Rabu, 07 Maret 2018

FOLKLOR, SEJARAH LISAN, DAN REKONSTRUKSI SEJARAH *

Dian Sukarno **

Bismillah alhamdulillah saya mendapat undangan istimewa untuk bertemu anak-anak muda yang melampaui zamannya. Saya katakan demikian, karena kebesaran Nusantara telah memanggil anak-anaknya untuk menampakkan wujud aslinya sebagai mercusuar dunia.  Penduduk surgawi sebagaimana dikatakan oleh Syech Ahmad Saltut, seorang ulama Mesir yang berkunjung di era Presiden Soekarno, yang memapar dalam ungkapan penuh takjub; Indonesia adalah sekeping tanah surga yang diturunkan Tuhan ke dunia. Celetuk kekaguman itu bukanlah tanpa alasan, mengingat hamparan bumi, luasan langit, bentangan peristiwa, hingga plasmanutfah atau kekayaan alamnya menjadi yang terpenting bagi kelangsungan seluruh makhluk di permukaan bumi. Maka, tidak  mengherankan jika Nusantara menjadi ajang perseteruan abadi para perompak berbaju modern, mulai bangsa Eropa, Amerika, hingga jazirah padang savana Mongol yang menginginkan Nusantara tunduk di hadapan duli tuannya.

Upaya-upaya pengerdilan berlangsung sangat lama dan mendarah daging, hingga kepercayaan diri menjadi titik nadir dan cenderung melupakan kebesaran pencapaian luhur nenek moyang, embah buyut, dan para winasis/ cerdik pandai. Generasi muda, para wanita, dan anak-anak disasar dengan logika-logika metodologi penulisan sejarah barat yang cenderung seenak udel menyisipkan kajian ala sudut pandang mereka. Dan anehnya diamini secara beramai-ramai oleh “kaum cendekia” dengan fanatisme mazhab keilmuannya. Sehingga…bangsa Nusantara dianggap jahiliyah, karena menganut animisme dan dinamisme. Semprul bin gendheng! Sedangkan aslinya adalah kepercayaan kapitayan yang mengejawantah dalam keyakinan Tuhan Yang Maha Tunggal.

Keyakinan kapitayan tidak terlepas dari pemahaman Ketuhanan yang dibawa para Nabi. Dan semakin banyak fakta ditemukan, kian membuktikan bahwa Kapitayan ternyata bersimbiosis dengan pemahaman Islam ala Nusantara telah ada ribuan tahun yang silam. Sejak era agama samawi yang dibawa abul anbiya Kanjeng Nabi Ibrahim. Paparan data yang selama ini kita kenal berupa bukti nisan dan jirat atau kijing dalam bahasa Jawa pada makam kuna di Leran, perbatasan antara Lamongan dan Gresik, sebenarnya adalah bukti arkeologis masa sesudahnya, atau lebih muda dari sejumlah temuan yang akan membuat kita tercengang. Ketercengangan itu semoga menjadi awal yang indah, karena kita tersadar sebenarnya para pendahulu atau nenek moyang Nusantara adalah penganut Islam yang dibawa Kanjeng Nabi Ibrahim atau lebih dikenal dengan millatu Ibrahim. Dan bukan Hindu – Budha yang didengung-dengungkan para sejarawan Barat. Kesaksian bahwa religi yang berkembang di Nusantara adalah agama Abraham, Ibrahim atau millatu Ibrahim, terdapat dalam catatan Fa Xian atau Fa Shien usai melakukan muhibah/ perjalanan dari India  sekitar tahun ketujuh pemerintahan Kaisar Xiyi (411 M).   Sebagai ulama senior di China ketika itu, Fa Xian mengaku singgah di Yapoti (Jawa dan atau Sumatera) dan tinggal selama lima bulan. Dalam kesaksiannya Fa Xian menguraikan;

