Jumat, 28 April 2017

Nalar Kritis Nurel Javissyarqi

Adzka Haniina Al Barri
http://www.lpmalmillah.com

"Kritik itu semacam ‘saudara tidak muhrim,’ boleh dinikahi dan ketika sudah nikah, masih dapat membatalkan wudhunya. Jikalau kritik dari ‘sesama muhrim,’ dapat disebut nepotisme, bukan ‘kritik’ (karena tak boleh dinikahi), atau pujiannya tidak mempengaruhi nilai. Kritik yang berhasil, sekali sentuh di mana pun akan membatalkan seluruh tubuh bidang yang dikritisi." (Nurel Javissyarqi, 2011).

Pernyataan Nurel Javissyarqi di atas dimuat di jendelasastra.com, 21 Januari 2014. Nurel menggambarkan kritik dengan kiasan muhrim dan tidaknya kritik dengan obyeknya. Pernyataan tersebut menekankan keseriusan dalam membuat kritik.

Saat hari mendekati senja, tepatnya 11 April 2017, kru aL-Millah menemui sastrawan itu dalam diskusi santai di Wakoka Ponorogo. Ketika kru menanyakan biodatanya, Nurel menyarankan agar mengutipnya dari sebuah laman web yakni, pustakapujangga.com. Nurel Javissyarqi lahir di Lamongan, 8 Maret 1976. Sejak kecil suka mendengarkan dongeng, terutama kisah Kuda Sembrani yang dituturkan buyutnya Kasipah. Ayahnya seorang guru, ibundanya pedagang. Awalnya ia ingin jadi pelukis dari kegemarannya menggambar sejak belia.

Saat di bangku Ibtidaiyah ia mengisi waktu siangnya dengan menggembala. Di masa Tsanawiyah, ia menghabiskan sorenya masuk Sanggar Alam yang diasuh pelukis Tarmuzie 1989, (vakum lama, terakhir pameran tahun 2001). Juga sempat hijrah ke Jombang untuk sekolah Aliyah. Tepatnya tahun 1994 mulai belajar menulis secara autodidak di Pesantren Al-Aziziyah Denanyar, yang pengasuhnya adalah KH Abdul Aziz Masyhuri (almarhum 15 April 2017), penulis dan penerjemah kitab arab klasik. Ia mulai belajar menulis karena hobi menggambarnya tidak tersalurkan di sana.

Cara belajar menulis Nurel adalah autodidak. Ia lebih banyak mengamati dan menelaah saat ia belajar. Dulu, saat ia mangajukan karya dan ditolak, ia selalu curiga dengan seniornya, mereka hanya takut karyanya terkalahkan olehku, pikirnya. Sejak masa pembelajaran menulis, ia telah berpikir kritis.

Dalam berkarya, Nurel kritis dalam mengedit tulisannya. Tak serta-merta puas dengan  sekali dua kali, minimal satu tulisannya telah melewati tujuh kali edit serta renungan yang panjang. Ia mengaku lebih suka dikutip dari tulisannya ketimbang perkataannya. Karena tulisannya telah melewati proses panjang, bukan kespontanan seperti saat bicara.

Nalarnya tertajamkan di saat belajar dan menulis, namun karyanya turut serta membuktikan nalar kritisnya. Bukunya yang berjudul Menggugat Tanggungjawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri, 2011 mengkritisi karya Sutardji yang berlebihan dalam mengungkapkan peran penyair.

Karya itu berawal di tahun 2008, saat ia menemukan kutipan Sutardji di web Infoanda (bukan Republika): “peran penyair menjadi unik, karena – sebagaimana Tuhan tidak bisa diminta pertanggungjawaban atas ciptaannya, atas mimpinya, atas imajinasinya – secara ekstrim boleh dikatakan penyair tidak bisa dimintakan pertanggungjawaban atas ciptaannya, atas puisinya”. Pernyataan ini menggugah nalar kritis Nurel.

Nurel mendapati cacatnya pernyataan Sutardji. Ia merenungkan tanggungjawab kepenyairan yang disampaikan oleh Presiden Penyair itu. Pun ia mencari, sudahkah ada kritikus atau penyair angkatannya yang menegur Sutardji. Setelah tak didapatinya, ia yakin untuk mulai menulis kritiknya.

