Inung As
Setiap satu minggu kita bisa temui Sabtu kemudian berganti Minggu pada hari berikutnya lalu Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jum’at dan berulang Sabtu lagi dan berulang.Hanya tujuh hari itu dalam satu minggu.Kamis malam akrab kita kenal sebagai malam Jum’at.Sabtu malam sering disebut malam Minggu.Malam yang panjang, kata orang.Entah karena terpengaruh lagu yang tenar di akhir periode delapan puluhan sampai awal periode sembilan puluhan atau entah karena memang sebagian orang begitu menikmati malam Minggu sampai larut.Minggunya bisa digunakan untuk berlibur bersantai menjauh dari rutinitas atau sejenak jalan santai bersama keluarga atau teman-teman di jalan di hari bebas mobil, car free day. Itu bagi mereka yang mempercayai car free day itu ada.
Kita kenal tujuh hari dalam sepekan juga bersanding dengan pasaran Kliwon, Legi, Pahing, Pon dan Wage.Lima pasaran inilah yang menyertai tujuh hari dalam sepekan.Jadilah Jum’at Legi jika hari Jum’at dengan pasaran Legi atau Jum’at Pahing jika bersanding dengan pasaran Pahing dan seterusnya.Menjadikannya kombinasi unik dan berulang.
Ada beberapa hari istimewa dalam satu tahun. Mereka menyusup diantara tujuh hari dan lima pasaran yang ada. Sebut umpamanya hari Idul Fitri, Idul Adha, Natal, Nyepi, Waisak atau sebut seumpama yang lain. Hari istimewa bagi mereka yang ikut merasa memiliki dan memeriahkanya dengan ungkapan rasa hikmat.
Dalam kaedah yang mempertemukan hari dan pasaran kita belum bisa menemui hari Selasa dengan pasaran sastra.Dalam bentuk hari istimewa kita juga belum menemui hari istmewa yang dinanti dan dirayakan sebagai hari raya Selasa sastra.Kalaupun kita tulis secara berbeda menjadi selasastra yang menggabungkan kata Selasa dan kata sastra kita pun belum menemukan hari selasastra yang menggantikan satu hari dalam sistem penanggalan.Meskipun kemunculannya hanya sekali dalam empat tahunan seperti muncul dan tenggelamnya tanggal 29 Februari ketika tahun kabisat dan bukan kabisat.Menjadikan 29 Februari istimewa dari Februari diluar tahun kabisat.
Pembaca yang budiman.Selasastra menjadi bentuk usulan, jika sebutan protes yang menuntut ada dinilai keterlaluan.Mengusulkan adanya hari Selasa dengan pasaran sastra.Usulan hari selasastra. Malam selasastra adalah peristiwa ambangnya, sebagian merupakan hari lain dan sebagian yang lain adalah hari selasastra kemudian keesokanya adalah hari selasastra. Seperti kita menyebut malam Jum’at yang sebagian adalah hari Kamis dan sebagian yang lain adalah hari Jum’at. Malam jum’at adalah ambang perpisahan hari Kamis dan berganti Jum’at.
Bentuk usulan lainya bisa dengan tanpa merubah sistem penanggalan yang telah jauh ada.Bisa kita mengusulkan selasastra sebagai hari istimewa seperti hari raya tersendiri.Sebagai contoh yang baru saja kita kenal, hari santri. Bukankah itu juga sebuah hari raya?.Selasastra bisa diusulkan menjadi hari raya yang bisa diperingati setiap bulan tanpa harus merubah sistem penanggalan apapun.Tidak juga pada pasaran.Setiap orang bisa ikut merayakan hari raya selasastra.Hari raya selasastra tidak harus menghindari hari-hari tertentu dan mengkhususkan pada hari tertentu.Toh ini bukan hari raya keagamaan yang harus didasari kaedah-kaedah agama. Kita bisa merayakan Idul Fitri hanya jika Ramadhan berakhir dengan hilal satu Syawal entah ia hanya 29 hari atau 30 hari. SelaSAstra tidak begitu.Kita bisa melihat ramainya perayaan Natal setiap 25Desember.Ia bisa merupa Selasa, Rabu, Kamis maupun hari yang lain dan identitasnya tetap Natal. Selasastra bukan itu.
Kepada semua kita bisa mengusulkan SelaSAstra. Penyair, penulis, pembaca, sastrawan, budayawan, pengamen, pelajar, tukang becak, pencari rumput, koruptor, guru, tukang sapu atau siapa pun yang tanpa identitas kecuali satu identitas saja yang menjadikannya punya hak yang setara, manusia. Selama identitas itu berupa manusia, haknya sama. Belajar.Andaikan.
