Senin, 19 Desember 2011

Antara Ali Syariati & Pram

Dudi Rustandi
http://www.sunangunungdjati.com/

Hampir tak dapat dipungkiri bahwa titik tolak pencerahan dan gelisah hidupku tak dapat dipisahkan dari pengaruh kedua tokoh yang berbeda secara geografis seperti disebut pada judul; Syariati dan Pram, kedua tokoh tersebut dapat dikatakan merupakan satu generasi walau berbeda tempat pijakan, ia sama-sama berada pada satu ruang yang sama dalam memperjuangkan bangsanya masing-masing; berjuang melalui tulisan.

Syariati panggilan akrab Ali Syariati, merupakan seorang tokoh pergerakan Islam Iran menjelang Revolusi Iran 1979, walau hampir tidak pernah disebutkan sebagai orang yang berada di balik revolusi Iran dibandingkan dengan Ruhullah Khomaini dan Murthada Muthahari, namun ia telah berjuang sejak mula untuk meruntuhkan rezim Syah Pahlevi. Ia berjuang sejak masa kuliah hingga meraih gelar master dan doktornya di Sorbonne University Prancis. Melalui tulisan-tulisannya ia menggerakan pelajar Iran yang sedang belajar di Luar Negeri.

Pram, panggilan akrab Pramoedya Ananta Toer (lahir), seorang novelis besar yang dihargai dunia namun dipenjarakan di Negeri sendiri sejak masa Penjajahan hingga masa Presiden Soeharto. Pram berjuang melalui tulisan-tulisannya yang khas, novel sejarah yang diangkat langsung dari peristiwa-peristiwa kesaharian atau dalam istilahnya ia menganut aliran realism. Tokoh-tokoh yang dibangun Pram adalah tokoh-tokoh yang hampir tidak kita kenal. Pram mengangkat tokoh-tokoh yang hampir tidak dilirik oleh manusia kebanyakan yang biasanya lebih gandrung terhadap tokoh ‘besar’, bahkan ia mengangkat tokoh-tokoh yang dicibir sekalipun seperti gundik, pelacur, pegawai rendahan, walaupun ada beberapa tokoh besar yang ia angkat seperti Kartini, karena yang ingin ia ajarkan adalah ideology menulisnya.

Kenapa Syariati saya sebutkan dalam judul lebih dahulu, karena pertama kali berkenalan dengan tokoh pergerakan adalah Syariati, walaupun sebetulnya ada tokoh pergerakan, pemikir Islam dari Indonesia yaitu Cak Nur melalui Islam Keindonesiaan dan Kemodernan, namun sayang ia tidak meninggalkan jejak berbekas kecuali tentang pembelaannya terhadap Pancasilanya Orde Baru (saat itu), sementara melalui Ali Syariati, telah meninggalkan kesan yang cukup mendalam, Syariati melalui ‘Tanggung Jawab Cendekiawan Muslim’ telah membakar semangat saya, semangat untuk melakukan perubahan.

Sejak saat itulah, semangat perubahan tersebut saya wujudkan dalam bentuk banyak membaca buku dan aktif di beberapa organisasi kampus yang banyak menggelar diskusi, pencerahan dan pandangan. Sebagai mahasiswa, hidup saya saat itu benar-benar dinamis dan menggairahkan. Dari waktu-ke waktu saya isi dengan berdiskusi, pelatihan, berorganisasi. Namun tentu saja yang paling berkesan dari pandangan-pandangan Ali Syariati pada saat itu adalah pandangan terhadap simbolisasi manusia shaleh yang tidak bisa dipandang dari sisi bentuk atau formalitasnya saja karena bagi Ali Syariati manusia yang tercerahkan adalah

“ia dengan tangan yang sama menuliskan ayat-ayat suci dari langit serta terbenam dalam genangan lumpur dan mengayunkan kayu untuk menyuburkan tanah yang kering, ia berdiri tegak memperjuangkan ayat-ayat Allah dan hak-hak masyarakat”. (Ali Syariati dalam Tanggung Jawab Cendekiawan Muslim)

Melalui pandangan dan sejumlah kritiknya terbukalah mata saya bahwa seorang yang baik, shaleh dan patut mendapatkan penghargaan adalah orang-orang yang tidak hanya berteriak tentang kitab suci, namun ia yang memperjuangkan hak masyarakat, bukan pula ia yang sering merendahkan orang-orang kecil dan termarjinalkan namun ia yang mampu menemukan makna dari kehidupannya walaupun dianggap kotor.