Kami tiba di sebuah negeri bernama Yapoti (Jawa atau Sumatera). Di negeri itu, agama Abraham sangat berkembang, sedangkan Buddha tidak seberapa pengaruhnya. Bukti-bukti keculasan penjajah yang dibarengi dengan politik kristenisasi kerajaan protestan Belanda dan kerajaan protestan anglikan Inggeris dapat kita saksikan pada sejumlah tempat di tanah air. Salah satu contoh pembangunan benteng kota yang dibangun Belanda di Bangkalan, dengan maksut untuk menghambat dakwah dan syi’ar Islam yang berkembang pesat di pulau garam Madura. Kekuasaan para raja dan sultan dibatasi dan sebagai gantinya dibentuklah kadipaten (regen) Pamekasan pada tahun 1558 M dan kadipaten (regen) Sumenep dalam tahun 1885 M. Itu yang dilakukan Belanda di Madura, pada bagian lain Inggeris tak kalah licik. Melalui Letnan Gubernur Jenderal Sir Stamfort Rafles yang sangat tertarik dengan sejarah timur, membawa bukti-bukti naskah kuna, artefak, dan benda-benda arkeologis ke negerinya. Kemudian dengan kebanggaan yang semu mempopulerkan buku “The History of Java” sebagai buah karyanya. Padahal fakta sebenarnya buku itu karya salah satu bangsawan Madura bernama Sultan Abdurahman Pakunataningrat. Atas jasa Sultan Abdurahman yang menguasai bahasa Sansekerta, Kawi, Arab, Inggeris, dan Belanda, akhirnya pemerintah Kerajaan Inggeris memberi gelar Doctor Honoris Causa bidang kesusasteraan kepada Sultan Abdurahman Pakunataningrat. Menurut Taufiqurahman, pengurus yayasan Asta Tinggi, Sumenep, yang disampaikan kepada Tony Abdullah reporter radio Suara Muslim Surabaya, bahwa Gubernur Jenderal Rafles sebenarnya hanya editor buku “The History of Java” yang sangat fenomenal itu.

A…sudahlah! Sadar atau tidak generasi kekinian telah digiring dalam kubangan interregnum, artinya nilai lama sudah ditinggalkan dan nilai baru belum ditemukan wujudnya. Apalagi pikiran dan konsep hidup, sudut pandang keilmuan bangsa Nusantara telah diberangus lewat perampokan khasanah pustaka oleh penjajah barat, dalam hal ini Belanda dan Inggeris. Bahwa sekitar 200 ribu naskah kuna kita sebagai bukti peradaban Nusantara yang agung, hingga saat ini masih bertengger di perpustakaan negeri Belanda. Sedangkan 35 kontainer naskah Kesultanan Yogyakarta dan Nusantara berada di perpustakaan Inggeris. Untuk memperoleh kembali naskah-naskah karya besar nenek moyang tersebut begitu sulitnya. Apalagi ghira anak bangsa untuk mempelajari sejarah begitu lemah, itu masih ditambah budaya baca masyarakat yang jauh dibawah ambang kelayakan.

Tarik ulur menyangkut klaim kebenaran dan pembenaran sejarah Nusantara, sudah saatnya untuk dibedah, dikuliti dengan sudut pandang pewaris gen Nusantara. Sehingga diperoleh sudut pandang pembanding yang sangat mungkin menjadi aliran mengembalikan ghirah keagungan peradaban Nusantara. Dengan satu catatan, bahwa kita harus berani memulai untuk membaca sejarah sendiri dan tidak serta merta mengamini sudut pandang barat. Apalagi menyangkut inventarisasi folklor sebagai bagian kekayaan nenek moyang. Sebagaimana yang disampaikan oleh Analess, bahwa legenda adalah pintu masuk penceritaan sejarah, minimal sejarah sosial. Karena banyak data yang sering ditemui di luar data prasasti yang menjadi acuan pokok penyusunan tafsir sejarah.

Kedudukan folklor dan sejarah lisan sangat penting ketika upaya untuk merekonstruksi ulang pemaknaan sejarah mengalami jalan buntu. Kebuntuan yang merupakan muara minimnya data primer yang “dikuasai” penjajah. Untuk mencari jalan tengah dan pintas diperlukan data lain berupa folklor dan sejarah lisan. Minimal tugas sejarah sebagai pelestari nilai dapat diwujudkan.  Karena belajar sejarah adalah menggali dan melestarikan nilai-nilai kemanusiaan dan kesemestaan. Maka, secara pribadi penulis untuk sementara mengamini pesan Cak Nun, budayawan Jombang, bahwa Ini jangan dipercaya, tapi jangan pula dianggap remeh! Ketika itu dilakukan, keajaiban demi keajaiban akan kita temukan. Seperti yang sering penulis alami ketika mengabadikan jejak spiritualitas Bung Karno dalam kemasan trilogi, meliputi Candradimuka, Pulung Kepresidenan, dan Pamor Surut.

