Judul Buku: Pesan Al Quran untuk Sastrawan
Jenis Buku: Kumpulan Esai Budaya dan Agama
Pengarang: Aguk Irawan MN
Tahun: 2013
Penerbit: Jalasutra Yogyakarta
Tebal: x + 434 hlm; 15 cm x 23 cm
Peresensi: Imamuddin SA
http://sastra-indonesia.com
Aguk Irawan merupakan salah satu dari sekian banyak sastrawan Indonesa ternama. Setelah sekian lama ia bergelut dalam bidang prosa dan puisi, kini karya-karyanya semakin sempurna dengan hadirnya buku esainya yang berjudul “Pesan Al Quran untuk Sastrawan”. Buku ini mengukuhkan dirinya tidak hanya sebagai sastrawan tetapi juga sebagai seorang kritikus sastra.
Karya-karya yang hadir dalam buku ini merupakan karya yang berkualitas tinggi. Hal itu ditunjukkan dengan keberadaan karya tersebut yang diambil dari karya pribadi Aguk yang telah termuat di berbagai media masa, baik nasional maupun daerah. Saya katakan sebagai karya berkualitas tinggi sebab untuk bisa menembus media masa itu sangat sulit dengan integritas kompetisi yang ketat dari para penulis.
Kumpulan esai ini sempat dibedah di tanah kelahiran penulisnya, Aguk, di Lamongan. Tepatnya di pondok pesantren Al Fathimiyah Banjarwati Paciran Lamongan. Sebelah baratnya Pondok Pesantren Sunan Drajad. Buku ini dibedah oleh seorang sastrawan dan esais asal Lamongan pula yaitu Nurel Javisyarqi. Menurut Nurel, karya Aguk ini menghidangkan santapan lezat bagi pembaca sebab dilandasi dengan kebenaran, megetengahkan keindahan bahasa yang santun, memperluas kewaspadaan perasaan insani. Karya ini juga karya yang lurus dan tidak aneh-aneh, tidak keblinger atau nyleneh. “Pesan Al Quran untuk Sastrawan” berawal dari hati yang teguh dan diselimuti dengan cahaya keimanan, penalaran kuat, penghayatan yang dalam, bukan rakitan apalagi akrobatik kata laksana sulapan.
“Pesan Al Quran untuk Sastrawan” ini hadir di tangan pembaca sebagai bentuk apresiasi kritis dari Aguk terhadap ranah sosial-budaya, agama, dan estetika yang tengah bergejolak di tengah kemelut zaman. Buku ini tersaji dengan empat bab utama, yaitu Antara Sastra dan Pesan Agama, Jati Diri dan Identifikasi Lewat Seni, Problem Tekstualitas dan Modernitas, dan Ruang Publik dan Nasib Humaniora.
Antara Sastra dan Pesan Agama berisi dua belas subbab. Kedua belas subbab tersebut yaitu “Binhad Nurrohmat dan Kembalinya Unsur Sastra Jahiliyah, Penyair yang Jatuh Cinta pada Nisan, Maulid Nabi dan Getar Cinta para Penyair, Maulid Nabi dan Kitab Puisi, Mencoba Memahami ke-Malaikatan-an Saeful Badar, ‘Mengintip’ Latar Sastra Pesantren, Penyair dan Al-Quran dalam Rekaman Sejarah, Pesan Al-Quran untuk Sastrawan, Sastra Islami, Sastra Seks; Pragmatis atau Ideologis?, Sastra Seksual dan Pembusukan Budaya, serta Sastra Islam dan Sastra Pesantren”.
