Khoshshol Fairuz *
“Sungguh aku mencintaimu hujan, meski kemarau tlah mengubur kenangan, aku ingin memelukmu sederas hujan hari ini.” Satu paragraf dari saduran puisi dengan judul yang sama mengawali buku sekumpulan 95 puisi R. Giryadi ini menggambarkan seluruh isinya, seolah penyair ini ingin mengatakan, hujan adalah hidupku. Tapi dicekal makna dan mengalami penyempitan, maka cukuplah Usaha (untuk) Mencintai Hujan.
Puisi-puisinya banyak bernuansa kritik sosial (tikungan, orang asing, bukan negeri dongeng, jakarta, dll), tentang kedalaman kontemplasi (judul yang mengandung kata ‘hujan’), kesadaran literasi (buku, di perpustakaan), kesederhanaan (kalangan—bandar), cinta (surat penyair dan balasannya, sajak bisu buat ibu). Dll.
Dominasi ‘hujan’ sebagai acuan judul buku ini mengandung makna implisit yang sangat kuat dan perenungan yang dalam, ini ditandai dengan puisi dengan judul yang sama:
Usaha Mencintai Hujan
Sesungguhnya aku mencintai hujan dengan segala laknat yang menyerta...Lalu tubuh pun lumer oleh ingatan tentang kota yang tiba-tiba pergi entah kemana
Atau tentang dirimu yang hilang pada rimba hujan...Aku mencintaimu meski kemarau begitu panjang membakar ilalang yang bertumbuhan di tubuhku. Aku mencoba menyemai gerimis, meski di mataku geluduk memusnahkan keceriaan masa lalu.
Usaha nyata mencintai adalah penerimaan segala konsekuensi, meskipun yang dicintainya hanya ingatan, atau tanpa bekas. Tentang ada tidaknya sesuatu untuk dicintai, terlepas dari alpa dan hadirnya, bagi R Giryadi cinta adalah totalitas penyerahan hati tanpa ekspektasi kembali.
Seperti pada umumnya penyair Jawa, dalam buku ini R. Giryadi sesekali menunjukkan ke-Jawa-annya lewat pemilihan diksi-diksi berbahasa Jawa, semisal geluduk (hujan pagi ini 2), kalis (laut). Bahkan ia menyisipkan kosa kata asli jawa yang tidak ditemukan dalam KBBI, seperti medingkrang (kalangan), ngithit (bandar), mblobor (kata-kata hujan), disubya-subya (surat penyair), nonggeret (kemarau bulan juni). Seolah ada makna yang gagal disampaikan melalui puisi jika mengadopsi kosakata dalam bahasa Indonesia, memutuskan menggunakan kosakata jawa merupakan penguatan makna dan identitas diri.
Beberapa kali kita akan menemukan puisi dengan nuansa agraria, seperti dalam Hujan Kenangan yang bertitimangsa di Sumenep, Madura, penulis mencatut pohon gayam. Gayam yang berasal dari kata “ga” atau gayuh (mencari), sedangkan potongan kata “yam” yakni simbolisasi dari kata ayem (tenang). Mungkin sangat tidak familiar bagi kita orang-orang modern mengingat sangat jarangnya pemanfaatan buahnya yang harus melalui proses sebelum dimakan, akan tetapi memliki makna filosofis yang kuat, selain gayam ada trembesi dan perdu yang ditulis juga.
Sedikitnya tiga buah puisi yang bercerita lautan, menimbulkan tanya yang kuat, penulis menyukai hujan tapi tidak menuliskan banyak tentang laut dan pantai-pantainya. Padahal secara geografis daerah kelahiran R. Giryadi, Blitar, memiliki pantai eksotis, pun secara ilmiah hujan tidak akan ada tanpa proses penguapan laut. Terjadi kerumpangan, atau mungkin penulis hanya menyampaikan pesan lewat hujan saja, sebab keadilan puisi bisa jadi hanya terletak pada kefokusan obyek tunggal untuk dicintai. Tidak dicantumkannya nama Umbul Waaru, Serang, Pangi, dsb sebagai salah satu ciri khas Blitar menunjukkan bahwa penyair mencintai lautan lebih luas daripada samuderanya, dengan cinta yang entah. Ketidakikutsertaan tokoh nomor satu Indonesia juga memancing tanya, kemana sebenarnya arah puisi putra Blitar ini?
