Sabtu, 10 Agustus 2013

LEBARAN DAN TUHAN DALAM KERAMAIAN

Acep Iwan Saidi *
Kompas 27/08/2011

MALAM LEBARAN

bulan di atas kuburan

Demikian bunyi sajak pendek yang ditulis Sitor Situmorang. Sajak  itu sangat populer di jagat sastra Indonesia bukan karena pendek dan ditulis Sitor, seorang penyair kenamaan negeri ini, melainkan karena ia seperti selembar surat kaleng. Bulan di atas kuburan adalah paradoks yang mengejutkan. Bagaimana mungkin benda langit itu muncul pada awal bulan (1 Syawal), di atas kuburan pula.  Terasa ada misteri menegangkan di situ.

Bulan dan kuburan adalah dua metafor yang bertubrukkan. Bulan (keindahan, kebahagiaan) dibenturkan pada kuburan (kesuraman, kepedihan). Seperti humor yang mempertentangkan berbagai asosiasi, sajak itu jadi semacam satire. Kita seperti disudutkan pada posisi untuk tidak memiliki jawaban, kecuali tersenyum tipis: tragis! Bagaimana tidak, sajak itu telah menunjukkan pada kita tentang sebuah kebahagiaan yang  bertumpu pada penderitaan,  cahaya di atas kegelapan.

Tuhan dalam Keramaian

Pada Lebaran kali ini, saya pikir, sajak tersebut kian  menegaskan  betapa kita sedang berada dalam jerat pertentangan demikian. Di rumah, di mesjid, di jalan-jalan, di tempat rekreasi, dan terlebih di televisi kita merayakan kebahagiaan dalam beragam cara. Tuntas sudah perjuangan sebulan menahan lapar dan dahaga. Tidak hanya itu, kita juga dainggap telah keluar sebagai pemenang: kembali menjadi bayi dengan bening mata telaga.

Tapi, di depan kemenangan itu, bukankah  terpampang kekalahan demi kekalahan. Sebagai bangsa kita menjadi makhluk yang terus merangkak dalam kegelapan. Berbagai kasus kejahatan kerah putih, terutama korupsi dan suap kian hari kian merajalela. Dan nyaris tidak ada penyelesaian atas semua kasus itu. Sebagian kecil koruptor memang dipenjarakan. Tapi, penjara bagi koruptor hanyalah sebuah jeda, semacam “gencatan senjata” agar khalayak berhenti menggunjingkannya. Lihatlah, dengan berbagai bahasa (remisi, pengajuan  PK, dan lain-lain) seorang koruptor bisa lebih cepat keluar  dari bui, jauh dari ketetapan waktu yang diketuk dalam vonis. Ini pasti akal-akalan. Ini pasti karena sesungguhnya penegakkan hukum di negeri ini tidak pernah ada.

Mengapa keadaan demikian bisa terjadi di negeri yang katanya religius ini, bangsa yang menjadikan agama sebagai pilar kehidupannya, negara yang dengan garang memurtadkan komunis. Kiranya kita bukan hanya tidak beres dalam cara bernegara, melainkan juga cara beragama. Dalam amatan saya, masyarakat kita cenderung menyikapi dan menerima agama sebagai tradisi, bukan dalam kesadaran religiusitas. Agama, mula-mula, diwariskan secara biologis (natur) sebelum kemudian mewujud menjadi tradisi (kultur). Dalam kerangka ini, pertimbangan ummat melakukan ibadah lebih berdasar pada hitungan transaksi sosial, bukan interaksi spiritual dengan Tuhan.

Akibatnya, alih-alih ibadah individu berdampak pada kesalehan sosial,  orang beribadah justru lebih karena “godaan sosial”. Tuhan, dengan demikian, hadir sebagai imajinasi duniawi, bukan datang  dari relung terdalam kontemplasi. Ketimbang hadir dalam renungan, Tuhan justru tidak pernah diakui dalam sunyi. Mengapa seorang muslim, misalnya, mesti sembunyi-sembunyi saat  tidak berpuasa; mengapa warung makan melayani orang tidak berpuasa dengan membentangkan gorden. Hemat saya,  semua itu terjadi karena Tuhan tidak hadir di dalam diri; Ia hanya ada dalam keramaian.

