Minggu, 14 April 2013

Tuhan, dari Masa ke Masa

Riza Multazam Luthfy
Harian Haluan, 3 Feb 2013

Apa yang dipegang teguh oleh Karen Armstrong mempunyai keserupaan dengan Arnold Toynbee sejarawan terke­muka asal Inggris. Karen Armstrong menancapkan postulat bahwa manusia merupakan makhluk spiritual. Hal ini bisa ditelisik dari sejumlah kajian yang bertahun-tahun genap dila­kukan.

Terdapat alasan logis yang menjadi latar belakang me­nga­pa ia nekat melanting kesimpulan bahwa selain Homo sapiens, manusia juga Homo religiosus. Perempuan yang pernah menjadi biara­wati Katolik Roma tersebut meyakini bahwa manusia mulai mengabdikan diri kepa­da dewa-dewa setelah mereka insaf. Agama-agama mereka ciptakan pada saat yang sama dengan karya seni. Embrio keimanan mereka menunun­jukkan ketakjuban sekaligus misteri di mana dua-duanya merupakan unsur penting pengalaman manusia dalam menanggapi dunia yang meski­pun menggetarkan, namun juga menyajikan keindahan.

Sebagaimana seni, muncul­nya agama merupakan upaya manusia dalam menggali makna dan nilai kehidupan. Ketika manusia disibukkan oleh rutinitas kehidupan yang membosankan dan cenderung menawarkan buih-buih pen­deritaan, agama lahir selaku sarana mendinginkan kea­daan. Di sinilah timbul sema­cam kecurigaan adakah agama sekadar ‘hiburan’?

Kehadiran buku ini bukan bermaksud untuk berkoar mengenai realitas Tuhan, melainkan menguak sejarah persepsi umat manusia ten­tang ‘siapa yang mereka sem­bah’ sejak masa Ibrahim hingga hari ini.

Tuhan bagi Filosof dan Kaum Mistik

Telaah Karen Armstrong mengenai sejarah Tuhan mengambil bentuk dalam upaya penelusurannya atas kehidupan orang Arab. Apa pasal? Selain menarik, hal ini juga menjadi poin krusial yang perlu diangkat agar motif missing link bisa terhin­darkan saat mengambil be­nang merah antara beberapa peristiwa besar religiositas.

Sesuai catatan penerima anugerah TED Prize pada tahun 2008 tersebut, persen­tuhan orang Arab dengan sains dan filsafat Yunani pada abad kesembilan mengakibatkan lahirnya kelompok Muslim yang disebut filosof. Pada awalnya, fokus utama mereka adalah ilmu-ilmu alam, na­mun lama-kelamaan metafi­sika Yunani juga menjadi bagian esensial dari kajian mereka. Bahkan, terdapat kecenderungan untuk mene­rap­kan prinsip-prinsipnya ke dalam Islam, sehingga Tuhan para filosof Yunani identik dengan Allah. Hal ini merupa­kan hasil dari kepercayaan terhadap rasionalisme yang diterka mampu mendermakan bentuk agama yang paling maju; agama yang mengem­bangkan pandangan yang lebih tinggi tentang Tuhan daripada yang diwahyukan dalam kitab suci (halaman 266).

Sebut saja Al-Kindi. Ia berargumen, segala sesuatu pasti mempunyai sebab. Atas dasar itulah, mesti ada suatu Penggerak yang Tak Dige­rakkan untuk memulai keja­dian. Prinsip pertama ini adalah Wujud itu sendiri, tidak berubah, sempurna, serta mustahil dapat dihan­curkan. Namun, ketika tiba pada kesimpulan, Al-Kindi sengaja memisahkan diri dari Aristoteles dengan berpijak pada doktrin Al-Quran ten­tang penciptaan dari ketia­daan (ex nihilo).

Atau Al-Farabi, yang me­mindai mata rantai wujud secara abadi memancar dari Tuhan dalam sepuluh emanasi atau “intelek” berturut-turut, di mana masing-masing mem­bentuk satu bidang Ptolemis: langit terluar, lapisan bintang-bintang tetap, garis lintasan Saturnus, Yupiter, Mars, Matahari, Venus, Merkurius, dan Bulan. Memang di sini terdapat perbedaan yang nyata dengan visi Al-Quran tentang realitas, namun Al-Farabi memandang filsafat sebagai cara yang lebih unggul guna memahami kebe­naran yang telah disampaikan pada nabi secara metaforis dan puitis supaya mudah memancing simpati banyak orang.

