Minggu, 10 Juni 2012

Biografi Lengkap Pangeran Diponegoro

Suryadi *
Kompas, 27 Okt 2008

MENULIS biografi lengkap seorang tokoh besar yang sudah meninggal ratusan tahun lalu mungkin tak semudah menulis biografi (pesanan) seorang penguasa/pengusaha yang masih hidup. The Power of Prophecy (Kekuatan Nujum) menyuguhkan biografi lengkap Pangeran Diponegoro (1785-1855), seorang Muslim yang saleh, tetapi tetap dipengaruhi kosmologi Jawa, yang mengobarkan ”perang suci” melawan Belanda (1825-1830).

Buku ini adalah sebuah studi yang mendalam mengenai riwayat hidup Pangeran Diponegoro (PD), bangsawan Keraton Yogyakarta, penentang paling gigih aneksasi Belanda terhadap tanah Jawa. Ia melukiskan detail kehidupan PD dalam turbulensi politik pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19 ketika kekuatan penuh kolonialisme Eropa memukul Indonesia, menghancurkan orde lama Jawa untuk selamanya, serta mendorong kekuatan kembar Islam dan identitas nasional Jawa ke dalam konfrontasi frontal melawan Belanda.

Dalam konfrontasi itu, yang dikenal sebagai Perang Jawa (atau ”Perang Diponegoro”), PD kalah dan akhirnya dibuang—fase yang menandai dimulainya periode kolonisasi modern Belanda di Indonesia yang berakhir dengan kedatangan Jepang pada tahun 1942. Buku ini membahas konteks kesejarahan Perang Jawa serta seluruh ”aktor” yang terlibat di dalamnya, dengan PD sebagai ”protagonis”-nya.

Tebal buku ini mencapai hampir 1.000 halaman, terdiri dari 12 bab yang diperkaya dengan 84 ilustrasi plus 11 peta, 2.260 catatan kaki yang sarat rujukan arsip dan sumber pertama, dan 16 lampiran yang membantu pembaca memahami posisi genealogis PD serta konteks sosial, politik, dan historis yang melahirkan, membesarkan, dan menentukan jalan hidupnya.

”Tulang punggung” (backbone) buku ini adalah otobiografi PD sendiri, naskah Babad Dipanagara (beraksara Pégon) yang ditulisnya di Manado. Penulis juga menggunakan banyak sumber pribumi lainnya serta catatan-catatan Belanda dan Inggris, khususnya kumpulan arsip kolonial yang berasal dari Karesidenan Surakarta dan Yogyakarta yang sekarang tersimpan di Arsip Nasional Republik Indonesia, Jakarta.

Peter Carey, yang mengaku mulai terpesona oleh figur PD sejak tahun 1969 ketika memulai studinya di Universitas Cornell, juga menapaktilasi dan merekonstruksi seluruh rute yang pernah ditempuh PD sebelum, selama, dan sesudah berlangsungnya Perang Jawa. Bahkan, ia mengaku melakoni beberapa acara ritual-mistis ala Jawa selama melakukan studi lapangan, salah satunya bermalam di Goa Secang, Selarong, Bantul, tempat PD pernah melakukan meditasi.

Konteks historis Perang Jawa

Membaca buku yang penyusunannya memakan waktu lebih dari tiga dekade ini, pembaca dibawa menelusuri berbagai sisi personalitas PD serta alasan pribadi dan sosio-politik yang mendorongnya maju menjadi pemimpin Perang Jawa.

Bab I memaparkan konteks demografi, sosio-ekonomi, dan politik the sounth-central Javanese world tahun 1792-1825, dunia tempat PD dilahirkan dan menjalani masa kanak-kanak dan remajanya. Bab ini juga melukiskan ”kemajuan” sistem administrasi kekuasaan Keraton Yogyakarta dan sistem kemiliteran yang mendukungnya, serta membahas kehidupan kaum tani, sistem perpajakan, birokrasi, dan pengusahaan tanah, yang memengaruhi dinamika sosio-politik masyarakat Jawa pada masa itu.

