, dengan mengacu pada tulisan T.W. Arnold dan Schrieke (hlm. 10). Yunus (1971 via Abdullah 1980) mencatat bahwa sahabat sekaligus murid Syekh Abdullah Arief adalah Syekh Burhanudin. Ia berbeda dengan Syekh Burhanudin Ulakan, tokoh Syatariyah di Minang dan murid Syekh Abdurrauf Singkel.
 
Dikisahkan, Syekh Burhanudin kurang serasi tinggal di Aceh, sehingga dianjurkan untuk ke Pariaman. Ia dikenal sebagai orang pertama yang mengislamkan Minangkabau, makamnya terdapat di Kuntu, tepi Sungai Kampar Kiri bertahun 610/1214 (Yunus, 1971: 3 dan 10; Abdullah, 1980: 11). Dengan kata lain, masa hidupnya semasa dengan Syekh Ismail Zaffi, serta Syekh Faqir Muhammad yang mengislamkan Mirah Silu/Sultan Malik As-Shaleh, raja Samudera Pasai, meskipun pengislamannya khas bagi kalangan sufi dan dianggap berbau fantasi oleh kalangan sejarawan (Abdullah, 1980: 9—18).
 
Meski Bahrul Lahut dianggap sebagai sumber tertua dalam khasanah keislaman Nusantara, tetapi dari sekian katalog naskah kuno Indonesia (Pigeaud, 1967, 1968, dan 1970; Florida, 1981; Behrend, 1990 dan 1998; Behrend dan Pudjiastuti, 1997a dan 1997b; Ricklefs, Voorhoeve dan Gallop, 2014), kodifikasi Bahrul Lahut hanya terdapat pada sebuah katalog saja, yaitu Katalog Naskah Dayah Tanoh Abee Aceh Besar (Fathurahman, 2010). Selain katalog koleksi Dayah Tanoh Abee tersebut, tidak ada katalog lain yang mengkodifikasinya, termasuk beberapa lembaga-lembaga penyimpan naskah kuno Indonesia, baik di dalam maupun di luar negeri. Hal itu menunjukkan tidak setiap tempat memiliki kekayaan naskah tersebut, bahkan di tanah Aceh sendiri baru tercatat sebuah naskah Bahrul Lahut.
 
Hanya saja, dalam kasus Bahrul Lahut saya menemukan data baru terkait kesejarahan pengarangnya, yaitu Syekh Abdullah Arif, sehingga ada dua versi. Pertama, seperti yang telah diuraikan tersebut. Kedua, ia masih semasa dengan Syekh Abdurrauf Singkel dan memiliki guru yang sama di Madinah, serta ia merupakan guru pertama Syekh Burhanudin Ulakan dan disebut sebagai Syekh Madinah. Hal itu berdasarkan sebuah manuskrip tinggalan Syekh Burhanuddin Ulakan. Saya sih cenderung condong ke versi kedua melihat dari kandungan dan bahasannya, juga dari sisi kebahasaan penamaan judulnya. Selain itu, didukung beberapa temuan lain, termasuk adanya kemungkinan jaringan P.P. Sumberanyar dengan Aceh, Palembang, dan Makassar, di masa lampau (Mashuri, 2019).
 
KAJIAN SEBELUMNYA
 
Selama ini, ada beberapa kajian ihwal Pondok Pesantren Sumberanyar. Mansurnoor (1990) menyinggung Sumberanyar sebagai salah satu pesantren tertua di Madura, meskipun fokus kajiannya bukan ke pesantren ini. Ia menjelaskan bahwa di antara beberapa pesantren di Pamekasan, Sumberanyar adalah pesantren awal dan memiliki system pendidikan yang mengundang banyak pendatang dari berbagai daerah di Jawa dan Madura (hlm. 42). Buku ini menjadi salah satu pembuka untuk merujuk pada beberapa sumber lainnya terkait dengan peradaban pesantren di P.P. Sumberanyar. Selain itu juga untuk merunut jaringan antara P.P. Sumberanyar dengan beberapa pesantren di Madura.
 
