Jumat, 24 Januari 2020

Peta Perkembangan Komunitas Sastra di Lamongan dan Sekitarnya *

Alang Khoiruddin **

Pembicaraan terkait dengan peta perkembangan komunitas sastra Indonesia di Jawa Timur sebenarnya telah lama dilakukan dan diupayakan oleh para pemerhati, terutama oleh para peneliti Balai Bahasa Jawa Timur. Dari hasil pembicaraan dan sejumlah penelitian tersebut barangkali dapat disimpulkan bahwa perkembangan sastra di suatu daerah memang tidak dapat dilepaskan dari peran komunitas sastra yang ada di masing-masing daerah. Tak terkecuali di Lamongan.
Lamongan yang secara geografis sebagai kabupaten kecil, agaknya perlu bersyukur dalam hal gerakan kebangkitan sastra dan kehidupan literasinya. Dibandingkan dengan daerah sekitarnya: Tuban, Bojonegoro, Gresik, Jombang dan Mojokerto, boleh dibilang Lamongan memiliki infrastruktur kesastraan yang lebih memadai. Selain ditunjang oleh beberapa komunitas sastra dengan cakupan wilayah kerja yang berbeda, Lamongan juga diuntung-kuatkan oleh banyaknya penerbit buku sastra. Dua hal itulah yang barangkali dapat digunakan sebagai alat untuk melihat peta perkembangan komunitas sastra di Lamongan maupun di sekitarnya.

Komunitas Sastra-Teater Lamongan (Kostela)

Membicarakan geliat-kehidupan kesusastraan Lamongan hari ini tentu saja tidak dapat dilepaskan dari peran yang dimainkan oleh Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan). Kostela menjadi motor penggerak kehidupan sastra di Lamongan. Komunitas yang berdiri di penghujung tahun 1999 ini awalnya bergerak dalam bidang teater namun di kemudian hari lebih dikenal aktivitas kesusastraannya setelah bergabungnya Herry Lamongan. Lahirnya Kostela menandai babak baru perkembangan sastra Lamongan.

Setelah lahirnya Kostela, kehidupan sastra di Lamongan benar-benar tampak hidup dan dinamis. Sebagai ikon kebangkitan sastra Lamongan, setidaknya kehadiran Kostela dapat dicirikan ke dalam beberapa hal. Pertama, Kostela merupakan komunitas sastra Lamongan  yang lahir saat kegelisahan dan kelesuhan luar biasa. Belum adanya komunitas yang menjadi wadah berkumpul antar sesama orang yang telah melakukan proses kreatif. Masa sebelum ini yang ada hanya laku personal penulis, belum ada bimbingan, pergesekan pemikiran dalam komunitas yang memberikan wawasan bagi para penulis yang terlibat di dalamnya. Setelah lahirnya Kostela kecakapan menulis ditularkan saling belajar, berbagi dan memberi apresiasi.

Kedua, Kostela-lah yang mulai membangun pondasi kreativitas dan apresiatif secara terstruktur. Meskipun Kostela adalah organisasi yang ‘tak jelas’, dalam arti organisasi yang tanpa ketua namun hampir seluruh kegiatan Kostela terstruktur rapi. Harus diakui komunitas ini mempunyai prestasi yang luar biasa dalam membangkitkan kreativitas, pengkaderan serta membangun wacana diskusi lewat Candrakirana  yang sampai hari ini telah lebih dari 150 purnama diadakan. Ketiga, Kostela memiliki jelajah yang lebih jauh dibanding komunitas-komunitas yang lain. Dalam istilah yang sering saya katakan, Kostela dapat dianggap sebagai ‘poros’ atau induk komunitas sastra yang ada di Lamongan. 

Lahirnya Kostela membawa perubahan besar bagi perkembangan sastra di Lamongan. Tidak hanya pada aspek kreativitas, kekaryaan, discoursus kesastraan tapi juga pada aspek emosional. Sejumlah kegiatan yang  pernah diadakan secara rutin oleh Kostela seperti Candrakirana, Safari Sastra, penerbitan majalah sastra Indupati, dan penerbitan buku menjadi semacam ‘pupuk’  yang mampu menumbuhkembangkan kehidupan sastra di Lamongan menjadi lebih subur. Setidaknya melalui kegiatan-kegiatan tersebut, sastra Lamongan mulai menggeliat, hidup, berkembang dan dikenal oleh publik sastra di luar Lamongan. 

