Riza Multazam Luthfy
Harian Haluan, 3 Feb 2013
Apa yang dipegang teguh oleh Karen Armstrong mempunyai keserupaan dengan Arnold Toynbee sejarawan terkemuka asal Inggris. Karen Armstrong menancapkan postulat bahwa manusia merupakan makhluk spiritual. Hal ini bisa ditelisik dari sejumlah kajian yang bertahun-tahun genap dilakukan.
Terdapat alasan logis yang menjadi latar belakang mengapa ia nekat melanting kesimpulan bahwa selain Homo sapiens, manusia juga Homo religiosus. Perempuan yang pernah menjadi biarawati Katolik Roma tersebut meyakini bahwa manusia mulai mengabdikan diri kepada dewa-dewa setelah mereka insaf. Agama-agama mereka ciptakan pada saat yang sama dengan karya seni. Embrio keimanan mereka menununjukkan ketakjuban sekaligus misteri di mana dua-duanya merupakan unsur penting pengalaman manusia dalam menanggapi dunia yang meskipun menggetarkan, namun juga menyajikan keindahan.
Sebagaimana seni, munculnya agama merupakan upaya manusia dalam menggali makna dan nilai kehidupan. Ketika manusia disibukkan oleh rutinitas kehidupan yang membosankan dan cenderung menawarkan buih-buih penderitaan, agama lahir selaku sarana mendinginkan keadaan. Di sinilah timbul semacam kecurigaan adakah agama sekadar ‘hiburan’?
Kehadiran buku ini bukan bermaksud untuk berkoar mengenai realitas Tuhan, melainkan menguak sejarah persepsi umat manusia tentang ‘siapa yang mereka sembah’ sejak masa Ibrahim hingga hari ini.
Tuhan bagi Filosof dan Kaum Mistik
Telaah Karen Armstrong mengenai sejarah Tuhan mengambil bentuk dalam upaya penelusurannya atas kehidupan orang Arab. Apa pasal? Selain menarik, hal ini juga menjadi poin krusial yang perlu diangkat agar motif missing link bisa terhindarkan saat mengambil benang merah antara beberapa peristiwa besar religiositas.
Sesuai catatan penerima anugerah TED Prize pada tahun 2008 tersebut, persentuhan orang Arab dengan sains dan filsafat Yunani pada abad kesembilan mengakibatkan lahirnya kelompok Muslim yang disebut filosof. Pada awalnya, fokus utama mereka adalah ilmu-ilmu alam, namun lama-kelamaan metafisika Yunani juga menjadi bagian esensial dari kajian mereka. Bahkan, terdapat kecenderungan untuk menerapkan prinsip-prinsipnya ke dalam Islam, sehingga Tuhan para filosof Yunani identik dengan Allah. Hal ini merupakan hasil dari kepercayaan terhadap rasionalisme yang diterka mampu mendermakan bentuk agama yang paling maju; agama yang mengembangkan pandangan yang lebih tinggi tentang Tuhan daripada yang diwahyukan dalam kitab suci (halaman 266).
Sebut saja Al-Kindi. Ia berargumen, segala sesuatu pasti mempunyai sebab. Atas dasar itulah, mesti ada suatu Penggerak yang Tak Digerakkan untuk memulai kejadian. Prinsip pertama ini adalah Wujud itu sendiri, tidak berubah, sempurna, serta mustahil dapat dihancurkan. Namun, ketika tiba pada kesimpulan, Al-Kindi sengaja memisahkan diri dari Aristoteles dengan berpijak pada doktrin Al-Quran tentang penciptaan dari ketiadaan (ex nihilo).
Atau Al-Farabi, yang memindai mata rantai wujud secara abadi memancar dari Tuhan dalam sepuluh emanasi atau “intelek” berturut-turut, di mana masing-masing membentuk satu bidang Ptolemis: langit terluar, lapisan bintang-bintang tetap, garis lintasan Saturnus, Yupiter, Mars, Matahari, Venus, Merkurius, dan Bulan. Memang di sini terdapat perbedaan yang nyata dengan visi Al-Quran tentang realitas, namun Al-Farabi memandang filsafat sebagai cara yang lebih unggul guna memahami kebenaran yang telah disampaikan pada nabi secara metaforis dan puitis supaya mudah memancing simpati banyak orang.