Rekonstruksi masa kanak-kanak PD sampai berusia 20-an tahun ketika Daendels menganeksasi Kesultanan Yogyakarta—keputusan yang, langsung atau tidak, telah ikut mendorong PD mengobarkan ”perang suci” melawan ”kafir murtad” Belanda—dibahas dalam tiga bab berikutnya.

Kelahiran PD di Istana Yogyakarta—nama kecilnya Bendara Radèn Mas Mustahar, lalu menjadi Radèn Antawirya—dengan berbagai mitos yang menyertainya dan lingkungan sosial Desa Tegalreja tempat PD menjalani masa kanak-kanaknya, dilukiskan dalam Bab II. Ayah PD, Hamengku Buwono III, baru berumur 16 tahun lebih sedikit dan ibunya, Radèn Ayu Mengkarawati, baru berusia 15 tahun ketika ia melahirkan PD. Di tubuh PD mengalir seperempat darah Madura karena nenek buyutnya, Ratu Kedathon (ibu Hamengku Buwono II), adalah keturunan Pangèran Cakraningrat II yang berdarah Madura.

Masa remaja PD dan inisiasi yang dijalaninya sehingga menjadi seorang dewasa yang terjadi pada tahun 1803-1805 digambarkan dalam Bab III. Carey melukiskan penampilan fisik, tabiat, dan kapabilitas intelektual PD, proses pendidikan yang dilaluinya, minatnya pada sastra dan ilmu keislaman, serta hubungannya dengan orang Eropa. Pada tahun 1804, dalam usia 19 tahun, PD menikah untuk pertama kali dengan Radèn Ayu Madubrangta, putri Kiyai Gedhé Dhadhapan, kepala pathok negeri Dhadhapan, Distrik Sleman.

Bab IV mendeskripsikan ziarah lelana PD ke tempat tirakatnya di pantai selatan dan ”pertemuannya” dengan Ratu Kidul di Gua Langsé. Di sanalah ia mendengar suara Sunan Kalijaga, konon, yang mengingatkannya akan datang bencana menghancurkan Kesultanan Yogyakarta yang menandai kejatuhan Tanah Jawa. PD juga menerima sinyal-sinyal mistis menyangkut peran historis yang akan dilakoninya pada masa depan. Ziarah PD selesai akhir tahun 1805 dan ia kembali ke Tegalreja.

Dua bab berikutnya melukiskan penaklukan Belanda terhadap Jawa Tengah yang sinyalnya telah diterima PD dalam ziarahnya. Proses penaklukan ini, yang dipimpin Gubernur Jenderal HW Daendels, diuraikan secara rinci dalam Bab V. Aneksasi terhadap Kesultanan Yogyakarta menyebabkan timbulnya gerakan anti-Belanda di kalangan bangsawan dan golongan ulama. Pada tahun 1809 meletus pemberontakan yang dipimpin Radèn Rongga Prawiradirja III. Bab VI membahas latar belakang pemberontakan ini dan dampak politisnya. Radèn Rongga tewas di Sekaran, di tepian Sungai Sala, 17 Desember 1810.

Bab VII melukiskan aksi ”pencabulan” (rape) yang dilakukan Inggris terhadap Kesultanan Yogyakarta menyusul kolapsnya Pemerintahan Franco-Dutch di Jawa. Yogya jatuh ke tangan Inggris pada 20 Juni 1812. Proses konsolidasi kekuasaan Inggris di Jawa, yang juga cukup menyengsarakan rakyat walau hanya berlangsung singkat (5 tahun), beserta dampak sosio-politiknya diuraikan dalam Bab VIII (hal 345-430).