Setidaknya tercatat beberapa nama pesohor sastrawan yang pernah muncul dan terlibat dalam diskusi sastra Candrakirana di antaranya: Herry Lamongan, Cak Sariban, Nurel Javissyarqi, Syarifuddin Deha, Timur Budi Raja, Mardi Luhung, Gampang Prawoto dan baru-baru ini S. Jai. Dari Kostela pula lahir nama seperti Pringgo Hr, Sutardi, Bambang Kempling, Alang Khoiruddin, Ahmad Syauqi Sumbawi, Ahmad Zaini, Saiful Anam Assaibani, Imamuddin SA, Rodli Tl, A. Rodhi Murtadlo, Haris Del Hakim, Heri Listianto dan lain-lain.
Peta Perkembangan Komunitas Sastra Lamongan Mutakhir

Kiprah Kostela sebagai penggerak sastra di Lamongan sampai hari ini belum tergantikan. Meski sempat beberapa kali mandeg dalam menjalankan aktivitas berkeseniannya, namun komunitas ini tetap melakukan aktivitas-aktivitas dalam ruang yang terbatas. Setelah tahun 2009 para anggotanya lebih banyak melakukan aktivitas kreatifnya dengan membentuk komunitas baru dan menjadi pendorong-penggerak sastra di ‘ruang’ barunya masing-masing. Misalnya, Rodli Tl yang kemudian memfokuskan kegiatannya di Sanggar Bahasa Kampung ‘Sangbala’, Nurel Javissyarqi dengan Penerbit Pustaka Pujangga, Forum Sastra Lamongan (FSL) dan beberapa blog sastranya, Ahmad Sauqi Sumbawi dengan Rumah baca-belajar Semesta Hikmah, Alang Khoiruddin dengan Forum Penulis dan Pegiat Literasi (FP2L) Lamongan dan penerbit Pustaka Ilalang-nya, Saiful Anam dengan sanggar LA Ros dan Literacy Institut-nya dan lain-lain.

Selain beberapa komunitas sastra di atas, terdapat juga komunitas yang secara spesifik memfokuskan kerjanya pada ruang terbatas yaitu Komunitas GU yang dimotori oleh Nur Kholis Huda dan Indie Literary Club (ILC) yang didirikan oleh Iva Titin Shovia dan Fatimah Kimora. Komunitas GU berdiri pada tahun 2016, beranggotakan para guru Sekolah Dasar yang memiliki hobi menulis. Oleh karena itu tak heran jika Komunitas ini memfokuskan kerjanya pada pendokumentasian karya-karya sastra maupun esai pendidikan karya para guru di tingkatan Sekolah Dasar terutama sekolah negeri. Sedangkan Indie Literary Club (berdiri tahun 2018) memulai kegiatannya dengan mengadakan diskusi dan pelatihan menulis melalui media online. Komunitas yang kebanyakan beranggotakan kaum perempuan ini sudah beberapa kali menerbitkan buku hasil dari diskusi dan pelatihan menulis via online.

Perkembangan komunitas sastra di Lamongan tidak hanya menyasar pada penulis yang tinggal di jalur pertengahan kota tapi juga merata penyebarannya di Lamongan bagian utara-pantura. Tahun 2018 lahir komunitas Rumah Budaya Pantura (RBP) yang dibina oleh Hari Nugroho. Salah satu pegiat komunitas ini adalah Deni Jazuli seorang seniman jebolan IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Komunitas seni, budaya dan literasi ini diinisiasi oleh Japfa Foundation, sebagai bentuk kepedulian terhadap pengembangan SDM dari aspek budaya dan seni terutama yang ada di daerah pantura-Paciran Lamongan. 


