Minggu, 10 Juni 2012

Sastra Religius dan Kearifan Agamawan

Judul buku : Sastra dan Agama: Tinjauan Kesusastraan Indonesia Modern Bercorak Islam
Penulis : Marwan Saridjo
Penerbit : Yayasan Ngali Aksara bekerjasama penerbit Penamadani, Jakarta
Cetakan : Pertama, 2006
Tebal buku : xxiv + 314 halaman
Peresensi : N. Mursidi *
Jawa Pos, 25 Feb 07

SASTRA dan agama adalah dua entitas yang berbeda. Tetapi dua entitas itu –tak bisa ditepis– membawa misi dan pesan yang sama. Keduanya, boleh dikatakan sama-sama membawa misi kebenaran, kebajikan dan keadilan. Tak pelak, ketika kedua entitas itu “bersinergi” dalam satu derap langkah yang kemudian terangkum dalam sastra religius, maka akan berkelindan dan memainkan peran yang tak saja meneguhkan keimanan, melainkan juga membangun harmonisasi ulama dan sastrawan.

Tapi kelindan misi sastra dan agama dalam “panggung sejarah” kesusastraan Indonesia –juga kesusastraan dunia- ternyata tidak selamanya suci dari centang perantang. Tak sedikit sastra kemudian dijadikan alat (wahana) untuk menghujat dan mengolok-olok agama tertentu, semisal Islam. Kasus yang menghebohkan setelah terbitnya cerpen Langit Makin Mendung karya Kipanji Kusmin setidaknya menjadi bukti akan perbedaan sudut pandang dalam melihat prinsip-prinsip agama pada satu sisi, dan kebebasan berkreasi dalam “menggelontorkan” imajinasi pada sisi yang lain.

Dengan kerangka hermeneutika, Marwan dalam buku Sastra dan Agama ini berusaha merekam pergumulan antara prespektif sastra pada satu sisi dan prespektif dogmatis- normatif (agamawan) pada sisi yang lain. Tak salah, jika dengan pendekatan itu Marwan tak menggegam dogmatisme yang fanatik meski ia dikenal sebagai pemimpin sebuah pesantren, melainkan berposisi sebagai pengkaji yang tidak berusaha menempatkan agama (Islam) dan sastra sebagai dua kenyataan yang terpisahkan.

Dalam kaca mata Marwan, sejak tahun 60-an, sastra keagamaan yang bercorak Islam tak saja mendapat perhatian besar dari kritikus, melainkan juga kerap kali mengundang polemik (kontroversi). Salah satu karya yang cukup heboh karena dianggap menghina Islam (karya profan) adalah Langit Makin Mendung (Kipanji Kusmin). Karena tuntutan Deparemen Agama, yang menilai Langit Makin Mendung itu menghina Islam, maka HB. Jassin (sebagai penanggung jawab) yang menerbitkan cerpen itu dihadapkan di pengadilan. Meski tak seheboh Langit Makin Mendung, karya “profan lain” yang masuk dalam buku ini bisa disebut; Asrar al-Arifin (Hamzah Fansuri), Man Rabbuka (AA. Navis), Midah Si Manis Bergigi Emas dan Sekali Peristiwa di Banten Selatan (Pramoedya), Si Kampeng, Si Sapar, dan Sayang, Ada Orang Lain (Utuy Tatang Santani).

Menurut Marwan, kurangnya wawasan (apresiasi) ulama tentang sastra, membuat ulama kerap melihat negatif terhadap sastra. Karena itu ia menyesalkan karya Hamzah Fansuri yang diartikan syirik. Adapun untuk Langit Makin Mendung, Marwan menilai karya itu bukan menghina Islam, hanya cara yang dipakainya cukup vulgar. Hal itu berbeda dengan Man Rabbuka, juga karya “dua pengarang Lekra” (Pram dan Utuy) yang menurut Marwan jelas bernuansa komunis (anti-Islam).

