Minggu, 25 April 2021

Mari Berpuasa dan Menjadi Sakti

A.S. Laksana *
jawapos.co.id
 
Dalam setiap upaya orang untuk menjadi sakti, lazimnya ada ritual puasa di dalamnya, mungkin 40 hari atau 40 tahun, terserah aturan yang ditetapkan oleh sang guru. Tentu saja itu puasa yang jenisnya berbeda dari puasa Ramadan, tetapi bagaimanapun tetap bisa disebut puasa. Dan beberapa orang benar-benar menjadi sakti dengan menjalani laku semacam itu, berpuasa dan berpantang dalam sejumlah hal. Kalaupun tidak bisa menjadi resi, setidaknya ia bisa menyenggol pundak orang dan mendapatkan seluruh isi dompet orang yang disenggol. Saya kira itu kecakapan yang bahkan bisa didapatkan tanpa Anda melakukan puasa sama sekali.
 
Dulu ada teman saya yang tekun berpuasa Senin-Kamis beberapa bulan menjelang ujian sekolah. Dan ia masih meneruskannya sampai tiba waktu ujian masuk perguruan tinggi. Ada juga yang menjalani puasa pada hari weton-nya, dan ia tidak menjelaskan apa tujuannya. Saya pernah berpuasa Daud, sehari puasa sehari tidak, ketika kuliah dengan tujuan agar biaya makan bisa ditekan dan ada sisa lebih banyak untuk bersenang-senang.
 
Tampaknya puasa memang sering terlibat di dalam upaya orang untuk meningkatkan diri menjadi linuwih, memiliki kecakapan di atas manusia lain. Puasa nyaris ada dalam setiap agama atau kepercayaan atau dalam laku pribadi orang-orang untuk mencapai tujuan tertentu: untuk kesaktian, ketenteraman batin, kematangan spiritual, dan sebagainya. Jika Anda beragama Islam, Anda tahu bahwa segala keistimewaan yang disematkan pada bulan Ramadan -penuh berkah, penuh ampunan, lailatul qadar yang setara dengan seribu bulan, dan sebagainya- menyiratkan betapa pentingnya puasa sebagai sebuah ”laku”.
 
Dan rupanya ia penting juga bagi semua saluran televisi. Pada setiap bulan Ramadan mereka berpuasa dengan cara mereka sendiri: saya akui bahwa saya sering gagal menahan amarah setiap berpapasan dengan acara-acara televisi menjelang buka puasa dan pada setiap sahur. Begitu rendahkah tingkat kecerdasan masyarakat kita sehingga bagi mereka cukup disediakan acara-acara ber-IQ rendah? Dan kalau memang rendah tingkat kecerdasan khalayak, apakah tidak berhak mereka mendapatkan acara-acara yang bisa membantu mereka meningkatkan kecerdasan?
 
Sebelum memahami puasa sebagai alat untuk mendapatkan sesuatu yang linuwih, sebetulnya saya menjalankan puasa karena orang-orang lain berpuasa. Ada sejumlah kegembiran kultural yang saya rasakan. Di Semarang, tanah lahir beta, selalu ada acara dugderan, keramaian semacam pasar malam yang puncaknya adalah sehari menjelang bulan puasa. Tak ada bulan yang lebih hebat ketimbang puasa bagi anak-anak.
 
Di bulan ini selalu ada es blewah, minuman paling enak di dunia. Di masa kanak-kanak, saya memiliki pandangan naif bahwa es blewah tidak mungkin bisa didapatkan pada bulan-bulan lain di luar bulan puasa. Begitupun kurma. Jangan harap ada kurma di luar bulan puasa. Ketika bertahun-tahun kemudian saya tahu bahwa es blewah ada juga di bulan-bulan lain, saya merasakan kenikmatannya agak berkurang, meskipun es blewah tetap enak.
 
Berkah lain yang paling ditunggu adalah hari raya. Itu berarti baju baru, celana baru, uang saweran dari kerabat dan tetangga kiri kanan. Jadi, saya menyukai bulan Ramadan dan menjalankan puasa dengan fokus pada es blewah saat berbuka nanti dan baju baru di hari raya Idul Fitri. Dan saya mendapatkan itu semua.
 
Mengenai kekuatan metafisika puasa, saya tidak tahu. Tetapi jelas sekali bahwa ketika Anda puasa, Anda lebih bisa fokus pada sesuatu. Anda bisa menunda untuk sementara urusan perut dan bagian bawahnya -katakanlah insting-insting hewani – juga bagian di atas perut Anda. Anda bahkan tidak memikirkan sama sekali urusan perut ke bawah dalam rentang waktu tertentu. Anda membatasi pikiran hanya untuk hal-hal yang baik, sebab Anda sedang berpuasa dan Anda menyadari Anda sedang berpuasa. Meleset sedikit pikiran Anda, puasa batal. Konon, Anda hanya akan mendapatkan haus dan lapar belaka.
 