Jati Diri dan Identifikasi Lewat Seni mengandung sembilan belas subbab. Kesembilan belas subbab tersebut yaitu “Ketika Puisi Mengalienasi Kita, Dari Shinigami; Melacak Denyut Cerpen Arab-Indonesia, Engkau Pergi [Ketika] Kami Belum Merdeka, Ketika Jati Diri dan Karakter Bangsa Mulai Memudar, Ketika Sastra Alpa dari Bangku Sekolah, Membaca ‘Kursi yang Malas Menunggu’, Mencoba Memahami Ke-aku-an Chairil, Menimbang Kepenyairan Sutardji Calzoum Bachri (Scb) dari Buku Nurel: Menggugat Tanggungjawab Kepenyairan, Pendidikan Sastra dan Mental yang Sakit, Puisi-Puisi yang Membakar Perjuangan, Sastra, Kiyai dan Pesantren, Religiusitas Cinta dan Permasalahannya, Sajak Melankolisme Taufik Ismail, Sastra Arab dan Karya-Karya Goethe, Visi Sastra dan Tantangan Duni Cyber, Pertemuan Sastra dan Pasar, Penyair Tua, Penyair Muda dan Permasalahannya, dan Perihal Tersingkirnya Puisi dari Industri Buku”.
Problem Tekstualitas dan Modernitas berisi delapan belas subbab. Kedelapan belas subbab tersebut yaitu “(1849-1905) 100 Tahun Muhammad Abduh, Problematika Modernitas dan Demokrasi, Ikhwanul Muslimin Moderat; Wajah Baru Mesir, Inkulturasi Nilai Islam dalam Tradisi Padusan, Kearifan Pemimin Lokal dan Asketisme Mbah Maridjan, Ketika Fungsi Agama Tenggelam, Kesejajaran dan Perentangan Sains dan Agama, Menuju Kebudayaan Baru Itu Meniri Barat, , Militer dan Isu Global, Multikulturalisme, Islam dan Cinta Suci, Pergolakan Menemukan ‘Aku’ dalam Diri, Plato dan Pemimpin Pilihan Rakyat, Filsafat Pragmatisme-kontemporer, Revolusi Putih, Roy, Renaisans dan MUI, Perihal Kejumudan dan Studi Islam, Sejarh Lekra vs Manikebu: Hanya Intepretasi Tunggal, dan Membaca Pemikiran Adonis dalam Tsabit Wa Mutakhawil”.
Ruang Publik dan Nasib Humaniora terkandung sembilan subbab. Kesembilan subbab tersebut yaitu “As Dharta dan Sedikit Harga Mati Politiknya, Dunia dan Strategi Baru Pesantren, Ketika Buku Bukan Lagi Ilmu, Lebaran di Mesir; Sebuah Pengalaman Pribadi, Melacak Hubungan Agama dan Kesenian, Penguasa, Buku dan Peradaban, Profesi yang Terlupakan, Hanya Sebuah Karikatur, serta Tradisi Kenduren, Kearifan Lokal, dan Identitas Budaya.
Judul kumpulan esai ini diambil dari bagian pertama bab. Muatan buku ini sarat dengan kompleksitas problematika, baik dari sisi religius, sosial, budaya, kebangsaan, bahkan kesusastraan. Kesan yang tertangkap paling mutlak dan utama dari buku ini menghilir pada tindak perenungan dan permenungan para sastrawan, baru kemudian bermuara pada masyarakat baca secara umum. Hal itu ditandai dengan penyematan judul “Pesan Al Quran untuk Sastrawan” sebagai judul utama buku ini.
Dalam subjudul “Pesan Al Quran untuk Sastrawan” Aguk mereview kembali hakikat surat As-Syu’ara. Selain itu, pembahasan dalam subbab ini juga sebagai bahan introspeksi dan perenungan bagi para penyair. Aguk menegaskan bahwa para sastrawan memiliki derajat yang sangat tinggi bahkan derajatnya satu tingkat di bawah derajat para nabi.