Sejarah Tuhan juga tidak terlepas dari mistisisme. Mengapa? Agama mistik cenderung lebih dapat mem­bantu pada waktu-waktu sulit ketimbang keimanan yang didominasi oleh otak. Latihan-latihan ruhani yang intens dalam mistisisme mendorong seseorang kembali kepada Yang Esa. Hal ini di anta­ranya ditunjukkan oleh misti­sisme awal Yahudi yang berkembang selama abad kedua dan ketiga, meskipun orang Yahudi sendiri belum memahaminya secara utuh.

Dalam perjalanannya, mistisisme ternyata mampu bertahan, bahkan menjangkiti dunia Barat. Hasrat terhadap mistisisme di antaranya terbukti dengan sambutan luas atas terbitnya karya tentang mitologi oleh pemikir Amerika kontemporer, Joseph Campbell. Karena itulah muncul dugaan kuat bahwa orang-orang Barat tengah membutuhkan alternatif un­tuk mengimbangi cara pandang ilmiah murni terhadap alam semesta.

Mencecar yang Gaib

Dalam The Idea of the Holy, ahli sejarah agama berke­bangsaan Jerman, Rudolf Oto (1917), mempercayai adanya rasa tentang gaib (numinous) sebagai dasar dari agama. Landasan bagi perilaku bere­tika merupakan efek dari timbulnya perasaan gaib pada diri manusia. Kehadiran keku­atan gaib dan misterius selalu dirasakan oleh manusia da­lam setiap aspek kehidupan. Imbasnya, menyebarlah mitos-mitos sebagai upaya metaforis guna mendeskripsikan reali­tas yang terlampau rumit untuk diekspresikan dengan cara lain.

Sebagai contoh pada perio­de Paleolitik, di mana ketika pertanian tumbuh berkem­bang, manusia menganggap bahwa kesuburan pada tana­man me­ru­pakan anugerah dari Dewi Ibu. Akibatnya, terjadi pengkul­tusan terhadap dewi yang digambarkan sebagai perempuan hamil telan­jang tersebut. Hal ini mirip sekali dengan mitos Jawa yang berabad-abad diwariskan. Masya­rakat Jawa suka meng­hubungkan kondisi pertanian dengan sikap Dewi Sri. Jika tanaman dalam keadaan subur, maka bisa dipastikan kalau mereka berhasil mem­buat Dewi Sri senang. Seba­liknya, jika Dewi Sri terlanjur marah, maka imbasnya yaitu tanaman mere­ka akan meng­alami kerusakan atau bahkan gagal panen.

Dalam ajaran Islam, alam gaib juga menempati posisi sentral dalam corak kei­ma­nan. Hal ini secara eksplisit disinggung dalam kitab suci Al-Quran. Tepatnya, ayat tiga dari surat Al-Baqarah. Ayat itu memaparkan mengenai siapakah orang-orang yang beriman (muttaqin). Mereka adalah: “orang-orang yang percaya kepada hal-hal ga­ib……..” (Al-Baqarah: 3).

Perhatian manusia pada mitos ditegaskan lagi oleh Karen Armstrong dengan pernyataan: “mitos mengeks­presikan makna batin pera­daban”. Orang Babilonia, misalnya, mereka merayakan liturgi pada Tahun Baru, di mana para dewa tunduk pada liturgi tersebut. Mereka juga menaruh keyakinan, Babilonia adalah tempat suci, pusat dunia, dan tanah air dewata. Bila dihubungkan dengan ketiga agama monoteistik, maka ide tentang kota suci sangatlah penting guna mem­peroleh keharmonisan dengan kekuatan sakral. Begitu sen­tralnya, maka tak ayal, Babi­lonia dapat disandingkan dengan kota-kota suci lainnya, seperti Makkah bagi orang Islam, Nazaret bagi orang Kristen, Hebron bagi orang Yahudi, ataupun Yerussalem bagi ketiga penganut agama besar tersebut.

Bagi orang Babilonia, Marduk Dewa Mataha­ri meru­pa­kan spesimen keturunan dewa yang paling sempurna. Dalam sebuah pertemuan Majelis Agung para dewa, Marduk berjanji hendak me­merangi Tiamat dengan sya­rat bahwa dialah yang nanti menjadi penguasa mereka. Akhirnya, usai melewati pertarungan yang cukup pan­jang serta bersusah payah, Tiamat sanggup dikalahkan. Marduk lantas memutuskan untuk mewujudkan dunia baru; Tiamat dibelahnya menjadi dua bagian guna membentuk lengkungan langit dan bumi manusia. Undang-undang pun disusun, demi memelihara agar segala sesu­atu tetap berada dalam porsi yang ditentukan. Setelah itu semua dilakukan, barulah manusia diciptakan. (halaman 36-37).