Sejak saat itu pula, keberaniannya mengkritik menumbuhkan rasa kepedean saya, bahwa orang besar belum tentu besar dengan kebesarannya, karena orang besar seperti dalam analogi Syariati adalah orang yang tidak hanya besar dengan kedudukan dan kata-katanya, namun yang mampu merealisasikan kata-katanya dan rela berkubang dengan lumpur sekalipun.

Seolah menemukan momentum, saat itu pun pandangan ini saya tuangkan dalam bentuk tulisan kritik terhadap orang-orang yang dianggap besar dan kerdil dalam moralnya. Seperti kasus dosen/ ustad cabul, Pejabat Korup, atau dalam bentuk kritik lainnya seperti tercermin dalam beberapa tulisan saya. Tentu saja tulisan saya sangat terbata-bata karena selain tidak memiliki skill menulis, ilmu dan penghayatan saya pun sangat dangkal. Namun tidak mengurangi rasa PD saya untuk menuliskannya dan ditempel di mading organisasi.

Melalui Syariati saya yang dusun/ ndeso/ katro belajar berani mengatakan hal saya anggap benar terhadap apa dan siapapun tanpa melihat jabatannya, jika salah ya harus berani mengkritik khususnya dalam relasi saya dengan kampus dan lingkungannya.

Jika pengaruh Syariati menyumbang keberanian serta membantu cara memandang manusia agar tidak dilihat dari seberapa besar jabatan dan setinggi apa posisi seseorang, hal yang berbeda disumbangkan terhadap saya dari novelis kelas dunia, Pramoedya Ananta Toer. Pram sapaan akrabnya mengajarkan untuk selalu menghargai orang-orang kecil bahkan yang dipandang kotor sekalipun. Novel-novelnya menceritakan banyak peran dari masyarakat bawah. Seperti pada novel Larasati.

‘Larasati’ mengisahkan tentang seorang artis yang lebih menonjol kepelacurannya daripada sebagai seorang pekerja seni. Ia merupakan potret seorang pelacur yang memperjuangkan bangsanya dengan caranya. Melalui tokoh Larasati Pram mengajak pembaca bahwa setiap orang itu memiliki kebermanfaatan terhadap lingkungannya, bahkan seorang pelacur pun menyumbangkan peluhnya demi tegaknya bangsa ini, dengan caranya sendiri. Caranya tentu bukan dengan melacurkan diri, namun menjadikan ilmu menggoda untuk melengahkan musuhnya. Melalui peran kepelacurannya ini ia bisa membantu pejuang.

Hal serupa juga ditonjolkan dari magnum opusnya Pram, Tetralogi Pulau Buru, 4 Roman bersambung tersebut menonjolkan peran seorang gundik yang dipandang sebelah mata, Nyai Ontosoroh, Ia mampu menjadi administrator yang baik bagi perusahan-perusahaan meneer/ suaminya, seorang bangsawan berpendidikan sekelas Minke yang anak bupati dan calon dokter pun menghormati dan segan terhadap Nyai Ontosoroh sebagai mertuanya. Nyai Ontosoroh pun sangat disegani oleh keluarga ‘suaminya’ keluarga Mellema.