Masfiah dan Adzfar (2011) melakukan inventarisasi dan digitalisasi naskah. Namun, sejarah dan pemerian naskahnya masih sebatas pada pengelompokan naskah kitab semata. Ia merekomendasikan perlunya penelitian lanjutan untuk menggali lebih jauh terkait dengan kandungan naskah di P.P. Sumberanyar, apalagi penelitian tersebut tidak dipublikasikan dan untuk kalangan terbatas. Apalagi penelitian ini ‘hanya’ mandasarkan pada 91 naskah kuno koleksi P.P. Sumberanyar di bawah pengelolaan Perpustakaan Islam Raden Umroh. Beberapa temuan dari penelitian ini menjadi dasar dalam penelitian kandungan naskah kuno yang terhitung sampai jumlah 538 buah.
 
Bahwi (2018) menulis tentang sejarah ringkas P.P. Sumberarnyar, berdasar pada beberapa catatan dari beberapa sumber dan sumber lisan. Sebagaimana judulnya yang sekilas dan ringkas, profilnya juga sangat terbatas. Tidak ada penjelasan lebih jauh terkait kiprah P.P. Sumberanyar dalam kesejarahaannya yang panjang. Meski demikian, buku ini sebagai bahan penunjang awal untuk penelitian ini, karena beberapa data di dalamnya penting untuk penelusuran lebih lanjut.
 
Adapun bagi yang ingin menelusuri lebih lanjut agar mendapatkan gambaran lebih detail dapat merunut pada beberapa referensi:
 
1-Abdullah, H. (1980). Perkembangan Ilmu Tasawuf dan Tokoh-Tokohnya di Nusantara. Surabaya: Al-Ikhlas.
2-Bahwi, A. H. (2017). Catatan Hasil Penelitian Terhadap Kitab-Kitab Tulisan Tangan Peninggalan Para Sesepuh Pondok Pesantren Langger Raje Sumber Anyar Larangan Tokol Tlanakan Pamekasan (Tanggal 15 Januari—16 April 2017). Perpustakaan Raden Umro PP Sumber Anyar. Tidak diterbitkan.
3-Masfiah, U. & Adzfar, Z. (2011). Inventarisasi dan Digitalisasi Naskah Klasik Keagamaan Karya Ulama Pamekasan Madura. Semarang: Balitbang Kemenag. (Tidak Diterbitkan).
4-Mansurnoor, I. A. (1990). Islam in An Indonesian World, Ulama of Madura. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
5-Syam, N. (2015). “Tasawuf dan Pemikiran Islam Indonesia”, dalam nursyam.uinsby.ac.id, diunduh pada 04 Maret 2018
6-…
 
Untuk beberapa referensi lainnya, saya himpun dulu. Demikianlah.
 