Sebagai wujud syukur atas lahirnya anak-anak muda yang getol memburu dan mendokumentasikan folklor, khususnya legenda, maka saya ucapkan selamat kepada adik-adik mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang, yang telah melahirkan karya Inventarisasi Cerita Rakyat di Jombang. Semoga karya ini tetap abadi untuk dikenang dan diamalkan penghuni semesta. Salam santun, budaya, dan bahagia…
_________
  Fa Xian, Catatan Tentang Negeri-Negeri Buddha, dalam Kong Yuanzhi, Silang Budaya Tiongkok di Indonesia, PT Bhuana Ilmu Populer, Jakarta, 2005, hlm. 15. Herman Sinung Janutama, Majapahit Kerajaan Islam. Noura Books, Jakarta, 2014, hlm. 5.
  Herman Sinung Janutama, Op. Cit. hlm. 5.
***

*) Disampaikan dalam Diskusi Buku Inventarisasi Cerita Rakyat di Jombang, Selasastera Boenga Ketjil #25, 16 Pebruari 2018.
**) Penulis adalah pemulung sejarah, pengamen budaya, dan ketua suku sanggar tari Lung Ayu Jombang. WA 081654978821
https://selasastrain.blogspot.co.id/2018/02/folklor-sejarah-lisan-dan-rekonstruksi.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Khoirul Anam A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.D. Zubairi A.S. Laksana Abd. Basid Abdul Aziz Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Abdul Hadi W.M. Abdul Rauf Singkil Abdul Rosyid Abdul Salam HS Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abu Nawas Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Ach. Tirmidzi Munahwan Achmad Faesol Adam Chiefni Adhitya Ramadhan Adi Mawardi Adian Husaini Aditya Ardi N Ady Amar Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Fahri Husein Agus Fathuddin Yusuf Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Baso Ahmad Fatoni Ahmad Hadidul Fahmi Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syafii Maarif Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rohim Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sahal Akhmad Taufiq Akhudiat Alang Khoiruddin Alang Khoirudin Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Aliansyah Allamah Syaikh Dalhar Alvi Puspita AM Adhy Trisnanto Ami Herman Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aminullah HA Noor Amir Hamzah Ammar Machmud Andri Awan Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjar Nugroho Anjrah Lelono Broto Antari Setyowati Anwar Nuris Arafat Nur Ariany Isnamurti Arie MP Tamba Arie Yani Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arifin Hakim Arman AZ Arwan Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Juanda Asep S. Bahri Asep Sambodja Asep Yayat Asif Trisnani Aswab Mahasin Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Azizah Hefni Azwar Nazir B Kunto Wibisono Babe Derwan Badrut Tamam Gaffas Bale Aksara Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Benke Berita Berita Duka Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budiawan Dwi Santoso Buku Kritik Sastra Candra Adikara Irawan Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chairul Abhsar Chairul Akhmad Chamim Kohari CNN Indonesia Cucuk Espe Cut Nanda A. D Zawawi Imron D. Dudu AR Dahta Gautama Damanhuri Zuhri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Danuji Ahmad Dati Wahyuni Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dede Kurniawan Dedik Priyanto Den Rasyidi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Detti Febrina Dewi Kartika Dian Sukarno Dian Wahyu Kusuma Didi Purwadi Dien Makmur Din Saja Djasepudin Djauharul Bar Djoko Pitono Djoko Saryono DM Ningsih Doddy Hidayatullah Donny Syofyan Dr Afif Muhammad MA Dr. Simuh Dr. Yunasril Ali Dudi Rustandi Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dyah Ratna Meta Novia E Tryar Dianto Ecep Heryadi Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Edy Susanto EH Ismail Eka Budianta Ekky Malaky Eko Israhayu Ellie R. Noer Emha Ainun Nadjib Esai Esha Tegar Putra Evi Melyati Fachry Ali Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faizal Af Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fazabinal Alim Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Fuad Mardhatillah UY Tiba Furqon Lapoa Fuska Sani Evani Geger Riyanto Ghufron Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur Gus Muwaffiq Gusriyono Gusti Grehenson H Marjohan H. Usep Romli H.M. Habibullah Hadi Napster Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Hamzah Fansuri Hamzah Sahal Hamzah Tualeka Zn Hanibal W.Y. Wijayanta Hanum Fitriah Haris del Hakim Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Basri Marwah Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Helmy Prasetya Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Heri Listianto Heri Ruslan Herry Lamongan Herry Nurdi Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hotnida Novita Sary Hudan Hidayat Husein Muhammad I Nyoman Suaka Ibn ‘Arabi (1165-1240) Ibn Rusyd Ibnu Sina Ibnu Wahyudi Idayati Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imadi Daimah Ermasuri Imam Hamidi Antassalam Imam Khomeini Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Nasri Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Kurniawan Indra Tjahyadi Inung As Irma Safitri Isbedy Stiawan Z.S. Istiyah Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar