Minggu, 17 Desember 2017

Sastra Islam dalam Bingkai Bahasa Agama

Edy A Effendi *
uinjkt.ac.id

KEHADIRAN karya sastra yang bernafaskan Islam dalam arus kesusastraan Indonesia modern, seringkali hanya menjadi pelengkap penderita dalam konstelasi kehidupan sastra Indonesia. Padahal, kehadiran teks sastra bernafaskan Islam, merupakan bagian terpenting untuk memahami hubungan kausalitas antara seni Islam dan spiritualitas Islam. Hubungan kausalitas seni Islam dan spiritualitas Islam itu, menurut Titus Burckhardt, karena seni Islam diilhami oleh spiitualitas Islam secara langsung, sedangkan wujudnya dibentuk oleh karakteristik tertentu dari tempat penerima wahyu al-Quran, yaitu dunia Semit dan nomadis yang nilai-nilai positifnya diuniversalkan Islam.

Kondisi semacam ini, yakni terciptanya kajian teks sastra berdasarkan hubungan kausalitas antara seni Islam dan spiritualitas Islam, didukung oleh mutan-muatan firman Tuhan yang diwujudkan dalam format kitab suci. Kitab su-ci sebagai sebuah teks menawarkan berbagai ragam bahasa, yang seringkali di-sandarkan pada narasi-narasi deskriptif dan bentuk metafor serta ribuan simbol, yang masih membutuhkan perangkat tafsir dari wilayah sastra sebagai satu cara untukmembedah kandungan teks yang ada.

Dalam konteks ini, sastra Indonesia, sepi dari keramaian karya-karya sastra yang memiliki nilai uti-litas Islam.Untuk itu, para sastrawan, mau tidak mau, didesak membongkar kebuntuan dalam proses penafsiran terhadap bahasa agama, agar bahasa yang disebar ke wi-layah publik memiliki karakter yang terstruktur, dengan lebih memanusiawikan bahasa sebagai sarana kerja yang lebih kualitatif. Suasana semacam inilah, yang seharusnya dikembangkan dalam menciptakan karya-karya sastra yang memiliki muatan-muatan Islam, mengingat dalam kitab suci, pesan dan anjuran atau perintah Tuhan seringkali disebar dalam bentuk narasi deskriptif serta ungkapan-ungkapan metaforis. Dan juga, ada asumsi-asumsi pembenaran bahwa puncak kemajuan sastra (seni Islam) selalu menjadi obor kehidupan intelektual Islam (spiritual Islam). Sebaliknya, jika sebuah komunitas tidak dimarakkan oleh tradisi intelektual (spiritual Islam), secara tidak langsung akan memberi vibrasi yang kuat bagi runtuhnya mutu seni Islam (sastra).

Posisi Bahasa

Kekuatan bahasa agama sebagai sarana representasi dari mekanisme kerja keseharian, senantiasa menawarkan ruang-ruang subjek, untuk beroperasi melakukan tindakan-tindakan sosio-religius, serta menentukan strategi-strategi dan tema-tema yang diyakini mampu mem-bangun medan kesadaran publik. Dari sinilah posisi bahasa agama, tidak sekadar alat korespondensi antar subyek, tapi ia telah ikut serta membangun satu peta kekuatan di luar dirinya.

Dalam kerangka kerja berpikir seperti ini, bisa ditarik satu perbedaan awal dari posisi bahasa agama dan posisi bahasa di dalam pagar sastra. Bahasa agama secara historis-antropologis adalah bahasa manusia, tetapi secara teologis didalamnya memuat kalam ilahi yang bersifat trans-historis atau meta-historis. Maka ketika bahasa agama dimarakkan dengan muatan-muatan metafor, ia selalu membuka pintu bagi ruang-ruang imajinasi serta kemungkinan-kemungkinan baru bagi kerja sebuah penafsiran dan bukannya sebuah representasi dari realitas yang telah mapan, yang acapkali menutup pintu tafsir, sehinga sulit untuk didekati.

