Jumat, 17 Februari 2012

Pemikiran Dan Syair-Syairnya Hamzah Fansuri

Written by Siswoyo
http://waspadamedan.com/

Hamzah Fansuri adalah seorang ulama suluk, pujangga yang menyampaikan pesan-pesan dakwah melalui syair-syairnya yang sangat terkenal di abad ke 16. Seorang pengelana negeri-negeri Arab dan Parsi dalam rangka menimba ilmu, juga dijelajahinya Pahang dan Kudus.

Kitab- kitab ulama besar Parsi Jalaluddin Rami sangat mempengaruhi jiwanya. Bahkan beliau bercita-cita menterjemahkan kitab-kitab dalam bahasa Arab dan bahasa Parsi ke dalam bahasa Melayu. Setelah sekian lama melakukan pengembaraan ke berbagai negeri, Hamzah Fansuri kembali ke tanah lahirnya Barus.

Fansuri adalah Barus

Di zaman sekarang ini, kalau disebut Fansuri maka sebutan itu adalah Hamzah Fansuri. Nama Fansuri telah melekat pada Hamzah Fansuri padahal Fansuri adalah nama Wilayah Barus yang sejak zaman dulu terkenal dengan kapur barusnya.

Di Barus hidup sibur talibun dan gurindam Barus yang terkenal itu. Salah satu gurindam Barus berbunyi sebagai berikut :

Tipu Aceh gurindam Barus
Olok- olok pembayar hutang

Mungkin etnis Aceh merasa tersinggung mengenai kata “tipu Aceh”, yang dirasa seolah-olah orang Aceh itu penipu semua. Padahal sejarah membuktikan yang dimaksud dengan “tipu Aceh” adalah strategi dan diplomasi orang Aceh dalam menghadapi bangsa asing yang datang dari Barat.

Seperti menghadapi Portugis, Belanda, Inggris. Sementara itu Sultan Aceh mempunyai diplomasi yang begitu lihai dalam kegiatan dagang dengan pihak pendatang dari Barat.

Salah satu contoh strategi yang disebut “tipu Aceh” itu adalah taktik yang dilakukan oleh Teuku Umar Johan Pahlawan. Pada saat persiapan amunisinya telah berkurang dan memerlukan tambahan senjata. Teuku Umar pura-pura menyerah berpihak kepada Belanda dalam masa Perang Aceh. Setelah persenjataan dan amunisi telah banyak terkumpul, maka Teuku Umar bergabung kembali dengan pasukannya dan kembali menyerang Belanda.

Sangking enaknya orang Barus mengobrol dengan menggunakan gurindam dan pantunnya, orang yang berhutang tidak perlu membayar hutangnya. Artinya orang yang berhutang bisa lemas melalui kata-katanya yang ucapannya manis dan menawan hati.

Dada Meraxa dalam bukunya “Sejarah Kebudayaan Suku-suku di Sumut” (1973) mengungkapkan kesusastraan lisan di Barus pada masa yang lalu tumbuh dan berkembang dengan suburnya. Pantun, talibun, gurindam terdengar di mana-mana. Dalam acara perkawinan anak negeri, di kedai-kedai kopi, di lerang gunung diantara anak gembala. Bahkan di tepi laut juga terdengar diantara nelayan yang berjiwa seni.

Kias mengkias dimasukkan dalam gurindam curahan hati para remaja atau derita hidup dialirkan dalam pantun “talibun”. Yang paling disukai dimasa yang lalu hingga masa sekarang adalah satu lagu yang terkenal bernama “Sikambang”.

