Selasa, 07 Agustus 2012

Revitalisasi Pesantren

Muhammad Kosim *
http://www.lampungpost.com/

SEJARAH Indonesia tak bisa dilepaskan dari peran dan perjuangan pondok pesantren (ponpes). Sejak awal kedatangan Islam pada masa Wali Songo hingga kini pesantren menyumbang jasa tak ternilai bagi Indonesia.

Menelusuri sejarah Islam di Nusantara sejak sekitar 1400 Masehi, peran Wali Songo tak dapat ditinggalkan. Meskipun Wali Songo berhasil mengislamkan sebagian besar Nusantara, setelah periode para wali banyak pemeluk Islam yang keislamannya belum sempurna. Hal ini terlihat dari masih banyaknya umat Islam yang percaya kepada hal-hal berbau mistik animisme dari nenek moyang mereka, meskipun sebenarnya mereka juga rajin salat.

Dalam situasi demikian, peran ponpes menjadi semakin penting. Tugas dan tujuan utama pesantren adalah meneruskan kerja Wali Songo, yaitu mengajak umat kepada tauhid yang lurus serta menyadarkan umat untuk menghidupkan kembali usaha dakwah.

Terkotak-kotak

Data Pusat Pusat Pengembangan Penelitian dan Pendidikan Pelatihan Kementerian Agama, di 33 provinsi se-Indonesia terdapat sekitar 25 ribu pondok pesantren (ponpes) dengan jumlah santri mencapai 3,65 juta orang. Dari jumlah tersebut, seharusnya perkembangan ponpes membawa perubahan pada masyarakat.

Sebagai contoh, bila dari 25 ribu ponpes tersebut setiap ponpes meluluskan 10 santri per tahun (diambil jumlah minimal), jumlah lulusannya sudah mencapai 250 ribu santri. Mereka bisa membawa perubahan besar di lingkungan tempat tinggalnya. Tetapi, tampaknya mereka tidak membawa perubahan. Bahkan banyak di antara para santri hidup dalam kondisi lingkungan yang buruk.

Situasi tersebut sebenarnya sudah berlangsung lama. Sejak Perjanjian Giyanti, Belanda membatasi perkembangan pesantren karena khawatir kehilangan kekuasaan. Dampaknya para santri hanya berkutat pada pelajaran dan kepekaannya terhadap lingkungan dihilangkan. Situasi tersebut terus berlangsung hingga kini.

Hasilnya arah pendidikan pesantren menjadi terkotak-kotak menjadi beberapa kategori. Pertama, pesantren salafiyyah, hanya mempelajari kitab karya ulama klasik (salaf). Pesantren jenis ini dibagi lagi menjadi dua kategori, yakni pesantren tahfizul Quran yang menjaga lafaz-lafaz Alquran sesuai dengan aslinya. Kemudian pesantren diniyyah, yang berperan menjaga makna Alquran agar tetap menjadi pedoman sesuai dengan perkembangan zaman.

Kedua, pesantren modern yang menggabungkan kurikulum pendidikan agama dan pendidikan umum. Ada satu lagi bentuk pesantren yang sudah hilang sejak berakhirnya zaman Wali Songo, yakni pesantren dakwah wat tabligh. Pesantren ini berperan menyampaikan lafaz, makna, dan hukum syariah. Sebenarnya seluruh jenis pesantren memiliki tugas dan tujuan yang sama, yaitu dakwah dan tablig.

‘Trainning’ Dakwah

Ketiga jenis pesantren tersebut bila diperhatikan hanya berkutat dengan kitab atau buku pelajaran dan lingkungan asrama. Untuk jenis pesantren terakhir tidak harus dibuat terpisah dengan pesantren lain.

Akan tetapi hendaknya ada kurikulum pesantren yang mengatur hal tersebut.