Bab IX menggambarkan dinamika sosio-politik the sounth-central Java setelah kepergian Inggris pada tahun 1816. Carey memberi judul bab ini ”Binding on the iron yoke” untuk melukiskan berbagai kebijakan baru Belanda di bidang sosial, politik, dan ekonomi sampai 1822 yang makin memiskinkan rakyat. Konflik internal di kalangan bangsawan Yogyakarta akibat aneksasi Belanda semakin meruncing, salah satu faktor yang memicu timbulnya Perang Jawa (Bab X, hal 505-603). PD dan para pengikutnya yang menentang pendudukan Belanda atas Yogyakarta menyingkir ke Tegalreja. Seiring dengan itu muncul tanda-tanda ramalan Jayabaya tentang akan datangnya Ratu Adil, antara lain meletusnya Gunung Merapi pada Desember 1822.

Tegalreja, basis pasukan PD, diserang Belanda dan kolaborator lokalnya pada 20 Juli 1825. Mereka gagal menangkap PD yang dengan pasukannya sudah lebih dulu mundur ke Selarong. Penyerangan itu menandai dimulainya Perang Jawa. Jalannya peperangan itu (1825-1830), cara-cara pembiayaannya, dan konsekuensi sosio-politisnya diuraikan dalam Bab XI.

Bab XII memaparkan secara rinci antiklimaks Perang Jawa ditandai oleh kekalahan yang dialami pasukan-pasukan PD dalam beberapa front pertempuran yang kemudian memaksanya berunding dengan utusan Belanda, JB Cleerens, di Rèmakamal. Dengan tipu daya the commander-in-chief’ pasukan Belanda, Letnan-gubernur HM de Kock, akhirnya PD ditahan saat mereka berunding di Magelang tanggal 28 Maret 1830.

Rekonstruksi proses penangkapan PD beserta para pembantu utamanya, sampai dia dibawa ke Batavia melalui Pelabuhan Semarang pada 5 April 1830 (PD sampai di Batavia pada 8 April) dan perjalanan panjang menuju tempat pembuangan di Manado dan akhirnya sampai ke Makassar diuraikan dalam bab ini.

Banyak kisah menarik

Buku ini mengungkapkan berbagai sisi kepribadian PD yang selama ini jarang kita ketahui: misalnya, waktu kecil PD dikelilingi oleh banyak wanita anggota keluarga, termasuk neneknya yang sangat memengaruhi minatnya belajar Islam. Carey juga berhasil mendapatkan satu-satunya sketsa wajah PD muda dalam pakaian Jawa memakai belangkon (hal 118). Ternyata PD tidak bisa berbahasa Melayu dengan baik dan juga berbahasa Belanda. Bila marah kepada pejabat Belanda, ia cenderung berbahasa Jawa Ngoko.

PD ingin tahu banyak mengenai peta Hindia Belanda dan Tanah Arab. Ia juga sangat mengerti tata cara makan ala Eropa. PD suka makanan Belanda seperti ”kentang Welanda” dan roti bakar (hal 700). Meski menolak minum wine, sekali waktu dalam pelayaran dengan Corvette Pollux dari Batavia ke Manado ia terpaksa meminumnya sebagai ”obat”.

Pascaberakhirnya Perang Jawa, PD yang terserang penyakit malaria hanya ingin diakui sebagai pemimpin agama tertinggi di seluruh Jawa (ratu paneteg panatagama wonten ing Tanah Jawa sedaya). Setelah menjadi tahanan Belanda, PD yang tetap diizinkan memiliki keris pusakanya, Kyai Ageng Bandayuda, ingin sekali ke Mekkah. Ia menyisihkan sebagian uang tunjangan pemberian Belanda. Menjelang bertolak dari Semarang dengan SS Van der Capellen, PD minum air zam-zam pemberian seorang haji di Magelang. Namun, sampai akhir hayatnya permohonan PD untuk pergi naik haji tidak pernah dikabulkan Belanda.