Selain sastra profan, “sastra religius” lain yang mengundang polemik adalah sastra bertemakan adat yang dipertentangkan dengan nilai-nilai Islam. Meski Marwan melihat roman-roman sebelum perang lebih didominasi tema adat (kawin paksa), semisal Siti Nurbaya (Marah Rusli), “Memutuskan Pertalian” dan Sengsara Membawa Nikmat (Tulis Nan Sati), Pertemuan (Abbas Pamundjak), Salah Pilih (Sutan Nur Iskandar), tapi pengarang buku Bulan Sabit di atas Kening (2003) ini melihat keberhasilan Hamka yang cerdas melakukan “perombakan adat”. Berbeda dengan pengarang lain yang berusaha merombak “adat” dengan pemikiran Barat, Hamka –melalui Tenggelamnya Kapal Van de Wijck, serta Di Bawah Lindungan Ka`bah– dilihat Marwan menilik “syarak” yang berdasarkan kitabullah sehingga bercorak Islam.

Sedang polemik lain dari sastra religius dalam buku ini bisa dilihat dari spirit pembaruan Islam dalam melawan paham ortodok. Robohnya Surau Kami, dan Kemarau (AA. Navis), Perjalanan ke Akherat (Djamil Suherman) dan Persetujuan dengan Iblis (Muhammad Ali), dinilai Marwan bukanlah karya sastra menggugat agama, tapi lebih pada “gugatan paham keagamaan” yang semata-mata lebih mementingkan ibadah semata. Padahal, Islam juga menganjurkan umat untuk shaleh secara sosial.

Selain menelaah karya sastra keagamaan yang mengundang pelemik seperti cerpen, drama dan novel, Marwan mengulas juga puisi-puisi religius. Dalam telaah Marwan, ada dua sastrawan yang cukup representatif, Taufik Isma`il dan Bahrum Rangkuti. Karena dalam puisi Taufiq, di mata Marwan, terlihat sebagai refleksi dzikir. Meski kuat nuansa pemberontakan yang dihembuskan Taufiq (melaui Tirani dan Benteng), tetapi pemberontakan itu mengajak kebajikan, menentang kemungkaran –dan hal itu sejalan dengan moral Islam.

Lain dengan Taufiq, di mata Marwan, Bahrum Rangkuti (melalui puisi) berusaha menampakkan wajah Tuhan di muka bumi. Kerja sosial Bahrum yang memungut orang di pinggir jalan kemudian diasuh –seperti yang dikisahkan dalam puisinya– adalah refleksi sosial amal sebagai bentuk belas kasih Tuhan yang ia bumikan sebagaimana ditulis Bahrum dalam puisi “Lebaran di Tengah Gelandangan”.

Sebagai catatan, buku ini adalah “ulasan cukup komprehensif” tentang sastra keagamaan yang memang belum banyak ditulis. Karena itu, buku ini akan menambah khazanah sejarah kesusastraan kita apalagi belum ada penulis yang secara khusus memusatkan perhatian peranan sastrawan Islam. Padahal, sejak masa Balai Pustaka sampai kini, sudah banyak sastrawan yang mengangkat tema-tema Islam.

Meskipun buku ini menfokuskan pada ulasan sastra keagamaan yang bercorak Islam tetapi ada satu bagian yang tak memiliki kaitan dengan tema yang diangkat penulis. Bagian itu adalah “puisi gelap” (atau yang penulis sebut puisi tuna rungu). Mungkin, karena ketidaksetujuan penulis yang antipati puisi gelap, menjadikan bahasan ini masuk, meski tak memiliki relevansi. Kendati demikian, pemasukan itu, tentu akan melengkapi wawasan dan apresiasi pembaca apalagi bagi mereka yang belum tahu lebih jauh tentang puisi gelap.***