J Sumardianta Jadid Al Farisy Jalaluddin Jalaluddin Rakhmat Jamal Ma’mur Asmani Jamaluddin Mohammad Javed Paul Syatha Jaya Suprana Jember Gemar Membaca Jo Batara Surya Johan Wahyudi John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K. Muhamad Hakiki K.H. A. Azis Masyhuri K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin Kabar Pesantren Kafiyatun Hasya Kanjeng Tok Kasnadi Kazzaini Ks KH Abdul Ghofur KH. Irfan Hielmy Khansa Arifah Adila Khoirul Anwar Khoirur Rizal Umami Khoshshol Fairuz Kiai Muzajjad Kiki Mikail Kitab Dalailul Khoirot Kodirun Komunitas Deo Gratias Koskow Kritik Sastra Kurniawan Kurtubi Kuswaidi Syafi’ie Kyai Maimun Zubair Lan Fang Larung Sastra Leila S. Chudori Linda S Priyatna Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Asya Lukman Santoso Az M Arif Rohman Hakim M Hari Atmoko M Ismail M Thobroni M. Adnan Amal M. Al Mustafad M. Arwan Hamidi M. Bashori Muchsin M. Faizi M. Hadi Bashori M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Mustafied M. Nurdin M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki M.S. Nugroho M.Si M’Shoe Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahrus eL-Mawa Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mansur Muhammad Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marjohan Marsudi Fitro Wibowo Martin van Bruinessen Marzuki Wahid Marzuzak SY Masduri Mashuri Masjid Kordoba Masuki M. Astro Matroni Matroni el-Moezany Matroni Muserang Mbah Dalhar Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftahul Ulum Mila Novita Mochtar Lubis Moh. Ghufron Cholid Mohamad Salim Aljufri Mohammad Kh. Azad Mohammad Yamin Muh. Khamdan Muhajir Arrosyid Muhammad Abdullah Muhammad Affan Adzim Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih AR Muhammad Amin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Ghannoe Muhammad Idrus Djoge Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Kosim Muhammad Muhibbuddin Muhammad Mukhlisin Muhammad Quraish Shihab Muhammad Subhan Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yasir Muhammad Yuanda Zara Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyiddin Mujtahid Muktamar Sastra Mulyadi SA Munawar A. Djalil Munawir Aziz Musa Ismail Musa Zainuddin Muslim Mustafa Ismail Mustami’ tanpa Nama Mustofa W Hasyim Musyafak Myrna Ratna N. Mursidi Nasaruddin Umar Nashih Nashrullah Naskah Teater Nasruli Chusna Nasrullah Thaleb Nelson Alwi Nevatuhella Ngarto Februana Nidia Zuraya Ninuk Mardiana Pambudy Nita Zakiyah Nizar Qabbani Nova Burhanuddin Noval Jubbek Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Fauzan Ahmad Nur Wahid Nurcholish Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Orasi Budaya Pangeran Diponegoro Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pesantren Tebuireng Pidato Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pramoedya Ananta Toer Prof. Dr. Nur Syam Profil Ma'ruf Amin Prosa Puisi Puji Hartanto Puji Santosa Pungkit Wijaya Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin PUstaka puJAngga Putera Maunaba Putu Fajar Arcana R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rakhmat Nur Hakim Ramadhan Alyafi Rameli Agam Rasanrasan Boengaketji Ratnaislamiati Raudal Tanjung Banua Reni Susanti Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Retno HY Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Rinto Andriono Risa Umami Riyadhus Shalihin Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rohman Abdullah S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifuddin Syadiri Saifudin Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Salahuddin Wahid Salamet Wahedi Salman Faris Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Pesantren Sastrawan Pujangga Baru Satmoko Budi Santoso Satriwan Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siswanto Siswoyo Sita Planasari A Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slavoj Zizek Snouck Hugronje Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana St Sularto Suci Ayu Latifah Sufyan al Jawi Sugiarta Sriwibawa Sulaiman Djaya Sundari Sungatno Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susringah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaiful Amin Syaifullah Amin Syarif Hidayat Santoso Syeikh Abdul Maalik Syeikh Muhammad Nawawi Syekh Abdurrahman Shiddiq Syekh Sulaiman al Jazuli Syi'ir Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tiar Anwar Bachtiar Tjahjono Widijanto Tok Pulau Manis Toko Buku PUstaka puJAngga Tu-ngang Iskandar Turita Indah Setyani Umar Fauzi Ballah Uniawati Universitas Indonesia Universitas Jember Usep Romli H.M. Usman Arrumy UU Hamidy Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wa Ode Zainab Zilullah Toresano Wahyu Aji Walid Syaikhun Wan Mohd. Shaghir Abdullah Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Fei Hung Y Alpriyanti Yanti Mulatsih Yanuar Widodo Yanuar Yachya Yayuk Widiati Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yopi Setia Umbara Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudi Latif Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusuf Suharto Zaenal Abidin Riam Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zakki Amali Zehan Zareez