Sejarah Tuhan juga tidak terlepas dari mistisisme. Mengapa? Agama mistik cenderung lebih dapat membantu pada waktu-waktu sulit ketimbang keimanan yang didominasi oleh otak. Latihan-latihan ruhani yang intens dalam mistisisme mendorong seseorang kembali kepada Yang Esa. Hal ini di antaranya ditunjukkan oleh mistisisme awal Yahudi yang berkembang selama abad kedua dan ketiga, meskipun orang Yahudi sendiri belum memahaminya secara utuh.
Dalam perjalanannya, mistisisme ternyata mampu bertahan, bahkan menjangkiti dunia Barat. Hasrat terhadap mistisisme di antaranya terbukti dengan sambutan luas atas terbitnya karya tentang mitologi oleh pemikir Amerika kontemporer, Joseph Campbell. Karena itulah muncul dugaan kuat bahwa orang-orang Barat tengah membutuhkan alternatif untuk mengimbangi cara pandang ilmiah murni terhadap alam semesta.
Mencecar yang Gaib
Dalam The Idea of the Holy, ahli sejarah agama berkebangsaan Jerman, Rudolf Oto (1917), mempercayai adanya rasa tentang gaib (numinous) sebagai dasar dari agama. Landasan bagi perilaku beretika merupakan efek dari timbulnya perasaan gaib pada diri manusia. Kehadiran kekuatan gaib dan misterius selalu dirasakan oleh manusia dalam setiap aspek kehidupan. Imbasnya, menyebarlah mitos-mitos sebagai upaya metaforis guna mendeskripsikan realitas yang terlampau rumit untuk diekspresikan dengan cara lain.
Sebagai contoh pada periode Paleolitik, di mana ketika pertanian tumbuh berkembang, manusia menganggap bahwa kesuburan pada tanaman merupakan anugerah dari Dewi Ibu. Akibatnya, terjadi pengkultusan terhadap dewi yang digambarkan sebagai perempuan hamil telanjang tersebut. Hal ini mirip sekali dengan mitos Jawa yang berabad-abad diwariskan. Masyarakat Jawa suka menghubungkan kondisi pertanian dengan sikap Dewi Sri. Jika tanaman dalam keadaan subur, maka bisa dipastikan kalau mereka berhasil membuat Dewi Sri senang. Sebaliknya, jika Dewi Sri terlanjur marah, maka imbasnya yaitu tanaman mereka akan mengalami kerusakan atau bahkan gagal panen.
Dalam ajaran Islam, alam gaib juga menempati posisi sentral dalam corak keimanan. Hal ini secara eksplisit disinggung dalam kitab suci Al-Quran. Tepatnya, ayat tiga dari surat Al-Baqarah. Ayat itu memaparkan mengenai siapakah orang-orang yang beriman (muttaqin). Mereka adalah: “orang-orang yang percaya kepada hal-hal gaib……..” (Al-Baqarah: 3).
Perhatian manusia pada mitos ditegaskan lagi oleh Karen Armstrong dengan pernyataan: “mitos mengekspresikan makna batin peradaban”. Orang Babilonia, misalnya, mereka merayakan liturgi pada Tahun Baru, di mana para dewa tunduk pada liturgi tersebut. Mereka juga menaruh keyakinan, Babilonia adalah tempat suci, pusat dunia, dan tanah air dewata. Bila dihubungkan dengan ketiga agama monoteistik, maka ide tentang kota suci sangatlah penting guna memperoleh keharmonisan dengan kekuatan sakral. Begitu sentralnya, maka tak ayal, Babilonia dapat disandingkan dengan kota-kota suci lainnya, seperti Makkah bagi orang Islam, Nazaret bagi orang Kristen, Hebron bagi orang Yahudi, ataupun Yerussalem bagi ketiga penganut agama besar tersebut.
Bagi orang Babilonia, Marduk Dewa Matahari merupakan spesimen keturunan dewa yang paling sempurna. Dalam sebuah pertemuan Majelis Agung para dewa, Marduk berjanji hendak memerangi Tiamat dengan syarat bahwa dialah yang nanti menjadi penguasa mereka. Akhirnya, usai melewati pertarungan yang cukup panjang serta bersusah payah, Tiamat sanggup dikalahkan. Marduk lantas memutuskan untuk mewujudkan dunia baru; Tiamat dibelahnya menjadi dua bagian guna membentuk lengkungan langit dan bumi manusia. Undang-undang pun disusun, demi memelihara agar segala sesuatu tetap berada dalam porsi yang ditentukan. Setelah itu semua dilakukan, barulah manusia diciptakan. (halaman 36-37).