Komunitas Penerbit Buku Sastra di Lamongan

Fenomena unik dan menarik yang terjadi di Lamongan bersamaan dengan munculnya komunitas sastra adalah juga munculnya komunitas penerbit buku-buku sastra. Saya katakan komunitas penerbit sastra karena sebuah komunitas sastra tidak harus memiliki struktur organisasi yang jelas, jika ada lebih dari satu orang melakukan satu aktivitas rutin bersama dengan minat yang sama yaitu sastra, maka dapat dikatakan itulah komunitas sastra. Bahkan jika itu hanya dilakukan oleh seorang diri, maka tetap dapat dikatakan sebagai komunitas. Hal ini pernah dilakukan oleh  Afrizal Malna, ia membentuk Komunitas Sepatu Biru yang hanya beranggotakan dirinya sendiri. Sebuah komunitas akan terus hidup jika ada individu yang suka rela menggerakkan komunitasnnya. Inilah ciri utama sebuah komunitas.

Pada awal tahun 2000-an, komunitas Kostela dan sejumlah individu di Lamongan, seperti Nurel Javissyarqi, Alang Khoiruddin, Sauqi Sumbawi dengan berani dan suka rela menggerakkan dunia penerbitan yang ada di Lamongan. Mereka menulis karya sendiri, memfoto copy buku sendiri, menyablon sampul, menjilid dengan lem rajawali, memotong dengan carter dan memasarkan buku-buku mereka sendiri. Sebuah kerja sulit pada waktu itu untuk bisa menerbitkan buku dan membuat penerbit sendiri.

Fenomena penerbitan di Lamongan yang demikian pernah mendapatkan perhatian banyak pihak, termasuk oleh almarhum Fahrudin Nasrulloh seorang pegiat Komunitas Lembah Pring Jombang. Dalam makalahnya yang berjudul Dewan Kesenian dan Problematik Sastra Jatim pada sub judul Penggerak Sastra Lokal, Ia mengatakan bahwa “Lamongan adalah gudangnya sejumlah penulis yang berkarya dan menerbitkan karya dengan koceknya sendiri. Kita bisa menyebut Nurel Javissyarqi dengan Penerbit Pustaka Pujangga-nya, Alang Khoiruddin (Penerbit Pustaka Ilalang), AS Sumbawi (Penerbit Sastranesia), dll. Puluhan karya sastra baik dari penulis Lamongan sendiri maupun dari luar banyak yang mereka terbitkan.”

Selain komunitas sastra Kostela, penerbit-penerbit sastra lokal ini diakui atau tidak telah memberikan kontribusi yang tak kalah besarnya dalam menggerakkan sastra di Lamongan. Hanya saja memang tidak semua penerbit itu dapat terus eksis. Namun dengan munculnya penerbit-penerbit tersebut sejumlah teks-teks sastra dari Lamongan bisa terdokumentasikan dan dibaca oleh banyak orang. Sampai hari ini setidaknya tercatat beberapa penerbit yang ikut berkontribusi dalam mengembangkan dunia kesusastraan di Lamongan seperti Pustaka Pujangga, Pustaka Ilalang, Sastranesia, Mitra Kreatif, Pagan Press, Pustaka Djati, Pustaka Wacana, Pustaka Progresif, Penerbit Nun, Pustaka GU, dan lain-lain. 