Perbedaan tafsir yang sangat menonjol terhadap suatu teks, seringkali terjadi dalam wilayah keagamaan, yang acapkali melupakan beda pendapat sebagai order of nature (ketentuan alam). Dalam perjalanan sejarah yang dia-rungi komunitas Kristen dan Islam, munculnya kelompok evangelis (eksklusif) yang diwakili oleh Hendri Kraemer dan Karl Bath di barisan Kristen dan Sayyid Qutb serta penafsir Shi Muhammad al-Balaghi dari komunitas Islam, memberi bukti bahwa kerja penafsiran yang masih berkiblat pada kaidah-kaidah normatif terhadap suatu teks agama, berjalan dalam kurun waktu yang lama. Sementara di sisi lain, kelompok ekuminis (inklusif) dari unikum Kristiani ditempati Raymond Panikar dan George Khodr. Dan di komunitas inklusif Islam, lahir tokoh-tokoh seperti Muhammad Abduh dan Rashid Ridha. Contoh kecil ini, hanya sekadar gambaran bahwa hamparan perbedaan terhadap teks-teks agama, memang telah merasuki perdebatan cukup panjang yang bertitik tolak pada perbedaan dalam menggunakan bahasa agama sebagai medium artikulatif ke wilayah publik.

Gambaran di atas, memperlihatkan posisi bahasa agama lebih banyak mengungkap dunia dalam atau bayangan batin daripada realitas keseharian, yang banyak ditempuh dengan percakapan dunia luar. Disinilah bahasa agama menemukan karakternya. Ia hadir sebagai ragam ekspresi yang melewati perakitan-perakitan psiko-psikis dalam diri seseorang. Sementara bahasa dalam sastra, mau tidak mau, mengawinkan proyek imajinasi dengan realitas kese-harian. Proyek perkawinan antara imajinasi dan realitas kese-harian dalam kutub sastra inilah, yang seringkali meramaikan pertikaian pemikiran sastra ke dalam ruang-ruang publik. Sebagai contoh dalam kasus ini bisa dilihat pada karya-karya sastra Jawa pra-kontem-porer, seperti Serat Jatiswara, Serat Gatoloco (tusuk penggosok), dan Serat Centini, ketika ditolak oleh masyarakat pembacanya, karena sebagian besar karya-karya tersebut menjadi lambang pornografi dan anti Islam dari sosok santri lelan yang menjadi tokoh sentralnya. Atau di sisi lain, kasus cerita pendek Langit Makin Mendung karya Kipanjikusmin dan Ayat-ayat Setan yang ditulis Salman Rushdie, adalah akibat posisi bahasa yang begitu rentan.

Maka ketika bahasa sastra memasuki ruang-ruang agama, akan menemui jalan bunu dari hakikat bahasa sebagai basis liberalisasi pemikiran setiap individu. Dalam konteks ini, bahasa sastra akan membentur “tembok agama” yang dibingkai oleh aturan-aturan bahasa yang ditetaskan dari tindakan-tindakan Tuhan sebagai penentu bahasa agama. Dari sinilah peran-peran paradoksal sastra Islam ditemukan. Sebuah peran sastra Islam yang dibauri oleh kontradiksi-kontradiksi. Untuk itulah, apa yang pernah diapungkan Komaruddin Hidayat dengan membuat tiga karakterisasi bahasa agama, menjadi relevan untuk diajukan.Pertama, objek bahasa agama, terutama theo-oriented, adalah metafisis, berpusat pada Tuhan dan kehidupan baru di balik kematian dunia. Kedua, sebagai implikasi dari yang pertama, format dan materi pokok narasi keagamaan adalah kitab suci. Ketiga, bahasa agama mencakup ungkapan dan ekspresi keagamaan secara pribadi maupun kelompok, meskipun ungkapannya menggunakan bahasa ibu.

Tiga karakterisasi bahasa agama yang diajukan Komaruddin Hidayat, memposisikan peran bahasa ibarat ruh atau inspirasi yang hidup dan bergerak dalam tubuh agama. Tampaknya dalam proses sosialisasi lahirnya karya sastra Islam, keharusan untuk membongkar kembali hutan belantara bahasa yang terdapat dalam kitab suci, yang dihuni maraknya metafor dan ribuan simbol, mengharuskan para pekerja sastra untuk menelusuri peran bahasa itu sendiri sebagai jembatan untuk menuai gagasan-gagasan yang akan disebar ke wilayah pembaca. Oleh karena itu, seharusnya arah hidup penyair dan sastrawan, khususnya dalam arus kehidupan modern, adalah memberikan satu arti yang lebih murni kepada kata-kata dari sang puak.

Imbauan Octavia Paz ini, peraih Nobel Sastra 1990, yang mengambil intisasi pikiran dari penyair Stephane Mallarme, mendesak untuk dijadikan acuan perbincangan, ketika karya-karya sastra Islam memiliki kecenderungan untuk diping-girkan dalam gelombang sastra Indonesia, dan memilih dunia kode yang bukan lagi sepenuhnya berada di bawah jurisdiksi kata-kata.