Melalui buku ini, seolah Karen Armstrong ingin memekik lantang, bahwa gagasan manusia mengenai Tuhan senantiasa terkungkung oleh sejarah, karena bagaimana pun juga gagasan itu mengantongi perbedaan bagi setiap kelompok manusia yang menggunakannya di pelbagai masa.
Dijumput dari: http://www.harianhaluan.com/index.php?option=com_content&view=article&id=20911:tuhan-dari-masa-ke-masa&catid=41:kultur&Itemid=193
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Khoirul Anam
A. Khoirul Anam
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A.C. Andre Tanama
A.D. Zubairi
A.S. Laksana
Abd. Basid
Abdul Aziz
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Gaffar
Abdul Hadi W.M.
Abdul Rauf Singkil
Abdul Rosyid
Abdul Salam HS
Abdul Wachid B.S.
Abdullah Alawi
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Abimardha Kurniawan
Abu Nawas
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Ach. Tirmidzi Munahwan
Achmad Faesol
Adam Chiefni
Adhitya Ramadhan
Adi Mawardi
Adian Husaini
Aditya Ardi N
Ady Amar
Adzka Haniina Al Barri
AF. Tuasikal
Afrizal Malna
Afrizal Qosim
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan Mn
Agus Buchori
Agus Fahri Husein
Agus Fathuddin Yusuf
Agus R. Sarjono
Agus Sulton
Agus Sunyoto
AH J Khuzaini
Ahmad Anshori
Ahmad Badrus Sholihin
Ahmad Baso
Ahmad Fatoni
Ahmad Hadidul Fahmi
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Maltup SA
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Muhli Junaidi
Ahmad Syafii Maarif
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Tohari
Ahmad Y. Samantho
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainur Rohim
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Fatoni
Akhmad Sahal
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Alang Khoiruddin
Alang Khoirudin
Ali Audah
Ali Mahmudi CH
Ali Rif’an
Aliansyah
Allamah Syaikh Dalhar
Alvi Puspita
AM Adhy Trisnanto
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Amin Hasan
Aminullah HA Noor
Amir Hamzah
Ammar Machmud
Andri Awan
Anindita S Thayf
Aning Ayu Kusuma
Anjar Nugroho
Anjrah Lelono Broto
Antari Setyowati
Anwar Nuris
Arafat Nur
Ariany Isnamurti
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arif Hidayat
Arif Saifudin Yudistira
Arifin Hakim
Arman AZ
Arwan
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Juanda
Asep S. Bahri
Asep Sambodja
Asep Yayat
Asif Trisnani
Aswab Mahasin
Atiqurrahman
Awalludin GD Mualif
Azizah Hefni
Azwar Nazir
B Kunto Wibisono
Babe Derwan
Badrut Tamam Gaffas
Bale Aksara
Bandung Mawardi
Bastian Zulyeno
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benny Benke
Berita
Berita Duka
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budiawan Dwi Santoso
Buku Kritik Sastra
Candra Adikara Irawan
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cawapres Jokowi
Cerpen
Chairil Anwar
Chairul Abhsar
Chairul Akhmad
Chamim Kohari
CNN Indonesia
Cucuk Espe
Cut Nanda A.