Keberadaan Komunitas Sastra di Sekitar Lamongan

Komunitas-komunitas sastra di sekitar Lamongan yang saya maksudkan dalam tulisan ini adalah komunitas-komunitas sastra yang ada di wilayah kabupaten Tuban, Gresik, Bojonegoro, Jombang dan Mojokerto. Hal ini dikarenakan sejumlah kabupaten tersebut secara geografis bersebelahan dengan kabupaten Lamongan. Keberadaan komunitas sastra di Tuban jika diamati baru menampakkan geliatnya pada sekitar tahun 2009-an dengan lahirnya Komunitas Sanggar Sastra (KOSTRA) Unirow Tuban. Komunitas ini dibina oleh Suhariadi seorang dosen sastra dan budayawan Tuban yang cukup berpengaruh. Keberadaan komunitas ini seolah kehilangan gaungnya tatkala ditinggal anggota generasi awalnya seperti Ahmad Moehdor al-Farisy, Aksin Taqwan Embe, dan meninggalnya Suhariadi selaku pembina. Meski telah ada beberapa komunitas sastra yang lain semisal Komunitas Langit Tuban, Komunitas Kali Kening di Bangil Tuban dengan pegiatnya Joyo Juwoto, Komunitas Sastra Pesisir, Komunitas Pelopor Dongeng Anak Tuban (Kompor Donat), Gerakan Tuban Menulis, TIK Tuban, namun dalam hal perkembangan kehidupan sastranya boleh dibilang masih kalah cepat dengan daerah sekitarnya seperti Lamongan, Bojonegoro dan Gresik. Hal ini diakui oleh Dr. Sariban, seorang akademisi, pegiat dan kurator sastra Tuban. Menurutnya: “Tuban sebagai kabupaten pesisir dalam gerakan sastra pantura agaknya boleh dibilang berlari estafet dalam takdir urutan belum terdepan. Ini jika dibandingkan dengan Gresik, Lamongan dan Bojonegoro.”

Komunitas Sastra Gresik 

Sastra Gresik sebenarnya diuntungkan dengan adanya sastrawan terkenal Mardi Luhung yang karya-karyanya sering dimuat di Kompas. Namun gerakan personal Mardi Luhung saja tidak cukup untuk menghidup kembangkan kesusastraan di Gresik. Nafas Kehidupan sastra Gresik tetap bergantung pada peran komunitas-komunitas sastra semisal: komunitas Sanggar Seni Cager atau Cakrawala Gresik yang dipelopori oleh Lenon Machali Dewi Musdalifah. Ada juga komunitas pegiat budaya Mata Seger yang kemudian berkembang menjadi Yayasan Mataseger (Masyarakat Pecinta Budaya Gresik, 2014) yang diketuai Kris Adji yang berkonsentrasi terhadap persoal budaya di Gresik, terutama budaya masa lampu, Sanggar Pasir beralamat di Mulyosari Ujung Pangkah Gresik, Teater Ndrinding Zuhdi swt, dan Kajian Sastra Samrotul Fuadah (KASADA) Sedayu Gresik yang dimotori Yusak.

Komunitas Sastra Bojonegoro

Geliat sastra Bojonegoro selama beberapa dasawarsa lebih dikenal dengan sastra Jawa-nya. Hal ini dikarenakan konsistensi komunitas Pamarsudi Sastra Jawa Bojonegoro (PSJB) yang sejak 6 Juli 1982 sampai sekarang tak henti-hentinya menjaga, mempertahankan sekaligus mengembangkan bahasa Jawa di Bojonegoro dan sekitarnya. Oleh karenanya tak heran Bojonegoro dibilang sebagai gudangnya sastrawan Jawa. Di sana ada JFX Hoery, Djayus Pete, Nono Warnono hingga Gampang Prawoto. Terkait dengan keberadaan komunitas sastra yang lain, beberapa tahun belakangan ini muncul komunitas-komunitas sastra berbahasa Indonesia, di antaranya Komunitas Sastra Bojonegoro (PSB), Komunitas Sastra Etnik juga komunitas-komunitas rumah baca masyarakat. Setidaknya sampai hari ini terdapat 154 rumah baca di Bojonegoro. Ada Rumah Baca Kinanthi yang didirikan Emi Sudarwati, Rumah Litersi KBM (Kita Belajar Menulis) di Kepohbaru yang dimotori oleh Selamet Widodo dan lain-lain. Selain beberapa komunitas dan rumah baca masyarakat, perkembangan kehidupan sastra Bojonegoro juga tidak lepas dari peran serta penerbit yang ada di sana seperti kelompok penerbit Majas Group milik Jonatyhan Raharja dan Pustaka Intermedia yang dipimpin Amin Mustofa.