Hamzah Fansuri seorang ulama yang pemikiran-pemikirannya mengenai Tuhan didakwahkan dalam bentuk syair, juga mengisi syairnya dengan filsafat. Seseorang yang pernah mempelajari ilmu filsafat dapat merasakan tingginya tasauf dalam syair yang berbunyi sebagai berikut :

Banyak insan terlalu bebal
Sangkanya dunia abadi kekal
Enak matanya tidur di bantal
Segala salahnya dia tak soal
Mari segala yang mubtadi
Mencapai hakikat Muhammad Nabi
Karena ilmu pertama terjadi
Kenyataaan Maklukat dari Ilahi
Barang siapa arif mengenal
Ia sempurna bahagia
Karena ilmu itulah yang mulia
Kenyataan Tuhan selalu sedia.
Ayuhai segala bernama fakir
Amal diperbanyak ingat dan fakir
Tatkala sekarat jangan menyingkir
Itu pesuruh dari pada Amir.

Hamzah Fansuri melakukan penggembaraan ke berbagai negeri termasuk Mekah dan shalat di Kakbah mencari Tuhan. Inspirasinya yang maha kudus dilukiskannya dalam satu syair yang isinya amat mendalam.

Hamzah Fansuri didalam Mekkah
Mencari Tuhan dibait alka’bah
Di Barus di Kudus terlalu payah
Akhirnya dapat didalam rumah

Melalui syair ini jelaslah beliau seorang ulama yang tidak puas-puasnya mencari ilmu dan senantiasa merasakan Tuhan meliputi segalanya. Maka untuk mengenal Tuhan beliau bersyair sebagai berikut :

Sidang fakir empunya kata
Tuhanmu lahir terlalu nyata
Jika sungguh engkau bermata
Lihat dirimu pandanglah nyata

Dalam syair ini Hamzah Fansuri kemukakan, bahwa Tuhanmu lahir terlalu nyata, jika sungguh engkau bermata”. Lihat dirimu pandanglah nyata. Yang dimaksud oleh ulama itu kekuasaan Tuhan itu terlalu nyata Tuhan yang menjadikan langit dan bumi serta anak manusia yang begitu sempurna serta seluruh isi alam ini. Karena itu tidak heran kalau Allah menyindir anak manusia dalam Al-quran “Afala takkilun?” “(Apakah engkau tidak berakal?”).

Nama Hamzah Fansuri terkenal dan dikenal dimana-mana. Popularitasnya itu juga sampai kedalam Kraton Sultan Iskandar Muda Mahkuta Alam (1607-1936). Di dalam Kraton Iskandar Muda sebelumnya telah ada beberapa orang ulama yang terkenal, seperti Syekh Syamsuddin bin Abdullah Al Sumatrani, Syekh Ibrahim Al Syami dan Syekh Nurruddin Al Raniri dari Gujarat yang menulis kitab Bustanussalatin. Syekh Al Raniri sangat besar pengaruhnya terhadap Sultan Iskandar Muda. Dimasa itu bahasa yang digunakan dalam Kraton Sultan Aceh adalah bahasa Melayu.

Karena kemasyuran nama ulama Hamzah Fansuri maka beliau diundang oleh Sultan Iskandar Muda ke Aceh yang pusat Kesultanan di Lameri (Kutaraja). Penghujung abad ke 16 yaitu tahun 1596 berangkatlah Hamzah Fansuri ke Kutaraja (Banda Aceh sekarang) bersama 20 orang sahabatnya untuk memangku jabatan sebagai ulama dan Penasehat Sultan dalam lingkungan Kraton. Dimasa itu daerah pesisir barat termasuk Barus berada dalam kawasan takluk Sultan Iskandar Muda.

Setelah beberapa lama Hamzah Fansuri mengajar di Kesultanan Aceh dirasakan sekali faham antara satu ulama dengan yang lain tidak dapat disatukan. Masing-masing membawakan Mazhabnya sendiri-sendiri. Sehari demi sehari, sebulan demi sebulan pertentangan terus berlangsung seperti api dalam sekam. Hamzah Fansuri telah melihat dan merasakan hal tersebut, tetapi beliau tidak perduli.

