Dian Sukarno **
Bismillah alhamdulillah saya mendapat undangan istimewa untuk bertemu anak-anak muda yang melampaui zamannya. Saya katakan demikian, karena kebesaran Nusantara telah memanggil anak-anaknya untuk menampakkan wujud aslinya sebagai mercusuar dunia. Penduduk surgawi sebagaimana dikatakan oleh Syech Ahmad Saltut, seorang ulama Mesir yang berkunjung di era Presiden Soekarno, yang memapar dalam ungkapan penuh takjub; Indonesia adalah sekeping tanah surga yang diturunkan Tuhan ke dunia. Celetuk kekaguman itu bukanlah tanpa alasan, mengingat hamparan bumi, luasan langit, bentangan peristiwa, hingga plasmanutfah atau kekayaan alamnya menjadi yang terpenting bagi kelangsungan seluruh makhluk di permukaan bumi. Maka, tidak mengherankan jika Nusantara menjadi ajang perseteruan abadi para perompak berbaju modern, mulai bangsa Eropa, Amerika, hingga jazirah padang savana Mongol yang menginginkan Nusantara tunduk di hadapan duli tuannya.
Upaya-upaya pengerdilan berlangsung sangat lama dan mendarah daging, hingga kepercayaan diri menjadi titik nadir dan cenderung melupakan kebesaran pencapaian luhur nenek moyang, embah buyut, dan para winasis/ cerdik pandai. Generasi muda, para wanita, dan anak-anak disasar dengan logika-logika metodologi penulisan sejarah barat yang cenderung seenak udel menyisipkan kajian ala sudut pandang mereka. Dan anehnya diamini secara beramai-ramai oleh “kaum cendekia” dengan fanatisme mazhab keilmuannya. Sehingga…bangsa Nusantara dianggap jahiliyah, karena menganut animisme dan dinamisme. Semprul bin gendheng! Sedangkan aslinya adalah kepercayaan kapitayan yang mengejawantah dalam keyakinan Tuhan Yang Maha Tunggal.
Keyakinan kapitayan tidak terlepas dari pemahaman Ketuhanan yang dibawa para Nabi. Dan semakin banyak fakta ditemukan, kian membuktikan bahwa Kapitayan ternyata bersimbiosis dengan pemahaman Islam ala Nusantara telah ada ribuan tahun yang silam. Sejak era agama samawi yang dibawa abul anbiya Kanjeng Nabi Ibrahim. Paparan data yang selama ini kita kenal berupa bukti nisan dan jirat atau kijing dalam bahasa Jawa pada makam kuna di Leran, perbatasan antara Lamongan dan Gresik, sebenarnya adalah bukti arkeologis masa sesudahnya, atau lebih muda dari sejumlah temuan yang akan membuat kita tercengang. Ketercengangan itu semoga menjadi awal yang indah, karena kita tersadar sebenarnya para pendahulu atau nenek moyang Nusantara adalah penganut Islam yang dibawa Kanjeng Nabi Ibrahim atau lebih dikenal dengan millatu Ibrahim. Dan bukan Hindu – Budha yang didengung-dengungkan para sejarawan Barat. Kesaksian bahwa religi yang berkembang di Nusantara adalah agama Abraham, Ibrahim atau millatu Ibrahim, terdapat dalam catatan Fa Xian atau Fa Shien usai melakukan muhibah/ perjalanan dari India sekitar tahun ketujuh pemerintahan Kaisar Xiyi (411 M). Sebagai ulama senior di China ketika itu, Fa Xian mengaku singgah di Yapoti (Jawa dan atau Sumatera) dan tinggal selama lima bulan. Dalam kesaksiannya Fa Xian menguraikan;
Kami tiba di sebuah negeri bernama Yapoti (Jawa atau Sumatera). Di negeri itu, agama Abraham sangat berkembang, sedangkan Buddha tidak seberapa pengaruhnya. Bukti-bukti keculasan penjajah yang dibarengi dengan politik kristenisasi kerajaan protestan Belanda dan kerajaan protestan anglikan Inggeris dapat kita saksikan pada sejumlah tempat di tanah air. Salah satu contoh pembangunan benteng kota yang dibangun Belanda di Bangkalan, dengan maksut untuk menghambat dakwah dan syi’ar Islam yang berkembang pesat di pulau garam Madura. Kekuasaan para raja dan sultan dibatasi dan sebagai gantinya dibentuklah kadipaten (regen) Pamekasan pada tahun 1558 M dan kadipaten (regen) Sumenep dalam tahun 1885 M. Itu yang dilakukan Belanda di Madura, pada bagian lain Inggeris tak kalah licik. Melalui Letnan Gubernur Jenderal Sir Stamfort Rafles yang sangat tertarik dengan sejarah timur, membawa bukti-bukti naskah kuna, artefak, dan benda-benda arkeologis ke negerinya. Kemudian dengan kebanggaan yang semu mempopulerkan buku “The History of Java” sebagai buah karyanya. Padahal fakta sebenarnya buku itu karya salah satu bangsawan Madura bernama Sultan Abdurahman Pakunataningrat. Atas jasa Sultan Abdurahman yang menguasai bahasa Sansekerta, Kawi, Arab, Inggeris, dan Belanda, akhirnya pemerintah Kerajaan Inggeris memberi gelar Doctor Honoris Causa bidang kesusasteraan kepada Sultan Abdurahman Pakunataningrat. Menurut Taufiqurahman, pengurus yayasan Asta Tinggi, Sumenep, yang disampaikan kepada Tony Abdullah reporter radio Suara Muslim Surabaya, bahwa Gubernur Jenderal Rafles sebenarnya hanya editor buku “The History of Java” yang sangat fenomenal itu.