Penjelasan selanjutnya kita berada dalam kondisi spekulatif soal sejauh mana kadar licencia poetica dari seorang R. Giryadi. Pertama, ada dua judul puisi yang sama, bait awal hingga tengah sama, namun memiliki ending yang berbeda. Dua puisi itu adalah; Dongeng Pohon. Keduanya sama persis, yang membedakan adalah bait akhir dan dua gambar ember yang letaknya berbeda (ember-ember ini akan dibahas selanjutnya). Lazimnya ada aturan setiap puisi itu tercipta, akan tetapi penyair boleh melabrak kaidah bahasa selama masih menimbulkan estetika tersendiri, hal ini kemudian yang populer dengan nama licencia poetica atau legitimasi kebebasan khusus dari dunia sastra untuk para penyair. Juga, interpretasi yang bervariasi membuat puisi bersifat kontemporer, berbagai asumsi justru membuat puisi menemukan jiwanya sendiri.
Menarik ketika kita lirik desain simple dari buku Usaha Mencintai Hujan ini, ketika membuka halaman demi halaman kita akan menjumpai ada ember dengan berbagai ukuran dan posisi penempatannya, ada beberapa namun tidak semua puisi ‘diberi’ ember. Kalau tanpa tujuan dan memiliki nilai estetika tersendiri, untuk mengisi ruang kosong tanpa bait puisi kah? Mari kita petakan dari awal; hujan hanya membawa tetes, dan tetesan itu biasa tertampung dalam ember. Hujan adalah sesuatu yang disampaikan penulis, dan ember adalah ekspektasi penulis supaya pembaca bersikap bijak seperti penempatan dan jumlah ember.
Ember pertama kecil, diikuti potongan puisi Usaha Mencintai Hujan; ember kedua besar, penulis berharap dengan kemampuan pembaca yang kecil bisa menampung manfaat dan cinta yang besar; ember ketiga Pada Suatu Hari menengadah ke atas, memiliki filosofi penerimaan yang luas; ember pada puisi Bandar, kecil dan terletak di pinggir, supaya mengesampingkan nasib dan mendahulukan usaha; Pelayaran Perahu Kecil diakhiri tiga ember yang bila ditelisik akan menggambarkan betapa perlunya kita lebih dari satu ember untuk menampung perjalanan hujan kehidupan; Homo Corruptikus adalah spesies baru sejarah manusia, memiliki 3 ember yang menghadap samping seolah enggan menerima tetes praktik KKN dan usaha membuangnya; satu ember menyerong diagonal pada puisi Dongeng Pohon bermakna pilihan; begitu seterusnya hingga dituntaskan oleh ember berisi bunga mekar hasil cintanya kepada hujan: Sajak Bisu Buat Ibu.
Upaya R. Giryadi memposisikan puisi-puisinya juga terbilang ngestetika; kumpulan puisi dengan dasar kata ‘hujan’ menjadi skenario panjang yang disusun dengan teka-teki cinta. Begitu juga dengan 11 kemarau sengaja ditulis tak berurutan, dimulai dari Kemarau (16), (15), dst. Dalam puisi kemarau itu ditulis dengan menghitung mundur; ada upaya pengembalian ingatan dan memori saat musim kerontang. Rupanya penulis tak berhenti sampai sana, ada sekumpulan puisi dengan judul yang sama dan hanya dibedakan oleh angka saja; Retorika Hujan 13, 6, 4, 2 ,ini akan menjadi masalah ketika kita berbicara matematika, akan tetapi penulis mampu mengkotak-kotakkan kepala kita untuk mencari keindahan dan maknanya, dalam retorika hujan hanya ada satu angka yang bukan bilangan genap yaitu 13, penulis ingin menyempurnakan keganjilan dalam kehidupan dengan membiarkan 6, 4, 2 menggenapi sisi-sisi yang rumpang.
Pada akhirnya Usaha Mencintai Hujan telah sampai kepada Sajak Bisu Buat Ibu, sekumpulan puisi tentang ingatan dan kegundahan hati mencapai ember yang disediakan oleh ibu penyair. Penutupan rasa dari R. Giryadi dari usaha mencintai hujan yang memuarakan cinta kepada ibunya:
Ibu.
Ijinkan aku menjadi batu ... aku hanya bisa jadi batu, ibu
Dari musim ke musim di kota ini, walau irama dongengmu selalu menghantuiku setiap malam.
