Jumat, 16 Agustus 2019

75 Tahun Gus Mus : Hidup dalam Tiga Aksara

Hamzah Sahal

Nanti malam (14 Agustus 2019), masyarakat Semarang dan sekitarnya akan berduyun-duyun mengungkapkan rasa syukur atas ulang tahunnya Kiai Haji Ahmad Mustofa Bisri atau Gus Mus.

“75 Tahun Gus Mus: Persembahan Sahabat dan Santri untuk Kiaiku,” begitu bunyi undangan yang beredar luas. Acara akan dimulai bakda Magrib di Komplek Sam Poo Kong, Jalan Simongan 129 Bongsari, Semarang.

Acara yang digelar oleh berbagai unsur masyarakat dan juga tempatnya acaranya memberikan informasi kepada kita bahwa Gus Mus hidup tidak hanya dalam “gelombang” pesantren dan Nahdlatul Ulama, tapi juga lintas identitas dan golongan. Hari ini, spektrum yang luas dari kehidupan Gus Mus menjadi sangat penting di tengah sebagian masyarakat menonjolkan identitas kelompoknya di tengah tumbuhnya “perumahan muslim”, di tengah menguatnya cara berpakaian menjadi penanda siapa yang paling Islam. Di sinilah, kita wajib bersyukur atas kesehatan dan umur Gus Mus.

Gus Mus yang lahir tanggal 10 Agustus 1944 adalah kiai yang dianugerahi banyak hal, kepandaian berbicara, menulis dalam berbagai bentuk, melukis, berbahasa, hingga kemampuan membaca cerpen dan puisi di muka umum. Komplit sekali, bukan saja untuk ukuran golongan ulama, tapi juga untuk ukuran orang pada umumnya. Kemampuan ini membuat Gus Mus dikenal luas dan memiliki daya adaptasi dengan segala zaman dan situasi.

Dan ini yang terpenting, kemampuannya melintasi banyak disiplin ilmu memperlihatkan kepada kita bahwa Gus Mus adalah manusia pembelajar. Dan sepertinya, feneomena Gus Mus ini menjadi orang pesantren yang menulis dalam “aksara latin”. Lihat saja orang-orang pesantren yang menulis dalam aksara latin seperti, sekedar contoh, Kiai Saifuddin Zuhri, Mahbub Djunaidi, Gus Dur atau Ahmad Tohari. Mereka belajar di segala disiplin ilmu, berpikiran terbuka, dan bergaul dengan banyak kalangan.

Bagaimana dengan aksara Arab dan Pegon?
Aksara Arab dan Pegon adalah basis Gus Mus. Karakter Gus Mus bersumber dari dua aksara tersebut. Aksara (dan bahasa) Arab adalah “inti”, karena dari sana ilmu keimanan dan keislaman berasal. Gus Mus memiliki ilmu bahasa dan sastra Arab dengan detail. Dari sinilah kita bisa memahami kenapa saat Gus Mus membaca Alquran atau mengutip hadis begitu nyaman di hati, enak di telinga, dan cocok untuk kita praktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Siapa pun yang mendengarnya, baik santri ataupun bukan santri, baik Islam ataupun bukan, baik perempuan ataupun laki-laki, bisa turut menikmati Islam.

Entoh begitu, dalam pengajian atau forum umum, Gus Mus tidak gampang membaca ayat Alquran atau menyitir hadis, kecuali kata-kata kunci yang sangat penting, seperti al-qisth, al-‘adl, ar-rahman, ar-rahim.

Saat menyitir hadis pun, yang bolak-balik disampaikan adalah kata kunci: Nabi yang tabassum, yang senyum, Nabi yang ajwad, yang paling dermawan, Nabi yang fathonah, yang cerdas, Nabi yang al-amin, yang terpercaya. Apa Gus Mus tidak menyampaikan hadis yang berisi cara berpakaian Nabi? Cara Nabi makan? Kisah Nabi berpoligami?