A…sudahlah! Sadar atau tidak generasi kekinian telah digiring dalam kubangan interregnum, artinya nilai lama sudah ditinggalkan dan nilai baru belum ditemukan wujudnya. Apalagi pikiran dan konsep hidup, sudut pandang keilmuan bangsa Nusantara telah diberangus lewat perampokan khasanah pustaka oleh penjajah barat, dalam hal ini Belanda dan Inggeris. Bahwa sekitar 200 ribu naskah kuna kita sebagai bukti peradaban Nusantara yang agung, hingga saat ini masih bertengger di perpustakaan negeri Belanda. Sedangkan 35 kontainer naskah Kesultanan Yogyakarta dan Nusantara berada di perpustakaan Inggeris. Untuk memperoleh kembali naskah-naskah karya besar nenek moyang tersebut begitu sulitnya. Apalagi ghira anak bangsa untuk mempelajari sejarah begitu lemah, itu masih ditambah budaya baca masyarakat yang jauh dibawah ambang kelayakan.
Tarik ulur menyangkut klaim kebenaran dan pembenaran sejarah Nusantara, sudah saatnya untuk dibedah, dikuliti dengan sudut pandang pewaris gen Nusantara. Sehingga diperoleh sudut pandang pembanding yang sangat mungkin menjadi aliran mengembalikan ghirah keagungan peradaban Nusantara. Dengan satu catatan, bahwa kita harus berani memulai untuk membaca sejarah sendiri dan tidak serta merta mengamini sudut pandang barat. Apalagi menyangkut inventarisasi folklor sebagai bagian kekayaan nenek moyang. Sebagaimana yang disampaikan oleh Analess, bahwa legenda adalah pintu masuk penceritaan sejarah, minimal sejarah sosial. Karena banyak data yang sering ditemui di luar data prasasti yang menjadi acuan pokok penyusunan tafsir sejarah.
Kedudukan folklor dan sejarah lisan sangat penting ketika upaya untuk merekonstruksi ulang pemaknaan sejarah mengalami jalan buntu. Kebuntuan yang merupakan muara minimnya data primer yang “dikuasai” penjajah. Untuk mencari jalan tengah dan pintas diperlukan data lain berupa folklor dan sejarah lisan. Minimal tugas sejarah sebagai pelestari nilai dapat diwujudkan. Karena belajar sejarah adalah menggali dan melestarikan nilai-nilai kemanusiaan dan kesemestaan. Maka, secara pribadi penulis untuk sementara mengamini pesan Cak Nun, budayawan Jombang, bahwa Ini jangan dipercaya, tapi jangan pula dianggap remeh! Ketika itu dilakukan, keajaiban demi keajaiban akan kita temukan. Seperti yang sering penulis alami ketika mengabadikan jejak spiritualitas Bung Karno dalam kemasan trilogi, meliputi Candradimuka, Pulung Kepresidenan, dan Pamor Surut.
Sebagai wujud syukur atas lahirnya anak-anak muda yang getol memburu dan mendokumentasikan folklor, khususnya legenda, maka saya ucapkan selamat kepada adik-adik mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang, yang telah melahirkan karya Inventarisasi Cerita Rakyat di Jombang. Semoga karya ini tetap abadi untuk dikenang dan diamalkan penghuni semesta. Salam santun, budaya, dan bahagia…
_________
Fa Xian, Catatan Tentang Negeri-Negeri Buddha, dalam Kong Yuanzhi, Silang Budaya Tiongkok di Indonesia, PT Bhuana Ilmu Populer, Jakarta, 2005, hlm. 15. Herman Sinung Janutama, Majapahit Kerajaan Islam. Noura Books, Jakarta, 2014, hlm. 5.