Pernah sekali terjadi perdebatan antara Ulama Al Raniri dengan Hamzah Fansuri dan Hamzah Fansuri menguraikan pendapatnya sebagai berikut :

Aku melihat Tuhan dengan mata Tuhan
Aku mendengar dengan telinga Tuhan
Aku merasa dengan lidah Tuhan
Akulah Tuhan

Ucapan yang sedemikian rupa itu sangat menggemparkan terutama di lingkungan Kraton. Apalagi pengajian umum pada waktu itu belum sampai sejauh pelajaran suluk Hamzah Fansuri. Lawan-lawan Hamzah Fansuri terutama Al Raniri seorang ulama yang sangat berpengaruh dalam Kraton memberitahukan kepada Sultan Iskandar Muda Hamzah Fansuri mengaku Tuhan.

Hukumnya orang yang demikian adalah kafir. Karena itu Sultan memerintahkan untuk membakar semua kitab-kitab Hamzah Fansuri dan beliaupun di penjarakan. Kemudian beliau kembali ke Barus dan mengajar di negeri kelahirannya.

Mengenai ucapan Hamzah Fansuri dalam perdebatannya dengan Syekh Al Raniri yang mengatakan “Aku melihat Tuhan dengan mata Tuhan”. Baru-baru ini penulis menanyakan kepada Ustaz Dr. H.Sarbaini Tanjung,MA ketika dilangsungkan pengajian subuh setelah shalat subuh berjamaah di Mesjid Taqarub Jalan Darussalam Medan, mengenai pengertian kalimat tersebut di atas.

Ustaz Sarbaini Tanjung kemudian menanyakan kepada kami kelengkapan dari kalimat Hamzah Fansuri tersebut. Kami katakan bunyinya sebagai berikut :

Aku melihat Tuhan dengan mata Tuhan
Aku mendengar dengan telinga Tuhan
Aku merasa dengan lidah Tuhan
Akulah Tuhan

Dijelaskan oleh Ustaz Sarbaini Tanjung, tiga baris kalimat tersebut memang ada dalam hadis tetapi yang tidak boleh digunakan kata-kata “Akulah Tuhan”. Dalam kaitan ini katanya Husin al Halaz pernah mengatakan, Tuhan dalam kantong jubahnya, beliau dibunuh. Demikian juga Abu Jazid Al Bustami, ketika ditanya apakah Abu Yazid ada di rumah, beliau menjawab Abu Yazid tidak ada, yang ada Tuhan. Karena ucapannya itu dia juga dibunuh.

Penilaian manusia terhadap seseorang yang menggunakan kata-kata “Akulah Tuhan”, mungkin berbeda dengan penilaian Allah, kita tidak tahu bagaimana penilaian Allah terhadap mereka. Dikatakan oleh Ustaz Sarbaini Tanjung, kata-kata “Akulah Tuhan” tidak boleh digunakan.

Last but not least Hamzah Fansuri adalah seorang ulama suluk dan seorang pujangga yang banyak menulis prosa dan puisi termasuk syair yang di dalamnya menyampaikan pesan dakwah. Tapi sayang di masa beliau hidup tidak terpelihara dengan baik. Apalagi ada masalah perbedaan paham yang menyebabkan kitab-kitabnya dibakar. Kebetulan masih ada juga yang tertinggal di antara Syair Dagang antara lain berbunyi sebagai berikut :

Wahai dagang yang hina
Ketahui hidup dalam dunia
Sebagai jati tiada berbunga
Bagi burung tiada berguna
Wahai sekalian kita yang kurang
Nafsumu itu lawan berperang
Jauhkan tamak baiklah kurang
Jaga dirimu jatuh ke jurang
Amat-amati membuang diri
Menjadi dagang di segenap negeri
Baik-baik engkau pikiri
Supaya selamat hari-hari.