Pembaca yang budiman tentu bisa bersama-sama ikut merasa senang merayakan SelaSAstra dihari apapun itu terjadi.Enam belas April 2016 yang lalu, hari Sabtu Legi malam Minggu Pahing bersama mas Andy Sri Wahyudi SelaSAstra yang ke empat dirayakan.Bukankah itu seperti usulan yang terlanjur terjadi juga? Mengusulkan agar selasastra terjadi di lainSelasa seperti Sabtu itu umpamanya. Usulan ini belum tentu diterima oleh umum meski terlanjur terjadi. Umum bisa juga masih berharap agar tetap beristiqomah pada hari Selasa agar namanya tetap bersesuaian atau alasan yang lain. Ada alasan tersendiri selasastra selama ini terjadi di hari Selasa.Tidak ada hal yang aneh jika SelaSAstra di rayakan di hari apapun.Menjadikan SelaSAstra layaknya hari raya yang patut disambut dengan suka cita.Bisa terjadi di hari apapun.Secara subjektif saya menilai demikian.Bukan wewenang saya untuk mengatur dan menjadwalkan SelaSAstra terjadi. Imajinasi menembus batasan selasa dan kegiatan sastra, memunculkan pertanyaan ketika terjadi di hari lain dan menjawabnya sebagai bentuk usulan.
Enam belas April dua ribu enam belas yang lalu ada Mas Andy Sri Wahyudi, Dia adalah seorang penulis dan juga aktor pantomim yang dimiliki Jogjakarta. Kamu tahukan kalau Jogjakarta juga bagian dari Indonesia ?.Dalam perjalanannya kembali ke Jogjakarta dia menceritakan kegiatannya menyinggahi Malang, Bondowoso, Bali dan di Jombang ber-selasastra di malam Minggu kemudian besok paginya kembali ke Jogjakarta.Diantara dia bercerita disisipilah pembacaan puisi yang kemudian dilanjutkanya bercerita lisan dan gerak pantomim.
Beberapa cerita yang sedikit teringat, ketika di Malang dia menceritakan kegiatanya mendongeng dan bertemu dengan seniman instalasi di kota Malang yang mulai gelisah dengan pembangunan yang berdampak pada debit sumber air yang makin kecil. Diceritakan pula bagaimana dia kagum dengan teknik pukulan mereka. Mereka memukul-mukul drum untuk karya instalasinya sedemikian rupa menjadi bentuk yang artistik. Untuk memuaskan rasa penasaran dengan bentuk yang indah dan begitu naturalnya ditanyakan bagaimana cara memberi pukulan. Pukulan itu bukan manusia yang memberinya.Drum-drum itu hanya diangkat dan dilemparkan ke arus sungai kemudian membiarkan drum-drum itu mengikuti jeram dan batu-batu dibenturnya. Sambil berlari di daratan tepi sungai, seniman ini mengikuti drum-drumnya yang berjeram ria dan berdentum-dentum seperti begitu asyiknya menikmati petualangan jeram sambil seolah-olah memainkan simphoni yang asyik. Sampai dianggapnya cukup banyak benturan yang terjadi, drum- drum itu di angkat kedaratan dan dibawah ke tempat mereka dipajang dan ditata sehingga terlihat artistik yang entah.Saya sendiri hanya membayangkanya dari ceritanya.
Dalam persinggahanya di Bondowoso, dia bercerita tentang situs megalitikum.Megalitikum atau zaman batu besar.Besar banget.Gede banget.Secara basa Jawa Timur bagian Jombang gede banget menjadi gouwede dengan mimik dan intonasi yang menunjukan keheranan berlebih.Saya pikir pengucapan yang membuat perubahan kosa kata ini tidak dikenal di Jogja.Lagi-lagi aku membayangkan se-embuh gouwedene.Menurut dia lebih gede dari situs megalitikum di luar negeri yang embuh aku lupa namanya. Bentuknya berupa patung manusia yang menurut penduduk ada yang memiliki tinggi lebih dari lima belas meter. Ada juga sebagian lokasi dari situs itu di tambang dijadikan potongan batu-batu untuk bangunan.Tambang megalitikum.Edan banget, gouwendeng –kosa kata ala Jombang-.Sebagian situs megalitikum itu berada diantara ladang perkebunan atau pertanian penduduk.Kalau musim kemarau kita bisa melihat betapa banyak atau betapa gedenya situs megalitikum disana.Lagi-lagi seperti entah dalam bayanganku.