Komunitas Sastra Jombang

“Wajah Komunitas Jombang” tulisan Purwanto dan Siti Sa’adah yang termuat di website sastra-indonesia.com setidaknya dapat kita gunakan untuk melihat keberadaan komunitas-komunitas sastra yang ada di Jombang. Menurut keduanya, sastra Jombang belum dapat dikatakan mengalami perkembangan yang signifikan. Meski demikian, ada hal yang membanggakan yaitu munculnya banyak komunitas sastra. Di antara komunitas sastra yang paling menonjol di Jombang adalah Komunitas Lembah Pring (2010) yang dimotori oleh Jabbar Abdullah dan alm. Fahrudin Nasrullah. Ada juga komunitas LISWAS (Lingkar Studi Warung Sastra) dengan ketuanya Aditya Ardhi Nugroho-Genjus, Sanggar Kata yang dikelolah Fathoni Mahsun, Luthfi Aziz, Budi Mardiono, Sanggar Belajar Bareng Gubuk Liat –yang digerakkan oleh Rahmat Sularso, M Rifqi Rahman, Komunitas Pena (Koma, 2007) yang lahir di ponpes Bahrul Ulum, Sanggar Sinau Lentera (SSL, 2010) yang diketuai Hadi Sutarno alias Wong Wingking. Selain beberapa komunitas di atas, ada juga Komunitas Alif yang diasuh Edi Hasoyo, kelompok Alifna Qolba sebuah komunitas pelajar siswa SMA 1 Muhamadiyah diinisiasi oleh remaja bernama Mahendra,  Komunitas Lembah Pena Endhut Ireng (2009) - Aang Fatihul Islam, Komunitas Bunga Kecil-nya Andhi Setya Wibowo.

Komunitas Sastra Mojokerto

Aming Aminoedhin, presiden penyair Jawa Timur yang mengaku juga orang Mojokerto pernah membuat sepenggal catatan Sejarah Sastra Mojokerto. Dalam catatan singkat tersebut terekam geliat komunitas dan perkembangan sastra Mojokerto. Dimulai dengan terbentuknya Forasamo (Forum Apresiasi Sastra Mojokerto,1996) yang meleganda sampai pada komunitas-komunitas sastra mutakhir. 

Perkembangan komunitas sastra Mojokerto boleh dibilang dinamis. Setelah Forasamo beberapa komunitas sastra dan musik bermunculan. Misalnya Forum Sebrang Dalan, GePapat, Girilaya, Komunitas Arek Japan yang dimotori oleh Ahmad Fatoni, Komunitas Sastra Pondok Kopi yang digeliatkan oleh Kiki Efendi, Dadang Ali Murtono. Belum lagi munculnya Lingkar Studi Sastra Setrawulan dan Penerbit Temalitera milik Muhamad Asrori menjadikan geliat sastra di Mojokerto semakin hidup. Lebih semarak dan hidup lagi ketika para sastrawan mudanya mengemas kegiatan sastranya dengan tajuk yang menarik: Terminal Sastra kerjasama dengan Perpustakaan Arsip dan Dokumentasi Mojokerto, Serikat Buku, Kelir (Kelas Literasi Remaja), Kelana (Kelas Litersi Anak), Kemecer (Kelas Menulis Cerpen), Ronda Sastra dan lain-lain. 

Lamongan, 24 November 2019

____________________
Catatan:
  
*) Disampaikan pada acara Diskusi Kelompok Terpumpun Penguatan Program Kerja Balai Bahasa Jawa Timur untuk Perlindungan Bahasa dan Sastra Indonesia. Balai bahasa Jawa Timur,  Senin 6 November 2019. 
  