Tetapi bahkan sekadar mendapatkan haus dan lapar pun rasa-rasanya sudah menyenangkan. Kita tak pernah tahu apakah kita bisa mendapatkan selain itu. Ketika Anda hanya mendapatkan haus dan lapar dan Anda tahu pada waktu berbuka nanti ada es blewah, kolak, serabi, kurma, dan pelbagai makanan yang biasanya tidak ada di meja makan, penantian untuk bisa menyantap itu semua menjadi hal yang menyenangkan. Waktu terasa sangat lambat setelah pukul lima atau setengah enam. Dan seperti berhenti sama sekali pada 15 menit menjelang magrib. Maka, di bulan puasa, saya memahami relativitas waktu.
 
Itu hikmah sepele mengingat saya sudah memulai ”latihan” puasa sejak kelas dua SD, seperti kebanyakan teman-teman saya yang lain waktu itu. Saya ingat bagaimana saya sering meletakkan saputangan basah di ubun-ubun saya. Dan kami selalu tinggal di masjid lebih lama setelah salat Jumat dengan niat menelungkupkan tubuh ke lantai masjid, menempelkan pipi pada dingin lantai masjid yang menyegarkan. Dua jam menelungkup seperti itu, sampai waktu salat asar tiba, saya mendapati bahwa biasanya kepala menjadi agak berat dan sulit diangkat. Pipi inginnya terus menempel di lantai.
 
Sekarang, yang saya sedikit heran, kenapa dengan latihan yang saya mulai sejak usia dini kualitas saya hanya begini-begini saja. Saya tidak mendapatkan kesaktian untuk bisa mengangkat gunung dan memindahkannya ke tempat mana pun yang saya suka. Bung Karno mengatakan bahwa ia hanya membutuhkan 10 pemuda untuk mengguncangkan dunia. Saya kira yang ia maksud adalah pemuda yang benar-benar khusyuk berpuasa, yakni mereka yang puasanya makin baik dari waktu ke waktu.
 
Mungkin di situ saya gagal. Puasa saya tidak benar. Kualitas puasa saya kian merosot dibandingkan puasa lugu saya di masa kanak-kanak. Banyak hal yang semakin mudah mengacaukan pikiran saya. Anda tahu, pada acara televisi pun saya masih marah. Dengan kata lain, saya keliru dalam ”berlatih” puasa.
 
Dan inilah kambing hitamnya: tidak ada yang memberi tahu saya bahwa sebulan penuh berpuasa di bulan Ramadan pada dasarnya adalah latihan agar kita bisa berpuasa selama setahun penuh. Maksud saya, berpuasa dan menjaga perilaku hanyalah sebuah latihan dengan tujuan agar kita memiliki ”perilaku orang puasa” secara spontan. Anda hanya bisa spontan ketika Anda cakap. Dan Anda cakap ketika perilaku itu sudah menjadi bagian dari diri Anda. Ini prinsip pembelajaran yang umum saja.
 
Seorang tukang ledeng yang baru belajar tentu akan berusaha keras mengingat segala yang ia pelajari, memikirkan apa saja agar tidak keliru bertindak sebagai tukang ledeng, dan ia masih sering keliru karena segala hal harus dipikir. Ketika ia sudah terampil, ia bisa bekerja tanpa berpikir lagi. Ia bisa mengerjakan pemasangan ledeng di luar kepala. Ia akan bekerja lebih cepat, lebih spontan, dan hasilnya lebih baik. Sebab ia memiliki kecakapan di luar kesadaran.
 
Anda sekarang mengerjakan segala bentuk kebajikan di bulan puasa, menjaga pikiran, ucapan, dan tindakan, mengendalikan emosi negatif, dan sebagainya, karena Anda sadar bahwa itu semua mungkin bisa membatalkan puasa Anda. Ketika latihan Anda berhasil, Anda akan bisa melakukan semua itu secara spontan, dan tidak perlu menduga-duga apakah yang Anda lakukan itu akan membatalkan puasa Anda. Pikiran Anda secara otomatis hanya akan memikirkan segala yang baik. Pada saat itu, Anda terampil dengan ”perilaku puasa” Anda.
 