Dalam kanca perjuangan Islam para sastrawan muslim memiliki peranan penting saat terjadi perang Muktah antara kaum muslimin melawan bangsa Romawi. Saat itu jumlah pasukan muslim sangat kecil sedangkan bangsa Romawi sangat banyak bahkan tak ada habisnya. Fenomena itu menjadikan kaum muslim ciut nyali dan terdesak nyaris kalah bahkan nabi Muhammad SAW sempat mengintruksikan pasukan untuk mundur. Tetapi Ibnu Rawaha berhasil memberikan suntikan mentalitas dan semangat juang yang tinggi kepada prajurit muslim melalui puisi-puisi patriotiknya. Berkat kobaran api semangat Ibnu Rawaha itulah akhirnya kaum muslim berhasil memukul mundur dan mengalahkan bangsa Romawi. Sejak saat itu para sastrawan muslim berhasil membawa pembaharuan terhadap sastra Arab kebudayaan secara keseluruhan.
Dalam tulisannya itu, Aguk juga mengkritisi para sastrawan dengan bertumpu pada surat As-Syu’ara yang menjustifikasi para penyair terjerumus dalam lembah-lembah kesesatan. Para sastrawan yang dikatagorikan terjurumus dalam lembah kesesatan tersebut adalah mereka yang hanya mengungkapkan khayalan-khayalan yang jauh dari kebenaran, mengumbar syahwatnya melalui kata-kata berkaitan dengan cinta dan pencabulan, cumbu rayu, menyebut sifat dan tubuh perempuan dengan telanjang, janji dusta, bangga dengan ketidakbenaran, dan suka menghina sesamanya.
Tulisan Aguk ini jika ditarik satu benang merah dengan sastra Indonesia modern akan mengerucut pada sastra Indonesia yang berstyle SMS (Sajak Madzhab Selangkangan), FAK (Fiksi Alat Kelamin), Sastra Wangi, Sastra Lembab dan yang sejenis. Karya sastra yang berstyle seperti itulah yang berada dalam garis hitam kesesatan bersama para sastrawannya. Dan para sastrawan yang derajatnya satu tingkat di bawah derajat para nabi adalah mereka yang beretika, selalu mengingat Tuhan, mengajak kepada kebaikan, dan menjauhi segala kefasadan.
Melalui karya yang berjudul “Ketika Jati Diri dan Karakter Bangsa Mulai Memudar”, Aguk mengkritisi kehidupan berbangsa dan bernegara. Jika melihat realitas bangsa Indonesia yang ada, kita seolah berkaca pada cermin yang retak. Tidak ada satu kesemprnaan yang ditampilkan dari para figur yang ada. Indonesia mengalami krisis figur ideal sehingga mengakibatkan para generasi muda anak bangsa banyak yang mengalami degradasi moral dan cenderung bermuara pada tindak penghapusan jati diri dan karakter bangsa.
Nilai luhur budaya bangsa semakin lama semakin terlupakan. Itu tidak hanya terjadi pada satu ranah melaiankan semua lapisan terjangkit firus ini. Tontonan yang tampak setiap harinya adalah ketidakstabilan sosial-politik, penyalahgunaan wewenang kekuasaan, korupsi, kolusi, dan nepotisme, meningkatnya kemiskinan dan kapitalisme, hilangnya nilai kejujuran dan integritas, menjamurnya separatisme dan radikalisme, maraknya budaya suap dan mafia hukum, terkikisnya kegotongroyongan, keramahtamahan dan kesopansantunan, serta merebaknya budaya saling tuding.
Daya magis Pancasila tampak tak bertuah. Ketuhanan Yang Maha Esa berubah menjadi keuangan yang maha esa. Kemanusiaan berganti perjuangan HAM, Persatuan Indonesia dimanifestasikan dam bentuk otonomi daerah. Kerakyatan yangdipimpin kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan diganti dengan perjuangan demokrasi. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia menjelma menjadi perjuangan kepentingan kelompok.