Lik Gir, selamat! Hujan yang engkau cinta, tlah tuntas menggenangi dada.
***
*) Murid CEO Boenga Ketjil, Andhi Setyo Wibowo (Andhi Kephix).
https://selasastrain.blogspot.co.id/2018/02/usaha-mencintai-hujan-usaha-mencintaimu.html
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Khoirul Anam
A. Khoirul Anam
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A.C. Andre Tanama
A.D. Zubairi
A.S. Laksana
Abd. Basid
Abdul Aziz
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Gaffar
Abdul Hadi W.M.
Abdul Rauf Singkil
Abdul Rosyid
Abdul Salam HS
Abdul Wachid B.S.
Abdullah Alawi
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Abimardha Kurniawan
Abu Nawas
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Ach. Tirmidzi Munahwan
Achmad Faesol
Adam Chiefni
Adhitya Ramadhan
Adi Mawardi
Adian Husaini
Aditya Ardi N
Ady Amar
Adzka Haniina Al Barri
AF. Tuasikal
Afrizal Malna
Afrizal Qosim
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan Mn
Agus Buchori
Agus Fahri Husein
Agus Fathuddin Yusuf
Agus R. Sarjono
Agus Sulton
Agus Sunyoto
AH J Khuzaini
Ahmad Anshori
Ahmad Badrus Sholihin
Ahmad Baso
Ahmad Fatoni
Ahmad Hadidul Fahmi
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Maltup SA
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Muhli Junaidi
Ahmad Syafii Maarif
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Tohari
Ahmad Y. Samantho
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainur Rohim
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Fatoni
Akhmad Sahal
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Alang Khoiruddin
Alang Khoirudin
Ali Audah
Ali Mahmudi CH
Ali Rif’an
Aliansyah
Allamah Syaikh Dalhar
Alvi Puspita
AM Adhy Trisnanto
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Amin Hasan
Aminullah HA Noor
Amir Hamzah
Ammar Machmud
Andri Awan
Anindita S Thayf
Aning Ayu Kusuma
Anjar Nugroho
Anjrah Lelono Broto
Antari Setyowati
Anwar Nuris
Arafat Nur
Ariany Isnamurti
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arif Hidayat
Arif Saifudin Yudistira
Arifin Hakim
Arman AZ
Arwan
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Juanda
Asep S. Bahri
Asep Sambodja
Asep Yayat
Asif Trisnani
Aswab Mahasin
Atiqurrahman
Awalludin GD Mualif
Azizah Hefni
Azwar Nazir
B Kunto Wibisono
Babe Derwan
Badrut Tamam Gaffas
Bale Aksara
Bandung Mawardi
Bastian Zulyeno
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benny Benke
Berita
Berita Duka
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budiawan Dwi Santoso
Buku Kritik Sastra
Candra Adikara Irawan
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cawapres Jokowi
Cerpen
Chairil Anwar
Chairul Abhsar
Chairul Akhmad
Chamim Kohari
CNN Indonesia
Cucuk Espe
Cut Nanda A.
