Selasa, 03 November 2020

Jarak Surga

Khansa Arifah Adila
Haluan, 11 Okto 2020
 
HUJAN badai masih berlangsung sejak pagi, memperdengarkan suaranya yang begitu riuh, dan langit seharian gelap. Tak banyak yang bisa dilakukan saat pandemi, ditambah  cuaca murung seperti ini. Setelah makan siang, aku hanya membaca. Awalnya cerpen Rudyart Kipling “Wee Wiliie Winkie” dan cerpen Naguib Mahfouz “Surga Anak-Anak”, lalu memutuskan membaca ulang “Kite Runner”. Ini kali yang kedua.
 
Sekarang mataku mulai penat dan kuputuskan berhenti sejenak. Dari kaca jendela ruang baca di depanku, daun-daun pohon jambu tampak diobrakabrik hujan, dan batangnya meliuk-liuk. Rintik hujan membasahi kaca jendela, menciptakan lukisan pemandangan yang samar dengan warnawarna menyatu.
 
Meski jendela telah tertutup rapat, angin tetap menyelinap masuk lewat ventilasi. Tak terlihat, tak terdengar, tapi terasa di kulit hingga ke tulang, seperti hantu. Karena dingin mulai menusuk, aku bermaksud mengambil syal di belakang pintu. “The Kite Runner” kuletakkan di meja setelah menyelipkan kertas pembatas buku pada halaman 42, halaman yang memuat lembar pertama bab 4.
 
Syal itu tergantung di gantungan baju yang kugunakan untuk menggantung tas dan syal, dan dipasang di belakang pintu. Motif syal itu serupa jaring-jaring berwarna hitam di atas rajutan benang wol putih, di kedua ujungnya terdapat motif bendera Palestina dan Indonesia.
 
Aku mendapatkan syal itu sekitar tiga tahun lalu dari Ben, abangku. Ia sendiri mendapatkannya sebagai tanda mata dari aktivis Peduli Palestina setelah memberikan  donasi kemanusiaan dari hampir seluruh tabungannya sebagai dosen salah satu perguruan tinggi swasta di kota kami. Tak berapa lama setelah itu, Ben mendaftar menjadi sukarelawan pada organisasi tempat temannya yang aktivis itu. Lalu ia pergi ke Palestina. Ayahku melarang, tapi anak laki-laki selalu bisa pergi kemana pun tanpa izin orang tua. Sudah dua tahun Ben pergi dan belum pernah pulang. Mungkin tak akan pulang.
 
Aku mengambil syal rajutan wol itu dari gantungan dengan hati-hati, jangan sampai tersangkut dan berubah menjadi benang mie. Syal itu kukalungkan ke leher sedemikian rupa. Seketika ada sensasi hangat menjalari leher hingga dada.
 
Setiap kali aku melihat syal itu, aku teringat pada dua hal sekaligus: Ben, dan mimpiku enam tahun yang lalu. Orangorang mengatakan bahwa mimpi hanya bunga tidur. Sebagian lagi berpendapat bahwa mimpi adalah refleksi dari alam bawah sadar atas kompensasi dari tidak tercapainya keinginan bawah sadar. Tentu saja yang terakhir ini adalah para pendukung si empunya teori: Sigmund Freud.
 
Aku tidak tahu mana yang lebih tepat dari dua opsi itu. Aku malah teringat kisah Nabi Yusuf dengan mimpi-mimpinya yang menyelamatkannya dari penjara. Mimpi merupakan firasat, petunjuk dari Allah.
 
Lalu bagaimana dengan mimpi yang kualami sekitar enam tahun lalu? Apakah ia hanya bunga tidur atau refleksi dari tidak tercapainya keinginan alam bawah sadar atau layakkah disebut sebuah petunjuk?
 
Aku mendekati tempat dudukku semula. Memandang novel “The Kite Runner”Khaled Hosseini di meja. Novel yang mengisahkan kehidupan anak-anak di tengah konflik Afghanistan. Sampulnya biru cerah, tetapi kisah di dalamnya kelabu gelap seperti langit hari ini. Murung. Tiba-tiba aku disergap rasa jenuh.
 