Indonesia saat ini merindukan figur ideal sebagai satrio piningit. Figur ini adalah figur yang bersikap tidak menolak melainkan mengawinkan dan tidak menentang tetapi mewarnai sebagaimana sosok Syeh Malaya (Sunan Kalijaga) yang dulu pernah bersemi di negeri ini. Ia berhasil mengawinkan tradisi dengan ajaran agama. Ia berhasil menumbuhkembangkan kelegowoan hati masyarakat dengan menyebarluaskan ajaran agama Islam tanpa menghapus adat-istiadat dan kesenian daerah.
Agar bangsa ini tidak semakin terpuruk karena merosotnya moralitas anak bangsa, tonggaknya ada di tangan para pemimpin. Ia harus menjadi figur ideal yang dapat menginspirasi dan dapat dijadikan panutan oleh para generasi muda. Untuk itu para warga selakyanya lebih selektif dalam memilih seorang pemimpin bangsa. Masyarakat harus tahu karakteristik seorang pemimpin yang dapat dijadikan tuntunan dan tontonan semua orang. Kriteria pemimpin tersebut telah dinukilkan Aguk dalam “Plato dan Pemimpin Pilihan Rakyat”. Aguk mengutip konsep Plato yang menyatakan bahwa kriteria pemimpin yang ideal harus mencerminkan empat aspek yaitu memiliki pengendalian diri, keberanian, kearifan, dan keadilan.
Buku esai “Pesan Al Quran untuk Sastrawan” karya Aguk ini membahas permasaahan yang aktual di zamannya. Kritikya tegas, wawasan luas, memukul mundur sastra wangi, SMS, dan FAK. Namun terdapat sedikit kekurangstabilan. Aguk masih mengamini Chairil Anwar sebagai maestro puisi Indonesia Baru tanpa adanya justifikasi terhadap mentalitas plagiat Si Binatang Jalang. Selain itu dalam buku ini juga masih terdapat pengulangan ide pembahasan sehingga menimbulkan satu kebosanan tersendiri atau ini bisa jadi bentuk penguatan atau penegasan ide. Maklum ini juga munkin faktor pengaruh tuntutan media masa juga sebab karya-karya aguk yang terkumpulkan dalam buku ini banyak yang diambil dari karya-karyanya yang tengah terpublikasikan di media masa. Meskiun demikian, sedikit hal yang mungusik itu tidak begitu mempengaruhi kekuatan karya secara utuh. “Pesan Al Quran untuk Sastrawan” masih sebuah karya yang tidak akan kedaluarsa oleh arus zaman. Topiknya hangat dan aktual yang tak patut dilewatkan oleh pembaca yang merindukan wawasan, keilmuan, dan perenungan yang mendalam. Selamat membaca. Ada hikmah melimpah-ruah yang akan terejawantah.
Jumat, 13 Juni 2014, Lamongan, Jawa Timur.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Khoirul Anam
A. Khoirul Anam
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A.C. Andre Tanama
A.D. Zubairi
A.S. Laksana
Abd. Basid
Abdul Aziz
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Gaffar
Abdul Hadi W.M.
Abdul Rauf Singkil
Abdul Rosyid
Abdul Salam HS
Abdul Wachid B.S.