Melalui buku ini, seolah Karen Armstrong ingin me­mekik lantang, bahwa gaga­san manusia mengenai Tuhan senantiasa terkungkung oleh sejarah, karena bagaimana pun juga gagasan itu mengan­tongi perbedaan bagi setiap kelompok manusia yang meng­gu­nakannya di pelbagai masa.

Dijumput dari: http://www.harianhaluan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=20911:tuhan-dari-masa-ke-masa&catid=41:kultur&Itemid=193

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Khoirul Anam A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.D. Zubairi A.S. Laksana Abd. Basid Abdul Aziz Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Abdul Hadi W.M. Abdul Rauf Singkil Abdul Rosyid Abdul Salam HS Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abu Nawas Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Ach. Tirmidzi Munahwan Achmad Faesol Adam Chiefni Adhitya Ramadhan Adi Mawardi Adian Husaini Aditya Ardi N Ady Amar Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Fahri Husein Agus Fathuddin Yusuf Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Baso Ahmad Fatoni Ahmad Hadidul Fahmi Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syafii Maarif Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rohim Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sahal Akhmad Taufiq Akhudiat Alang Khoiruddin Alang Khoirudin Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Aliansyah Allamah Syaikh Dalhar Alvi Puspita AM Adhy Trisnanto Ami Herman Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aminullah HA Noor Amir Hamzah Ammar Machmud Andri Awan Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjar Nugroho Anjrah Lelono Broto Antari Setyowati Anwar Nuris Arafat Nur Ariany Isnamurti Arie MP Tamba Arie Yani Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arifin Hakim Arman AZ Arwan Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Juanda Asep S. Bahri Asep Sambodja Asep Yayat Asif Trisnani Aswab Mahasin Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Azizah Hefni Azwar Nazir B Kunto Wibisono Babe Derwan Badrut Tamam Gaffas Bale Aksara Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Benke Berita Berita Duka Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budiawan Dwi Santoso Buku Kritik Sastra Candra Adikara Irawan Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chairul Abhsar Chairul Akhmad Chamim Kohari CNN Indonesia Cucuk Espe Cut Nanda A. D Zawawi Imron D. Dudu AR Dahta Gautama Damanhuri Zuhri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Danuji Ahmad Dati Wahyuni Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dede Kurniawan Dedik Priyanto Den Rasyidi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Detti Febrina Dewi Kartika Dian Sukarno Dian Wahyu Kusuma Didi Purwadi Dien Makmur Din Saja Djasepudin Djauharul Bar Djoko Pitono Djoko Saryono DM Ningsih Doddy Hidayatullah Donny Syofyan Dr Afif Muhammad MA Dr. Simuh Dr. Yunasril Ali Dudi Rustandi Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dyah Ratna Meta Novia E Tryar Dianto Ecep Heryadi Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Edy Susanto EH Ismail Eka Budianta Ekky Malaky Eko Israhayu Ellie R. Noer Emha Ainun Nadjib Esai Esha Tegar Putra Evi Melyati Fachry Ali Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faizal Af Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fazabinal Alim Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Fuad Mardhatillah UY Tiba Furqon Lapoa Fuska Sani Evani Geger Riyanto Ghufron Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur Gus Muwaffiq Gusriyono Gusti Grehenson H Marjohan H. Usep Romli H.M. Habibullah Hadi Napster Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Hamzah Fansuri Hamzah Sahal Hamzah Tualeka Zn Hanibal W.Y. Wijayanta Hanum Fitriah Haris del Hakim Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Basri Marwah Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Helmy Prasetya Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Heri Listianto Heri Ruslan Herry Lamongan Herry Nurdi Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hotnida Novita Sary Hudan Hidayat Husein Muhammad I Nyoman Suaka Ibn ‘Arabi (1165-1240) Ibn Rusyd Ibnu Sina Ibnu Wahyudi Idayati Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imadi Daimah Ermasuri Imam Hamidi Antassalam Imam Khomeini Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Nasri Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Kurniawan Indra Tjahyadi Inung As Irma Safitri Isbedy Stiawan Z.S. Istiyah Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar J Sumardianta Jadid Al Farisy Jalaluddin Jalaluddin Rakhmat Jamal Ma’mur Asmani Jamaluddin Mohammad Javed Paul Syatha Jaya Suprana Jember Gemar Membaca Jo Batara Surya Johan Wahyudi John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K. Muhamad Hakiki K.H. A. Azis Masyhuri