Ya menyampaikan juga, wong kiai, wong Gus Mus juga biasa tampil seperti orang Arab, memakai udeng-udeng (serban yang dililitkan di kepala, seperti Pangeran Diponegoro), dan saya kira saat salat Jumat, kemeja Gus Mus selalu (pasti tidak “selalu”) warna putih juga, sebagaimana yang dianjurkan Nabi. Gus Mus pun dipastikan sangat memahami larangan isybal (melebihkan pakaian hingga menutupi mata kaki).

“Mengikuti larang isybal seperti dalam hadis ya silakan, bagus, tapi jangan mencela yang orang yang bercelana hingga menutupi mata kaki, karena belum tentu sombong. Isybal itu ada catatannya,” mungkin ini jawaban Gus Mus jika kita bertanya tentang pakaian Rasulullah saw. Dan seterusnya, dan seterusnya… Gus Mus selalu mudah dalam menjelaskan agama.

Satu lagi aksara yang yang Gus Mus “hidup” di dalamnya. Apa itu?
Pegon atau aksara Jawi. Abdul Mun’im DZ menyebutnya “Pego”, bukan “Pegon”. Katanya Pegon itu kata sifat, seperti Kejawen atau Kebatinan. Kiai Maimoen Zubari dalam sebuah ceramahnya mengatakan, Pegon adalah ciri khas ulama Nusantara. Pegon, kata Mbah Moen, aslinya ditulis miring. “Tidak ada aksara yang ditulis miring, kecuali Pegon,” kata Mbah Moen. Benar atau tidak, tentu butuh penelitian lebih lanjut. Yang pasti, Pegon ini menjadi penanda Islam yang berkembang di Indonesia. Pegon hidup dalam aneka ragam bahasa yang di Nusantara: Melayu, Sunda, Jawa, Madura, Bali, Lombok, dan lain sebagainya.

Nah, Gus Mus adalah putra dari ulama yang memiliki karya tulis beraksara Pegon: Kiai Bisri Mustofa. Beberapa karya beliau yang terkenal di kalangan pesantren Jawa, antara lain, Tafsir Al Ibriz, Tarikhul Auliya dan Ngudi Susilo. Karya pertama yang saya sebut dibaca secara luas oleh orang-orang tua di kampung sampai sekarang. Almarhumah ibu saya –yang tidak bisa baca aksara Latin– misalnya, tidak membaca “buku” tafsir, kecuali al-Ibriz. Bayangkan jika tidak ada kitab itu, ibu saya hanya membaca Alquran, tanpa mengerti maknanya.

Sampai sekarang, aksara Pegon ini digunakan sebagai aksara sehari-hari di pesantren. Para santri saat memberi keterangan atau terjemah di buku-buku berbahasa Arab (kitab disebutnya) menggunakan aksar Pegon. Di sinilah Gus Mus dan jutaan masyarakat santri belajar tentang adaptasi, tentang lokalitas, tentang betapa pentingnya “bahasa dan karya sendiri”, tentang tali-temali dan sanad keilmuan, tentang tradisi.

Saya kira, tiga aksara inilah yang berkontribusi besar dalam membentuk sosok Gus Mus. Gus Mus memiliki kesadaran penuh bahwa aksara Arab, Latin, dan Pegon adalah rahmat agung yang harus disyukuri. Perpaduan tiga aksara itulah yang dijadikan landasan oleh Gus Mus dalam beragama, berbudaya, bermasyarakat, ber-NU, berkemajuan, bukan menglorifikasi salah satunya.