Nyai ontosoroh adalah sosok perempuan yang menyerah pada keadaan pada awalnya, namun pada sisi lain ia mampu menjelma menjadi sosok yang kuat dan tegas terhadap keadaan pada akhirnya. Ia menjadi daya tarik tersendiri bagi rekan-rekan bisnisnya. Tidak sedikit yang kagum terhadap kecantikannya namun segan terhadap sikap tegas dan kecerdasannya. Ia begitu pandai menghargai setiap orang termasuk para pekerjanya, seperti pernah ia katakana,

”Jangan anggap remeh si manusia, yang kelihatannya begitu sederhana; biar penglihatanmu setajam elang, pikiranmu setajam pisau cukur, perabaanmu lebih peka dari para dewa, pendengaran dapat menangkap musik dan ratap-tangis kehidupan; pengetahuanmu tentang manusia takkan bakal bisa kemput” (Nyai Ontosoroh dalam Bumi Manusia)

Tokoh-tokoh yang dianggap marjinal tersebut merupakah contoh dari penokohan yang diangkat Pram, masih banyak karakter masyarakat lain yang diangkat oleh Pram, Novel sejarah Ken Arok mengisahkan keberhasilan orang kecil yang berasal dari kalangan Sudra namun mampu naik tahta menjadi Brahmana sekaligus ksatria, hanya dengan bekal ketrampilan. Hanya sayang, keberhasilannya tersebut tidak bisa dipelihara oleh Ken Arok.

Namun tentu saja Pram tidak hanya menceritakan tokoh kecil yang memiliki peran besar yang positif, orang kecil pun sering melakukan peran yang dilakukan orang-orang besar seperti tergambar dari novel ‘Korupsi’. Dalam penceritaannya, yang membuat pegawai kecil berbuat korupsi bukan karena gajinya yang kecil, namun lebih karena mentalnya.

Alhasil, melalui kedua tokoh tersebut, saya belajar berani untuk mengatakan tentang kebenaran kepada orang yang dianggap besar (kritik) namun juga terbuka untuk bisa menghargai orang-orang yang perannya bahkan tidak dipandang sekalipun oleh masyarakat kebanyakan seperti dalam beberapa tulisan saya tentang Waria dan Pelacur.

Perkenalan dengan kedua tokoh tersebut, tentu saja melalui kekuatan buku-buku yang dikarangnya. Melalui Syariati saya berkenalan dengan sejumlah pandangannya melalui buku ‘Tugas Cendekiawan Muslim’, ‘Islam Agam Protes’, ‘Agama vs Agama’, Abu Dzar,’Islam Madzhab Pemikiran dan Aksi’, Kemuliaan Mati Syahir, Humanisme dan Hijrah. Sedangkan melalui Pram saya berkenalan dengan sejumlah tokoh lain sebagai tokoh novelnya seperti tokoh-tokoh dalam dalam Tetralogi Pulau Buru (Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, Rumah Kaca) seperti Minke, Nyai Ontosoroh, Jan Marais, Anelis, Larasati, Ken Arok, pelarian yang dituduh PKI dll.

Melalui kekuatan buku-buku tersebutlah kedua tokoh tersebut mampu membukakan mata tentang kebenaran dan pentingnya menghargai manusia kecil. Bahkan tidak hanya sudut pandang, tapi juga menjelma menjadi perilaku keseharian walaupun tidak berwujud 100 %.

Ingin mengubah mindset dan hidup anda? Banyaklah membaca buku. Pandangannya akan mengendap dalam alam bawah sadar anda dan akan menjelma menjadi perilaku tanpa anda sadari. Kekuatan membaca buku merujuk pada pandangan Freud Ibarat sebagai sebuah mesin mobil yang menggerakan roda-rodanya. Mesinnya sendiri tidak kentara, namun ia menjelma menjadi putaran roda.