Keyakinan demikian jelas sebuah paradoks. Bukankah ajaran semua agama justru menuntut ummatnya untuk lebih banyak pergi ke dalam “meditasi”. Bukankah Tuhan (Islam) pertama kali hadir di dalam sepi, di relung-relung sunyi Hira (Goenawan, 1962) . Dan di kesunyian itu Tuhan mewajibkan kita membaca (QS: 96). Tentu saja perintah membaca tidak bisa dipahami secara sederhana, yakni mengeja abjad dalam arti umum. Jauh lebih penting dari arti leksikalnya, membaca adalah proses memahami realitas secara terus menerus menuju ke arah kualitas diri yang lebih baik. Ini berarti bahwa membaca adalah sebuah cara “menuju ke dalam”, ke perenungan, hingga kemudian ia berdampak keluar, kepada lingkungan.

Dua Muka Lebaran

Ummat beragama, saya pikir, jarang sekali diberi inspirasi untuk mencapai hal itu. Lembaga keagaamaan justru lebih sibuk merumuskan fatwa, yang acap menekan. Para pendakwah juga cenderung lebih fasih berbicara dalam kalimat perintah, tentang batas-batas dalam tafsir tunggal pendakwah bersangkutan. Akibatnya, agama menjadi tidak bergizi. Alih-alih memberi stimulus yang mengundang hidayah, sebagian pendakwah malah  berduyun-duyun pergi ke televisi dan menjadi bintang iklan. Mungkin tidak salah, tapi gejala hari ini menunjukkan bahwa agama cenderung menjadi  tontonan. Dakwah tak lagi berisi tuntunan untuk melangkah ke arah kontemplasi diri, melainkan menjadi semacam godaan material. Dalam konteks ini, ajaran menjadi sesuatu yang instan;  hadir sebagaimana juga iklan ditayangkan. Kyai  menjadi idola dalam ranah budaya populer: muncul tenggelam dalam waktu yang berlari. Tak ada iman, kecuali keyakinan selintas, tak berjejak dan sporadis.

Karena fenomenanya demikian, tidak aneh jika Lebaran yang kita rayakan tiap tahun  menjadi sosok dengan dua wajah muram: kemenangan atas perjuangan sebulan menahan lapar, sekaligus kekalahan memaknainya dalam refleksi  demi mencapai kualitas diri yang lebih baik.

Tapi, baiklah kita optimis untuk sebuah perubahan kedepan. Merujuk pada Driyarkara (2006) yang melihat fenomena perayaan tahun baru sebagai representasi dari harapan untuk sesuatu yang lebih baik di masa depan, Lebaran kiranya juga bisa dijadikan pijakan yang sama. Semoga Lebaran kali ini menjadi titik berangkat ke wilayah tersebut, selamat idul fitri!***