K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin Kabar Pesantren Kafiyatun Hasya Kanjeng Tok Kasnadi Kazzaini Ks KH Abdul Ghofur KH. Irfan Hielmy Khansa Arifah Adila Khoirul Anwar Khoirur Rizal Umami Khoshshol Fairuz Kiai Muzajjad Kiki Mikail Kitab Dalailul Khoirot Kodirun Komunitas Deo Gratias Koskow Kritik Sastra Kurniawan Kurtubi Kuswaidi Syafi’ie Kyai Maimun Zubair Lan Fang Larung Sastra Leila S. Chudori Linda S Priyatna Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Asya Lukman Santoso Az M Arif Rohman Hakim M Hari Atmoko M Ismail M Thobroni M. Adnan Amal M. Al Mustafad M. Arwan Hamidi M. Bashori Muchsin M. Faizi M. Hadi Bashori M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Mustafied M. Nurdin M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki M.S. Nugroho M.Si M’Shoe Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahrus eL-Mawa Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mansur Muhammad Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marjohan Marsudi Fitro Wibowo Martin van Bruinessen Marzuki Wahid Marzuzak SY Masduri Mashuri Masjid Kordoba Masuki M. Astro Matroni Matroni el-Moezany Matroni Muserang Mbah Dalhar Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftahul Ulum Mila Novita Mochtar Lubis Moh. Ghufron Cholid Mohamad Salim Aljufri Mohammad Kh. Azad Mohammad Yamin Muh. Khamdan Muhajir Arrosyid Muhammad Abdullah Muhammad Affan Adzim Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih AR Muhammad Amin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Ghannoe Muhammad Idrus Djoge Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Kosim Muhammad Muhibbuddin Muhammad Mukhlisin Muhammad Quraish Shihab Muhammad Subhan Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yasir Muhammad Yuanda Zara Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyiddin Mujtahid Muktamar Sastra Mulyadi SA Munawar A. Djalil Munawir Aziz Musa Ismail Musa Zainuddin Muslim Mustafa Ismail Mustami’ tanpa Nama Mustofa W Hasyim Musyafak Myrna Ratna N. Mursidi Nasaruddin Umar Nashih Nashrullah Naskah Teater Nasruli Chusna Nasrullah Thaleb Nelson Alwi Nevatuhella Ngarto Februana Nidia Zuraya Ninuk Mardiana Pambudy Nita Zakiyah Nizar Qabbani Nova Burhanuddin Noval Jubbek Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Fauzan Ahmad Nur Wahid Nurcholish Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Orasi Budaya Pangeran Diponegoro Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pesantren Tebuireng Pidato Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pramoedya Ananta Toer Prof. Dr. Nur Syam Profil Ma'ruf Amin Prosa Puisi Puji Hartanto Puji Santosa Pungkit Wijaya Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin PUstaka puJAngga Putera Maunaba Putu Fajar Arcana R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rakhmat Nur Hakim Ramadhan Alyafi Rameli Agam Rasanrasan Boengaketji Ratnaislamiati Raudal Tanjung Banua Reni Susanti Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Retno HY Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Rinto Andriono Risa Umami Riyadhus Shalihin Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rohman Abdullah S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifuddin Syadiri Saifudin Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Salahuddin Wahid Salamet Wahedi Salman Faris Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Pesantren Sastrawan Pujangga Baru Satmoko Budi Santoso Satriwan Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siswanto Siswoyo Sita Planasari A Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slavoj Zizek Snouck Hugronje Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana St Sularto Suci Ayu Latifah Sufyan al Jawi Sugiarta Sriwibawa Sulaiman Djaya Sundari Sungatno Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susringah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaiful Amin Syaifullah Amin Syarif Hidayat Santoso Syeikh Abdul Maalik Syeikh Muhammad Nawawi Syekh Abdurrahman Shiddiq Syekh Sulaiman al Jazuli Syi'ir Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tiar Anwar Bachtiar Tjahjono Widijanto Tok Pulau Manis Toko Buku PUstaka puJAngga Tu-ngang Iskandar Turita Indah Setyani Umar Fauzi Ballah Uniawati Universitas Indonesia Universitas Jember Usep Romli H.M. Usman Arrumy UU Hamidy Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wa Ode Zainab Zilullah Toresano Wahyu Aji Walid Syaikhun Wan Mohd. Shaghir Abdullah Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Fei Hung Y Alpriyanti Yanti Mulatsih Yanuar Widodo Yanuar Yachya Yayuk Widiati Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yopi Setia Umbara Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudi Latif Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusuf Suharto Zaenal Abidin Riam Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zakki Amali Zehan Zareez