**) Lahir tanggal 17 Agustus 1978 di sebuah desa terpencil Kepudi Bener Turi Lamongan. Belajar menulis pada Komunitas Sastra Teater Lamongan (Kostela, 1999).  Sehari-hari menjadi Cantrik Kostela dan koordinator Forum Penulis dan Pegiat Literasi Lamongan (FP2L).  Direktur Pustaka Ilalang Group.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Khoirul Anam A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.D. Zubairi A.S. Laksana Abd. Basid Abdul Aziz Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Abdul Hadi W.M. Abdul Rauf Singkil Abdul Rosyid Abdul Salam HS Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abu Nawas Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Ach. Tirmidzi Munahwan Achmad Faesol Adam Chiefni Adhitya Ramadhan Adi Mawardi Adian Husaini Aditya Ardi N Ady Amar Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Fahri Husein Agus Fathuddin Yusuf Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Baso Ahmad Fatoni Ahmad Hadidul Fahmi Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syafii Maarif Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rohim Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sahal Akhmad Taufiq Akhudiat Alang Khoiruddin Alang Khoirudin Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Aliansyah Allamah Syaikh Dalhar Alvi Puspita AM Adhy Trisnanto Ami Herman Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aminullah HA Noor Amir Hamzah Ammar Machmud Andri Awan Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjar Nugroho Anjrah Lelono Broto Antari Setyowati Anwar Nuris Arafat Nur Ariany Isnamurti Arie MP Tamba Arie Yani Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arifin Hakim Arman AZ Arwan Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Juanda Asep S. Bahri Asep Sambodja Asep Yayat Asif Trisnani Aswab Mahasin Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Azizah Hefni Azwar Nazir B Kunto Wibisono Babe Derwan Badrut Tamam Gaffas Bale Aksara Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Benke Berita Berita Duka Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budiawan Dwi Santoso Buku Kritik Sastra Candra Adikara Irawan Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chairul Abhsar Chairul Akhmad Chamim Kohari CNN Indonesia Cucuk Espe Cut Nanda A. D Zawawi Imron D. Dudu AR Dahta Gautama Damanhuri Zuhri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Danuji Ahmad Dati Wahyuni Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dede Kurniawan Dedik Priyanto Den Rasyidi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Detti Febrina Dewi Kartika Dian Sukarno Dian Wahyu Kusuma Didi Purwadi Dien Makmur Din Saja Djasepudin Djauharul Bar Djoko Pitono Djoko Saryono DM Ningsih Doddy Hidayatullah Donny Syofyan Dr Afif Muhammad MA Dr. Simuh Dr. Yunasril Ali Dudi Rustandi Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dyah Ratna Meta Novia E Tryar Dianto Ecep Heryadi Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Edy Susanto EH Ismail Eka Budianta Ekky Malaky Eko Israhayu Ellie R. Noer Emha Ainun Nadjib Esai Esha Tegar Putra Evi Melyati Fachry Ali Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faizal Af Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fazabinal Alim Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Fuad Mardhatillah UY Tiba Furqon Lapoa Fuska Sani Evani Geger Riyanto Ghufron Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur Gus Muwaffiq Gusriyono Gusti Grehenson H Marjohan H. Usep Romli H.M. Habibullah Hadi Napster Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Hamzah Fansuri Hamzah Sahal Hamzah Tualeka Zn Hanibal W.Y. Wijayanta Hanum Fitriah Haris del Hakim Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Basri Marwah Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Helmy Prasetya Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Heri Listianto Heri Ruslan Herry Lamongan Herry Nurdi Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hotnida Novita Sary Hudan Hidayat Husein Muhammad I Nyoman Suaka Ibn ‘Arabi (1165-1240) Ibn Rusyd Ibnu Sina Ibnu Wahyudi Idayati Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imadi Daimah Ermasuri Imam Hamidi Antassalam Imam Khomeini Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Nasri Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Kurniawan Indra Tjahyadi Inung As Irma Safitri Isbedy Stiawan Z.S. Istiyah Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar J Sumardianta Jadid Al Farisy Jalaluddin Jalaluddin Rakhmat Jamal Ma’mur Asmani Jamaluddin Mohammad Javed Paul Syatha Jaya Suprana Jember Gemar Membaca Jo Batara Surya Johan Wahyudi John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K. Muhamad Hakiki K.H. A. Azis Masyhuri K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin Kabar Pesantren