*) Acep Iwan Saidi, Ketua Forum Studi Kebudayaan ITB. Pembina Komunitas Muslim Kubah Merah Pangandaran.
Dijumput dari: http://acepiwansaidi.com/2013/07/20/lebaran-dan-tuhan-dalam-keramaian/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Khoirul Anam A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.D. Zubairi A.S. Laksana Abd. Basid Abdul Aziz Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Abdul Hadi W.M. Abdul Rauf Singkil Abdul Rosyid Abdul Salam HS Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abu Nawas Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Ach. Tirmidzi Munahwan Achmad Faesol Adam Chiefni Adhitya Ramadhan Adi Mawardi Adian Husaini Aditya Ardi N Ady Amar Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Fahri Husein Agus Fathuddin Yusuf Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Baso Ahmad Fatoni Ahmad Hadidul Fahmi Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syafii Maarif Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rohim Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sahal Akhmad Taufiq Akhudiat Alang Khoiruddin Alang Khoirudin Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Aliansyah Allamah Syaikh Dalhar Alvi Puspita AM Adhy Trisnanto Ami Herman Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aminullah HA Noor Amir Hamzah Ammar Machmud Andri Awan Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjar Nugroho Anjrah Lelono Broto Antari Setyowati Anwar Nuris Arafat Nur Ariany Isnamurti Arie MP Tamba Arie Yani Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arifin Hakim Arman AZ Arwan Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Juanda Asep S. Bahri Asep Sambodja Asep Yayat Asif Trisnani Aswab Mahasin Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Azizah Hefni Azwar Nazir B Kunto Wibisono Babe Derwan Badrut Tamam Gaffas Bale Aksara Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Benke Berita Berita Duka Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budiawan Dwi Santoso Buku Kritik Sastra Candra Adikara Irawan Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chairul Abhsar Chairul Akhmad Chamim Kohari CNN Indonesia Cucuk Espe Cut Nanda A. D Zawawi Imron D. Dudu AR Dahta Gautama Damanhuri Zuhri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Danuji Ahmad Dati Wahyuni Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dede Kurniawan Dedik Priyanto Den Rasyidi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Detti Febrina Dewi Kartika Dian Sukarno Dian Wahyu Kusuma Didi Purwadi Dien Makmur Din Saja Djasepudin Djauharul Bar Djoko Pitono Djoko Saryono DM Ningsih Doddy Hidayatullah Donny Syofyan Dr Afif Muhammad MA Dr. Simuh Dr. Yunasril Ali Dudi Rustandi Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dyah Ratna Meta Novia E Tryar Dianto Ecep Heryadi Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Edy Susanto EH Ismail Eka Budianta Ekky Malaky Eko Israhayu Ellie R. Noer Emha Ainun Nadjib Esai Esha Tegar Putra Evi Melyati Fachry Ali Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faizal Af Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fazabinal Alim Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Fuad Mardhatillah UY Tiba Furqon Lapoa Fuska Sani Evani Geger Riyanto Ghufron Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur Gus Muwaffiq Gusriyono Gusti Grehenson H Marjohan H. Usep Romli H.M. Habibullah Hadi Napster Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Hamzah Fansuri Hamzah Sahal Hamzah Tualeka Zn Hanibal W.Y. Wijayanta Hanum Fitriah Haris del Hakim Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Basri Marwah Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Helmy Prasetya Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Heri Listianto Heri Ruslan Herry Lamongan Herry Nurdi Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hotnida Novita Sary Hudan Hidayat Husein Muhammad I Nyoman Suaka Ibn ‘Arabi (1165-1240) Ibn Rusyd Ibnu Sina Ibnu Wahyudi Idayati Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imadi Daimah Ermasuri Imam Hamidi Antassalam Imam Khomeini Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Nasri Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Kurniawan Indra Tjahyadi Inung As Irma Safitri Isbedy Stiawan Z.S. Istiyah Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar J Sumardianta Jadid Al Farisy Jalaluddin Jalaluddin Rakhmat Jamal Ma’mur Asmani Jamaluddin Mohammad Javed Paul Syatha Jaya Suprana Jember Gemar Membaca Jo Batara Surya Johan Wahyudi John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K. Muhamad Hakiki K.H. A. Azis Masyhuri K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin Kabar Pesantren Kafiyatun Hasya Kanjeng Tok Kasnadi Kazzaini Ks KH Abdul