Misalnya, setiap sebulan sekali (saat libur Jumat atau Minggu) santri-santri mendapat trainning dakwah secara bergiliran (dan dibentuk rombongan 5-10 orang) untuk diterjunkan di desa-desa sekitar lingkungan pesantren. Pengasuh pesantren menyeleksi santri yang layak menjadi amir (pimpinan) rombongan (biasanya yang lebih alim atau hafiz/hafal Alquran). Selanjutnya, para santri belajar mengamalkan dan menyampaikan ilmu yang telah diperolehnya di pesantren kepada masyarakat.

Di setiap kampung tempat berdakwah para santri menjadikan masjid sebagai base camp. Kemudian mereka berpencar ke rumah-rumah penduduk untuk mengajak masyarakat menghadiri pertemuan di masjid. Para santri tersebut akan menyampaikan pesan-pesan keagamaan berupa dakwah ilallah (mengajak bertauhid yang benar menurut tuntunan Islam), talim wa talum (belajar dan mengajar tentang hukum-hukum Islam, membaca Alquran, keutamaan amal, dan sebagainya), zikir wal ibadah (mengajak untuk mempraktekkan zikir dan ibadah sesuai dengan tuntunan Islam), dan khidmat (melayani keperluan umat dengan penuh kasih sayang).

Setelah santri terbiasa dengan aktivitas tersebut, setiap menjelang libur panjang mereka dikeluarkan untuk berdakwah dalam waktu yang lebih lama. Bisa saja di luar kecamatan atau luar daerah selama satu bulan. Cara ini akan menghasilkan berbagai manfaat.

Pertama, masyarakat akan merasa memiliki pesantren dan tidak sungkan untuk berinteraksi dengan pesantren. Sehingga tidak terjadi orang yang belajar di pesantren hanya dari kalangan muda. Golongan tua pun dapat memetik manfaat dari pesantren.

Kedua, sebagai sarana refreshing, karena siapa saja yang pernah mondok di pesantren, pasti pernah merasa jenuh akibat padatnya aktivitas selama 24 jam. Mereka sering dilanda kejenuhan karena intens berinteraksi di lingkungan yang sama dengan orang-orang yang sama selama beberapa tahun.

Ketiga, belajar mengamalkan, menyampaikan, serta mengasah kemampuan santri untuk belajar dakwah. Santri mungkin saja bisa saja istiqamah untuk salat tahajud, baca Alquran, dan sebagainya karena di lingkungan yang taat, tetapi belum tentu seperti itu di lingkungan yang lain. Dengan metode seperti itu, dapat diukur kesiapan santri menghadapai masyarakat ketika ia benar-benar telah lulus dari pesantren. Jangan sampai santri bukannya mewarnai masyarakat, malah diwarnai.

Keempat, sebagai sarana untuk mengajak dan menyadarkan umat untuk menghidupkan kembali usaha dakwah. Sebab, tanggung jawab dakwah bukan hanya berada di pundak pesantren dan ulamanya, melainkan juga tanggung jawab setiap pribadi umat Islam sebagai khoiro ummah.

Kurikulum Tetap

Alhamdulillah, sekadar catatan (berdasarkan survei kami), program dakwah seperti di atas sudah mulai dihidupkan kembali dan menjadi kurikulum tetap di beberapa pesantren di Jawa Timur (seperti Ponpes Al Fatah Temboro, Magetan (sebagai pusatnya, Malang Selatan, Surabaya, Jember, Madura).

Di Jawa Tengah (Ponpes Payaman Krincing, Magelang (sebagai pusatnya), dan Ponpes Darul Mustofa, Solo. Di Sumatera Selatan (Betung). Serta di Lampung Ponpes Al Kirom (Kebon Bibit Natar) serta sejumlah pesantren lain di beberapa provinsi.