Herman Sinung Janutama, Op. Cit. hlm. 5.
***
*) Disampaikan dalam Diskusi Buku Inventarisasi Cerita Rakyat di Jombang, Selasastera Boenga Ketjil #25, 16 Pebruari 2018.
**) Penulis adalah pemulung sejarah, pengamen budaya, dan ketua suku sanggar tari Lung Ayu Jombang. WA 081654978821
https://selasastrain.blogspot.co.id/2018/02/folklor-sejarah-lisan-dan-rekonstruksi.html
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Khoirul Anam
A. Khoirul Anam
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A.C. Andre Tanama
A.D. Zubairi
A.S. Laksana
Abd. Basid
Abdul Aziz
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Gaffar
Abdul Hadi W.M.
Abdul Rauf Singkil
Abdul Rosyid
Abdul Salam HS
Abdul Wachid B.S.
Abdullah Alawi
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Abimardha Kurniawan
Abu Nawas
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Ach. Tirmidzi Munahwan
Achmad Faesol
Adam Chiefni
Adhitya Ramadhan
Adi Mawardi
Adian Husaini
Aditya Ardi N
Ady Amar
Adzka Haniina Al Barri
AF. Tuasikal
Afrizal Malna
Afrizal Qosim
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan Mn
Agus Buchori
Agus Fahri Husein
Agus Fathuddin Yusuf
Agus R. Sarjono
Agus Sulton
Agus Sunyoto
AH J Khuzaini
Ahmad Anshori
Ahmad Badrus Sholihin
Ahmad Baso
Ahmad Fatoni
Ahmad Hadidul Fahmi
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Maltup SA
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Muhli Junaidi
Ahmad Syafii Maarif
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Tohari
Ahmad Y. Samantho
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainur Rohim
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Fatoni
Akhmad Sahal
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Alang Khoiruddin
Alang Khoirudin
Ali Audah
Ali Mahmudi CH
Ali Rif’an
Aliansyah
Allamah Syaikh Dalhar
Alvi Puspita
AM Adhy Trisnanto
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Amin Hasan
Aminullah HA Noor
Amir Hamzah
Ammar Machmud
Andri Awan
Anindita S Thayf
Aning Ayu Kusuma
Anjar Nugroho
Anjrah Lelono Broto
Antari Setyowati
Anwar Nuris
Arafat Nur
Ariany Isnamurti
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arif Hidayat
Arif Saifudin Yudistira
Arifin Hakim
Arman AZ
Arwan
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Juanda
Asep S. Bahri
Asep Sambodja
Asep Yayat
Asif Trisnani
Aswab Mahasin
Atiqurrahman
Awalludin GD Mualif
Azizah Hefni
Azwar Nazir
B Kunto Wibisono
Babe Derwan
Badrut Tamam Gaffas
Bale Aksara
Bandung Mawardi
Bastian Zulyeno
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benny Benke
Berita
Berita Duka
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budiawan Dwi Santoso
Buku Kritik Sastra
Candra Adikara Irawan
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cawapres Jokowi
Cerpen
Chairil Anwar
Chairul Abhsar
Chairul Akhmad
Chamim Kohari
CNN Indonesia
Cucuk Espe
Cut Nanda A.