D Zawawi Imron
D. Dudu AR
Dahta Gautama
Damanhuri Zuhri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Danuji Ahmad
Dati Wahyuni
Dea Anugrah
Dea Ayu Ragilia
Dede Kurniawan
Dedik Priyanto
Den Rasyidi
Deni Jazuli
Denny JA
Denny Mizhar
Detti Febrina
Dewi Kartika
Dian Sukarno
Dian Wahyu Kusuma
Didi Purwadi
Dien Makmur
Din Saja
Djasepudin
Djauharul Bar
Djoko Pitono
Djoko Saryono
DM Ningsih
Doddy Hidayatullah
Donny Syofyan
Dr Afif Muhammad MA
Dr. Simuh
Dr. Yunasril Ali
Dudi Rustandi
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Rejeki
Dyah Ratna Meta Novia
E Tryar Dianto
Ecep Heryadi
Edeng Syamsul Ma’arif
Edy A Effendi
Edy Susanto
EH Ismail
Eka Budianta
Ekky Malaky
Eko Israhayu
Ellie R. Noer
Emha Ainun Nadjib
Esai
Esha Tegar Putra
Evi Melyati
Fachry Ali
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Faizal Af
Fajar Kurnianto
Fanani Rahman
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Fazabinal Alim
Festival Literasi Nusantara
Festival Sastra Gresik
Festival Teater Religi
Forum Santri Nasional
Fuad Mardhatillah UY Tiba
Furqon Lapoa
Fuska Sani Evani
Geger Riyanto
Ghufron
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin
Gus Dur
Gus Muwaffiq
Gusriyono
Gusti Grehenson
H Marjohan
H. Usep Romli H.M.
Habibullah
Hadi Napster
Halimi Zuhdy
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hamka
Hammam Fathulloh
Hamzah Fansuri
Hamzah Sahal
Hamzah Tualeka Zn
Hanibal W.Y. Wijayanta
Hanum Fitriah
Haris del Hakim
Harri Ash Shiddiqie
Hartono Harimurti
Hary B. Kori’un
Hasan Basri Marwah
Hasnan Bachtiar
Hasyim Asy’ari
Helmy Prasetya
Hendra Makmur
Hepi Andi Bastoni
Heri Listianto
Heri Ruslan
Herry Lamongan
Herry Nurdi
Heru Kurniawan
Hilmi Abedillah
Hotnida Novita Sary
Hudan Hidayat
Husein Muhammad
I Nyoman Suaka
Ibn ‘Arabi (1165-1240)
Ibn Rusyd
Ibnu Sina
Ibnu Wahyudi
Idayati
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Ilham Yusardi
Imadi Daimah Ermasuri
Imam Hamidi Antassalam
Imam Khomeini
Imam Nawawi
Imam Nur Suharno
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Nasri
Imron Tohari
Indonesia O’Galelano
Indra Kurniawan
Indra Tjahyadi
Inung As
Irma Safitri
Isbedy Stiawan Z.S.
Istiyah
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
J Sumardianta
Jadid Al Farisy
Jalaluddin
Jalaluddin Rakhmat
Jamal Ma’mur Asmani
Jamaluddin Mohammad
Javed Paul Syatha
Jaya Suprana
Jember Gemar Membaca
Jo Batara Surya
Johan Wahyudi
John Halmahera
Joko Pinurbo
Joko Widodo
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Junaidi
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
K. Muhamad Hakiki
K.H. A. Azis Masyhuri
K.H. Anwar Manshur
K.H. M. Najib Muhammad
K.H. Ma'ruf Amin
Kabar Pesantren
Kafiyatun Hasya
Kanjeng Tok
Kasnadi
Kazzaini Ks
KH Abdul Ghofur
KH. Irfan Hielmy
Khansa Arifah Adila
Khoirul Anwar
Khoirur Rizal Umami
Khoshshol Fairuz
Kiai Muzajjad
Kiki Mikail
Kitab Dalailul Khoirot
Kodirun
Komunitas Deo Gratias
Koskow
Kritik Sastra
Kurniawan
Kurtubi
Kuswaidi Syafi’ie
Kyai Maimun Zubair
Lan Fang
Larung Sastra
Leila S. Chudori
Linda S Priyatna
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP
Lukman Asya
Lukman Santoso Az
M Arif Rohman Hakim
M Hari Atmoko
M Ismail
M Thobroni
M. Adnan Amal
M. Al Mustafad
M. Arwan Hamidi
M. Bashori Muchsin
M. Faizi
M. Hadi Bashori
M. Harir Muzakki
M. Kanzul Fikri
M. Mustafied
M. Nurdin
M. Yoesoef
M. Yunis
M.D. Atmaja
M.H. Abid
M.Harir Muzakki
M.S. Nugroho
M.Si
M’Shoe
Mahamuda
Mahdi Idris
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Mahrus eL-Mawa
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mansur Muhammad
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Marjohan
Marsudi Fitro Wibowo
Martin van Bruinessen
Marzuki Wahid
Marzuzak SY
Masduri
Mashuri
Masjid Kordoba
Masuki M. Astro
Matroni
Matroni el-Moezany
Matroni Muserang
Mbah Dalhar
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Miftahul Ulum
Mila Novita
Mochtar Lubis
Moh. Ghufron Cholid
Mohamad Salim Aljufri
Mohammad Kh. Azad
Mohammad Yamin