*) Pegawai Kementerian Agama, Kabupaten Way Kanan /15 June 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Khoirul Anam A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.D. Zubairi A.S. Laksana Abd. Basid Abdul Aziz Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Abdul Hadi W.M. Abdul Rauf Singkil Abdul Rosyid Abdul Salam HS Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abu Nawas Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Ach. Tirmidzi Munahwan Achmad Faesol Adam Chiefni Adhitya Ramadhan Adi Mawardi Adian Husaini Aditya Ardi N Ady Amar Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Fahri Husein Agus Fathuddin Yusuf Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Baso Ahmad Fatoni Ahmad Hadidul Fahmi Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syafii Maarif Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rohim Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sahal Akhmad Taufiq Akhudiat Alang Khoiruddin Alang Khoirudin Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Aliansyah Allamah Syaikh Dalhar Alvi Puspita AM Adhy Trisnanto Ami Herman Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aminullah HA Noor Amir Hamzah Ammar Machmud Andri Awan Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjar Nugroho Anjrah Lelono Broto Antari Setyowati Anwar Nuris Arafat Nur Ariany Isnamurti Arie MP Tamba Arie Yani Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arifin Hakim Arman AZ Arwan Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Juanda Asep S. Bahri Asep Sambodja Asep Yayat Asif Trisnani Aswab Mahasin Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Azizah Hefni Azwar Nazir B Kunto Wibisono Babe Derwan Badrut Tamam Gaffas Bale Aksara Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Benke Berita Berita Duka Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budiawan Dwi Santoso Buku Kritik Sastra Candra Adikara Irawan Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chairul Abhsar Chairul Akhmad Chamim Kohari CNN Indonesia Cucuk Espe Cut Nanda A. D Zawawi Imron D. Dudu AR Dahta Gautama Damanhuri Zuhri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Danuji Ahmad Dati Wahyuni Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dede Kurniawan Dedik Priyanto Den Rasyidi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Detti Febrina Dewi Kartika Dian Sukarno Dian Wahyu Kusuma Didi Purwadi Dien Makmur Din Saja Djasepudin Djauharul Bar Djoko Pitono Djoko Saryono DM Ningsih Doddy Hidayatullah Donny Syofyan Dr Afif Muhammad MA Dr. Simuh Dr. Yunasril Ali Dudi Rustandi Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dyah Ratna Meta Novia E Tryar Dianto Ecep Heryadi Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Edy Susanto EH Ismail Eka Budianta Ekky Malaky Eko Israhayu Ellie R. Noer Emha Ainun Nadjib Esai Esha Tegar Putra Evi Melyati Fachry Ali Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faizal Af Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fazabinal Alim Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Fuad Mardhatillah UY Tiba Furqon Lapoa Fuska Sani Evani Geger Riyanto Ghufron Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur Gus Muwaffiq Gusriyono Gusti Grehenson H Marjohan H. Usep Romli H.M. Habibullah Hadi Napster Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Hamzah Fansuri Hamzah Sahal Hamzah Tualeka Zn Hanibal W.Y. Wijayanta Hanum Fitriah Haris del Hakim Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Basri Marwah Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Helmy Prasetya Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Heri Listianto Heri Ruslan Herry Lamongan Herry Nurdi Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hotnida Novita Sary Hudan Hidayat Husein Muhammad I Nyoman Suaka Ibn ‘Arabi (1165-1240) Ibn Rusyd Ibnu Sina Ibnu Wahyudi Idayati Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imadi Daimah Ermasuri Imam Hamidi Antassalam Imam Khomeini Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Nasri Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Kurniawan Indra Tjahyadi Inung As Irma Safitri Isbedy Stiawan Z.S. Istiyah Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar J Sumardianta Jadid Al Farisy Jalaluddin Jalaluddin Rakhmat Jamal Ma’mur Asmani Jamaluddin Mohammad Javed Paul Syatha Jaya Suprana Jember Gemar Membaca Jo Batara Surya Johan Wahyudi John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K. Muhamad Hakiki K.H. A. Azis Masyhuri K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin Kabar Pesantren Kafiyatun Hasya Kanjeng Tok Kasnadi Kazzaini Ks KH Abdul Ghofur KH. Irfan Hielmy Khansa Arifah Adila Khoirul Anwar Khoirur