D Zawawi Imron
D. Dudu AR
Dahta Gautama
Damanhuri Zuhri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Danuji Ahmad
Dati Wahyuni
Dea Anugrah
Dea Ayu Ragilia
Dede Kurniawan
Dedik Priyanto
Den Rasyidi
Deni Jazuli
Denny JA
Denny Mizhar
Detti Febrina
Dewi Kartika
Dian Sukarno
Dian Wahyu Kusuma
Didi Purwadi
Dien Makmur
Din Saja
Djasepudin
Djauharul Bar
Djoko Pitono
Djoko Saryono
DM Ningsih
Doddy Hidayatullah
Donny Syofyan
Dr Afif Muhammad MA
Dr. Simuh
Dr. Yunasril Ali
Dudi Rustandi
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Rejeki
Dyah Ratna Meta Novia
E Tryar Dianto
Ecep Heryadi
Edeng Syamsul Ma’arif
Edy A Effendi
Edy Susanto
EH Ismail
Eka Budianta
Ekky Malaky
Eko Israhayu
Ellie R. Noer
Emha Ainun Nadjib
Esai
Esha Tegar Putra
Evi Melyati
Fachry Ali
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Faizal Af
Fajar Kurnianto
Fanani Rahman
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Fazabinal Alim
Festival Literasi Nusantara
Festival Sastra Gresik
Festival Teater Religi
Forum Santri Nasional
Fuad Mardhatillah UY Tiba
Furqon Lapoa
Fuska Sani Evani
Geger Riyanto
Ghufron
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin
Gus Dur
Gus Muwaffiq
Gusriyono
Gusti Grehenson
H Marjohan
H. Usep Romli H.M.
Habibullah
Hadi Napster
Halimi Zuhdy
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hamka
Hammam Fathulloh
Hamzah Fansuri
Hamzah Sahal
Hamzah Tualeka Zn
Hanibal W.Y. Wijayanta
Hanum Fitriah
Haris del Hakim
Harri Ash Shiddiqie
Hartono Harimurti
Hary B. Kori’un
Hasan Basri Marwah
Hasnan Bachtiar
Hasyim Asy’ari
Helmy Prasetya
Hendra Makmur
Hepi Andi Bastoni
Heri Listianto
Heri Ruslan
Herry Lamongan
Herry Nurdi
Heru Kurniawan
Hilmi Abedillah
Hotnida Novita Sary
Hudan Hidayat
Husein Muhammad
I Nyoman Suaka
Ibn ‘Arabi (1165-1240)
Ibn Rusyd
Ibnu Sina
Ibnu Wahyudi
Idayati
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Ilham Yusardi
Imadi Daimah Ermasuri
Imam Hamidi Antassalam
Imam Khomeini
Imam Nawawi
Imam Nur Suharno
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Nasri
Imron Tohari
Indonesia O’Galelano
Indra Kurniawan
Indra Tjahyadi
Inung As
Irma Safitri
Isbedy Stiawan Z.S.
Istiyah
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
J Sumardianta
Jadid Al Farisy
Jalaluddin
Jalaluddin Rakhmat
Jamal Ma’mur Asmani
Jamaluddin Mohammad
Javed Paul Syatha
Jaya Suprana
Jember Gemar Membaca
Jo Batara Surya
Johan Wahyudi
John Halmahera
Joko Pinurbo
Joko Widodo
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Junaidi
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
K. Muhamad Hakiki
K.H. A. Azis Masyhuri
K.H. Anwar Manshur
K.H. M. Najib Muhammad
K.H. Ma'ruf Amin
Kabar Pesantren
Kafiyatun Hasya
Kanjeng Tok
Kasnadi
Kazzaini Ks
KH Abdul Ghofur
KH. Irfan Hielmy
Khansa Arifah Adila
Khoirul Anwar
Khoirur Rizal Umami
Khoshshol Fairuz
Kiai Muzajjad
Kiki Mikail
Kitab Dalailul Khoirot
Kodirun
Komunitas Deo Gratias
Koskow
Kritik Sastra
Kurniawan
Kurtubi
Kuswaidi Syafi’ie
Kyai Maimun Zubair
Lan Fang
Larung Sastra
Leila S. Chudori
Linda S Priyatna
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP
Lukman Asya
Lukman Santoso Az
M Arif Rohman Hakim
M Hari Atmoko
M Ismail
M Thobroni
M. Adnan Amal
M. Al Mustafad
M. Arwan Hamidi
M. Bashori Muchsin
M. Faizi
M. Hadi Bashori
M. Harir Muzakki
M. Kanzul Fikri
M. Mustafied
M. Nurdin
M. Yoesoef
M. Yunis
M.D. Atmaja
M.H. Abid
M.Harir Muzakki
M.S. Nugroho
M.Si
M’Shoe
Mahamuda
Mahdi Idris
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Mahrus eL-Mawa
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mansur Muhammad
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Marjohan
Marsudi Fitro Wibowo
Martin van Bruinessen
Marzuki Wahid
Marzuzak SY
Masduri
Mashuri
Masjid Kordoba
Masuki M. Astro
Matroni
Matroni el-Moezany
Matroni Muserang
Mbah Dalhar
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Miftahul Ulum
Mila Novita
Mochtar Lubis
Moh. Ghufron Cholid
Mohamad Salim Aljufri
Mohammad Kh. Azad
Mohammad Yamin