@http://waspadamedan.com/07 June 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Khoirul Anam A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.D. Zubairi A.S. Laksana Abd. Basid Abdul Aziz Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Abdul Hadi W.M. Abdul Rauf Singkil Abdul Rosyid Abdul Salam HS Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abu Nawas Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Ach. Tirmidzi Munahwan Achmad Faesol Adam Chiefni Adhitya Ramadhan Adi Mawardi Adian Husaini Aditya Ardi N Ady Amar Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Fahri Husein Agus Fathuddin Yusuf Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Baso Ahmad Fatoni Ahmad Hadidul Fahmi Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syafii Maarif Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rohim Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sahal Akhmad Taufiq Akhudiat Alang Khoiruddin Alang Khoirudin Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Aliansyah Allamah Syaikh Dalhar Alvi Puspita AM Adhy Trisnanto Ami Herman Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aminullah HA Noor Amir Hamzah Ammar Machmud Andri Awan Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjar Nugroho Anjrah Lelono Broto Antari Setyowati Anwar Nuris Arafat Nur Ariany Isnamurti Arie MP Tamba Arie Yani Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arifin Hakim Arman AZ Arwan Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Juanda Asep S. Bahri Asep Sambodja Asep Yayat Asif Trisnani Aswab Mahasin Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Azizah Hefni Azwar Nazir B Kunto Wibisono Babe Derwan Badrut Tamam Gaffas Bale Aksara Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Benke Berita Berita Duka Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budiawan Dwi Santoso Buku Kritik Sastra Candra Adikara Irawan Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chairul Abhsar Chairul Akhmad Chamim Kohari CNN Indonesia Cucuk Espe Cut Nanda A. D Zawawi Imron D. Dudu AR Dahta Gautama Damanhuri Zuhri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Danuji Ahmad Dati Wahyuni Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dede Kurniawan Dedik Priyanto Den Rasyidi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Detti Febrina Dewi Kartika Dian Sukarno Dian Wahyu Kusuma Didi Purwadi Dien Makmur Din Saja Djasepudin Djauharul Bar Djoko Pitono Djoko Saryono DM Ningsih Doddy Hidayatullah Donny Syofyan Dr Afif Muhammad MA Dr. Simuh Dr. Yunasril Ali Dudi Rustandi Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dyah Ratna Meta Novia E Tryar Dianto Ecep Heryadi Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Edy Susanto EH Ismail Eka Budianta Ekky Malaky Eko Israhayu Ellie R. Noer Emha Ainun Nadjib Esai Esha Tegar Putra Evi Melyati Fachry Ali Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faizal Af Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fazabinal Alim Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Fuad Mardhatillah UY Tiba Furqon Lapoa Fuska Sani Evani Geger Riyanto Ghufron Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur Gus Muwaffiq Gusriyono Gusti Grehenson H Marjohan H. Usep Romli H.M. Habibullah Hadi Napster Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Hamzah Fansuri Hamzah Sahal Hamzah Tualeka Zn Hanibal W.Y. Wijayanta Hanum Fitriah Haris del Hakim Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Basri Marwah Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Helmy Prasetya Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Heri Listianto Heri Ruslan Herry Lamongan Herry Nurdi Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hotnida Novita Sary Hudan Hidayat Husein Muhammad I Nyoman Suaka Ibn ‘Arabi (1165-1240) Ibn Rusyd Ibnu Sina Ibnu Wahyudi Idayati Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imadi Daimah Ermasuri Imam Hamidi Antassalam Imam Khomeini Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Nasri Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Kurniawan Indra Tjahyadi Inung As Irma Safitri Isbedy Stiawan Z.S. Istiyah Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar J Sumardianta Jadid Al Farisy Jalaluddin Jalaluddin Rakhmat Jamal Ma’mur Asmani Jamaluddin Mohammad Javed Paul Syatha Jaya Suprana Jember Gemar Membaca Jo Batara Surya Johan Wahyudi John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K. Muhamad Hakiki K.H. A. Azis Masyhuri K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin Kabar Pesantren Kafiyatun Hasya Kanjeng Tok Kasnadi Kazzaini Ks KH Abdul Ghofur KH. Irfan Hielmy Khansa Arifah Adila Khoirul Anwar Khoirur Rizal Umami