MA
Balai Bahasa Jawa Timur, 2020
 
*) Mashuri, lahir di Lamongan, Jawa Timur, 27 April 1976. Karya-karyanya dipublikasikan di sejumlah surat kabar dan terhimpun di beberapa antologi. Dia tercatat sebagai salah satu peneliti di Balai Bahasa Jawa Timur. Tahun 2018, bersama Sosiawan Leak dan Raedu Basha, dipercaya jadi kurator yang bertugas memilih narasumber dan menyeleksi para peserta Muktamar Sastra. Hubbu, judul prosanya yang mengantarkan namanya meraih predikat juara 1 Sayembara Penulisan Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), tahun 2006. Dia menggeluti hal-ihwal terkait tradisionalitas dan religiusitas. Mashuri, merupakan lulusan dua pesantren di tanah kelahirannya. Dia menyelesaikan pendidikannya di Universitas Airlangga dan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Di luar aktivitas pendidikannya, berkiprah di Komunitas Teater Gapus, dan Forum Studi Sastra dan Seni Luar Pagar (FS3LP) Surabaya. https://sastra-indonesia.com/2020/10/menengok-peradaban-pesantren-di-p-p-sumberanyar-pamekasan-madura/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Khoirul Anam A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.D. Zubairi A.S. Laksana Abd. Basid Abdul Aziz Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Abdul Hadi W.M. Abdul Rauf Singkil Abdul Rosyid Abdul Salam HS Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abu Nawas Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Ach. Tirmidzi Munahwan Achmad Faesol Adam Chiefni Adhitya Ramadhan Adi Mawardi Adian Husaini Aditya Ardi N Ady Amar Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Fahri Husein Agus Fathuddin Yusuf Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Baso Ahmad Fatoni Ahmad Hadidul Fahmi Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syafii Maarif Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rohim Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sahal Akhmad Taufiq Akhudiat Alang Khoiruddin Alang Khoirudin Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Aliansyah Allamah Syaikh Dalhar Alvi Puspita AM Adhy Trisnanto Ami Herman Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aminullah HA Noor Amir Hamzah Ammar Machmud Andri Awan Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjar Nugroho Anjrah Lelono Broto Antari Setyowati Anwar Nuris Arafat Nur Ariany Isnamurti Arie MP Tamba Arie Yani Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arifin Hakim Arman AZ Arwan Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Juanda Asep S. Bahri Asep Sambodja Asep Yayat Asif Trisnani Aswab Mahasin Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Azizah Hefni Azwar Nazir B Kunto Wibisono Babe Derwan Badrut Tamam Gaffas Bale Aksara Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Benke Berita Berita Duka Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budiawan Dwi Santoso Buku Kritik Sastra Candra Adikara Irawan Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chairul Abhsar Chairul Akhmad Chamim Kohari CNN Indonesia Cucuk Espe Cut Nanda A. D Zawawi Imron D. Dudu AR Dahta Gautama Damanhuri Zuhri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Danuji Ahmad Dati Wahyuni Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dede Kurniawan Dedik Priyanto Den Rasyidi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Detti Febrina Dewi Kartika Dian Sukarno Dian Wahyu Kusuma Didi Purwadi Dien Makmur Din Saja Djasepudin Djauharul Bar Djoko Pitono Djoko Saryono DM Ningsih Doddy Hidayatullah Donny Syofyan Dr Afif Muhammad MA Dr. Simuh Dr. Yunasril Ali Dudi Rustandi Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dyah Ratna Meta Novia E Tryar Dianto Ecep Heryadi Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Edy Susanto EH Ismail Eka Budianta Ekky Malaky Eko Israhayu Ellie R. Noer Emha Ainun Nadjib Esai Esha Tegar Putra Evi Melyati Fachry Ali Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faizal Af Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fazabinal Alim Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Fuad Mardhatillah UY Tiba Furqon Lapoa Fuska Sani Evani Geger Riyanto Ghufron Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur Gus Muwaffiq Gusriyono Gusti Grehenson H Marjohan H. Usep Romli H.M. Habibullah Hadi Napster Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Hamzah Fansuri Hamzah Sahal Hamzah Tualeka Zn Hanibal W.Y. Wijayanta Hanum Fitriah Haris del Hakim Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Basri Marwah Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Helmy Prasetya Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Heri Listianto Heri Ruslan Herry Lamongan Herry Nurdi Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hotnida Novita Sary Hudan Hidayat Husein Muhammad I Nyoman Suaka Ibn ‘Arabi (1165-1240) Ibn Rusyd Ibnu Sina Ibnu Wahyudi Idayati Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imadi Daimah Ermasuri Imam Hamidi Antassalam Imam Khomeini Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Nasri Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Kurniawan Indra Tjahyadi Inung As Irma Safitri Isbedy Stiawan Z.S. Istiyah Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar