Minggu, 07 Oktober 2012

ZIARAH ”PAYAK SIMBAR” DALAM CERITA RAKYAT

Agus Sulton
Sastra-indonesia.com

Dusun Payak Santren adalah bagian dari desa Rejoagung kecamatan Ngoro kabupaten Jombang. Payak Santren merupakan dusun perbatasan antara wilayah kabupaten Jombang dengan kabupaten Kediri. Tetapi dalam sejarahnya dusun Payak Santren dulu masuk kabupaten Kediri. Setelah Jombang dibentuk sebagai kabupaten 20 Maret 1881, baru setelah tahun berikutnya sekitar tahun 1900, dusun Payak Santren ditetapkan masuk dalam wilayah kabupaten Jombang.
Saat ini, hampir 90% penduduknya hidup menekuni bercocok tanam padi secara tradisional. Masyarakat hidup dalam kerukunan dan kesederhanaan. Dalam organisasi keagamaan, Payak Santren mempunyai substansi paling kuat, seperti Dibaan, Yasinan, Rutinan, Karang Taruna, Manaqib, Lailatul Ijtima, Taman Baca Al-Qur’an, dan Pengajian Kitab Kuning. Pada generasi sebelumnya hingga sekarang, Payak Santren adalah basis masyarakat santri sehingga tidak salah kalau Payak Santren keorganisasian religius menjadi prioritas utama.

Konon menurut cerita lisan, nama kampung ini menyimpan sejarah panjang sampai akhirnya diabadikan sebagai nama dusun. Menurut informan KH. Khomsin Syahir, nama ”payak” diperkirakan berasal dari cara orang Jawa mengucapkan ”oyak-oyak”. Orang Jawa menyebut kata ”oyak-oyak” menjadi ”payak”. Perubahan kontaminasi regular tersebut kemungkinan karena pengaruh alomorf ganda bersamaan indiosinkretik penuturnya. Konsekuensi perubahan bunyi itu mengandung cerita terkait dari masyarakat sekitar. Oyak-oyak mempunyai padanan kata diobyak atau digrebek (diganggu). Tradisi lisan yang berkembang sampai sekarang, dulu saat Trunojoyo melarikan ke Kediri, lebih tepatnya yang sekarang menjadi nama dusun Payak Santren. Trunojoyo dikejar-kejar oleh VOC. Pedepokan (markas) yang sebelumnya di dusun Payak Santren, dioyak-oyak oleh Kolonial Belanda pindah ke kampung Payak Mundil. Tidak lama mendirikan singgahan di Payak Mundil, dioyak-oyak lagi, kemudian pindah ke Payak Sanggrok. Dari pelarian kampung ke kampung itulah, nama morfem (kata) ”oyak-oyak” melalui proses fonetis menjadi afiks trilogi dusun ”payak”.

Sebagaimana cerita rakyat yang ada, nama Payak Santren, Payak Mundil, Payak Sanggrok dulunya disebut sebatas ”Payak”, sebagai satu kesatua nama kampung. Lambat laun mendapat bubuhan Santren, Mundil, dan Sanggrok tidak terlepas dari cerita pendukung setelah masanya Trunojoyo meninggal. Kemudian kata ”Santren” dulunya bernama ”Simbar”. Nama ini diambil dari nama salah seorang maling digdaya di kampung itu. Mbah Simbar tidak sendiri dalam melakukan aksi pencurian atau perampokan, tetapi mempunyai beberapa anak buah yang sering membantu dalam melakukan aksinya.