Kuhenyakkan tubuh ke sofa yang joknya seolah begitu bahagia menerima beban. Tetapi ujung syalku terduduki hingga aku sedikit tercekik. Terpaksa aku geser posisi duduk dan menarik ujung syal itu dan merapikannya lagi di leher.
 
Motif bendera Palestina terjuntai di dadaku. Apa kabar Palestina? Apa kabar Ben? Ia seperti lenyap di tata surya, seperti setitik debu di jagat raya. Tata surya atau jagat raya itu bernama Palestina dengan Ben adalah debunya.
 
Berita terkini mengabarkan dana bantuan untuk Palestina dari berbagai negara di Arab menurun seiring perjanjian damai antara Israel dan negaranegara Arab. Aku tidak tahu apakah ini berita baik atau buruk. Kabar baiknya, dengan perjanjian damai itu, ada harapan penderitaan rakyat Palestina sedikit berkurang. Tetapi, sejarah berkali-kali mencatat betapa Israel acap mengkhianati perjanjian. Dengan demikian, berita buruk terdengar lebih nyaring: dikhianati lawan sekaligus dilupakan kawan. Apakah abangku bahagia? Adakah ia dikhianati kawan?
 
Hujan masih menderas. Langit gelap dan berat. Daundaun jambu masih diobrakabrik angin. Kulihat jam di dinding, pukul 16.30. Tetapi hari seperti sudah akan malam. Aku teringat mimpiku enam tahun silam.
 
Aku berada dalam sebuah ruangan yang luas berdinding putih seperti salju dengan cahaya melimpah, masuk dengan bebas dari ventilasi dan pintu-pintu serta jendela. Tiang-tiang perkasa menjulang di tengah ruang. Dalam ruangan itu aku berada di antara kerumunan orangorang, tua dan muda. Semuanya duduk dengan lutut menekan dada, air muka mereka sepucat dinding ruangan itu yang bercat putih bagai salju. Kengerian bagai terburai dari wajah mereka, seperti menghadapi teror yang keji. Suara isakan memenuhi ruang.
 
Baru kusadari kemudian, bahwa kami agaknya berada dalam masjid, terlihat dari sejadah panjang yang sedang kududuki dan membentang di sepanjang ruangan itu. Lampu hias bertingkat-tingkat dan berornamen batu-batu kristal bening imitasi, ada pula tempat khusus untuk imam di depan.
 
Tiba-tiba terdengar suara teriakan menggelagar, dan dari pintu kaca di dekat tempat makam imam masuk seorang lelaki tinggi, besar, gondrong, dengan brewok lebat nyaris menutupi seluruh muka. Dia memakai seragam tentara berwarna coklat kehijauan, dan tubuhnya dilapisi rompi anti peluru. Aku heran, siapa yang akan ditembakinya di dalam masjid? Bulu-bulu lebat yang tumbuh subur di wajahnya tak bisa menyembunyikan mata hitam dengan urat-urat merah menyala. Aku membayangkan mata legamnya seperti lambang matahari berwarna hitam pada alphabet kuno. Entah di mana aku pernah melihatnya. Tangannya yang kekar dan berbulu menggengam erat sebuah senapan. Dia tampak seperti malaikat maut atau iblis yang akan menghabisi seluruh penghuni ruangan ini.
 
Dia menghampiri seorang kakek, menarik kerah bajunya dengan kasar, dan menariknya. Kakek itu hanya bisa menangis, dan saat membuka mulut, terdengar bunyi tembakan yang memekakkan telinga hingga membuatku terpejam dan berjengit ngeri. Tubuh orang tua itu menggelepar dengan darah mengalir dari mulut dan lubang di perutnya. Aku terdiam dan tergugu. Menggigil. Tak lama setelah mimpi itu, tersiar kabar penyerangan jalur Gaza oleh Israel. Perdamaian kembali dinodai. 2014.
 