Menurut Carey, ada faktor kembar yang mendorong PD, adiwangsa Keraton Yogyakarta yang semula bersikap netral dan tidak menunjukkan ambisi politik apa pun, mendeklarasikan ”perang suci” melawan Belanda, yaitu krisis agraria yang melanda Jawa Tengah tahun 1823- 1825 dan berbagai tindakan yang tak pantas yang ditunjukkan para petinggi Belanda di Yogyakarta (hal 757). Hal itu antara lain terefleksi dalam sindirannya kepada Residen Yogyakarta HG Baron Nahuys van Burgst dalam babad-nya: ”Karemannya mangan minum / lan anjrah cara Welanda’” (Sukanya makan-minum dan menyebarkan kebiasaan orang Belanda) (hal 434).

Banyak lagi sisi-sisi kehidupan PD yang berhasil diungkapkan Carey dalam buku ini, juga lingkungan Keraton Yogyakarta memiliki pasukan wanita (royal Amazon corp) dengan kepandaian menunggang kuda dan menggunakan senjata yang membuat Daendels terkagum-kagum. Di The ‘Versailles of Java’ itulah PD dilahirkan sebelum fajar menyingsing pada Jumat, 11 November 1875.

Mungkin hanya sebuah kebetulan atau keajaiban terakhir: sama seperti waktu kelahirannya 70 tahun sebelumnya, PD, yang selama hidupnya memiliki tujuh istri dan beberapa istri lagi yang tidak diketahui namanya (Appendix IV), wafat menjelang fajar menyingsing pada hari Senin 8 Januari 1855 di biliknya dalam Benteng Rotterdam, Makassar.

Sebagai seorang anak manusia, this pious and complex man’ telah menyelesaikan tugas sejarahnya. Agaknya benar diktum Karl Popper yang disitir Carey: ”[H]istory is the struggle of men and ideas” (hal 757).

Studi sejarah Indonesia

Tampaknya buku ini amat dinantikan oleh peminat studi (sejarah) Indonesia, mengingat kabar mengenainya telah beredar sejak 33 tahun lalu ketika Peter Carey sukses mempertahankan disertasinya, ”Pangeran Dipanegara and the Making of Java War, 1825-30”, di Universitas Oxford pada November 1975. Edisi kedua buku ini telah dicetak, menyusul edisi pertamanya (Desember 2007) yang sudah terjual habis.

Peter Carey, yang kini menjadi dosen di Trinity College, Inggris, telah menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk menyusun buku ini. I can say that I have lived under the shadow of the Prince [Diponegoro] for nearly all my adult existence, akunya dalam Jurnal Itinerario.

Buku ini sangat patut diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia supaya anak bangsa ini dapat mengetahui secara mendalam riwayat hidup dan perjuangan salah seorang pahlawan nasional mereka. Di sampul dalamnya, Carey menulis: Dedication. For the family and descendants of Pangéran Dipanagara. In honour and respect. Kalimat itu seperti mengimbau pewaris Keraton Yogyakarta untuk mengirim pesan rekonsiliasi kepada arwah nenek moyang mereka yang dulu sempat terpecah karena perang yang dipimpin PD.

Semoga pewaris Keraton Yogyakarta (baca: Sultan Hamengku Buwono X), juga Pemerintah Republik Indonesia, tergugah untuk mengusahakan penerjemahan buku ini ke dalam bahasa Indonesia.