Ghofur KH. Irfan Hielmy Khansa Arifah Adila Khoirul Anwar Khoirur Rizal Umami Khoshshol Fairuz Kiai Muzajjad Kiki Mikail Kitab Dalailul Khoirot Kodirun Komunitas Deo Gratias Koskow Kritik Sastra Kurniawan Kurtubi Kuswaidi Syafi’ie Kyai Maimun Zubair Lan Fang Larung Sastra Leila S. Chudori Linda S Priyatna Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Asya Lukman Santoso Az M Arif Rohman Hakim M Hari Atmoko M Ismail M Thobroni M. Adnan Amal M. Al Mustafad M. Arwan Hamidi M. Bashori Muchsin M. Faizi M. Hadi Bashori M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Mustafied M. Nurdin M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki M.S. Nugroho M.Si M’Shoe Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahrus eL-Mawa Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mansur Muhammad Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marjohan Marsudi Fitro Wibowo Martin van Bruinessen Marzuki Wahid Marzuzak SY Masduri Mashuri Masjid Kordoba Masuki M. Astro Matroni Matroni el-Moezany Matroni Muserang Mbah Dalhar Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftahul Ulum Mila Novita Mochtar Lubis Moh. Ghufron Cholid Mohamad Salim Aljufri Mohammad Kh. Azad Mohammad Yamin Muh. Khamdan Muhajir Arrosyid Muhammad Abdullah Muhammad Affan Adzim Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih AR Muhammad Amin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Ghannoe Muhammad Idrus Djoge Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Kosim Muhammad Muhibbuddin Muhammad Mukhlisin Muhammad Quraish Shihab Muhammad Subhan Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yasir Muhammad Yuanda Zara Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyiddin Mujtahid Muktamar Sastra Mulyadi SA Munawar A. Djalil Munawir Aziz Musa Ismail Musa Zainuddin Muslim Mustafa Ismail Mustami’ tanpa Nama Mustofa W Hasyim Musyafak Myrna Ratna N. Mursidi Nasaruddin Umar Nashih Nashrullah Naskah Teater Nasruli Chusna Nasrullah Thaleb Nelson Alwi Nevatuhella Ngarto Februana Nidia Zuraya Ninuk Mardiana Pambudy Nita Zakiyah Nizar Qabbani Nova Burhanuddin Noval Jubbek Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Fauzan Ahmad Nur Wahid Nurcholish Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Orasi Budaya Pangeran Diponegoro Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pesantren Tebuireng Pidato Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pramoedya Ananta Toer Prof. Dr. Nur Syam Profil Ma'ruf Amin Prosa Puisi Puji Hartanto Puji Santosa Pungkit Wijaya Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin PUstaka puJAngga Putera Maunaba Putu Fajar Arcana R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rakhmat Nur Hakim Ramadhan Alyafi Rameli Agam Rasanrasan Boengaketji Ratnaislamiati Raudal Tanjung Banua Reni Susanti Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Retno HY Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Rinto Andriono Risa Umami Riyadhus Shalihin Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rohman Abdullah S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifuddin Syadiri Saifudin Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Salahuddin Wahid Salamet Wahedi Salman Faris Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Pesantren Sastrawan Pujangga Baru Satmoko Budi Santoso Satriwan Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siswanto Siswoyo Sita Planasari A Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slavoj Zizek Snouck Hugronje Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana St Sularto Suci Ayu Latifah Sufyan al Jawi Sugiarta Sriwibawa Sulaiman Djaya Sundari Sungatno Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susringah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaiful Amin Syaifullah Amin Syarif Hidayat Santoso Syeikh Abdul Maalik Syeikh Muhammad Nawawi Syekh Abdurrahman Shiddiq Syekh Sulaiman al Jazuli Syi'ir Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tiar Anwar Bachtiar Tjahjono Widijanto Tok Pulau Manis Toko Buku PUstaka puJAngga Tu-ngang Iskandar Turita Indah Setyani Umar Fauzi Ballah Uniawati Universitas Indonesia Universitas Jember Usep Romli H.M. Usman Arrumy UU Hamidy Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wa Ode Zainab Zilullah Toresano Wahyu Aji Walid Syaikhun Wan Mohd. Shaghir Abdullah Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Fei Hung Y Alpriyanti Yanti Mulatsih Yanuar Widodo Yanuar Yachya Yayuk Widiati Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yopi Setia Umbara Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudi Latif Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusuf Suharto Zaenal Abidin Riam Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zakki Amali Zehan Zareez