*) Edy A Effendi, penyair dan jurnalis. Pengajar di Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta. Tulisan ini pernah dimuat di Harian Kompas.
http://www.uinjkt.ac.id/id/sastra-islam-dalam-bingkai-bahasa-agama/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Khoirul Anam A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.D. Zubairi A.S. Laksana Abd. Basid Abdul Aziz Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Abdul Hadi W.M. Abdul Rauf Singkil Abdul Rosyid Abdul Salam HS Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abu Nawas Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Ach. Tirmidzi Munahwan Achmad Faesol Adam Chiefni Adhitya Ramadhan Adi Mawardi Adian Husaini Aditya Ardi N Ady Amar Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Fahri Husein Agus Fathuddin Yusuf Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Baso Ahmad Fatoni Ahmad Hadidul Fahmi Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syafii Maarif Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rohim Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sahal Akhmad Taufiq Akhudiat Alang Khoiruddin Alang Khoirudin Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Aliansyah Allamah Syaikh Dalhar Alvi Puspita AM Adhy Trisnanto Ami Herman Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aminullah HA Noor Amir Hamzah Ammar Machmud Andri Awan Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjar Nugroho Anjrah Lelono Broto Antari Setyowati Anwar Nuris Arafat Nur Ariany Isnamurti Arie MP Tamba Arie Yani Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arifin Hakim Arman AZ Arwan Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Juanda Asep S. Bahri Asep Sambodja Asep Yayat Asif Trisnani Aswab Mahasin Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Azizah Hefni Azwar Nazir B Kunto Wibisono Babe Derwan Badrut Tamam Gaffas Bale Aksara Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Benke Berita Berita Duka Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budiawan Dwi Santoso Buku Kritik Sastra Candra Adikara Irawan Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chairul Abhsar Chairul Akhmad Chamim Kohari CNN Indonesia Cucuk Espe Cut Nanda A. D Zawawi Imron D. Dudu AR Dahta Gautama Damanhuri Zuhri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Danuji Ahmad Dati Wahyuni Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dede Kurniawan Dedik Priyanto Den Rasyidi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Detti Febrina Dewi Kartika Dian Sukarno Dian Wahyu Kusuma Didi Purwadi Dien Makmur Din Saja Djasepudin Djauharul Bar Djoko Pitono Djoko Saryono DM Ningsih Doddy Hidayatullah Donny Syofyan Dr Afif Muhammad MA Dr. Simuh Dr. Yunasril Ali Dudi Rustandi Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dyah Ratna Meta Novia E Tryar Dianto Ecep Heryadi Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Edy Susanto EH Ismail Eka Budianta Ekky Malaky Eko Israhayu Ellie R. Noer Emha Ainun Nadjib Esai Esha Tegar Putra Evi Melyati Fachry Ali Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faizal Af Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fazabinal Alim Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Fuad Mardhatillah UY Tiba Furqon Lapoa Fuska Sani Evani Geger Riyanto Ghufron Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur Gus Muwaffiq Gusriyono Gusti Grehenson H Marjohan H. Usep Romli H.M. Habibullah Hadi Napster Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Hamzah Fansuri Hamzah Sahal Hamzah Tualeka Zn Hanibal W.Y. Wijayanta Hanum Fitriah Haris del Hakim Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Basri Marwah Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Helmy Prasetya Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Heri Listianto Heri Ruslan Herry Lamongan Herry Nurdi Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hotnida Novita Sary Hudan Hidayat Husein Muhammad I Nyoman Suaka Ibn ‘Arabi (1165-1240) Ibn Rusyd Ibnu Sina Ibnu Wahyudi Idayati Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imadi Daimah Ermasuri Imam Hamidi Antassalam Imam Khomeini Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Nasri Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Kurniawan Indra Tjahyadi Inung As Irma Safitri Isbedy Stiawan Z.S. Istiyah Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar J Sumardianta Jadid Al Farisy Jalaluddin Jalaluddin Rakhmat Jamal Ma’mur Asmani Jamaluddin Mohammad Javed Paul Syatha Jaya Suprana Jember Gemar Membaca Jo Batara Surya Johan Wahyudi John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K. Muhamad Hakiki K.H. A. Azis Masyhuri K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin Kabar Pesantren Kafiyatun Hasya Kanjeng Tok Kasnadi Kazzaini