Dibacakanya puisi setiap dia menyudahi cerita di sebuah wilayah.Sambil terdengar musik backsound yang sebenarnya tidak benar-benar menjadikanya backsound sehingga aku mencoba mencari titik temu antara musik backsound berupa gesekan biola dan pembacaan puisi dan cerita-cerita.Gagal. Serasa mendengarkan puisi di tepian jalan raya yang sedang sibuk-sibuknya mencatat perjalanan mobil, motor dan sesekali kereta api yang rel keretanya tepat memotong jalan raya dan suaranya saling menyamarkan. Cukup indah musik itu namun belum sejalan dengan puisi dan cerita yang dibacakan.
Dalam alunan musik biola, cerita itu berlanjut menuju Bali.Sebagai aktor pantomim mas Andy tak lengkap kalau tidak menampilkan pertunjukan pantomim. Gerakan pantomim merupakan hasil tiruan dari pesan verbal maupun nonverbal seperti gejala alami tumbuhnya tunas, kobar api, hembus angin, debur ombak dan sebagainya yang membuat pantomim bisa seolah gerak tari. Malam itu diperagakanya sebuah pertunjukan pantomim yang di ambil dari cerita seorang selir raja Bali.Ada mimik kemayu dan gagah silih berganti.Menyampaikan sosok selir dan raja. Ada rasa sedih yang muncul dalam pertunjukanya kemudian menjadi mimik yang gembira dari sang selir. Meski pengorbanan sang selir menyakitkan dirinya namun kalau itu menjadi hal yang baik akan tetap menjadikanya terasa indah. Dari gerakanya saya menebak demikian.
Malam itu, selasastra terasa meriah.Selain oleh penampilan mas Andy dengan cerita perjalanannya juga penampilan pengamen dengan biolanya.Acara malam itu di akhiri dengan pembacaan puisi oleh mas Andhi Setyo Wibowo yang akrab kami panggil Kephix. Si tuan rumah di Boenga Ketjil. Bunga kecil hanya bunganya yang kecil bukan pohonnya.Bunga yang jika ditambah dengan huruf H di akhirnya menjadi bungah.Bungah kecil searti dengan kebahagiaan kecil atau kebahagiaan sederhana.Sederhana yang membahagiakan.Entah.Tak ada pertalian dengan usulan SelaSAstra.Tak perlu memaksa untuk menjadikan selasastra menjadi hari Selasa yang dimeriahkan dengan sastra.Istiqomah itu penting.Istiqomah bukan ngotot dengan keinginan.Istiqomah itu fleksibel, menyesuaikan tanpa meninggalkan.Anggaplah cukup mengusulkannya menjadi hari istimewa seperti hari raya yang bisa dirayakan dengan bahagia.Tanpa harus menetapkan pada hari tertentu.Cukup selalu ada di setiap bulanya.
Pembaca yang budiman, catatan ini bisa terlalu ngawur untuk dijadikan sebagai pedoman bertutur yang lebih mencerahkan. Maaf-maaf pembacalah yang akan menjadi hal ini menyenangkan. Meskipun maaf tidak akan bisa menyembuhkan luka, setidaknya maaf akan membuat jalan yang lebar kelak disuatu masa yang akan datang. Saya pun bisa melenggang dengan nyaman.
Pembaca yang budiman, catatan ini ditujukan sebagai dokumentasi kegiatan selasastra meski sedikit memaksakan untuk dianggap menjadi layak disebut dokumentasi.Apabila dalam catatan ini ada hal-hal tak wajar dan ngawur.Terasa berteori, mengkritik maupun hal-hal yang membuat rasa mual dan kepala pening percayalah tubuh anda sedang dilanda virus sejenis catatan dokumentasi SelaSAstra.Belum ada vaksin maupun obat untuknya.Hanya menganggapnya sebagai catatan dokumentasi berdasar perasaan dari ingatan bolong-bolong mungkin bisa membuat anda sedikit lega dan bisa melangkah dengan riang. Senyum anda yang menawan pun akan menemukan tempat untuk berteman dengan si bahagia. Memori ingatan anda bisa anda gunakan untuk menyimpan dan mengingat hal- hal yang lebih akrab dengan dunia anda.Mungkin juga ketika anda membuang hal yang tak perlu di simpan dalam ingatan, anda bisa saja menemukan kenangan dari catatan belanja ibu yang anda ingat-ingat dulu sebelum belanja.Kemudian dari situ anda bisa menceritakan ulang kenangan anda tentang catatan belanja ibu.Meski ibu tak pernah memberi kita catatan belanja hingga begitu panjang, setidaknya kita bisa mengingat setiap cerita yang memuat pesan yang lebih kuat dari sebuah perintah.Setidaknya catatan ini tetap ngawur sampai disini.