Abdullah Alawi
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Abimardha Kurniawan
Abu Nawas
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Ach. Tirmidzi Munahwan
Achmad Faesol
Adam Chiefni
Adhitya Ramadhan
Adi Mawardi
Adian Husaini
Aditya Ardi N
Ady Amar
Adzka Haniina Al Barri
AF. Tuasikal
Afrizal Malna
Afrizal Qosim
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan Mn
Agus Buchori
Agus Fahri Husein
Agus Fathuddin Yusuf
Agus R. Sarjono
Agus Sulton
Agus Sunyoto
AH J Khuzaini
Ahmad Anshori
Ahmad Badrus Sholihin
Ahmad Baso
Ahmad Fatoni
Ahmad Hadidul Fahmi
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Maltup SA
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Muhli Junaidi
Ahmad Syafii Maarif
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Tohari
Ahmad Y. Samantho
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainur Rohim
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Fatoni
Akhmad Sahal
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Alang Khoiruddin
Alang Khoirudin
Ali Audah
Ali Mahmudi CH
Ali Rif’an
Aliansyah
Allamah Syaikh Dalhar
Alvi Puspita
AM Adhy Trisnanto
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Amin Hasan
Aminullah HA Noor
Amir Hamzah
Ammar Machmud
Andri Awan
Anindita S Thayf
Aning Ayu Kusuma
Anjar Nugroho
Anjrah Lelono Broto
Antari Setyowati
Anwar Nuris
Arafat Nur
Ariany Isnamurti
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arif Hidayat
Arif Saifudin Yudistira
Arifin Hakim
Arman AZ
Arwan
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Juanda
Asep S. Bahri
Asep Sambodja
Asep Yayat
Asif Trisnani
Aswab Mahasin
Atiqurrahman
Awalludin GD Mualif
Azizah Hefni
Azwar Nazir
B Kunto Wibisono
Babe Derwan
Badrut Tamam Gaffas
Bale Aksara
Bandung Mawardi
Bastian Zulyeno
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benny Benke
Berita
Berita Duka
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budiawan Dwi Santoso
Buku Kritik Sastra
Candra Adikara Irawan
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cawapres Jokowi
Cerpen
Chairil Anwar
Chairul Abhsar
Chairul Akhmad
Chamim Kohari
CNN Indonesia
Cucuk Espe
Cut Nanda A.
D Zawawi Imron
D. Dudu AR
Dahta Gautama
Damanhuri Zuhri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Danuji Ahmad
Dati Wahyuni
Dea Anugrah
Dea Ayu Ragilia
Dede Kurniawan
Dedik Priyanto
Den Rasyidi
Deni Jazuli
Denny JA
Denny Mizhar
Detti Febrina
Dewi Kartika
Dian Sukarno
Dian Wahyu Kusuma
Didi Purwadi
Dien Makmur
Din Saja
Djasepudin
Djauharul Bar
Djoko Pitono
Djoko Saryono
DM Ningsih
Doddy Hidayatullah
Donny Syofyan
Dr Afif Muhammad MA
Dr. Simuh
Dr. Yunasril Ali
Dudi Rustandi
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Rejeki
Dyah Ratna Meta Novia
E Tryar Dianto
Ecep Heryadi
Edeng Syamsul Ma’arif
Edy A Effendi
Edy Susanto
EH Ismail
Eka Budianta
Ekky Malaky
Eko Israhayu
Ellie R. Noer
Emha Ainun Nadjib
Esai
Esha Tegar Putra
Evi Melyati
Fachry Ali
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Faizal Af
Fajar Kurnianto
Fanani Rahman
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Fazabinal Alim
Festival Literasi Nusantara
Festival Sastra Gresik
Festival Teater Religi
Forum Santri Nasional
Fuad Mardhatillah UY Tiba
Furqon Lapoa
Fuska Sani Evani
Geger Riyanto
Ghufron
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin
Gus Dur
Gus Muwaffiq
Gusriyono
Gusti Grehenson
H Marjohan
H. Usep Romli H.M.
Habibullah
Hadi Napster
Halimi Zuhdy
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hamka
Hammam Fathulloh
Hamzah Fansuri
Hamzah Sahal
Hamzah Tualeka Zn
Hanibal W.Y. Wijayanta
Hanum Fitriah
Haris del Hakim
Harri Ash Shiddiqie
Hartono Harimurti
Hary B. Kori’un
Hasan Basri Marwah
Hasnan Bachtiar
Hasyim Asy’ari
Helmy Prasetya
Hendra Makmur
Hepi Andi Bastoni
Heri Listianto
Heri Ruslan
Herry Lamongan
Herry Nurdi
Heru Kurniawan
Hilmi Abedillah
Hotnida Novita Sary
Hudan Hidayat
Husein Muhammad
I Nyoman Suaka
Ibn ‘Arabi (1165-1240)
Ibn Rusyd
Ibnu Sina
Ibnu Wahyudi
Idayati
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Ilham Yusardi
Imadi Daimah Ermasuri
Imam Hamidi Antassalam
Imam Khomeini
Imam Nawawi
Imam Nur Suharno
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Nasri
Imron Tohari
Indonesia O’Galelano
Indra Kurniawan
Indra Tjahyadi
Inung As
Irma Safitri
Isbedy Stiawan Z.S.