*) Suryadi, Dosen dan Peneliti pada Opleiding Talen en Culturen van Indonesië, Universiteit Leiden, Belanda
Dijumput dari: http://cabiklunik.blogspot.com/2008/10/tokoh-biografi-lengkap-pangeran.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Khoirul Anam A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.D. Zubairi A.S. Laksana Abd. Basid Abdul Aziz Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Abdul Hadi W.M. Abdul Rauf Singkil Abdul Rosyid Abdul Salam HS Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abu Nawas Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Ach. Tirmidzi Munahwan Achmad Faesol Adam Chiefni Adhitya Ramadhan Adi Mawardi Adian Husaini Aditya Ardi N Ady Amar Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Fahri Husein Agus Fathuddin Yusuf Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Baso Ahmad Fatoni Ahmad Hadidul Fahmi Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syafii Maarif Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rohim Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sahal Akhmad Taufiq Akhudiat Alang Khoiruddin Alang Khoirudin Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Aliansyah Allamah Syaikh Dalhar Alvi Puspita AM Adhy Trisnanto Ami Herman Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aminullah HA Noor Amir Hamzah Ammar Machmud Andri Awan Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjar Nugroho Anjrah Lelono Broto Antari Setyowati Anwar Nuris Arafat Nur Ariany Isnamurti Arie MP Tamba Arie Yani Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arifin Hakim Arman AZ Arwan Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Juanda Asep S. Bahri Asep Sambodja Asep Yayat Asif Trisnani Aswab Mahasin Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Azizah Hefni Azwar Nazir B Kunto Wibisono Babe Derwan Badrut Tamam Gaffas Bale Aksara Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Benke Berita Berita Duka Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budiawan Dwi Santoso Buku Kritik Sastra Candra Adikara Irawan Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chairul Abhsar Chairul Akhmad Chamim Kohari CNN Indonesia Cucuk Espe Cut Nanda A. D Zawawi Imron D. Dudu AR Dahta Gautama Damanhuri Zuhri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Danuji Ahmad Dati Wahyuni Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dede Kurniawan Dedik Priyanto Den Rasyidi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Detti Febrina Dewi Kartika Dian Sukarno Dian Wahyu Kusuma Didi Purwadi Dien Makmur Din Saja Djasepudin Djauharul Bar Djoko Pitono Djoko Saryono DM Ningsih Doddy Hidayatullah Donny Syofyan Dr Afif Muhammad MA Dr. Simuh Dr. Yunasril Ali Dudi Rustandi Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dyah Ratna Meta Novia E Tryar Dianto Ecep Heryadi Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Edy Susanto EH Ismail Eka Budianta Ekky Malaky Eko Israhayu Ellie R. Noer Emha Ainun Nadjib Esai Esha Tegar Putra Evi Melyati Fachry Ali Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faizal Af Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fazabinal Alim Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Fuad Mardhatillah UY Tiba Furqon Lapoa Fuska Sani Evani Geger Riyanto Ghufron Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur Gus Muwaffiq Gusriyono Gusti Grehenson H Marjohan H. Usep Romli H.M. Habibullah Hadi Napster Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Hamzah Fansuri Hamzah Sahal Hamzah Tualeka Zn Hanibal W.Y. Wijayanta Hanum Fitriah Haris del Hakim Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Basri Marwah Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Helmy Prasetya Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Heri Listianto Heri Ruslan Herry Lamongan Herry Nurdi Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hotnida Novita Sary Hudan Hidayat Husein Muhammad I Nyoman Suaka Ibn ‘Arabi (1165-1240) Ibn Rusyd Ibnu Sina Ibnu Wahyudi Idayati Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imadi Daimah Ermasuri Imam Hamidi Antassalam Imam Khomeini Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Nasri Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Kurniawan Indra Tjahyadi Inung As Irma Safitri Isbedy Stiawan Z.S. Istiyah Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar J Sumardianta Jadid Al Farisy Jalaluddin Jalaluddin Rakhmat Jamal Ma’mur Asmani Jamaluddin Mohammad Javed Paul Syatha Jaya Suprana Jember Gemar Membaca Jo Batara Surya Johan Wahyudi John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K. Muhamad Hakiki K.H. A. Azis Masyhuri K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin Kabar Pesantren Kafiyatun Hasya Kanjeng Tok Kasnadi Kazzaini Ks KH Abdul