D Zawawi Imron
D. Dudu AR
Dahta Gautama
Damanhuri Zuhri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Danuji Ahmad
Dati Wahyuni
Dea Anugrah
Dea Ayu Ragilia
Dede Kurniawan
Dedik Priyanto
Den Rasyidi
Deni Jazuli
Denny JA
Denny Mizhar
Detti Febrina
Dewi Kartika
Dian Sukarno
Dian Wahyu Kusuma
Didi Purwadi
Dien Makmur
Din Saja
Djasepudin
Djauharul Bar
Djoko Pitono
Djoko Saryono
DM Ningsih
Doddy Hidayatullah
Donny Syofyan
Dr Afif Muhammad MA
Dr. Simuh
Dr. Yunasril Ali
Dudi Rustandi
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Rejeki
Dyah Ratna Meta Novia
E Tryar Dianto
Ecep Heryadi
Edeng Syamsul Ma’arif
Edy A Effendi
Edy Susanto
EH Ismail
Eka Budianta
Ekky Malaky
Eko Israhayu
Ellie R. Noer
Emha Ainun Nadjib
Esai
Esha Tegar Putra
Evi Melyati
Fachry Ali
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Faizal Af
Fajar Kurnianto
Fanani Rahman
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Fazabinal Alim
Festival Literasi Nusantara
Festival Sastra Gresik
Festival Teater Religi
Forum Santri Nasional
Fuad Mardhatillah UY Tiba
Furqon Lapoa
Fuska Sani Evani
Geger Riyanto
Ghufron
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin
Gus Dur
Gus Muwaffiq
Gusriyono
Gusti Grehenson
H Marjohan
H. Usep Romli H.M.
Habibullah
Hadi Napster
Halimi Zuhdy
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hamka
Hammam Fathulloh
Hamzah Fansuri
Hamzah Sahal
Hamzah Tualeka Zn
Hanibal W.Y. Wijayanta
Hanum Fitriah
Haris del Hakim
Harri Ash Shiddiqie
Hartono Harimurti
Hary B. Kori’un
Hasan Basri Marwah
Hasnan Bachtiar
Hasyim Asy’ari
Helmy Prasetya
Hendra Makmur
Hepi Andi Bastoni
Heri Listianto
Heri Ruslan
Herry Lamongan
Herry Nurdi
Heru Kurniawan
Hilmi Abedillah
Hotnida Novita Sary
Hudan Hidayat
Husein Muhammad
I Nyoman Suaka
Ibn ‘Arabi (1165-1240)
Ibn Rusyd
Ibnu Sina
Ibnu Wahyudi
Idayati
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Ilham Yusardi
Imadi Daimah Ermasuri
Imam Hamidi Antassalam
Imam Khomeini
Imam Nawawi
Imam Nur Suharno
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Nasri
Imron Tohari
Indonesia O’Galelano
Indra Kurniawan
Indra Tjahyadi
Inung As
Irma Safitri
Isbedy Stiawan Z.S.
Istiyah
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
J Sumardianta
Jadid Al Farisy
Jalaluddin
Jalaluddin Rakhmat
Jamal Ma’mur Asmani
Jamaluddin Mohammad
Javed Paul Syatha
Jaya Suprana
Jember Gemar Membaca
Jo Batara Surya
Johan Wahyudi
John Halmahera
Joko Pinurbo
Joko Widodo
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Junaidi
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
K. Muhamad Hakiki
K.H. A. Azis Masyhuri
K.H. Anwar Manshur
K.H. M. Najib Muhammad
K.H. Ma'ruf Amin
Kabar Pesantren
Kafiyatun Hasya
Kanjeng Tok
Kasnadi
Kazzaini Ks
KH Abdul Ghofur
KH. Irfan Hielmy
Khansa Arifah Adila
Khoirul Anwar
Khoirur Rizal Umami
Khoshshol Fairuz
Kiai Muzajjad
Kiki Mikail
Kitab Dalailul Khoirot
Kodirun
Komunitas Deo Gratias
Koskow
Kritik Sastra
Kurniawan
Kurtubi
Kuswaidi Syafi’ie
Kyai Maimun Zubair
Lan Fang
Larung Sastra
Leila S. Chudori
Linda S Priyatna
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP
Lukman Asya
Lukman Santoso Az
M Arif Rohman Hakim
M Hari Atmoko
M Ismail
M Thobroni
M. Adnan Amal
M. Al Mustafad
M. Arwan Hamidi
M. Bashori Muchsin
M. Faizi
M. Hadi Bashori
M. Harir Muzakki
M. Kanzul Fikri
M. Mustafied
M. Nurdin
M. Yoesoef
M. Yunis
M.D. Atmaja
M.H. Abid
M.Harir Muzakki
M.S. Nugroho
M.Si
M’Shoe
Mahamuda
Mahdi Idris
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Mahrus eL-Mawa
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mansur Muhammad
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Marjohan
Marsudi Fitro Wibowo
Martin van Bruinessen
Marzuki Wahid
Marzuzak SY
Masduri
Mashuri
Masjid Kordoba
Masuki M. Astro
Matroni
Matroni el-Moezany
Matroni Muserang
Mbah Dalhar
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Miftahul Ulum
Mila Novita
Mochtar Lubis
Moh. Ghufron Cholid
Mohamad Salim Aljufri
Mohammad Kh. Azad
Mohammad Yamin