Dijumput dari: http://www.sunangunungdjati.com/blog/?p=12691

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Khoirul Anam A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.D. Zubairi A.S. Laksana Abd. Basid Abdul Aziz Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Abdul Hadi W.M. Abdul Rauf Singkil Abdul Rosyid Abdul Salam HS Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abu Nawas Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Ach. Tirmidzi Munahwan Achmad Faesol Adam Chiefni Adhitya Ramadhan Adi Mawardi Adian Husaini Aditya Ardi N Ady Amar Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Fahri Husein Agus Fathuddin Yusuf Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Baso Ahmad Fatoni Ahmad Hadidul Fahmi Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syafii Maarif Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rohim Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sahal Akhmad Taufiq Akhudiat Alang Khoiruddin Alang Khoirudin Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Aliansyah Allamah Syaikh Dalhar Alvi Puspita AM Adhy Trisnanto Ami Herman Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aminullah HA Noor Amir Hamzah Ammar Machmud Andri Awan Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjar Nugroho Anjrah Lelono Broto Antari Setyowati Anwar Nuris Arafat Nur Ariany Isnamurti Arie MP Tamba Arie Yani Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arifin Hakim Arman AZ Arwan Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Juanda Asep S. Bahri Asep Sambodja Asep Yayat Asif Trisnani Aswab Mahasin Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Azizah Hefni Azwar Nazir B Kunto Wibisono Babe Derwan Badrut Tamam Gaffas Bale Aksara Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Benke Berita Berita Duka Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budiawan Dwi Santoso Buku Kritik Sastra Candra Adikara Irawan Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chairul Abhsar Chairul Akhmad Chamim Kohari CNN Indonesia Cucuk Espe Cut Nanda A. D Zawawi Imron D. Dudu AR Dahta Gautama Damanhuri Zuhri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Danuji Ahmad Dati Wahyuni Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dede Kurniawan Dedik Priyanto Den Rasyidi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Detti Febrina Dewi Kartika Dian Sukarno Dian Wahyu Kusuma Didi Purwadi Dien Makmur Din Saja Djasepudin Djauharul Bar Djoko Pitono Djoko Saryono DM Ningsih Doddy Hidayatullah Donny Syofyan Dr Afif Muhammad MA Dr. Simuh Dr. Yunasril Ali Dudi Rustandi Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dyah Ratna Meta Novia E Tryar Dianto Ecep Heryadi Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Edy Susanto EH Ismail Eka Budianta Ekky Malaky Eko Israhayu Ellie R. Noer Emha Ainun Nadjib Esai Esha Tegar Putra Evi Melyati Fachry Ali Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faizal Af Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fazabinal Alim Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Fuad Mardhatillah UY Tiba Furqon Lapoa Fuska Sani Evani Geger Riyanto Ghufron Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur Gus Muwaffiq Gusriyono Gusti Grehenson H Marjohan H. Usep Romli H.M. Habibullah Hadi Napster Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Hamzah Fansuri Hamzah Sahal Hamzah Tualeka Zn Hanibal W.Y. Wijayanta Hanum Fitriah Haris del Hakim Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Basri Marwah Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Helmy Prasetya Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Heri Listianto Heri Ruslan Herry Lamongan Herry Nurdi Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hotnida Novita Sary Hudan Hidayat Husein Muhammad I Nyoman Suaka Ibn ‘Arabi (1165-1240) Ibn Rusyd Ibnu Sina Ibnu Wahyudi Idayati Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imadi Daimah Ermasuri Imam Hamidi Antassalam Imam Khomeini Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Nasri Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Kurniawan Indra Tjahyadi Inung As Irma Safitri Isbedy Stiawan Z.S. Istiyah Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar J Sumardianta Jadid Al Farisy Jalaluddin Jalaluddin Rakhmat Jamal Ma’mur Asmani Jamaluddin Mohammad Javed Paul Syatha Jaya Suprana Jember Gemar Membaca Jo Batara Surya Johan Wahyudi John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K. Muhamad Hakiki K.H. A. Azis Masyhuri K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin Kabar Pesantren Kafiyatun Hasya Kanjeng Tok Kasnadi Kazzaini Ks KH Abdul Ghofur KH. Irfan Hielmy Khansa Arifah Adila Khoirul Anwar Khoirur