Selamat ulang tahun Gusque…

https://alif.id/read/hamzah-sahal/75-tahun-gus-mus-hidup-dalam-tiga-aksara-b222138p/
http://sastra-indonesia.com/2019/08/75-tahun-gus-mus-hidup-dalam-tiga-aksara/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Khoirul Anam A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.D. Zubairi A.S. Laksana Abd. Basid Abdul Aziz Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Abdul Hadi W.M. Abdul Rauf Singkil Abdul Rosyid Abdul Salam HS Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abu Nawas Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Ach. Tirmidzi Munahwan Achmad Faesol Adam Chiefni Adhitya Ramadhan Adi Mawardi Adian Husaini Aditya Ardi N Ady Amar Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Fahri Husein Agus Fathuddin Yusuf Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Baso Ahmad Fatoni Ahmad Hadidul Fahmi Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syafii Maarif Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rohim Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sahal Akhmad Taufiq Akhudiat Alang Khoiruddin Alang Khoirudin Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Aliansyah Allamah Syaikh Dalhar Alvi Puspita AM Adhy Trisnanto Ami Herman Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aminullah HA Noor Amir Hamzah Ammar Machmud Andri Awan Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjar Nugroho Anjrah Lelono Broto Antari Setyowati Anwar Nuris Arafat Nur Ariany Isnamurti Arie MP Tamba Arie Yani Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arifin Hakim Arman AZ Arwan Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Juanda Asep S. Bahri Asep Sambodja Asep Yayat Asif Trisnani Aswab Mahasin Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Azizah Hefni Azwar Nazir B Kunto Wibisono Babe Derwan Badrut Tamam Gaffas Bale Aksara Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Benke Berita Berita Duka Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budiawan Dwi Santoso Buku Kritik Sastra Candra Adikara Irawan Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chairul Abhsar Chairul Akhmad Chamim Kohari CNN Indonesia Cucuk Espe Cut Nanda A. D Zawawi Imron D. Dudu AR Dahta Gautama Damanhuri Zuhri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Danuji Ahmad Dati Wahyuni Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dede Kurniawan Dedik Priyanto Den Rasyidi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Detti Febrina Dewi Kartika Dian Sukarno Dian Wahyu Kusuma Didi Purwadi Dien Makmur Din Saja Djasepudin Djauharul Bar Djoko Pitono Djoko Saryono DM Ningsih Doddy Hidayatullah Donny Syofyan Dr Afif Muhammad MA Dr. Simuh Dr. Yunasril Ali Dudi Rustandi Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dyah Ratna Meta Novia E Tryar Dianto Ecep Heryadi Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Edy Susanto EH Ismail Eka Budianta Ekky Malaky Eko Israhayu Ellie R. Noer Emha Ainun Nadjib Esai Esha Tegar Putra Evi Melyati Fachry Ali Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faizal Af Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fazabinal Alim Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Fuad Mardhatillah UY Tiba Furqon Lapoa Fuska Sani Evani Geger Riyanto Ghufron Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur Gus Muwaffiq Gusriyono Gusti Grehenson H Marjohan H. Usep Romli H.M. Habibullah Hadi Napster Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Hamzah Fansuri Hamzah Sahal Hamzah Tualeka Zn Hanibal W.Y. Wijayanta Hanum Fitriah Haris del Hakim Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Basri Marwah Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Helmy Prasetya Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Heri Listianto Heri Ruslan Herry Lamongan Herry Nurdi Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hotnida Novita Sary Hudan Hidayat Husein Muhammad I Nyoman Suaka Ibn ‘Arabi (1165-1240) Ibn Rusyd Ibnu Sina Ibnu Wahyudi Idayati Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imadi Daimah Ermasuri Imam Hamidi Antassalam Imam Khomeini Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Nasri Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Kurniawan Indra Tjahyadi Inung As Irma Safitri Isbedy Stiawan Z.S. Istiyah Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar J Sumardianta Jadid Al Farisy Jalaluddin Jalaluddin Rakhmat Jamal Ma’mur Asmani Jamaluddin Mohammad Javed Paul Syatha Jaya Suprana Jember Gemar Membaca Jo Batara Surya Johan Wahyudi John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K. Muhamad Hakiki K.H. A. Azis Masyhuri K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin Kabar Pesantren Kafiyatun Hasya Kanjeng Tok Kasnadi Kazzaini Ks KH Abdul