1 Mei 2016
*) Upaya dokumentasi SelaSAstra #4 Boenga Ketjil 16 April 2016
https://selasastrain.blogspot.co.id/2018/03/selasastra-mari-kita-nikmati-saja.html
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Khoirul Anam
A. Khoirul Anam
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A.C. Andre Tanama
A.D. Zubairi
A.S. Laksana
Abd. Basid
Abdul Aziz
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Gaffar
Abdul Hadi W.M.
Abdul Rauf Singkil
Abdul Rosyid
Abdul Salam HS
Abdul Wachid B.S.
Abdullah Alawi
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Abimardha Kurniawan
Abu Nawas
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Ach. Tirmidzi Munahwan
Achmad Faesol
Adam Chiefni
Adhitya Ramadhan
Adi Mawardi
Adian Husaini
Aditya Ardi N
Ady Amar
Adzka Haniina Al Barri
AF. Tuasikal
Afrizal Malna
Afrizal Qosim
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan Mn
Agus Buchori
Agus Fahri Husein
Agus Fathuddin Yusuf
Agus R. Sarjono
Agus Sulton
Agus Sunyoto
AH J Khuzaini
Ahmad Anshori
Ahmad Badrus Sholihin
Ahmad Baso
Ahmad Fatoni
Ahmad Hadidul Fahmi
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Maltup SA
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Muhli Junaidi
Ahmad Syafii Maarif
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Tohari
Ahmad Y. Samantho
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainur Rohim
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Fatoni
Akhmad Sahal
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Alang Khoiruddin
Alang Khoirudin
Ali Audah
Ali Mahmudi CH
Ali Rif’an
Aliansyah
Allamah Syaikh Dalhar
Alvi Puspita
AM Adhy Trisnanto
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Amin Hasan
Aminullah HA Noor
Amir Hamzah
Ammar Machmud
Andri Awan
Anindita S Thayf
Aning Ayu Kusuma
Anjar Nugroho
Anjrah Lelono Broto
Antari Setyowati
Anwar Nuris
Arafat Nur
Ariany Isnamurti
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arif Hidayat
Arif Saifudin Yudistira
Arifin Hakim
Arman AZ
Arwan
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Juanda
Asep S. Bahri
Asep Sambodja
Asep Yayat
Asif Trisnani
Aswab Mahasin
Atiqurrahman
Awalludin GD Mualif
Azizah Hefni
Azwar Nazir
B Kunto Wibisono
Babe Derwan
Badrut Tamam Gaffas
Bale Aksara
Bandung Mawardi
Bastian Zulyeno
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benny Benke
Berita
Berita Duka
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budiawan Dwi Santoso
Buku Kritik Sastra
Candra Adikara Irawan
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cawapres Jokowi
Cerpen
Chairil Anwar
Chairul Abhsar
Chairul Akhmad
Chamim Kohari
CNN Indonesia
Cucuk Espe
Cut Nanda A.