Jadi, dengan pemikiran bahwa puasa sebulan penuh adalah proses belajar untuk menjadi terampil, Anda bisa mengukur hasil yang Anda peroleh. Juga hasil yang diperoleh bangsa ini sebagai sebuah negara Islam terbesar. Sayangnya, saya sungguh tidak melihat kecakapan rata-rata orang di negara ini untuk ”berperilaku puasa” dalam keseharian mereka. Dan yang paling menyedihkan adalah ketika kita tidak menyaksikan perilaku puasa itu pada para pemegang kekuasaan. Sesungguhnya, di sini kita telah gagal belajar. Dan ktia gagal menjadi cakap.
***

*) Beralamat di aslaksana@yahoo.com http://sastra-indonesia.com/2010/08/mari-berpuasa-dan-menjadi-sakti/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Khoirul Anam A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.D. Zubairi A.S. Laksana Abd. Basid Abdul Aziz Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Abdul Hadi W.M. Abdul Rauf Singkil Abdul Rosyid Abdul Salam HS Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abu Nawas Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Ach. Tirmidzi Munahwan Achmad Faesol Adam Chiefni Adhitya Ramadhan Adi Mawardi Adian Husaini Aditya Ardi N Ady Amar Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Fahri Husein Agus Fathuddin Yusuf Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Baso Ahmad Fatoni Ahmad Hadidul Fahmi Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syafii Maarif Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rohim Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sahal Akhmad Taufiq Akhudiat Alang Khoiruddin Alang Khoirudin Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Aliansyah Allamah Syaikh Dalhar Alvi Puspita AM Adhy Trisnanto Ami Herman Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aminullah HA Noor Amir Hamzah Ammar Machmud Andri Awan Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjar Nugroho Anjrah Lelono Broto Antari Setyowati Anwar Nuris Arafat Nur Ariany Isnamurti Arie MP Tamba Arie Yani Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arifin Hakim Arman AZ Arwan Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Juanda Asep S. Bahri Asep Sambodja Asep Yayat Asif Trisnani Aswab Mahasin Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Azizah Hefni Azwar Nazir B Kunto Wibisono Babe Derwan Badrut Tamam Gaffas Bale Aksara Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Benke Berita Berita Duka Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budiawan Dwi Santoso Buku Kritik Sastra Candra Adikara Irawan Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chairul Abhsar Chairul Akhmad Chamim Kohari CNN Indonesia Cucuk Espe Cut Nanda A. D Zawawi Imron D. Dudu AR Dahta Gautama Damanhuri Zuhri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Danuji Ahmad Dati Wahyuni Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dede Kurniawan Dedik Priyanto Den Rasyidi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Detti Febrina Dewi Kartika Dian Sukarno Dian Wahyu Kusuma Didi Purwadi Dien Makmur Din Saja Djasepudin Djauharul Bar Djoko Pitono Djoko Saryono DM Ningsih Doddy Hidayatullah Donny Syofyan Dr Afif Muhammad MA Dr. Simuh Dr. Yunasril Ali Dudi Rustandi Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dyah Ratna Meta Novia E Tryar Dianto Ecep Heryadi Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Edy Susanto EH Ismail Eka Budianta Ekky Malaky Eko Israhayu Ellie R. Noer Emha Ainun Nadjib Esai Esha Tegar Putra Evi Melyati Fachry Ali Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faizal Af Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fazabinal Alim Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Fuad Mardhatillah UY Tiba Furqon Lapoa Fuska Sani Evani Geger Riyanto Ghufron Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur Gus Muwaffiq Gusriyono Gusti Grehenson H Marjohan H. Usep Romli H.M. Habibullah Hadi Napster Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Hamzah Fansuri Hamzah Sahal Hamzah Tualeka Zn Hanibal W.Y. Wijayanta Hanum Fitriah Haris del Hakim Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Basri Marwah Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Helmy Prasetya Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Heri Listianto Heri Ruslan Herry Lamongan Herry Nurdi Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hotnida Novita Sary Hudan Hidayat Husein Muhammad I Nyoman Suaka Ibn ‘Arabi (1165-1240) Ibn Rusyd Ibnu Sina Ibnu Wahyudi Idayati Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imadi Daimah Ermasuri Imam Hamidi Antassalam Imam Khomeini Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Nasri Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Kurniawan Indra Tjahyadi Inung As Irma Safitri Isbedy Stiawan Z.S. Istiyah Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar J Sumardianta Jadid Al Farisy Jalaluddin Jalaluddin Rakhmat Jamal Ma’mur Asmani Jamaluddin Mohammad Javed Paul Syatha Jaya Suprana Jember Gemar Membaca Jo Batara Surya Johan Wahyudi