Ghofur KH. Irfan Hielmy Khansa Arifah Adila Khoirul Anwar Khoirur Rizal Umami Khoshshol Fairuz Kiai Muzajjad Kiki Mikail Kitab Dalailul Khoirot Kodirun Komunitas Deo Gratias Koskow Kritik Sastra Kurniawan Kurtubi Kuswaidi Syafi’ie Kyai Maimun Zubair Lan Fang Larung Sastra Leila S. Chudori Linda S Priyatna Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Asya Lukman Santoso Az M Arif Rohman Hakim M Hari Atmoko M Ismail M Thobroni M. Adnan Amal M. Al Mustafad M. Arwan Hamidi M. Bashori Muchsin M. Faizi M. Hadi Bashori M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Mustafied M. Nurdin M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki M.S. Nugroho M.Si M’Shoe Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahrus eL-Mawa Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mansur Muhammad Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marjohan Marsudi Fitro Wibowo Martin van Bruinessen Marzuki Wahid Marzuzak SY Masduri Mashuri Masjid Kordoba Masuki M. Astro Matroni Matroni el-Moezany Matroni Muserang Mbah Dalhar Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftahul Ulum Mila Novita Mochtar Lubis Moh. Ghufron Cholid Mohamad Salim Aljufri Mohammad Kh. Azad Mohammad Yamin Muh. Khamdan Muhajir Arrosyid Muhammad Abdullah Muhammad Affan Adzim Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih AR Muhammad Amin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Ghannoe Muhammad Idrus Djoge Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Kosim Muhammad Muhibbuddin Muhammad Mukhlisin Muhammad Quraish Shihab Muhammad Subhan Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yasir Muhammad Yuanda Zara Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyiddin Mujtahid Muktamar Sastra Mulyadi SA Munawar A. Djalil Munawir Aziz Musa Ismail Musa Zainuddin Muslim Mustafa Ismail Mustami’ tanpa Nama Mustofa W Hasyim Musyafak Myrna Ratna N. Mursidi Nasaruddin Umar Nashih Nashrullah Naskah Teater Nasruli Chusna Nasrullah Thaleb Nelson Alwi Nevatuhella Ngarto Februana Nidia Zuraya Ninuk Mardiana Pambudy Nita Zakiyah Nizar Qabbani Nova Burhanuddin Noval Jubbek Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Fauzan Ahmad Nur Wahid Nurcholish Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Orasi Budaya Pangeran Diponegoro Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pesantren Tebuireng Pidato Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pramoedya Ananta Toer Prof. Dr. Nur Syam Profil Ma'ruf Amin Prosa Puisi Puji Hartanto Puji Santosa Pungkit Wijaya Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin PUstaka puJAngga Putera Maunaba Putu Fajar Arcana R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rakhmat Nur Hakim Ramadhan Alyafi Rameli Agam Rasanrasan Boengaketji Ratnaislamiati Raudal Tanjung Banua Reni Susanti Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Retno HY Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Rinto Andriono Risa Umami Riyadhus Shalihin Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rohman Abdullah S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifuddin Syadiri Saifudin Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Salahuddin Wahid Salamet Wahedi Salman Faris Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Pesantren Sastrawan Pujangga Baru Satmoko Budi Santoso Satriwan Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siswanto Siswoyo Sita Planasari A Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slavoj Zizek Snouck Hugronje Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana St Sularto Suci Ayu Latifah Sufyan al Jawi Sugiarta Sriwibawa Sulaiman Djaya Sundari Sungatno Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susringah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaiful Amin Syaifullah Amin Syarif Hidayat Santoso Syeikh Abdul Maalik Syeikh Muhammad Nawawi Syekh Abdurrahman Shiddiq Syekh Sulaiman al Jazuli Syi'ir Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tiar Anwar Bachtiar Tjahjono Widijanto Tok Pulau Manis Toko Buku PUstaka puJAngga Tu-ngang Iskandar Turita Indah Setyani Umar Fauzi Ballah Uniawati Universitas Indonesia Universitas Jember Usep Romli H.M. Usman Arrumy UU Hamidy Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wa Ode Zainab Zilullah Toresano Wahyu Aji Walid Syaikhun Wan Mohd. Shaghir Abdullah Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Fei Hung Y Alpriyanti Yanti Mulatsih Yanuar Widodo Yanuar Yachya Yayuk Widiati Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yopi Setia Umbara Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudi Latif Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusuf Suharto Zaenal Abidin Riam Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zakki Amali Zehan Zareez