J Sumardianta Jadid Al Farisy Jalaluddin Jalaluddin Rakhmat Jamal Ma’mur Asmani Jamaluddin Mohammad Javed Paul Syatha Jaya Suprana Jember Gemar Membaca Jo Batara Surya Johan Wahyudi John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K. Muhamad Hakiki K.H. A. Azis Masyhuri K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin Kabar Pesantren Kafiyatun Hasya Kanjeng Tok Kasnadi Kazzaini Ks KH Abdul Ghofur KH. Irfan Hielmy Khansa Arifah Adila Khoirul Anwar Khoirur Rizal Umami Khoshshol Fairuz Kiai Muzajjad Kiki Mikail Kitab Dalailul Khoirot Kodirun Komunitas Deo Gratias Koskow Kritik Sastra Kurniawan Kurtubi Kuswaidi Syafi’ie Kyai Maimun Zubair Lan Fang Larung Sastra Leila S. Chudori Linda S Priyatna Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Asya Lukman Santoso Az M Arif Rohman Hakim M Hari Atmoko M Ismail M Thobroni M. Adnan Amal M. Al Mustafad M. Arwan Hamidi M. Bashori Muchsin M. Faizi M. Hadi Bashori M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Mustafied M. Nurdin M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki M.S. Nugroho M.Si M’Shoe Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahrus eL-Mawa Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mansur Muhammad Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marjohan Marsudi Fitro Wibowo Martin van Bruinessen Marzuki Wahid Marzuzak SY Masduri Mashuri Masjid Kordoba Masuki M. Astro Matroni Matroni el-Moezany Matroni Muserang Mbah Dalhar Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftahul Ulum Mila Novita Mochtar Lubis Moh. Ghufron Cholid Mohamad Salim Aljufri Mohammad Kh. Azad Mohammad Yamin Muh. Khamdan Muhajir Arrosyid Muhammad Abdullah Muhammad Affan Adzim Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih AR Muhammad Amin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Ghannoe Muhammad Idrus Djoge Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Kosim Muhammad Muhibbuddin Muhammad Mukhlisin Muhammad Quraish Shihab Muhammad Subhan Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yasir Muhammad Yuanda Zara Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyiddin Mujtahid Muktamar Sastra Mulyadi SA Munawar A. Djalil Munawir Aziz Musa Ismail Musa Zainuddin Muslim Mustafa Ismail Mustami’ tanpa Nama Mustofa W Hasyim Musyafak Myrna Ratna N. Mursidi Nasaruddin Umar Nashih Nashrullah Naskah Teater Nasruli Chusna Nasrullah Thaleb Nelson Alwi Nevatuhella Ngarto Februana Nidia Zuraya Ninuk Mardiana Pambudy Nita Zakiyah Nizar Qabbani Nova Burhanuddin Noval Jubbek Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Fauzan Ahmad Nur Wahid Nurcholish Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Orasi Budaya Pangeran Diponegoro Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pesantren Tebuireng Pidato Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pramoedya Ananta Toer Prof. Dr. Nur Syam Profil Ma'ruf Amin Prosa Puisi Puji Hartanto Puji Santosa Pungkit Wijaya Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin PUstaka puJAngga Putera Maunaba Putu Fajar Arcana R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rakhmat Nur Hakim Ramadhan Alyafi Rameli Agam Rasanrasan Boengaketji Ratnaislamiati Raudal Tanjung Banua Reni Susanti Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Retno HY Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Rinto Andriono Risa Umami Riyadhus Shalihin Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rohman Abdullah S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifuddin Syadiri Saifudin Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Salahuddin Wahid Salamet Wahedi Salman Faris Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Pesantren Sastrawan Pujangga Baru Satmoko Budi Santoso Satriwan Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siswanto Siswoyo Sita Planasari A Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slavoj Zizek Snouck Hugronje Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana St Sularto Suci Ayu Latifah Sufyan al Jawi Sugiarta Sriwibawa Sulaiman Djaya Sundari Sungatno Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susringah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaiful Amin Syaifullah Amin Syarif Hidayat Santoso Syeikh Abdul Maalik Syeikh Muhammad Nawawi Syekh Abdurrahman Shiddiq Syekh Sulaiman al Jazuli Syi'ir Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tiar Anwar Bachtiar Tjahjono Widijanto Tok Pulau Manis Toko Buku PUstaka puJAngga Tu-ngang Iskandar Turita Indah Setyani Umar Fauzi Ballah Uniawati Universitas Indonesia Universitas Jember Usep Romli H.M. Usman Arrumy UU Hamidy Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wa Ode Zainab Zilullah Toresano Wahyu Aji Walid Syaikhun Wan Mohd. Shaghir Abdullah Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Fei Hung Y Alpriyanti Yanti Mulatsih Yanuar Widodo Yanuar Yachya Yayuk Widiati Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yopi Setia Umbara Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudi Latif Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusuf Suharto Zaenal Abidin Riam Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zakki Amali Zehan Zareez