Mbah Simbar dan beberapa komplotannya tidak cukup hanya sebagai perampok, mereka juga sebagai penjudi dan medok. Kehidupan mereka sehari-hari dilakukan selalu merugikan orang lain, dari satu tempat ke tempat lain. Selang bertahun kemudian, di Payak Simbar datanglah Kyai Yasir dari Peterongan sekitar tahun 1875. Kedatangannya membawa pertentangan di antara kelompok Mbah Simbar dengan Kyai Yasir, yang berinisiatif akan mendirikan pesantren. Berkat keampuhan doa Kyai Yasir akhirnya dari kelompok Mbak Simbar luluh hatinya, dan anak buahnya banyak yang keluar dari kampung membubarkan diri. Bersamaan dengan itu, Kyai Yasir sudah melakukan pengajian kepada santri penduduk sekitar Kandangan, Mojowarno, dan Ngoro termasuk ada juga yang datang dari Jawa Tengah. Posisi pesantren waktu itu, sekarang tepat berada 150 meter di selatan masjid.

Cerita rakyat yang berlaku sampai saat ini, perpindahan Mbah Yasir ke Payak Simbar diindikasikan karena terkena sihir dari sesama Kyai. Perpindahan ini tidak lepas untuk menenangkan diri disamping misi dakwah Islam. Tidak lama Mbah Yasir tinggal dan mendirikan pesantren, Payak Simbar kembali kedatangan beberapa orang dari perantauan, termasuk Mbah Marwi, Mbah Mukri, Mbah Kartomo, dan Mbah Muradi. Sebagian dari mereka banyak yang membantu dakwah di pesantren Mbah Yasir. Santri wantu itu jumlahnya sekitar lima puluh lebih dengan bangunan pesantren berupa angkring bambu. Namun keberadaan pesantren tidak bertahan lama, pada tahun 1927 pesantren ini sudah tidak melakukan proses pengajian setelah Kyai Yasir meninggal dunia. Sedangkan mantan santrinya yang masih menetap di Payak Santren, sebagian banyak mengadakan pengajian Al Qur’an dan kitab Arab (disalin secara tradisional, tulis tangan) di bale rumah, santrinya tidak jauh dari tetangga sekitar.

Bukti peninggalan yang masih dilihat sampai sekarang adalah manuskrip Fiqih makna jenggotan memakai kertas watermark. Kondisi manuskrip ini sangat memperihatinkan, sebagian teks manuskrip sudah tidak terbaca lagi karena sudah rapuh dan lembaran-lembaran banyak yang hilang. Manuskrip ini peninggalan dari santri Mbah Yasir, yaitu Mbah Jamari (alm.) Generasi Mbah Jamari lainnya yang masih menetap di kampung ini juga ada yang mendirikan jamaah pengajian. Dalam satu dusun ini tempat pengajian lebih dari tiga lokasi. Waktunya terbagi menjadi tiga periode, setelah sholat Ashar, Maghrib, dan Isyak. Hal ini juga berlaku sebelum Mbah Yasir meninggal dunia, tetapi tempat pengajian waktu itu hanya disatu tempat, pesantren Mbah Yasir.

Dari kentalnya kehidupan suasana santri inilah, yang dulunya nama dusun ini Payak Simbar sekitar tahun 1890 diubah menjadi Payak Santren oleh petugas Petoek Padjeg Boemi pemerintah Hindia Belanda. Santren dasar dari kata ”santri” orang Jawa lebih akrab menyebutnya Santren. Dasar ini sebagai penguat karena waktu itu tidak ubahnya kampung hunian dari latar belakang mayoritas masyarakat santri. Simbar sebagai keabadian nama perampok lama kelamaan cukup diziarahi agar komposisi komunikasi menjadi motif dominan dalam simplifikasi dan jalinan dikotomi yang tidak saling ambivelensi.
***