Ks KH Abdul Ghofur KH. Irfan Hielmy Khansa Arifah Adila Khoirul Anwar Khoirur Rizal Umami Khoshshol Fairuz Kiai Muzajjad Kiki Mikail Kitab Dalailul Khoirot Kodirun Komunitas Deo Gratias Koskow Kritik Sastra Kurniawan Kurtubi Kuswaidi Syafi’ie Kyai Maimun Zubair Lan Fang Larung Sastra Leila S. Chudori Linda S Priyatna Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Asya Lukman Santoso Az M Arif Rohman Hakim M Hari Atmoko M Ismail M Thobroni M. Adnan Amal M. Al Mustafad M. Arwan Hamidi M. Bashori Muchsin M. Faizi M. Hadi Bashori M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Mustafied M. Nurdin M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki M.S. Nugroho M.Si M’Shoe Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahrus eL-Mawa Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mansur Muhammad Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marjohan Marsudi Fitro Wibowo Martin van Bruinessen Marzuki Wahid Marzuzak SY Masduri Mashuri Masjid Kordoba Masuki M. Astro Matroni Matroni el-Moezany Matroni Muserang Mbah Dalhar Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftahul Ulum Mila Novita Mochtar Lubis Moh. Ghufron Cholid Mohamad Salim Aljufri Mohammad Kh. Azad Mohammad Yamin Muh. Khamdan Muhajir Arrosyid Muhammad Abdullah Muhammad Affan Adzim Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih AR Muhammad Amin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Ghannoe Muhammad Idrus Djoge Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Kosim Muhammad Muhibbuddin Muhammad Mukhlisin Muhammad Quraish Shihab Muhammad Subhan Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yasir Muhammad Yuanda Zara Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyiddin Mujtahid Muktamar Sastra Mulyadi SA Munawar A. Djalil Munawir Aziz Musa Ismail Musa Zainuddin Muslim Mustafa Ismail Mustami’ tanpa Nama Mustofa W Hasyim Musyafak Myrna Ratna N. Mursidi Nasaruddin Umar Nashih Nashrullah Naskah Teater Nasruli Chusna Nasrullah Thaleb Nelson Alwi Nevatuhella Ngarto Februana Nidia Zuraya Ninuk Mardiana Pambudy Nita Zakiyah Nizar Qabbani Nova Burhanuddin Noval Jubbek Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Fauzan Ahmad Nur Wahid Nurcholish Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Orasi Budaya Pangeran Diponegoro Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pesantren Tebuireng Pidato Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pramoedya Ananta Toer Prof. Dr. Nur Syam Profil Ma'ruf Amin Prosa Puisi Puji Hartanto Puji Santosa Pungkit Wijaya Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin PUstaka puJAngga Putera Maunaba Putu Fajar Arcana R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rakhmat Nur Hakim Ramadhan Alyafi Rameli Agam Rasanrasan Boengaketji Ratnaislamiati Raudal Tanjung Banua Reni Susanti Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Retno HY Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Rinto Andriono Risa Umami Riyadhus Shalihin Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rohman Abdullah S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifuddin Syadiri Saifudin Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Salahuddin Wahid Salamet Wahedi Salman Faris Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Pesantren Sastrawan Pujangga Baru Satmoko Budi Santoso Satriwan Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siswanto Siswoyo Sita Planasari A Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slavoj Zizek Snouck Hugronje Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana St Sularto Suci Ayu Latifah Sufyan al Jawi Sugiarta Sriwibawa Sulaiman Djaya Sundari Sungatno Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susringah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaiful Amin Syaifullah Amin Syarif Hidayat Santoso Syeikh Abdul Maalik Syeikh Muhammad Nawawi Syekh Abdurrahman Shiddiq Syekh Sulaiman al Jazuli Syi'ir Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tiar Anwar Bachtiar Tjahjono Widijanto Tok Pulau Manis Toko Buku PUstaka puJAngga Tu-ngang Iskandar Turita Indah Setyani Umar Fauzi Ballah Uniawati Universitas Indonesia Universitas Jember Usep Romli H.M. Usman Arrumy UU Hamidy Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wa Ode Zainab Zilullah Toresano Wahyu Aji Walid Syaikhun Wan Mohd. Shaghir Abdullah Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Fei Hung Y Alpriyanti Yanti Mulatsih Yanuar Widodo Yanuar Yachya Yayuk Widiati Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yopi Setia Umbara Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudi Latif Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusuf Suharto Zaenal Abidin Riam Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zakki Amali Zehan Zareez