Orasi kebudayaannya SCB di event Pekan Presiden Penyair (dimuat di Republika, 9 September 2007)   juga  memelintir makna Surat As Syuara’ ayat 225-227.  Ia berkata, “manusia sebagai makhluk imajinasi Tuhan pada gilirannya menciptakan pula imajinasi. Para penyair sebagai makhluk yang profesinya menciptakan imajinasi atau mimpi-meskipun posisinya jauh di bawah Tuhan-memiliki kesejajaran seperti Tuhan. Penyair menciptakan imajinasinya, mimpinya, lewat kata-kata sbagaimana Tuhan menciptakan mimpinya lewat firman.”

Berdalil dengan Tafsir Jalalain, Nurel perjelas terjemah ayat itu dengan menggunakan keterangan kalimat di dalam kurung. Ia menjelaskan bahwa orasi Sutardji bertolak belakang dengan ayat ini.

Mengutip pula ia dari buku Raja Mantra Presiden Penyair, karya sastrawan Taufik Ikram Jamil pada esai berjudul Bersama Sutardji Colzoum Bachri. Nurel memaparkan dan menjelaskan bahwa Taufik ingin menegur Sutardji secara halus dalam karyanya itu.

Juga dalam menalarkan Kun Fayakun pada orasi Sutardji keluar dari maksud sebenarnya dan berkata, "Ketika Tuhan merindu memimpikan dirinya agar dikenal dan lepas dari kegelapan rahasia-Nya, Ia berfirman: Kun fayakun. Maka jadilah alam semesta ini”.

“Manusia sebagai bagian dari alam semesta serta alam semesta yang terkandung di dalam dirinya adalah bagian dari mimpi Tuhan, seperti yang dikatakan oleh sufi besar Syekh Muhyiddin ibn Arabi. Dari mimpinya, dari imajinasiNya, Tuhan melalui kata-kata kun fa yakun, menciptakan sejarah jagat raya berikut sejarah manusia di dalamnya”

Berdalih dari Ibnu Arabi tanpa menyebutkan bukunya, berlebihan mengarahkan pendapat Ibnu Arabi merujuk ke imajinasi. Nurel menjabarkan teks pengantar dalam buku Ibnu Arabi yang searah dengan ucapan Sutardji serta membandingkannya, hingga terlihatlah kesalahan tafsir dari Penyair angkatan 70’an itu.

 Setelah melalui proses penulisan dan editing, jadilah arsip buku yang berisi gugatan atas karya dan orasi Sutardji. Buku itu berjudul Menggugat Tanggungjawab Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri dan diterbitkan Pustaka Pujangga pada tahun 2011. Pengelana dari bencah Jawa ini menyayangkan banyaknya tokoh yang salah dan diabaikan begitu saja. Namun, sejarah akan terus bergulir. Kebenaran akan mengalir dan terungkap, selama apapun itu, tegasnya.

Mengibaratkan seperti perang, Nurel menulis bukunya dengan strategi yang matang. Bangunannya dibuat berlapis benteng, banyak referensi. Hingga tidak akan tertembus dari sudut manapun. Setelah terbit dan digelar bedah buku, banyak yang menantang untuk mengkritisi balik buku itu. Namun, karena kuatnya data-data yang terkandung, tidak ada yang benar-benar merealisasikan untuk menggugat balik.

Akan diterbitkan buku kedua sebagai pelengkapnya dalam waktu dekat ini yang tidak hanya mengkritisi Sutardji, namun penyair lainnya. Salah satu yang dituturkannya, akan menggugat pernyataan Taufik Ismail dalam bukunya, yang menuliskan bahwa penyair adalah penguasa kata-kata. Padahal menurutnya, kata-kata bukan hanya digunakan dan dikuasai oleh penyair. Politikus, ekonom, dan banyak profesi lain tentu menggunakan kata-kata.

Saat kru bertanya bagaimana seharusnya seorang penyair bersikap, ia menjawab, penyair tidak lebih seperti penyampai kebaikan. Seperti setiap manusia yang bertanggungjawab atas apa yang dilakukannya. Terlebih apa yang disampaikan ke orang lain. Seyogyanya, penyair menyampaikan hal yang baik dan membawa manfaat bagi sekitarnya. Seperti seorang menulis puisi, tidak hanya mengungkapkan bahasa hati, tapi menggerakkan hati pembacanya,” ungkapnya.

Sang pengelana ini juga beranggapan bahwa penyair tidak seharusnya keluar dari ajaran-ajaran agama. Contoh banyak penyair terdahulu yang tetap mengindah kata tanpa keluar dari koridor ajaran agama. Tetapi karyanya tetap menjadi idola.