*) N. Mursidi, cerpenis asal Rembang, Jawa Tengah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Khoirul Anam A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.D. Zubairi A.S. Laksana Abd. Basid Abdul Aziz Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Abdul Hadi W.M. Abdul Rauf Singkil Abdul Rosyid Abdul Salam HS Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abu Nawas Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Ach. Tirmidzi Munahwan Achmad Faesol Adam Chiefni Adhitya Ramadhan Adi Mawardi Adian Husaini Aditya Ardi N Ady Amar Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Fahri Husein Agus Fathuddin Yusuf Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Baso Ahmad Fatoni Ahmad Hadidul Fahmi Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syafii Maarif Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rohim Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sahal Akhmad Taufiq Akhudiat Alang Khoiruddin Alang Khoirudin Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Aliansyah Allamah Syaikh Dalhar Alvi Puspita AM Adhy Trisnanto Ami Herman Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aminullah HA Noor Amir Hamzah Ammar Machmud Andri Awan Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjar Nugroho Anjrah Lelono Broto Antari Setyowati Anwar Nuris Arafat Nur Ariany Isnamurti Arie MP Tamba Arie Yani Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arifin Hakim Arman AZ Arwan Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Juanda Asep S. Bahri Asep Sambodja Asep Yayat Asif Trisnani Aswab Mahasin Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Azizah Hefni Azwar Nazir B Kunto Wibisono Babe Derwan Badrut Tamam Gaffas Bale Aksara Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Benke Berita Berita Duka Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budiawan Dwi Santoso Buku Kritik Sastra Candra Adikara Irawan Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chairul Abhsar Chairul Akhmad Chamim Kohari CNN Indonesia Cucuk Espe Cut Nanda A. D Zawawi Imron D. Dudu AR Dahta Gautama Damanhuri Zuhri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Danuji Ahmad Dati Wahyuni Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dede Kurniawan Dedik Priyanto Den Rasyidi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Detti Febrina Dewi Kartika Dian Sukarno Dian Wahyu Kusuma Didi Purwadi Dien Makmur Din Saja Djasepudin Djauharul Bar Djoko Pitono Djoko Saryono DM Ningsih Doddy Hidayatullah Donny Syofyan Dr Afif Muhammad MA Dr. Simuh Dr. Yunasril Ali Dudi Rustandi Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dyah Ratna Meta Novia E Tryar Dianto Ecep Heryadi Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Edy Susanto EH Ismail Eka Budianta Ekky Malaky Eko Israhayu Ellie R. Noer Emha Ainun Nadjib Esai Esha Tegar Putra Evi Melyati Fachry Ali Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faizal Af Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fazabinal Alim Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Fuad Mardhatillah UY Tiba Furqon Lapoa Fuska Sani Evani Geger Riyanto Ghufron Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur Gus Muwaffiq Gusriyono Gusti Grehenson H Marjohan H. Usep Romli H.M. Habibullah Hadi Napster Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Hamzah Fansuri Hamzah Sahal Hamzah Tualeka Zn Hanibal W.Y. Wijayanta Hanum Fitriah Haris del Hakim Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Basri Marwah Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Helmy Prasetya Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Heri Listianto Heri Ruslan Herry Lamongan Herry Nurdi Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hotnida Novita Sary Hudan Hidayat Husein Muhammad I Nyoman Suaka Ibn ‘Arabi (1165-1240) Ibn Rusyd Ibnu Sina Ibnu Wahyudi Idayati Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imadi Daimah Ermasuri Imam Hamidi Antassalam Imam Khomeini Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Nasri Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Kurniawan Indra Tjahyadi Inung As Irma Safitri Isbedy Stiawan Z.S. Istiyah Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar J Sumardianta Jadid Al Farisy Jalaluddin Jalaluddin Rakhmat Jamal Ma’mur Asmani Jamaluddin Mohammad Javed Paul Syatha Jaya Suprana Jember Gemar Membaca Jo Batara Surya Johan Wahyudi John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K. Muhamad Hakiki K.H. A. Azis Masyhuri K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin Kabar Pesantren Kafiyatun Hasya Kanjeng Tok Kasnadi Kazzaini Ks KH Abdul Ghofur KH. Irfan Hielmy Khansa Arifah Adila Khoirul Anwar Khoirur Rizal