Khoshshol Fairuz Kiai Muzajjad Kiki Mikail Kitab Dalailul Khoirot Kodirun Komunitas Deo Gratias Koskow Kritik Sastra Kurniawan Kurtubi Kuswaidi Syafi’ie Kyai Maimun Zubair Lan Fang Larung Sastra Leila S. Chudori Linda S Priyatna Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Asya Lukman Santoso Az M Arif Rohman Hakim M Hari Atmoko M Ismail M Thobroni M. Adnan Amal M. Al Mustafad M. Arwan Hamidi M. Bashori Muchsin M. Faizi M. Hadi Bashori M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Mustafied M. Nurdin M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki M.S. Nugroho M.Si M’Shoe Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahrus eL-Mawa Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mansur Muhammad Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marjohan Marsudi Fitro Wibowo Martin van Bruinessen Marzuki Wahid Marzuzak SY Masduri Mashuri Masjid Kordoba Masuki M. Astro Matroni Matroni el-Moezany Matroni Muserang Mbah Dalhar Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftahul Ulum Mila Novita Mochtar Lubis Moh. Ghufron Cholid Mohamad Salim Aljufri Mohammad Kh. Azad Mohammad Yamin Muh. Khamdan Muhajir Arrosyid Muhammad Abdullah Muhammad Affan Adzim Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih AR Muhammad Amin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Ghannoe Muhammad Idrus Djoge Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Kosim Muhammad Muhibbuddin Muhammad Mukhlisin Muhammad Quraish Shihab Muhammad Subhan Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yasir Muhammad Yuanda Zara Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyiddin Mujtahid Muktamar Sastra Mulyadi SA Munawar A. Djalil Munawir Aziz Musa Ismail Musa Zainuddin Muslim Mustafa Ismail Mustami’ tanpa Nama Mustofa W Hasyim Musyafak Myrna Ratna N. Mursidi Nasaruddin Umar Nashih Nashrullah Naskah Teater Nasruli Chusna Nasrullah Thaleb Nelson Alwi Nevatuhella Ngarto Februana Nidia Zuraya Ninuk Mardiana Pambudy Nita Zakiyah Nizar Qabbani Nova Burhanuddin Noval Jubbek Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Fauzan Ahmad Nur Wahid Nurcholish Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Orasi Budaya Pangeran Diponegoro Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pesantren Tebuireng Pidato Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pramoedya Ananta Toer Prof. Dr. Nur Syam Profil Ma'ruf Amin Prosa Puisi Puji Hartanto Puji Santosa Pungkit Wijaya Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin PUstaka puJAngga Putera Maunaba Putu Fajar Arcana R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rakhmat Nur Hakim Ramadhan Alyafi Rameli Agam Rasanrasan Boengaketji Ratnaislamiati Raudal Tanjung Banua Reni Susanti Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Retno HY Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Rinto Andriono Risa Umami Riyadhus Shalihin Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rohman Abdullah S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifuddin Syadiri Saifudin Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Salahuddin Wahid Salamet Wahedi Salman Faris Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Pesantren Sastrawan Pujangga Baru Satmoko Budi Santoso Satriwan Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siswanto Siswoyo Sita Planasari A Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slavoj Zizek Snouck Hugronje Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana St Sularto Suci Ayu Latifah Sufyan al Jawi Sugiarta Sriwibawa Sulaiman Djaya Sundari Sungatno Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susringah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaiful Amin Syaifullah Amin Syarif Hidayat Santoso Syeikh Abdul Maalik Syeikh Muhammad Nawawi Syekh Abdurrahman Shiddiq Syekh Sulaiman al Jazuli Syi'ir Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tiar Anwar Bachtiar Tjahjono Widijanto Tok Pulau Manis Toko Buku PUstaka puJAngga Tu-ngang Iskandar Turita Indah Setyani Umar Fauzi Ballah Uniawati Universitas Indonesia Universitas Jember Usep Romli H.M. Usman Arrumy UU Hamidy Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wa Ode Zainab Zilullah Toresano Wahyu Aji Walid Syaikhun Wan Mohd. Shaghir Abdullah Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Fei Hung Y Alpriyanti Yanti Mulatsih Yanuar Widodo Yanuar Yachya Yayuk Widiati Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yopi Setia Umbara Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudi Latif Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusuf Suharto Zaenal Abidin Riam Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zakki Amali Zehan Zareez