Aku sungguh-sungguh menggigil kini, duduk meringkuk di sofa dengan air mata mengalir melintasi pipi. Tiap ingat mimpi itu, aku merasakan suatu perasaan yang aneh. Aku ketakutan sekaligus marah, merasa lunglai sekaligus sangat bersemangat.
 
Sejak berabad lampau konflik yang kabarnya didasari perbedaan keyakinan ini berlangsung. Tak peduli dengan seruan damai, persamaan hak asasi, dan apapun yang diperjuangkan dalam politik internasional, pertikaian itu tetap ada. Sementara pesta olahraga dan seni budaya merobohkan perbedaan, konflik itu masih berlangsung, nyata, dan nyaring tersiar.
 
Kipling dalam “Wee Willie Winkie” terang-terangan membongkar adanya penyematan jahat terhadap orang-orang Islam Afghanistan oleh kolonial Inggris di wilayah India. Tiga ratus tahun silam! Aku teringat Nadia dan saya dalam “Surga Anak-Anak” yang dituliskan Naguib Mahfouz, tersenyum getir sendirian membayangkan ada surga untuk anak-anak bagai dalam satu kelas yang teramat besar, tanpa sekat kelas Islam atau Kristen atau yang lainnya.
 
Entah mengapa hari ini aku membaca cerita-cerita yang tokohnya sentralnya anak-anak semua. Kebetulan adalah takdir yang menyamar? Ataukah ia juga, seperti mimpi-nya Freud, adalah cerminan dari alam bawah sadar? Apa alam bawah sadarku yang berhubungan dengan anak-anak? Aku memainkan jumba-jumbai pada syal. Dan… eureka!
 
Ben.
 
Aku kangen Ben!  Sejak kecil kami hanya hidup bertiga bersama ayah sebab ibu meninggal dunia saat melahirkanku. Sejak Ben pergi, hidup terasa sepi dan dengan hantaman pandemi, sepi itu terasa kian lengang.
 
Aku ingin menyusul Ben. Aku iri pada orang-orang Palestina yang hidup dengan segala teror namun justru menjadikan surga jadi terasa lebih dekat. Karena itu aku iri pada Ben. Tapi tak mungkin aku meninggalkan ayah, tentu ia akan sangat kesepian. Ayah mengurus kami sejak kecil tanpa didampingi istri. Ia memutuskan tak menikah lagi. Dan kami, aku dan Ben, hidup sehat terurus dengan riwayat pendidikan yang baik. Sekarang setelah ia tua, apakah bukan kurang ajar tak tahu bakti bila kami meninggalkannya?
 
“Fani, sebentar lagi maghrib,” panggil ayah. Aku melihat jam dinding, pukul 18.00 tepat. “Ya, Yah,” jawabku seraya beranjak dari sofa dan melangkah menuju pintu. Aku tahu, ayah menyuruhku bersiap salat berjemaah bersamanya. Ben dan Palestina, tata surya dan debunya masih melekat di hatiku, tak hendak pergi. Mungkin aku tak akan bisa ke Palestina, dan mungkin juga tak perlu. Dari sini, kukira jarak surga bisa kutempuh sejauh kumau.
 