Muh. Khamdan
Muhajir Arrosyid
Muhammad Abdullah
Muhammad Affan Adzim
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Ali Fakih AR
Muhammad Amin
Muhammad Anta Kusuma
Muhammad Ghannoe
Muhammad Idrus Djoge
Muhammad Itsbatun Najih
Muhammad Kosim
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Mukhlisin
Muhammad Quraish Shihab
Muhammad Subhan
Muhammad Wava Al-Hasani
Muhammad Yasir
Muhammad Yuanda Zara
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun AS
Muhyiddin
Mujtahid
Muktamar Sastra
Mulyadi SA
Munawar A. Djalil
Munawir Aziz
Musa Ismail
Musa Zainuddin
Muslim
Mustafa Ismail
Mustami’ tanpa Nama
Mustofa W Hasyim
Musyafak
Myrna Ratna
N. Mursidi
Nasaruddin Umar
Nashih Nashrullah
Naskah Teater
Nasruli Chusna
Nasrullah Thaleb
Nelson Alwi
Nevatuhella
Ngarto Februana
Nidia Zuraya
Ninuk Mardiana Pambudy
Nita Zakiyah
Nizar Qabbani
Nova Burhanuddin
Noval Jubbek
Nu’man ’Zeus’ Anggara
Nur Fauzan Ahmad
Nur Wahid
Nurcholish
Nurel Javissyarqi
Nuruddin Al Indunissy
Nurul Anam
Orasi Budaya
Pangeran Diponegoro
Parimono V / 40 Plandi Jombang
PC. Lesbumi NU Babat
PDS H.B. Jassin
Pesantren Tebuireng
Pidato
Politik
Pondok Pesantren Al-Madienah
Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang
PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan
Pramoedya Ananta Toer
Prof. Dr. Nur Syam
Profil Ma'ruf Amin
Prosa
Puisi
Puji Hartanto
Puji Santosa
Pungkit Wijaya
Purwanto
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
PUstaka puJAngga
Putera Maunaba
Putu Fajar Arcana
R. Ng. Ronggowarsito
Radhar Panca Dahana
Raedu Basha
Rahmat Sudirman
Rahmat Sularso Nh
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rakhmat Nur Hakim
Ramadhan Alyafi
Rameli Agam
Rasanrasan Boengaketji
Ratnaislamiati
Raudal Tanjung Banua
Reni Susanti
Resensi
Restoe Prawironegoro Ibrahim
Retno HY
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar
Rinto Andriono
Risa Umami
Riyadhus Shalihin
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rohman Abdullah
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifuddin Syadiri
Saifudin
Saiful Amin Ghofur
Sainul Hermawan
Sajak
Salahuddin Wahid
Salamet Wahedi
Salman Faris
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sandiaga Uno
Sanggar Pasir
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian Nuraini
Sastra Pesantren
Sastrawan Pujangga Baru
Satmoko Budi Santoso
Satriwan
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra Boenga Ketjil
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siswanto
Siswoyo
Sita Planasari A
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Slavoj Zizek
Snouck Hugronje
Sobih Adnan
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
St Sularto
Suci Ayu Latifah
Sufyan al Jawi
Sugiarta Sriwibawa
Sulaiman Djaya
Sundari
Sungatno
Sunu Wasono
Surya Lesmana
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Susringah
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyanto
Syaiful Amin
Syaifullah Amin
Syarif Hidayat Santoso
Syeikh Abdul Maalik
Syeikh Muhammad Nawawi
Syekh Abdurrahman Shiddiq
Syekh Sulaiman al Jazuli
Syi'ir
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Tiar Anwar Bachtiar
Tjahjono Widijanto
Tok Pulau Manis
Toko Buku PUstaka puJAngga
Tu-ngang Iskandar
Turita Indah Setyani
Umar Fauzi Ballah
Uniawati
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usep Romli H.M.
Usman Arrumy
UU Hamidy
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W.S. Rendra
Wa Ode Zainab Zilullah Toresano
Wahyu Aji
Walid Syaikhun
Wan Mohd. Shaghir Abdullah
Warung Boengaketjil
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Welly Adi Tirta
Wiwik Hastuti
Wiwik Hidayati
Wong Fei Hung
Y Alpriyanti
Yanti Mulatsih
Yanuar Widodo
Yanuar Yachya
Yayuk Widiati
Yeni Ratnaningsih
Yohanes Sehandi
Yopi Setia Umbara
Yosi M Giri
Yudhi Fachrudin
Yudi Latif
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Zaenal Abidin Riam
Zainal Arifin Thoha
Zainuddin Sugendal
Zakki Amali
Zehan Zareez
Tidak ada komentar:
Posting Komentar