D Zawawi Imron
D. Dudu AR
Dahta Gautama
Damanhuri Zuhri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Danuji Ahmad
Dati Wahyuni
Dea Anugrah
Dea Ayu Ragilia
Dede Kurniawan
Dedik Priyanto
Den Rasyidi
Deni Jazuli
Denny JA
Denny Mizhar
Detti Febrina
Dewi Kartika
Dian Sukarno
Dian Wahyu Kusuma
Didi Purwadi
Dien Makmur
Din Saja
Djasepudin
Djauharul Bar
Djoko Pitono
Djoko Saryono
DM Ningsih
Doddy Hidayatullah
Donny Syofyan
Dr Afif Muhammad MA
Dr. Simuh
Dr. Yunasril Ali
Dudi Rustandi
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Rejeki
Dyah Ratna Meta Novia
E Tryar Dianto
Ecep Heryadi
Edeng Syamsul Ma’arif
Edy A Effendi
Edy Susanto
EH Ismail
Eka Budianta
Ekky Malaky
Eko Israhayu
Ellie R. Noer
Emha Ainun Nadjib
Esai
Esha Tegar Putra
Evi Melyati
Fachry Ali
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Faizal Af
Fajar Kurnianto
Fanani Rahman
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Fazabinal Alim
Festival Literasi Nusantara
Festival Sastra Gresik
Festival Teater Religi
Forum Santri Nasional
Fuad Mardhatillah UY Tiba
Furqon Lapoa
Fuska Sani Evani
Geger Riyanto
Ghufron
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin
Gus Dur
Gus Muwaffiq
Gusriyono
Gusti Grehenson
H Marjohan
H. Usep Romli H.M.
Habibullah
Hadi Napster
Halimi Zuhdy
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hamka
Hammam Fathulloh
Hamzah Fansuri
Hamzah Sahal
Hamzah Tualeka Zn
Hanibal W.Y. Wijayanta
Hanum Fitriah
Haris del Hakim
Harri Ash Shiddiqie
Hartono Harimurti
Hary B. Kori’un
Hasan Basri Marwah
Hasnan Bachtiar
Hasyim Asy’ari
Helmy Prasetya
Hendra Makmur
Hepi Andi Bastoni
Heri Listianto
Heri Ruslan
Herry Lamongan
Herry Nurdi
Heru Kurniawan
Hilmi Abedillah
Hotnida Novita Sary
Hudan Hidayat
Husein Muhammad
I Nyoman Suaka
Ibn ‘Arabi (1165-1240)
Ibn Rusyd
Ibnu Sina
Ibnu Wahyudi
Idayati
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Ilham Yusardi
Imadi Daimah Ermasuri
Imam Hamidi Antassalam
Imam Khomeini
Imam Nawawi
Imam Nur Suharno
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Nasri
Imron Tohari
Indonesia O’Galelano
Indra Kurniawan
Indra Tjahyadi
Inung As
Irma Safitri
Isbedy Stiawan Z.S.
Istiyah
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
J Sumardianta
Jadid Al Farisy
Jalaluddin
Jalaluddin Rakhmat
Jamal Ma’mur Asmani
Jamaluddin Mohammad
Javed Paul Syatha
Jaya Suprana
Jember Gemar Membaca
Jo Batara Surya
Johan Wahyudi
John Halmahera
Joko Pinurbo
Joko Widodo
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Junaidi
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
K. Muhamad Hakiki
K.H. A. Azis Masyhuri
K.H. Anwar Manshur
K.H. M. Najib Muhammad
K.H. Ma'ruf Amin
Kabar Pesantren
Kafiyatun Hasya
Kanjeng Tok
Kasnadi
Kazzaini Ks
KH Abdul Ghofur
KH. Irfan Hielmy
Khansa Arifah Adila
Khoirul Anwar
Khoirur Rizal Umami
Khoshshol Fairuz
Kiai Muzajjad
Kiki Mikail
Kitab Dalailul Khoirot
Kodirun
Komunitas Deo Gratias
Koskow
Kritik Sastra
Kurniawan
Kurtubi
Kuswaidi Syafi’ie
Kyai Maimun Zubair
Lan Fang
Larung Sastra
Leila S. Chudori
Linda S Priyatna
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP
Lukman Asya
Lukman Santoso Az
M Arif Rohman Hakim
M Hari Atmoko
M Ismail
M Thobroni
M. Adnan Amal
M. Al Mustafad
M. Arwan Hamidi
M. Bashori Muchsin
M. Faizi
M. Hadi Bashori
M. Harir Muzakki
M. Kanzul Fikri
M. Mustafied
M. Nurdin
M. Yoesoef
M. Yunis
M.D. Atmaja
M.H. Abid
M.Harir Muzakki
M.S. Nugroho
M.Si
M’Shoe
Mahamuda
Mahdi Idris
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Mahrus eL-Mawa
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mansur Muhammad
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Marjohan
Marsudi Fitro Wibowo
Martin van Bruinessen
Marzuki Wahid
Marzuzak SY
Masduri
Mashuri
Masjid Kordoba
Masuki M. Astro
Matroni
Matroni el-Moezany
Matroni Muserang
Mbah Dalhar
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Miftahul Ulum
Mila Novita
Mochtar Lubis
Moh. Ghufron Cholid
Mohamad Salim Aljufri
Mohammad Kh. Azad
Mohammad Yamin