Istiyah
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
J Sumardianta
Jadid Al Farisy
Jalaluddin
Jalaluddin Rakhmat
Jamal Ma’mur Asmani
Jamaluddin Mohammad
Javed Paul Syatha
Jaya Suprana
Jember Gemar Membaca
Jo Batara Surya
Johan Wahyudi
John Halmahera
Joko Pinurbo
Joko Widodo
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Junaidi
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
K. Muhamad Hakiki
K.H. A. Azis Masyhuri
K.H. Anwar Manshur
K.H. M. Najib Muhammad
K.H. Ma'ruf Amin
Kabar Pesantren
Kafiyatun Hasya
Kanjeng Tok
Kasnadi
Kazzaini Ks
KH Abdul Ghofur
KH. Irfan Hielmy
Khansa Arifah Adila
Khoirul Anwar
Khoirur Rizal Umami
Khoshshol Fairuz
Kiai Muzajjad
Kiki Mikail
Kitab Dalailul Khoirot
Kodirun
Komunitas Deo Gratias
Koskow
Kritik Sastra
Kurniawan
Kurtubi
Kuswaidi Syafi’ie
Kyai Maimun Zubair
Lan Fang
Larung Sastra
Leila S. Chudori
Linda S Priyatna
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP
Lukman Asya
Lukman Santoso Az
M Arif Rohman Hakim
M Hari Atmoko
M Ismail
M Thobroni
M. Adnan Amal
M. Al Mustafad
M. Arwan Hamidi
M. Bashori Muchsin
M. Faizi
M. Hadi Bashori
M. Harir Muzakki
M. Kanzul Fikri
M. Mustafied
M. Nurdin
M. Yoesoef
M. Yunis
M.D. Atmaja
M.H. Abid
M.Harir Muzakki
M.S. Nugroho
M.Si
M’Shoe
Mahamuda
Mahdi Idris
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Mahrus eL-Mawa
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mansur Muhammad
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Marjohan
Marsudi Fitro Wibowo
Martin van Bruinessen
Marzuki Wahid
Marzuzak SY
Masduri
Mashuri
Masjid Kordoba
Masuki M. Astro
Matroni
Matroni el-Moezany
Matroni Muserang
Mbah Dalhar
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Miftahul Ulum
Mila Novita
Mochtar Lubis
Moh. Ghufron Cholid
Mohamad Salim Aljufri
Mohammad Kh. Azad
Mohammad Yamin
Muh. Khamdan
Muhajir Arrosyid
Muhammad Abdullah
Muhammad Affan Adzim
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Ali Fakih AR
Muhammad Amin
Muhammad Anta Kusuma
Muhammad Ghannoe
Muhammad Idrus Djoge
Muhammad Itsbatun Najih
Muhammad Kosim
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Mukhlisin
Muhammad Quraish Shihab
Muhammad Subhan
Muhammad Wava Al-Hasani
Muhammad Yasir
Muhammad Yuanda Zara
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun AS
Muhyiddin
Mujtahid
Muktamar Sastra
Mulyadi SA
Munawar A. Djalil
Munawir Aziz
Musa Ismail
Musa Zainuddin
Muslim
Mustafa Ismail
Mustami’ tanpa Nama
Mustofa W Hasyim
Musyafak
Myrna Ratna
N. Mursidi
Nasaruddin Umar
Nashih Nashrullah
Naskah Teater
Nasruli Chusna
Nasrullah Thaleb
Nelson Alwi
Nevatuhella
Ngarto Februana
Nidia Zuraya
Ninuk Mardiana Pambudy
Nita Zakiyah
Nizar Qabbani
Nova Burhanuddin
Noval Jubbek
Nu’man ’Zeus’ Anggara
Nur Fauzan Ahmad
Nur Wahid
Nurcholish
Nurel Javissyarqi
Nuruddin Al Indunissy
Nurul Anam
Orasi Budaya
Pangeran Diponegoro
Parimono V / 40 Plandi Jombang
PC. Lesbumi NU Babat