Dijumput dari: http://sastra-indonesia.com/2012/10/ziarah-payak-simbar-dalam-cerita-rakyat/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Khoirul Anam A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.D. Zubairi A.S. Laksana Abd. Basid Abdul Aziz Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Abdul Hadi W.M. Abdul Rauf Singkil Abdul Rosyid Abdul Salam HS Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abu Nawas Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Ach. Tirmidzi Munahwan Achmad Faesol Adam Chiefni Adhitya Ramadhan Adi Mawardi Adian Husaini Aditya Ardi N Ady Amar Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Fahri Husein Agus Fathuddin Yusuf Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Baso Ahmad Fatoni Ahmad Hadidul Fahmi Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syafii Maarif Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rohim Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sahal Akhmad Taufiq Akhudiat Alang Khoiruddin Alang Khoirudin Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Aliansyah Allamah Syaikh Dalhar Alvi Puspita AM Adhy Trisnanto Ami Herman Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aminullah HA Noor Amir Hamzah Ammar Machmud Andri Awan Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjar Nugroho Anjrah Lelono Broto Antari Setyowati Anwar Nuris Arafat Nur Ariany Isnamurti Arie MP Tamba Arie Yani Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arifin Hakim Arman AZ Arwan Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Juanda Asep S. Bahri Asep Sambodja Asep Yayat Asif Trisnani Aswab Mahasin Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Azizah Hefni Azwar Nazir B Kunto Wibisono Babe Derwan Badrut Tamam Gaffas Bale Aksara Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Benke Berita Berita Duka Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budiawan Dwi Santoso Buku Kritik Sastra Candra Adikara Irawan Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chairul Abhsar Chairul Akhmad Chamim Kohari CNN Indonesia Cucuk Espe Cut Nanda A. D Zawawi Imron D. Dudu AR Dahta Gautama Damanhuri Zuhri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Danuji Ahmad Dati Wahyuni Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dede Kurniawan Dedik Priyanto Den Rasyidi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Detti Febrina Dewi Kartika Dian Sukarno Dian Wahyu Kusuma Didi Purwadi Dien Makmur Din Saja Djasepudin Djauharul Bar Djoko Pitono Djoko Saryono DM Ningsih Doddy Hidayatullah Donny Syofyan Dr Afif Muhammad MA Dr. Simuh Dr. Yunasril Ali Dudi Rustandi Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dyah Ratna Meta Novia E Tryar Dianto Ecep Heryadi Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Edy Susanto EH Ismail Eka Budianta Ekky Malaky Eko Israhayu Ellie R. Noer Emha Ainun Nadjib Esai Esha Tegar Putra Evi Melyati Fachry Ali Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faizal Af Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fazabinal Alim Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Fuad Mardhatillah UY Tiba Furqon Lapoa Fuska Sani Evani Geger Riyanto Ghufron Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur Gus Muwaffiq Gusriyono Gusti Grehenson H Marjohan H. Usep Romli H.M. Habibullah Hadi Napster Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Hamzah Fansuri Hamzah Sahal Hamzah Tualeka Zn Hanibal W.Y. Wijayanta Hanum Fitriah Haris del Hakim Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Basri Marwah Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Helmy Prasetya Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Heri Listianto Heri Ruslan Herry Lamongan Herry Nurdi Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hotnida Novita Sary Hudan Hidayat Husein Muhammad I Nyoman Suaka Ibn ‘Arabi (1165-1240) Ibn Rusyd Ibnu Sina Ibnu Wahyudi Idayati Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imadi Daimah Ermasuri Imam Hamidi Antassalam Imam Khomeini Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Nasri Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Kurniawan Indra Tjahyadi Inung As Irma Safitri Isbedy Stiawan Z.S. Istiyah Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar J Sumardianta Jadid Al Farisy Jalaluddin Jalaluddin Rakhmat Jamal Ma’mur Asmani Jamaluddin Mohammad Javed Paul Syatha Jaya Suprana Jember Gemar Membaca Jo Batara Surya Johan Wahyudi John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K. Muhamad Hakiki K.H. A. Azis Masyhuri K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin Kabar Pesantren Kafiyatun Hasya Kanjeng Tok Kasnadi Kazzaini Ks KH Abdul Ghofur KH. Irfan Hielmy Khansa Arifah Adila Khoirul