Di luar hujan masih deras menghunjam bumi.
***

*) KHANSA ARIFAH ADILA. Mahasiswa Sastra Inggris, FIB Unand. Bergiat di Lapak Baca Pojok Harapan, Padang dan Hutan Litersasi, Sungailiat, Bangka. Ketua Bidadang PP HMI Komisariat FIB Unand.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Khoirul Anam A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.D. Zubairi A.S. Laksana Abd. Basid Abdul Aziz Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Abdul Hadi W.M. Abdul Rauf Singkil Abdul Rosyid Abdul Salam HS Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abu Nawas Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Ach. Tirmidzi Munahwan Achmad Faesol Adam Chiefni Adhitya Ramadhan Adi Mawardi Adian Husaini Aditya Ardi N Ady Amar Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Fahri Husein Agus Fathuddin Yusuf Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Baso Ahmad Fatoni Ahmad Hadidul Fahmi Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syafii Maarif Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rohim Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sahal Akhmad Taufiq Akhudiat Alang Khoiruddin Alang Khoirudin Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Aliansyah Allamah Syaikh Dalhar Alvi Puspita AM Adhy Trisnanto Ami Herman Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aminullah HA Noor Amir Hamzah Ammar Machmud Andri Awan Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjar Nugroho Anjrah Lelono Broto Antari Setyowati Anwar Nuris Arafat Nur Ariany Isnamurti Arie MP Tamba Arie Yani Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arifin Hakim Arman AZ Arwan Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Juanda Asep S. Bahri Asep Sambodja Asep Yayat Asif Trisnani Aswab Mahasin Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Azizah Hefni Azwar Nazir B Kunto Wibisono Babe Derwan Badrut Tamam Gaffas Bale Aksara Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Benke Berita Berita Duka Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budiawan Dwi Santoso Buku Kritik Sastra Candra Adikara Irawan Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chairul Abhsar Chairul Akhmad Chamim Kohari CNN Indonesia Cucuk Espe Cut Nanda A. D Zawawi Imron D. Dudu AR Dahta Gautama Damanhuri Zuhri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Danuji Ahmad Dati Wahyuni Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dede Kurniawan Dedik Priyanto Den Rasyidi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Detti Febrina Dewi Kartika Dian Sukarno Dian Wahyu Kusuma Didi Purwadi Dien Makmur Din Saja Djasepudin Djauharul Bar Djoko Pitono Djoko Saryono DM Ningsih Doddy Hidayatullah Donny Syofyan Dr Afif Muhammad MA Dr. Simuh Dr. Yunasril Ali Dudi Rustandi Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dyah Ratna Meta Novia E Tryar Dianto Ecep Heryadi Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Edy Susanto EH Ismail Eka Budianta Ekky Malaky Eko Israhayu Ellie R. Noer Emha Ainun Nadjib Esai Esha Tegar Putra Evi Melyati Fachry Ali Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faizal Af Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fazabinal Alim Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Fuad Mardhatillah UY Tiba Furqon Lapoa Fuska Sani Evani Geger Riyanto Ghufron Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur Gus Muwaffiq Gusriyono Gusti Grehenson H Marjohan H. Usep Romli H.M. Habibullah Hadi Napster Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Hamzah Fansuri Hamzah Sahal Hamzah Tualeka Zn Hanibal W.Y. Wijayanta Hanum Fitriah Haris del Hakim Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Basri Marwah Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Helmy Prasetya Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Heri Listianto Heri Ruslan Herry Lamongan Herry Nurdi Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hotnida Novita Sary Hudan Hidayat Husein Muhammad I Nyoman Suaka Ibn ‘Arabi (1165-1240) Ibn Rusyd Ibnu Sina Ibnu Wahyudi Idayati Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imadi Daimah Ermasuri Imam Hamidi Antassalam Imam Khomeini Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Nasri Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Kurniawan Indra Tjahyadi Inung As Irma Safitri Isbedy Stiawan Z.S. Istiyah Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar J Sumardianta Jadid Al Farisy Jalaluddin Jalaluddin Rakhmat Jamal Ma’mur Asmani Jamaluddin Mohammad Javed Paul Syatha Jaya Suprana Jember Gemar Membaca Jo Batara Surya Johan Wahyudi John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K. Muhamad Hakiki K.H. A. Azis Masyhuri K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin Kabar Pesantren Kafiyatun Hasya Kanjeng Tok Kasnadi