Rizal Umami Khoshshol Fairuz Kiai Muzajjad Kiki Mikail Kitab Dalailul Khoirot Kodirun Komunitas Deo Gratias Koskow Kritik Sastra Kurniawan Kurtubi Kuswaidi Syafi’ie Kyai Maimun Zubair Lan Fang Larung Sastra Leila S. Chudori Linda S Priyatna Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Asya Lukman Santoso Az M Arif Rohman Hakim M Hari Atmoko M Ismail M Thobroni M. Adnan Amal M. Al Mustafad M. Arwan Hamidi M. Bashori Muchsin M. Faizi M. Hadi Bashori M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Mustafied M. Nurdin M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki M.S. Nugroho M.Si M’Shoe Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahrus eL-Mawa Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mansur Muhammad Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marjohan Marsudi Fitro Wibowo Martin van Bruinessen Marzuki Wahid Marzuzak SY Masduri Mashuri Masjid Kordoba Masuki M. Astro Matroni Matroni el-Moezany Matroni Muserang Mbah Dalhar Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftahul Ulum Mila Novita Mochtar Lubis Moh. Ghufron Cholid Mohamad Salim Aljufri Mohammad Kh. Azad Mohammad Yamin Muh. Khamdan Muhajir Arrosyid Muhammad Abdullah Muhammad Affan Adzim Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih AR Muhammad Amin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Ghannoe Muhammad Idrus Djoge Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Kosim Muhammad Muhibbuddin Muhammad Mukhlisin Muhammad Quraish Shihab Muhammad Subhan Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yasir Muhammad Yuanda Zara Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyiddin Mujtahid Muktamar Sastra Mulyadi SA Munawar A. Djalil Munawir Aziz Musa Ismail Musa Zainuddin Muslim Mustafa Ismail Mustami’ tanpa Nama Mustofa W Hasyim Musyafak Myrna Ratna N. Mursidi Nasaruddin Umar Nashih Nashrullah Naskah Teater Nasruli Chusna Nasrullah Thaleb Nelson Alwi Nevatuhella Ngarto Februana Nidia Zuraya Ninuk Mardiana Pambudy Nita Zakiyah Nizar Qabbani Nova Burhanuddin Noval Jubbek Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Fauzan Ahmad Nur Wahid Nurcholish Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Orasi Budaya Pangeran Diponegoro Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pesantren Tebuireng Pidato Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pramoedya Ananta Toer Prof. Dr. Nur Syam Profil Ma'ruf Amin Prosa Puisi Puji Hartanto Puji Santosa Pungkit Wijaya Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin PUstaka puJAngga Putera Maunaba Putu Fajar Arcana R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rakhmat Nur Hakim Ramadhan Alyafi Rameli Agam Rasanrasan Boengaketji Ratnaislamiati Raudal Tanjung Banua Reni Susanti Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Retno HY Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Rinto Andriono Risa Umami Riyadhus Shalihin Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rohman Abdullah S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifuddin Syadiri Saifudin Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Salahuddin Wahid Salamet Wahedi Salman Faris Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Pesantren Sastrawan Pujangga Baru Satmoko Budi Santoso Satriwan Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siswanto Siswoyo Sita Planasari A Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slavoj Zizek Snouck Hugronje Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana St Sularto Suci Ayu Latifah Sufyan al Jawi Sugiarta Sriwibawa Sulaiman Djaya Sundari Sungatno Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susringah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaiful Amin Syaifullah Amin Syarif Hidayat Santoso Syeikh Abdul Maalik Syeikh Muhammad Nawawi Syekh Abdurrahman Shiddiq Syekh Sulaiman al Jazuli Syi'ir Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tiar Anwar Bachtiar Tjahjono Widijanto Tok Pulau Manis Toko Buku PUstaka puJAngga Tu-ngang Iskandar Turita Indah Setyani Umar Fauzi Ballah Uniawati Universitas Indonesia Universitas Jember Usep Romli H.M. Usman Arrumy UU Hamidy Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wa Ode Zainab Zilullah Toresano Wahyu Aji Walid Syaikhun Wan Mohd. Shaghir Abdullah Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Fei Hung Y Alpriyanti Yanti Mulatsih Yanuar Widodo Yanuar Yachya Yayuk Widiati Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yopi Setia Umbara Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudi Latif Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusuf Suharto Zaenal Abidin Riam Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zakki Amali Zehan Zareez