Kru juga mencoba menelisik opini Nurel tentang sastra masa kini. Menurutnya, sastra masa kini bersifat dangkal. Sebagai penanda, pasca reformasi banyak penulis bermunculan namun belum kritis. Banyak yang hanya mementingkan tampilannya saja. Banyak penampilan di panggung, banyak yang membuat buku, tapi kurang diskusi dan bedah buku,” ungkapnya santai.

Terakhir, Nurel Javissyarqi berpesan bahwa proses kreatif entah menulis atau mengasah daya kritis adalah dengan cara melewati keseluruhan proses dengan sungguh-sungguh. Ia menambahkan,“Masa depan tidak digerakkan oleh otot tetapi nalar”, tuturnya saat bersama Forum Penulis Muda IAIN Ponorogo sebelum diskusi di Wakoka bersama kru aL-Millah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Khoirul Anam A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.D. Zubairi A.S. Laksana Abd. Basid Abdul Aziz Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Abdul Hadi W.M. Abdul Rauf Singkil Abdul Rosyid Abdul Salam HS Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abu Nawas Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Ach. Tirmidzi Munahwan Achmad Faesol Adam Chiefni Adhitya Ramadhan Adi Mawardi Adian Husaini Aditya Ardi N Ady Amar Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Fahri Husein Agus Fathuddin Yusuf Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Baso Ahmad Fatoni Ahmad Hadidul Fahmi Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syafii Maarif Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rohim Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sahal Akhmad Taufiq Akhudiat Alang Khoiruddin Alang Khoirudin Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Aliansyah Allamah Syaikh Dalhar Alvi Puspita AM Adhy Trisnanto Ami Herman Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aminullah HA Noor Amir Hamzah Ammar Machmud Andri Awan Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjar Nugroho Anjrah Lelono Broto Antari Setyowati Anwar Nuris Arafat Nur Ariany Isnamurti Arie MP Tamba Arie Yani Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arifin Hakim Arman AZ Arwan Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Juanda Asep S. Bahri Asep Sambodja Asep Yayat Asif Trisnani Aswab Mahasin Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Azizah Hefni Azwar Nazir B Kunto Wibisono Babe Derwan Badrut Tamam Gaffas Bale Aksara Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Benke Berita Berita Duka Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budiawan Dwi Santoso Buku Kritik Sastra Candra Adikara Irawan Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chairul Abhsar Chairul Akhmad Chamim Kohari CNN Indonesia Cucuk Espe Cut Nanda A. D Zawawi Imron D. Dudu AR Dahta Gautama Damanhuri Zuhri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Danuji Ahmad Dati Wahyuni Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dede Kurniawan Dedik Priyanto Den Rasyidi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Detti Febrina Dewi Kartika Dian Sukarno Dian Wahyu Kusuma Didi Purwadi Dien Makmur Din Saja Djasepudin Djauharul Bar Djoko Pitono Djoko Saryono DM Ningsih Doddy Hidayatullah Donny Syofyan Dr Afif Muhammad MA Dr. Simuh Dr. Yunasril Ali Dudi Rustandi Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dyah Ratna Meta Novia E Tryar Dianto Ecep Heryadi Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Edy Susanto EH Ismail Eka Budianta Ekky Malaky Eko Israhayu Ellie R. Noer Emha Ainun Nadjib Esai Esha Tegar Putra Evi Melyati Fachry Ali Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faizal Af Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fazabinal Alim Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Fuad Mardhatillah UY Tiba Furqon Lapoa Fuska Sani Evani Geger Riyanto Ghufron Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur Gus Muwaffiq Gusriyono Gusti Grehenson H Marjohan H. Usep Romli H.M. Habibullah Hadi Napster Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Hamzah Fansuri Hamzah Sahal Hamzah Tualeka Zn Hanibal W.Y. Wijayanta Hanum Fitriah Haris del Hakim Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Basri Marwah Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Helmy Prasetya Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Heri Listianto Heri Ruslan Herry Lamongan Herry Nurdi Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hotnida Novita Sary Hudan Hidayat Husein Muhammad I Nyoman Suaka Ibn ‘Arabi (1165-1240) Ibn Rusyd Ibnu Sina Ibnu Wahyudi Idayati Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imadi Daimah Ermasuri Imam Hamidi Antassalam Imam Khomeini Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Nasri Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Kurniawan Indra Tjahyadi Inung As Irma Safitri Isbedy Stiawan Z.S. Istiyah Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar J Sumardianta Jadid Al Farisy Jalaluddin Jalaluddin Rakhmat Jamal Ma’mur Asmani Jamaluddin Mohammad Javed Paul Syatha Jaya Suprana Jember Gemar Membaca Jo