Kazzaini Ks KH Abdul Ghofur KH. Irfan Hielmy Khansa Arifah Adila Khoirul Anwar Khoirur Rizal Umami Khoshshol Fairuz Kiai Muzajjad Kiki Mikail Kitab Dalailul Khoirot Kodirun Komunitas Deo Gratias Koskow Kritik Sastra Kurniawan Kurtubi Kuswaidi Syafi’ie Kyai Maimun Zubair Lan Fang Larung Sastra Leila S. Chudori Linda S Priyatna Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Asya Lukman Santoso Az M Arif Rohman Hakim M Hari Atmoko M Ismail M Thobroni M. Adnan Amal M. Al Mustafad M. Arwan Hamidi M. Bashori Muchsin M. Faizi M. Hadi Bashori M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Mustafied M. Nurdin M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki M.S. Nugroho M.Si M’Shoe Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahrus eL-Mawa Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mansur Muhammad Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marjohan Marsudi Fitro Wibowo Martin van Bruinessen Marzuki Wahid Marzuzak SY Masduri Mashuri Masjid Kordoba Masuki M. Astro Matroni Matroni el-Moezany Matroni Muserang Mbah Dalhar Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftahul Ulum Mila Novita Mochtar Lubis Moh. Ghufron Cholid Mohamad Salim Aljufri Mohammad Kh. Azad Mohammad Yamin Muh. Khamdan Muhajir Arrosyid Muhammad Abdullah Muhammad Affan Adzim Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih AR Muhammad Amin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Ghannoe Muhammad Idrus Djoge Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Kosim Muhammad Muhibbuddin Muhammad Mukhlisin Muhammad Quraish Shihab Muhammad Subhan Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yasir Muhammad Yuanda Zara Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyiddin Mujtahid Muktamar Sastra Mulyadi SA Munawar A. Djalil Munawir Aziz Musa Ismail Musa Zainuddin Muslim Mustafa Ismail Mustami’ tanpa Nama Mustofa W Hasyim Musyafak Myrna Ratna N. Mursidi Nasaruddin Umar Nashih Nashrullah Naskah Teater Nasruli Chusna Nasrullah Thaleb Nelson Alwi Nevatuhella Ngarto Februana Nidia Zuraya Ninuk Mardiana Pambudy Nita Zakiyah Nizar Qabbani Nova Burhanuddin Noval Jubbek Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Fauzan Ahmad Nur Wahid Nurcholish Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Orasi Budaya Pangeran Diponegoro Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pesantren Tebuireng Pidato Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pramoedya Ananta Toer Prof. Dr. Nur Syam Profil Ma'ruf Amin Prosa Puisi Puji Hartanto Puji Santosa Pungkit Wijaya Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin PUstaka puJAngga Putera Maunaba Putu Fajar Arcana R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rakhmat Nur Hakim Ramadhan Alyafi Rameli Agam Rasanrasan Boengaketji Ratnaislamiati Raudal Tanjung Banua Reni Susanti Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Retno HY Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Rinto Andriono Risa Umami Riyadhus Shalihin Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rohman Abdullah S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifuddin Syadiri Saifudin Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Salahuddin Wahid Salamet Wahedi Salman Faris Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Pesantren Sastrawan Pujangga Baru Satmoko Budi Santoso Satriwan Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siswanto Siswoyo Sita Planasari A Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slavoj Zizek Snouck Hugronje Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana St Sularto Suci Ayu Latifah Sufyan al Jawi Sugiarta Sriwibawa Sulaiman Djaya Sundari Sungatno Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susringah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaiful Amin Syaifullah Amin Syarif Hidayat Santoso Syeikh Abdul Maalik Syeikh Muhammad Nawawi Syekh Abdurrahman Shiddiq Syekh Sulaiman al Jazuli Syi'ir Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tiar Anwar Bachtiar Tjahjono Widijanto Tok Pulau Manis Toko Buku PUstaka puJAngga Tu-ngang Iskandar Turita Indah Setyani Umar Fauzi Ballah Uniawati Universitas Indonesia Universitas Jember Usep Romli H.M. Usman Arrumy UU Hamidy Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wa Ode Zainab Zilullah Toresano Wahyu Aji Walid Syaikhun Wan Mohd. Shaghir Abdullah Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Fei Hung Y Alpriyanti Yanti Mulatsih Yanuar Widodo Yanuar Yachya Yayuk Widiati Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yopi Setia Umbara Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudi Latif Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusuf Suharto Zaenal Abidin Riam Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zakki Amali Zehan Zareez