Kafiyatun Hasya Kanjeng Tok Kasnadi Kazzaini Ks KH Abdul Ghofur KH. Irfan Hielmy Khansa Arifah Adila Khoirul Anwar Khoirur Rizal Umami Khoshshol Fairuz Kiai Muzajjad Kiki Mikail Kitab Dalailul Khoirot Kodirun Komunitas Deo Gratias Koskow Kritik Sastra Kurniawan Kurtubi Kuswaidi Syafi’ie Kyai Maimun Zubair Lan Fang Larung Sastra Leila S. Chudori Linda S Priyatna Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Asya Lukman Santoso Az M Arif Rohman Hakim M Hari Atmoko M Ismail M Thobroni M. Adnan Amal M. Al Mustafad M. Arwan Hamidi M. Bashori Muchsin M. Faizi M. Hadi Bashori M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Mustafied M. Nurdin M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki M.S. Nugroho M.Si M’Shoe Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahrus eL-Mawa Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mansur Muhammad Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marjohan Marsudi Fitro Wibowo Martin van Bruinessen Marzuki Wahid Marzuzak SY Masduri Mashuri Masjid Kordoba Masuki M. Astro Matroni Matroni el-Moezany Matroni Muserang Mbah Dalhar Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftahul Ulum Mila Novita Mochtar Lubis Moh. Ghufron Cholid Mohamad Salim Aljufri Mohammad Kh. Azad Mohammad Yamin Muh. Khamdan Muhajir Arrosyid Muhammad Abdullah Muhammad Affan Adzim Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih AR Muhammad Amin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Ghannoe Muhammad Idrus Djoge Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Kosim Muhammad Muhibbuddin Muhammad Mukhlisin Muhammad Quraish Shihab Muhammad Subhan Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yasir Muhammad Yuanda Zara Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyiddin Mujtahid Muktamar Sastra Mulyadi SA Munawar A. Djalil Munawir Aziz Musa Ismail Musa Zainuddin Muslim Mustafa Ismail Mustami’ tanpa Nama Mustofa W Hasyim Musyafak Myrna Ratna N. Mursidi Nasaruddin Umar Nashih Nashrullah Naskah Teater Nasruli Chusna Nasrullah Thaleb Nelson Alwi Nevatuhella Ngarto Februana Nidia Zuraya Ninuk Mardiana Pambudy Nita Zakiyah Nizar Qabbani Nova Burhanuddin Noval Jubbek Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Fauzan Ahmad Nur Wahid Nurcholish Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Orasi Budaya Pangeran Diponegoro Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pesantren Tebuireng Pidato Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pramoedya Ananta Toer Prof. Dr. Nur Syam Profil Ma'ruf Amin Prosa Puisi Puji Hartanto Puji Santosa Pungkit Wijaya Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin PUstaka puJAngga Putera Maunaba Putu Fajar Arcana R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rakhmat Nur Hakim Ramadhan Alyafi Rameli Agam Rasanrasan Boengaketji Ratnaislamiati Raudal Tanjung Banua Reni Susanti Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Retno HY Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Rinto Andriono Risa Umami Riyadhus Shalihin Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rohman Abdullah S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifuddin Syadiri Saifudin Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Salahuddin Wahid Salamet Wahedi Salman Faris Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Pesantren Sastrawan Pujangga Baru Satmoko Budi Santoso Satriwan Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siswanto Siswoyo Sita Planasari A Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slavoj Zizek Snouck Hugronje Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana St Sularto Suci Ayu Latifah Sufyan al Jawi Sugiarta Sriwibawa Sulaiman Djaya Sundari Sungatno Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susringah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaiful Amin Syaifullah Amin Syarif Hidayat Santoso Syeikh Abdul Maalik Syeikh Muhammad Nawawi Syekh Abdurrahman Shiddiq Syekh Sulaiman al Jazuli Syi'ir Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tiar Anwar Bachtiar Tjahjono Widijanto Tok Pulau Manis Toko Buku PUstaka puJAngga Tu-ngang Iskandar Turita Indah Setyani Umar Fauzi Ballah Uniawati Universitas Indonesia Universitas Jember Usep Romli H.M. Usman Arrumy UU Hamidy Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wa Ode Zainab Zilullah Toresano Wahyu Aji Walid Syaikhun Wan Mohd. Shaghir Abdullah Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Fei Hung Y Alpriyanti Yanti Mulatsih Yanuar Widodo Yanuar Yachya Yayuk Widiati Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yopi Setia Umbara Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudi Latif Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusuf Suharto Zaenal Abidin Riam Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zakki Amali Zehan Zareez