Muh. Khamdan
Muhajir Arrosyid
Muhammad Abdullah
Muhammad Affan Adzim
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Ali Fakih AR
Muhammad Amin
Muhammad Anta Kusuma
Muhammad Ghannoe
Muhammad Idrus Djoge
Muhammad Itsbatun Najih
Muhammad Kosim
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Mukhlisin
Muhammad Quraish Shihab
Muhammad Subhan
Muhammad Wava Al-Hasani
Muhammad Yasir
Muhammad Yuanda Zara
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun AS
Muhyiddin
Mujtahid
Muktamar Sastra
Mulyadi SA
Munawar A. Djalil
Munawir Aziz
Musa Ismail
Musa Zainuddin
Muslim
Mustafa Ismail
Mustami’ tanpa Nama
Mustofa W Hasyim
Musyafak
Myrna Ratna
N. Mursidi
Nasaruddin Umar
Nashih Nashrullah
Naskah Teater
Nasruli Chusna
Nasrullah Thaleb
Nelson Alwi
Nevatuhella
Ngarto Februana
Nidia Zuraya
Ninuk Mardiana Pambudy
Nita Zakiyah
Nizar Qabbani
Nova Burhanuddin
Noval Jubbek
Nu’man ’Zeus’ Anggara
Nur Fauzan Ahmad
Nur Wahid
Nurcholish
Nurel Javissyarqi
Nuruddin Al Indunissy
Nurul Anam
Orasi Budaya
Pangeran Diponegoro
Parimono V / 40 Plandi Jombang
PC. Lesbumi NU Babat
PDS H.B. Jassin
Pesantren Tebuireng
Pidato
Politik
Pondok Pesantren Al-Madienah
Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang
PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan
Pramoedya Ananta Toer
Prof. Dr. Nur Syam
Profil Ma'ruf Amin
Prosa
Puisi
Puji Hartanto
Puji Santosa
Pungkit Wijaya
Purwanto
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
PUstaka puJAngga
Putera Maunaba
Putu Fajar Arcana
R. Ng. Ronggowarsito
Radhar Panca Dahana
Raedu Basha
Rahmat Sudirman
Rahmat Sularso Nh
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rakhmat Nur Hakim
Ramadhan Alyafi
Rameli Agam
Rasanrasan Boengaketji
Ratnaislamiati
Raudal Tanjung Banua
Reni Susanti
Resensi
Restoe Prawironegoro Ibrahim
Retno HY
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar
Rinto Andriono
Risa Umami
Riyadhus Shalihin
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rohman Abdullah
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifuddin Syadiri
Saifudin
Saiful Amin Ghofur
Sainul Hermawan
Sajak
Salahuddin Wahid
Salamet Wahedi
Salman Faris
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sandiaga Uno
Sanggar Pasir
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian Nuraini
Sastra Pesantren
Sastrawan Pujangga Baru
Satmoko Budi Santoso
Satriwan
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra Boenga Ketjil
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siswanto
Siswoyo
Sita Planasari A
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Slavoj Zizek
Snouck Hugronje
Sobih Adnan
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
St Sularto
Suci Ayu Latifah
Sufyan al Jawi
Sugiarta Sriwibawa
Sulaiman Djaya
Sundari
Sungatno
Sunu Wasono
Surya Lesmana
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Susringah
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyanto
Syaiful Amin
Syaifullah Amin
Syarif Hidayat Santoso
Syeikh Abdul Maalik
Syeikh Muhammad Nawawi
Syekh Abdurrahman Shiddiq
Syekh Sulaiman al Jazuli
Syi'ir
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Tiar Anwar Bachtiar
Tjahjono Widijanto
Tok Pulau Manis
Toko Buku PUstaka puJAngga
Tu-ngang Iskandar
Turita Indah Setyani
Umar Fauzi Ballah
Uniawati
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usep Romli H.M.
Usman Arrumy
UU Hamidy
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W.S. Rendra
Wa Ode Zainab Zilullah Toresano
Wahyu Aji
Walid Syaikhun
Wan Mohd. Shaghir Abdullah
Warung Boengaketjil
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Welly Adi Tirta
Wiwik Hastuti
Wiwik Hidayati
Wong Fei Hung
Y Alpriyanti
Yanti Mulatsih
Yanuar Widodo
Yanuar Yachya
Yayuk Widiati
Yeni Ratnaningsih
Yohanes Sehandi
Yopi Setia Umbara
Yosi M Giri
Yudhi Fachrudin
Yudi Latif
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Zaenal Abidin Riam
Zainal Arifin Thoha
Zainuddin Sugendal
Zakki Amali
Zehan Zareez
Tidak ada komentar:
Posting Komentar