Rizal Umami Khoshshol Fairuz Kiai Muzajjad Kiki Mikail Kitab Dalailul Khoirot Kodirun Komunitas Deo Gratias Koskow Kritik Sastra Kurniawan Kurtubi Kuswaidi Syafi’ie Kyai Maimun Zubair Lan Fang Larung Sastra Leila S. Chudori Linda S Priyatna Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Asya Lukman Santoso Az M Arif Rohman Hakim M Hari Atmoko M Ismail M Thobroni M. Adnan Amal M. Al Mustafad M. Arwan Hamidi M. Bashori Muchsin M. Faizi M. Hadi Bashori M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Mustafied M. Nurdin M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki M.S. Nugroho M.Si M’Shoe Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahrus eL-Mawa Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mansur Muhammad Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marjohan Marsudi Fitro Wibowo Martin van Bruinessen Marzuki Wahid Marzuzak SY Masduri Mashuri Masjid Kordoba Masuki M. Astro Matroni Matroni el-Moezany Matroni Muserang Mbah Dalhar Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftahul Ulum Mila Novita Mochtar Lubis Moh. Ghufron Cholid Mohamad Salim Aljufri Mohammad Kh. Azad Mohammad Yamin Muh. Khamdan Muhajir Arrosyid Muhammad Abdullah Muhammad Affan Adzim Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih AR Muhammad Amin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Ghannoe Muhammad Idrus Djoge Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Kosim Muhammad Muhibbuddin Muhammad Mukhlisin Muhammad Quraish Shihab Muhammad Subhan Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yasir Muhammad Yuanda Zara Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyiddin Mujtahid Muktamar Sastra Mulyadi SA Munawar A. Djalil Munawir Aziz Musa Ismail Musa Zainuddin Muslim Mustafa Ismail Mustami’ tanpa Nama Mustofa W Hasyim Musyafak Myrna Ratna N. Mursidi Nasaruddin Umar Nashih Nashrullah Naskah Teater Nasruli Chusna Nasrullah Thaleb Nelson Alwi Nevatuhella Ngarto Februana Nidia Zuraya Ninuk Mardiana Pambudy Nita Zakiyah Nizar Qabbani Nova Burhanuddin Noval Jubbek Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Fauzan Ahmad Nur Wahid Nurcholish Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Orasi Budaya Pangeran Diponegoro Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pesantren Tebuireng Pidato Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pramoedya Ananta Toer Prof. Dr. Nur Syam Profil Ma'ruf Amin Prosa Puisi Puji Hartanto Puji Santosa Pungkit Wijaya Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin PUstaka puJAngga Putera Maunaba Putu Fajar Arcana R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rakhmat Nur Hakim Ramadhan Alyafi Rameli Agam Rasanrasan Boengaketji Ratnaislamiati Raudal Tanjung Banua Reni Susanti Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Retno HY Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Rinto Andriono Risa Umami Riyadhus Shalihin Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rohman Abdullah S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifuddin Syadiri Saifudin Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Salahuddin Wahid Salamet Wahedi Salman Faris Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Pesantren Sastrawan Pujangga Baru Satmoko Budi Santoso Satriwan Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siswanto Siswoyo Sita Planasari A Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slavoj Zizek Snouck Hugronje Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana St Sularto Suci Ayu Latifah Sufyan al Jawi Sugiarta Sriwibawa Sulaiman Djaya Sundari Sungatno Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susringah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaiful Amin Syaifullah Amin Syarif Hidayat Santoso Syeikh Abdul Maalik Syeikh Muhammad Nawawi Syekh Abdurrahman Shiddiq Syekh Sulaiman al Jazuli Syi'ir Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tiar Anwar Bachtiar Tjahjono Widijanto Tok Pulau Manis Toko Buku PUstaka puJAngga Tu-ngang Iskandar Turita Indah Setyani Umar Fauzi Ballah Uniawati Universitas Indonesia Universitas Jember Usep Romli H.M. Usman Arrumy UU Hamidy Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wa Ode Zainab Zilullah Toresano Wahyu Aji Walid Syaikhun Wan Mohd. Shaghir Abdullah Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Fei Hung Y Alpriyanti Yanti Mulatsih Yanuar Widodo Yanuar Yachya Yayuk Widiati Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yopi Setia Umbara Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudi Latif Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusuf Suharto Zaenal Abidin Riam Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zakki Amali Zehan Zareez