Muh. Khamdan
Muhajir Arrosyid
Muhammad Abdullah
Muhammad Affan Adzim
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Ali Fakih AR
Muhammad Amin
Muhammad Anta Kusuma
Muhammad Ghannoe
Muhammad Idrus Djoge
Muhammad Itsbatun Najih
Muhammad Kosim
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Mukhlisin
Muhammad Quraish Shihab
Muhammad Subhan
Muhammad Wava Al-Hasani
Muhammad Yasir
Muhammad Yuanda Zara
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun AS
Muhyiddin
Mujtahid
Muktamar Sastra
Mulyadi SA
Munawar A. Djalil
Munawir Aziz
Musa Ismail
Musa Zainuddin
Muslim
Mustafa Ismail
Mustami’ tanpa Nama
Mustofa W Hasyim
Musyafak
Myrna Ratna
N. Mursidi
Nasaruddin Umar
Nashih Nashrullah
Naskah Teater
Nasruli Chusna
Nasrullah Thaleb
Nelson Alwi
Nevatuhella
Ngarto Februana
Nidia Zuraya
Ninuk Mardiana Pambudy
Nita Zakiyah
Nizar Qabbani
Nova Burhanuddin
Noval Jubbek
Nu’man ’Zeus’ Anggara
Nur Fauzan Ahmad
Nur Wahid
Nurcholish
Nurel Javissyarqi
Nuruddin Al Indunissy
Nurul Anam
Orasi Budaya
Pangeran Diponegoro
Parimono V / 40 Plandi Jombang
PC. Lesbumi NU Babat
PDS H.B. Jassin
Pesantren Tebuireng
Pidato
Politik
Pondok Pesantren Al-Madienah
Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang
PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan
Pramoedya Ananta Toer
Prof. Dr. Nur Syam
Profil Ma'ruf Amin
Prosa
Puisi
Puji Hartanto
Puji Santosa
Pungkit Wijaya
Purwanto
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
PUstaka puJAngga
Putera Maunaba
Putu Fajar Arcana
R. Ng. Ronggowarsito
Radhar Panca Dahana
Raedu Basha
Rahmat Sudirman
Rahmat Sularso Nh
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rakhmat Nur Hakim
Ramadhan Alyafi
Rameli Agam
Rasanrasan Boengaketji
Ratnaislamiati
Raudal Tanjung Banua
Reni Susanti
Resensi
Restoe Prawironegoro Ibrahim
Retno HY
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar
Rinto Andriono
Risa Umami
Riyadhus Shalihin
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rohman Abdullah
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifuddin Syadiri
Saifudin
Saiful Amin Ghofur
Sainul Hermawan
Sajak
Salahuddin Wahid
Salamet Wahedi
Salman Faris
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sandiaga Uno
Sanggar Pasir
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian Nuraini
Sastra Pesantren
Sastrawan Pujangga Baru
Satmoko Budi Santoso
Satriwan
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra Boenga Ketjil
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siswanto
Siswoyo
Sita Planasari A
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Slavoj Zizek
Snouck Hugronje
Sobih Adnan
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
St Sularto
Suci Ayu Latifah
Sufyan al Jawi
Sugiarta Sriwibawa
Sulaiman Djaya
Sundari
Sungatno
Sunu Wasono
Surya Lesmana
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Susringah
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyanto
Syaiful Amin
Syaifullah Amin
Syarif Hidayat Santoso
Syeikh Abdul Maalik
Syeikh Muhammad Nawawi
Syekh Abdurrahman Shiddiq
Syekh Sulaiman al Jazuli
Syi'ir
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Tiar Anwar Bachtiar
Tjahjono Widijanto
Tok Pulau Manis
Toko Buku PUstaka puJAngga
Tu-ngang Iskandar
Turita Indah Setyani
Umar Fauzi Ballah
Uniawati
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usep Romli H.M.
Usman Arrumy
UU Hamidy
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W.S. Rendra
Wa Ode Zainab Zilullah Toresano
Wahyu Aji
Walid Syaikhun
Wan Mohd. Shaghir Abdullah
Warung Boengaketjil
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Welly Adi Tirta
Wiwik Hastuti
Wiwik Hidayati
Wong Fei Hung
Y Alpriyanti
Yanti Mulatsih
Yanuar Widodo
Yanuar Yachya
Yayuk Widiati
Yeni Ratnaningsih
Yohanes Sehandi
Yopi Setia Umbara
Yosi M Giri
Yudhi Fachrudin
Yudi Latif
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Zaenal Abidin Riam
Zainal Arifin Thoha
Zainuddin Sugendal
Zakki Amali
Zehan Zareez
Tidak ada komentar:
Posting Komentar