Batara Surya Johan Wahyudi John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K. Muhamad Hakiki K.H. A. Azis Masyhuri K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin Kabar Pesantren Kafiyatun Hasya Kanjeng Tok Kasnadi Kazzaini Ks KH Abdul Ghofur KH. Irfan Hielmy Khansa Arifah Adila Khoirul Anwar Khoirur Rizal Umami Khoshshol Fairuz Kiai Muzajjad Kiki Mikail Kitab Dalailul Khoirot Kodirun Komunitas Deo Gratias Koskow Kritik Sastra Kurniawan Kurtubi Kuswaidi Syafi’ie Kyai Maimun Zubair Lan Fang Larung Sastra Leila S. Chudori Linda S Priyatna Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Asya Lukman Santoso Az M Arif Rohman Hakim M Hari Atmoko M Ismail M Thobroni M. Adnan Amal M. Al Mustafad M. Arwan Hamidi M. Bashori Muchsin M. Faizi M. Hadi Bashori M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Mustafied M. Nurdin M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki M.S. Nugroho M.Si M’Shoe Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahrus eL-Mawa Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mansur Muhammad Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marjohan Marsudi Fitro Wibowo Martin van Bruinessen Marzuki Wahid Marzuzak SY Masduri Mashuri Masjid Kordoba Masuki M. Astro Matroni Matroni el-Moezany Matroni Muserang Mbah Dalhar Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftahul Ulum Mila Novita Mochtar Lubis Moh. Ghufron Cholid Mohamad Salim Aljufri Mohammad Kh. Azad Mohammad Yamin Muh. Khamdan Muhajir Arrosyid Muhammad Abdullah Muhammad Affan Adzim Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih AR Muhammad Amin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Ghannoe Muhammad Idrus Djoge Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Kosim Muhammad Muhibbuddin Muhammad Mukhlisin Muhammad Quraish Shihab Muhammad Subhan Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yasir Muhammad Yuanda Zara Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyiddin Mujtahid Muktamar Sastra Mulyadi SA Munawar A. Djalil Munawir Aziz Musa Ismail Musa Zainuddin Muslim Mustafa Ismail Mustami’ tanpa Nama Mustofa W Hasyim Musyafak Myrna Ratna N. Mursidi Nasaruddin Umar Nashih Nashrullah Naskah Teater Nasruli Chusna Nasrullah Thaleb Nelson Alwi Nevatuhella Ngarto Februana Nidia Zuraya Ninuk Mardiana Pambudy Nita Zakiyah Nizar Qabbani Nova Burhanuddin Noval Jubbek Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Fauzan Ahmad Nur Wahid Nurcholish Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Orasi Budaya Pangeran Diponegoro Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pesantren Tebuireng Pidato Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pramoedya Ananta Toer Prof. Dr. Nur Syam Profil Ma'ruf Amin Prosa Puisi Puji Hartanto Puji Santosa Pungkit Wijaya Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin PUstaka puJAngga Putera Maunaba Putu Fajar Arcana R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rakhmat Nur Hakim Ramadhan Alyafi Rameli Agam Rasanrasan Boengaketji Ratnaislamiati Raudal Tanjung Banua Reni Susanti Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Retno HY Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Rinto Andriono Risa Umami Riyadhus Shalihin Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rohman Abdullah S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifuddin Syadiri Saifudin Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Salahuddin Wahid Salamet Wahedi Salman Faris Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Pesantren Sastrawan Pujangga Baru Satmoko Budi Santoso Satriwan Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siswanto Siswoyo Sita Planasari A Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slavoj Zizek Snouck Hugronje Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana St Sularto Suci Ayu Latifah Sufyan al Jawi Sugiarta Sriwibawa Sulaiman Djaya Sundari Sungatno Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susringah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaiful Amin Syaifullah Amin Syarif Hidayat Santoso Syeikh Abdul Maalik Syeikh Muhammad Nawawi Syekh Abdurrahman Shiddiq Syekh Sulaiman al Jazuli Syi'ir Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tiar Anwar Bachtiar Tjahjono Widijanto Tok Pulau Manis Toko Buku PUstaka puJAngga Tu-ngang Iskandar Turita Indah Setyani Umar Fauzi Ballah Uniawati Universitas Indonesia Universitas Jember Usep Romli H.M. Usman Arrumy UU Hamidy Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wa Ode Zainab Zilullah Toresano Wahyu Aji Walid Syaikhun Wan Mohd. Shaghir Abdullah Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Fei Hung Y Alpriyanti Yanti Mulatsih Yanuar Widodo Yanuar Yachya Yayuk Widiati Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yopi Setia Umbara Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudi Latif Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusuf Suharto Zaenal Abidin Riam Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zakki Amali Zehan Zareez