PDS H.B. Jassin
Pesantren Tebuireng
Pidato
Politik
Pondok Pesantren Al-Madienah
Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang
PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan
Pramoedya Ananta Toer
Prof. Dr. Nur Syam
Profil Ma'ruf Amin
Prosa
Puisi
Puji Hartanto
Puji Santosa
Pungkit Wijaya
Purwanto
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
PUstaka puJAngga
Putera Maunaba
Putu Fajar Arcana
R. Ng. Ronggowarsito
Radhar Panca Dahana
Raedu Basha
Rahmat Sudirman
Rahmat Sularso Nh
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rakhmat Nur Hakim
Ramadhan Alyafi
Rameli Agam
Rasanrasan Boengaketji
Ratnaislamiati
Raudal Tanjung Banua
Reni Susanti
Resensi
Restoe Prawironegoro Ibrahim
Retno HY
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar
Rinto Andriono
Risa Umami
Riyadhus Shalihin
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rohman Abdullah
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifuddin Syadiri
Saifudin
Saiful Amin Ghofur
Sainul Hermawan
Sajak
Salahuddin Wahid
Salamet Wahedi
Salman Faris
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sandiaga Uno
Sanggar Pasir
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian Nuraini
Sastra Pesantren
Sastrawan Pujangga Baru
Satmoko Budi Santoso
Satriwan
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra Boenga Ketjil
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siswanto
Siswoyo
Sita Planasari A
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Slavoj Zizek
Snouck Hugronje
Sobih Adnan
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
St Sularto
Suci Ayu Latifah
Sufyan al Jawi
Sugiarta Sriwibawa
Sulaiman Djaya
Sundari
Sungatno
Sunu Wasono
Surya Lesmana
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Susringah
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyanto
Syaiful Amin
Syaifullah Amin
Syarif Hidayat Santoso
Syeikh Abdul Maalik
Syeikh Muhammad Nawawi
Syekh Abdurrahman Shiddiq
Syekh Sulaiman al Jazuli
Syi'ir
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Tiar Anwar Bachtiar
Tjahjono Widijanto
Tok Pulau Manis
Toko Buku PUstaka puJAngga
Tu-ngang Iskandar
Turita Indah Setyani
Umar Fauzi Ballah
Uniawati
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usep Romli H.M.
Usman Arrumy
UU Hamidy
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W.S. Rendra
Wa Ode Zainab Zilullah Toresano
Wahyu Aji
Walid Syaikhun
Wan Mohd. Shaghir Abdullah
Warung Boengaketjil
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Welly Adi Tirta
Wiwik Hastuti
Wiwik Hidayati
Wong Fei Hung
Y Alpriyanti
Yanti Mulatsih
Yanuar Widodo
Yanuar Yachya
Yayuk Widiati
Yeni Ratnaningsih
Yohanes Sehandi
Yopi Setia Umbara
Yosi M Giri
Yudhi Fachrudin
Yudi Latif
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Zaenal Abidin Riam
Zainal Arifin Thoha
Zainuddin Sugendal
Zakki Amali
Zehan Zareez
Tidak ada komentar:
Posting Komentar