Muh. Khamdan
Muhajir Arrosyid
Muhammad Abdullah
Muhammad Affan Adzim
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Ali Fakih AR
Muhammad Amin
Muhammad Anta Kusuma
Muhammad Ghannoe
Muhammad Idrus Djoge
Muhammad Itsbatun Najih
Muhammad Kosim
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Mukhlisin
Muhammad Quraish Shihab
Muhammad Subhan
Muhammad Wava Al-Hasani
Muhammad Yasir
Muhammad Yuanda Zara
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun AS
Muhyiddin
Mujtahid
Muktamar Sastra
Mulyadi SA
Munawar A. Djalil
Munawir Aziz
Musa Ismail
Musa Zainuddin
Muslim
Mustafa Ismail
Mustami’ tanpa Nama
Mustofa W Hasyim
Musyafak
Myrna Ratna
N. Mursidi
Nasaruddin Umar
Nashih Nashrullah
Naskah Teater
Nasruli Chusna
Nasrullah Thaleb
Nelson Alwi
Nevatuhella
Ngarto Februana
Nidia Zuraya
Ninuk Mardiana Pambudy
Nita Zakiyah
Nizar Qabbani
Nova Burhanuddin
Noval Jubbek
Nu’man ’Zeus’ Anggara
Nur Fauzan Ahmad
Nur Wahid
Nurcholish
Nurel Javissyarqi
Nuruddin Al Indunissy
Nurul Anam
Orasi Budaya
Pangeran Diponegoro
Parimono V / 40 Plandi Jombang
PC. Lesbumi NU Babat
PDS H.B. Jassin
Pesantren Tebuireng
Pidato
Politik
Pondok Pesantren Al-Madienah
Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang
PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan
Pramoedya Ananta Toer
Prof. Dr. Nur Syam
Profil Ma'ruf Amin
Prosa
Puisi
Puji Hartanto
Puji Santosa
Pungkit Wijaya
Purwanto
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
PUstaka puJAngga
Putera Maunaba
Putu Fajar Arcana
R. Ng. Ronggowarsito
Radhar Panca Dahana
Raedu Basha
Rahmat Sudirman
Rahmat Sularso Nh
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rakhmat Nur Hakim
Ramadhan Alyafi
Rameli Agam
Rasanrasan Boengaketji
Ratnaislamiati
Raudal Tanjung Banua
Reni Susanti
Resensi
Restoe Prawironegoro Ibrahim
Retno HY
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar
Rinto Andriono
Risa Umami
Riyadhus Shalihin
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rohman Abdullah
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifuddin Syadiri
Saifudin
Saiful Amin Ghofur
Sainul Hermawan
Sajak
Salahuddin Wahid
Salamet Wahedi
Salman Faris
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sandiaga Uno
Sanggar Pasir
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian Nuraini
Sastra Pesantren
Sastrawan Pujangga Baru
Satmoko Budi Santoso
Satriwan
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra Boenga Ketjil
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siswanto
Siswoyo
Sita Planasari A
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Slavoj Zizek
Snouck Hugronje
Sobih Adnan
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
St Sularto
Suci Ayu Latifah
Sufyan al Jawi
Sugiarta Sriwibawa
Sulaiman Djaya
Sundari
Sungatno
Sunu Wasono
Surya Lesmana
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Susringah
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyanto
Syaiful Amin
Syaifullah Amin
Syarif Hidayat Santoso
Syeikh Abdul Maalik
Syeikh Muhammad Nawawi
Syekh Abdurrahman Shiddiq
Syekh Sulaiman al Jazuli
Syi'ir
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Tiar Anwar Bachtiar
Tjahjono Widijanto
Tok Pulau Manis
Toko Buku PUstaka puJAngga
Tu-ngang Iskandar
Turita Indah Setyani
Umar Fauzi Ballah
Uniawati
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usep Romli H.M.
Usman Arrumy
UU Hamidy
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W.S. Rendra
Wa Ode Zainab Zilullah Toresano
Wahyu Aji
Walid Syaikhun
Wan Mohd. Shaghir Abdullah
Warung Boengaketjil
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Welly Adi Tirta
Wiwik Hastuti
Wiwik Hidayati
Wong Fei Hung
Y Alpriyanti
Yanti Mulatsih
Yanuar Widodo
Yanuar Yachya
Yayuk Widiati
Yeni Ratnaningsih
Yohanes Sehandi
Yopi Setia Umbara
Yosi M Giri
Yudhi Fachrudin
Yudi Latif
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Zaenal Abidin Riam
Zainal Arifin Thoha
Zainuddin Sugendal
Zakki Amali
Zehan Zareez
Tidak ada komentar:
Posting Komentar