Ghofur KH. Irfan Hielmy Khansa Arifah Adila Khoirul Anwar Khoirur Rizal Umami Khoshshol Fairuz Kiai Muzajjad Kiki Mikail Kitab Dalailul Khoirot Kodirun Komunitas Deo Gratias Koskow Kritik Sastra Kurniawan Kurtubi Kuswaidi Syafi’ie Kyai Maimun Zubair Lan Fang Larung Sastra Leila S. Chudori Linda S Priyatna Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Asya Lukman Santoso Az M Arif Rohman Hakim M Hari Atmoko M Ismail M Thobroni M. Adnan Amal M. Al Mustafad M. Arwan Hamidi M. Bashori Muchsin M. Faizi M. Hadi Bashori M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Mustafied M. Nurdin M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki M.S. Nugroho M.Si M’Shoe Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahrus eL-Mawa Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mansur Muhammad Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marjohan Marsudi Fitro Wibowo Martin van Bruinessen Marzuki Wahid Marzuzak SY Masduri Mashuri Masjid Kordoba Masuki M. Astro Matroni Matroni el-Moezany Matroni Muserang Mbah Dalhar Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftahul Ulum Mila Novita Mochtar Lubis Moh. Ghufron Cholid Mohamad Salim Aljufri Mohammad Kh. Azad Mohammad Yamin Muh. Khamdan Muhajir Arrosyid Muhammad Abdullah Muhammad Affan Adzim Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih AR Muhammad Amin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Ghannoe Muhammad Idrus Djoge Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Kosim Muhammad Muhibbuddin Muhammad Mukhlisin Muhammad Quraish Shihab Muhammad Subhan Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yasir Muhammad Yuanda Zara Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyiddin Mujtahid Muktamar Sastra Mulyadi SA Munawar A. Djalil Munawir Aziz Musa Ismail Musa Zainuddin Muslim Mustafa Ismail Mustami’ tanpa Nama Mustofa W Hasyim Musyafak Myrna Ratna N. Mursidi Nasaruddin Umar Nashih Nashrullah Naskah Teater Nasruli Chusna Nasrullah Thaleb Nelson Alwi Nevatuhella Ngarto Februana Nidia Zuraya Ninuk Mardiana Pambudy Nita Zakiyah Nizar Qabbani Nova Burhanuddin Noval Jubbek Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Fauzan Ahmad Nur Wahid Nurcholish Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Orasi Budaya Pangeran Diponegoro Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pesantren Tebuireng Pidato Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pramoedya Ananta Toer Prof. Dr. Nur Syam Profil Ma'ruf Amin Prosa Puisi Puji Hartanto Puji Santosa Pungkit Wijaya Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin PUstaka puJAngga Putera Maunaba Putu Fajar Arcana R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rakhmat Nur Hakim Ramadhan Alyafi Rameli Agam Rasanrasan Boengaketji Ratnaislamiati Raudal Tanjung Banua Reni Susanti Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Retno HY Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Rinto Andriono Risa Umami Riyadhus Shalihin Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rohman Abdullah S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifuddin Syadiri Saifudin Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Salahuddin Wahid Salamet Wahedi Salman Faris Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Pesantren Sastrawan Pujangga Baru Satmoko Budi Santoso Satriwan Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siswanto Siswoyo Sita Planasari A Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slavoj Zizek Snouck Hugronje Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana St Sularto Suci Ayu Latifah Sufyan al Jawi Sugiarta Sriwibawa Sulaiman Djaya Sundari Sungatno Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susringah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaiful Amin Syaifullah Amin Syarif Hidayat Santoso Syeikh Abdul Maalik Syeikh Muhammad Nawawi Syekh Abdurrahman Shiddiq Syekh Sulaiman al Jazuli Syi'ir Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tiar Anwar Bachtiar Tjahjono Widijanto Tok Pulau Manis Toko Buku PUstaka puJAngga Tu-ngang Iskandar Turita Indah Setyani Umar Fauzi Ballah Uniawati Universitas Indonesia Universitas Jember Usep Romli H.M. Usman Arrumy UU Hamidy Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wa Ode Zainab Zilullah Toresano Wahyu Aji Walid Syaikhun Wan Mohd. Shaghir Abdullah Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Fei Hung Y Alpriyanti Yanti Mulatsih Yanuar Widodo Yanuar Yachya Yayuk Widiati Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yopi Setia Umbara Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudi Latif Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusuf Suharto Zaenal Abidin Riam Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zakki Amali Zehan Zareez