Anwar Khoirur Rizal Umami Khoshshol Fairuz Kiai Muzajjad Kiki Mikail Kitab Dalailul Khoirot Kodirun Komunitas Deo Gratias Koskow Kritik Sastra Kurniawan Kurtubi Kuswaidi Syafi’ie Kyai Maimun Zubair Lan Fang Larung Sastra Leila S. Chudori Linda S Priyatna Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Asya Lukman Santoso Az M Arif Rohman Hakim M Hari Atmoko M Ismail M Thobroni M. Adnan Amal M. Al Mustafad M. Arwan Hamidi M. Bashori Muchsin M. Faizi M. Hadi Bashori M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Mustafied M. Nurdin M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki M.S. Nugroho M.Si M’Shoe Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahrus eL-Mawa Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mansur Muhammad Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marjohan Marsudi Fitro Wibowo Martin van Bruinessen Marzuki Wahid Marzuzak SY Masduri Mashuri Masjid Kordoba Masuki M. Astro Matroni Matroni el-Moezany Matroni Muserang Mbah Dalhar Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftahul Ulum Mila Novita Mochtar Lubis Moh. Ghufron Cholid Mohamad Salim Aljufri Mohammad Kh. Azad Mohammad Yamin Muh. Khamdan Muhajir Arrosyid Muhammad Abdullah Muhammad Affan Adzim Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih AR Muhammad Amin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Ghannoe Muhammad Idrus Djoge Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Kosim Muhammad Muhibbuddin Muhammad Mukhlisin Muhammad Quraish Shihab Muhammad Subhan Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yasir Muhammad Yuanda Zara Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyiddin Mujtahid Muktamar Sastra Mulyadi SA Munawar A. Djalil Munawir Aziz Musa Ismail Musa Zainuddin Muslim Mustafa Ismail Mustami’ tanpa Nama Mustofa W Hasyim Musyafak Myrna Ratna N. Mursidi Nasaruddin Umar Nashih Nashrullah Naskah Teater Nasruli Chusna Nasrullah Thaleb Nelson Alwi Nevatuhella Ngarto Februana Nidia Zuraya Ninuk Mardiana Pambudy Nita Zakiyah Nizar Qabbani Nova Burhanuddin Noval Jubbek Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Fauzan Ahmad Nur Wahid Nurcholish Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Orasi Budaya Pangeran Diponegoro Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pesantren Tebuireng Pidato Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pramoedya Ananta Toer Prof. Dr. Nur Syam Profil Ma'ruf Amin Prosa Puisi Puji Hartanto Puji Santosa Pungkit Wijaya Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin PUstaka puJAngga Putera Maunaba Putu Fajar Arcana R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rakhmat Nur Hakim Ramadhan Alyafi Rameli Agam Rasanrasan Boengaketji Ratnaislamiati Raudal Tanjung Banua Reni Susanti Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Retno HY Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Rinto Andriono Risa Umami Riyadhus Shalihin Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rohman Abdullah S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifuddin Syadiri Saifudin Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Salahuddin Wahid Salamet Wahedi Salman Faris Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Pesantren Sastrawan Pujangga Baru Satmoko Budi Santoso Satriwan Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siswanto Siswoyo Sita Planasari A Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slavoj Zizek Snouck Hugronje Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana St Sularto Suci Ayu Latifah Sufyan al Jawi Sugiarta Sriwibawa Sulaiman Djaya Sundari Sungatno Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susringah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaiful Amin Syaifullah Amin Syarif Hidayat Santoso Syeikh Abdul Maalik Syeikh Muhammad Nawawi Syekh Abdurrahman Shiddiq Syekh Sulaiman al Jazuli Syi'ir Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tiar Anwar Bachtiar Tjahjono Widijanto Tok Pulau Manis Toko Buku PUstaka puJAngga Tu-ngang Iskandar Turita Indah Setyani Umar Fauzi Ballah Uniawati Universitas Indonesia Universitas Jember Usep Romli H.M. Usman Arrumy UU Hamidy Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wa Ode Zainab Zilullah Toresano Wahyu Aji Walid Syaikhun Wan Mohd. Shaghir Abdullah Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Fei Hung Y Alpriyanti Yanti Mulatsih Yanuar Widodo Yanuar Yachya Yayuk Widiati Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yopi Setia Umbara Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudi Latif Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusuf Suharto Zaenal Abidin Riam Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zakki Amali Zehan Zareez