Umami Khoshshol Fairuz Kiai Muzajjad Kiki Mikail Kitab Dalailul Khoirot Kodirun Komunitas Deo Gratias Koskow Kritik Sastra Kurniawan Kurtubi Kuswaidi Syafi’ie Kyai Maimun Zubair Lan Fang Larung Sastra Leila S. Chudori Linda S Priyatna Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Asya Lukman Santoso Az M Arif Rohman Hakim M Hari Atmoko M Ismail M Thobroni M. Adnan Amal M. Al Mustafad M. Arwan Hamidi M. Bashori Muchsin M. Faizi M. Hadi Bashori M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Mustafied M. Nurdin M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki M.S. Nugroho M.Si M’Shoe Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahrus eL-Mawa Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mansur Muhammad Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marjohan Marsudi Fitro Wibowo Martin van Bruinessen Marzuki Wahid Marzuzak SY Masduri Mashuri Masjid Kordoba Masuki M. Astro Matroni Matroni el-Moezany Matroni Muserang Mbah Dalhar Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftahul Ulum Mila Novita Mochtar Lubis Moh. Ghufron Cholid Mohamad Salim Aljufri Mohammad Kh. Azad Mohammad Yamin Muh. Khamdan Muhajir Arrosyid Muhammad Abdullah Muhammad Affan Adzim Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih AR Muhammad Amin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Ghannoe Muhammad Idrus Djoge Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Kosim Muhammad Muhibbuddin Muhammad Mukhlisin Muhammad Quraish Shihab Muhammad Subhan Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yasir Muhammad Yuanda Zara Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyiddin Mujtahid Muktamar Sastra Mulyadi SA Munawar A. Djalil Munawir Aziz Musa Ismail Musa Zainuddin Muslim Mustafa Ismail Mustami’ tanpa Nama Mustofa W Hasyim Musyafak Myrna Ratna N. Mursidi Nasaruddin Umar Nashih Nashrullah Naskah Teater Nasruli Chusna Nasrullah Thaleb Nelson Alwi Nevatuhella Ngarto Februana Nidia Zuraya Ninuk Mardiana Pambudy Nita Zakiyah Nizar Qabbani Nova Burhanuddin Noval Jubbek Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Fauzan Ahmad Nur Wahid Nurcholish Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Orasi Budaya Pangeran Diponegoro Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pesantren Tebuireng Pidato Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pramoedya Ananta Toer Prof. Dr. Nur Syam Profil Ma'ruf Amin Prosa Puisi Puji Hartanto Puji Santosa Pungkit Wijaya Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin PUstaka puJAngga Putera Maunaba Putu Fajar Arcana R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rakhmat Nur Hakim Ramadhan Alyafi Rameli Agam Rasanrasan Boengaketji Ratnaislamiati Raudal Tanjung Banua Reni Susanti Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Retno HY Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Rinto Andriono Risa Umami Riyadhus Shalihin Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rohman Abdullah S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifuddin Syadiri Saifudin Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Salahuddin Wahid Salamet Wahedi Salman Faris Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Pesantren Sastrawan Pujangga Baru Satmoko Budi Santoso Satriwan Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siswanto Siswoyo Sita Planasari A Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slavoj Zizek Snouck Hugronje Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana St Sularto Suci Ayu Latifah Sufyan al Jawi Sugiarta Sriwibawa Sulaiman Djaya Sundari Sungatno Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susringah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaiful Amin Syaifullah Amin Syarif Hidayat Santoso Syeikh Abdul Maalik Syeikh Muhammad Nawawi Syekh Abdurrahman Shiddiq Syekh Sulaiman al Jazuli Syi'ir Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tiar Anwar Bachtiar Tjahjono Widijanto Tok Pulau Manis Toko Buku PUstaka puJAngga Tu-ngang Iskandar Turita Indah Setyani Umar Fauzi Ballah Uniawati Universitas Indonesia Universitas Jember Usep Romli H.M. Usman Arrumy UU Hamidy Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wa Ode Zainab Zilullah Toresano Wahyu Aji Walid Syaikhun Wan Mohd. Shaghir Abdullah Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Fei Hung Y Alpriyanti Yanti Mulatsih Yanuar Widodo Yanuar Yachya Yayuk Widiati Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yopi Setia Umbara Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudi Latif Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusuf Suharto Zaenal Abidin Riam Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zakki Amali Zehan Zareez