John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K. Muhamad Hakiki K.H. A. Azis Masyhuri K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin Kabar Pesantren Kafiyatun Hasya Kanjeng Tok Kasnadi Kazzaini Ks KH Abdul Ghofur KH. Irfan Hielmy Khansa Arifah Adila Khoirul Anwar Khoirur Rizal Umami Khoshshol Fairuz Kiai Muzajjad Kiki Mikail Kitab Dalailul Khoirot Kodirun Komunitas Deo Gratias Koskow Kritik Sastra Kurniawan Kurtubi Kuswaidi Syafi’ie Kyai Maimun Zubair Lan Fang Larung Sastra Leila S. Chudori Linda S Priyatna Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Asya Lukman Santoso Az M Arif Rohman Hakim M Hari Atmoko M Ismail M Thobroni M. Adnan Amal M. Al Mustafad M. Arwan Hamidi M. Bashori Muchsin M. Faizi M. Hadi Bashori M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Mustafied M. Nurdin M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki M.S. Nugroho M.Si M’Shoe Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahrus eL-Mawa Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mansur Muhammad Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marjohan Marsudi Fitro Wibowo Martin van Bruinessen Marzuki Wahid Marzuzak SY Masduri Mashuri Masjid Kordoba Masuki M. Astro Matroni Matroni el-Moezany Matroni Muserang Mbah Dalhar Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftahul Ulum Mila Novita Mochtar Lubis Moh. Ghufron Cholid Mohamad Salim Aljufri Mohammad Kh. Azad Mohammad Yamin Muh. Khamdan Muhajir Arrosyid Muhammad Abdullah Muhammad Affan Adzim Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih AR Muhammad Amin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Ghannoe Muhammad Idrus Djoge Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Kosim Muhammad Muhibbuddin Muhammad Mukhlisin Muhammad Quraish Shihab Muhammad Subhan Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yasir Muhammad Yuanda Zara Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyiddin Mujtahid Muktamar Sastra Mulyadi SA Munawar A. Djalil Munawir Aziz Musa Ismail Musa Zainuddin Muslim Mustafa Ismail Mustami’ tanpa Nama Mustofa W Hasyim Musyafak Myrna Ratna N. Mursidi Nasaruddin Umar Nashih Nashrullah Naskah Teater Nasruli Chusna Nasrullah Thaleb Nelson Alwi Nevatuhella Ngarto Februana Nidia Zuraya Ninuk Mardiana Pambudy Nita Zakiyah Nizar Qabbani Nova Burhanuddin Noval Jubbek Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Fauzan Ahmad Nur Wahid Nurcholish Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Orasi Budaya Pangeran Diponegoro Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pesantren Tebuireng Pidato Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pramoedya Ananta Toer Prof. Dr. Nur Syam Profil Ma'ruf Amin Prosa Puisi Puji Hartanto Puji Santosa Pungkit Wijaya Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin PUstaka puJAngga Putera Maunaba Putu Fajar Arcana R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rakhmat Nur Hakim Ramadhan Alyafi Rameli Agam Rasanrasan Boengaketji Ratnaislamiati Raudal Tanjung Banua Reni Susanti Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Retno HY Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Rinto Andriono Risa Umami Riyadhus Shalihin Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rohman Abdullah S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifuddin Syadiri Saifudin Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Salahuddin Wahid Salamet Wahedi Salman Faris Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Pesantren Sastrawan Pujangga Baru Satmoko Budi Santoso Satriwan Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siswanto Siswoyo Sita Planasari A Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slavoj Zizek Snouck Hugronje Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana St Sularto Suci Ayu Latifah Sufyan al Jawi Sugiarta Sriwibawa Sulaiman Djaya Sundari Sungatno Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susringah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaiful Amin Syaifullah Amin Syarif Hidayat Santoso Syeikh Abdul Maalik Syeikh Muhammad Nawawi Syekh Abdurrahman Shiddiq Syekh Sulaiman al Jazuli Syi'ir Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tiar Anwar Bachtiar Tjahjono Widijanto Tok Pulau Manis Toko Buku PUstaka puJAngga Tu-ngang Iskandar Turita Indah Setyani Umar Fauzi Ballah Uniawati Universitas Indonesia Universitas Jember Usep Romli H.M. Usman Arrumy UU Hamidy Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wa Ode Zainab Zilullah Toresano Wahyu Aji Walid Syaikhun Wan Mohd. Shaghir Abdullah Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Fei Hung Y Alpriyanti Yanti Mulatsih Yanuar Widodo Yanuar Yachya Yayuk Widiati Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yopi Setia Umbara Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudi Latif Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusuf Suharto Zaenal Abidin Riam Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zakki Amali Zehan Zareez