Jumat, 01 Oktober 2010

NOVEL DENGAN SEMANGAT GURU SEJATI*

Maman S. Mahayana**
http://mahayana-mahadewa.com/

Fakta adalah realitas yang terjadi dalam kehidupan ini. Sastra coba mengangkat realitas itu tidak sebagaimana adanya. Ia telah mengalami proses pemilahan dan pemilihan, seleksi dan rekayasa. Maka, realitas dalam sastra adalah fiksional. Ia seolah-olah realitas an sich. Padahal sesungguhnya realitas itu hanya berlaku dalam karya itu sendiri. Tak ada hubungan wajib pembaca mempercayainya atau tidak. Ia bebas diperlakukan apa saja. Sastra jadinya bagai bangunan yang bahan-bahannya dapat kita kenali berdasarkan fakta yang pernah atau mungkin terjadi.

Novel Sedimen Senja (Jakarta: Penerbit Kompas, 2006; 192 halaman) karya SN Ratmana bolehlah kita tempatkan sebagai contoh kasus yang menarik, bagaimana pengarang coba mempermainkan fakta—fiksi. Sebagai fakta, keberadaan novel itu tentu saja faktual dan kita dapat menikmatinya untuk berbagai kepentingan. Sebagai fiksi, tidak dapat lain, kita mesti menempatkan fakta di dalamnya itu telah mengalami proses fiksionalisasi. Pengarang melalui imajinasi dan kecendekiaannya, mencampurbaurkan segala bahan itu sedemikian rupa. Boleh jadi, sebagian peristiwa dalam novel ini diambil dari pengalaman pengarangnya sendiri atau pengalaman orang lain yang pernah didengarnya. Tentu saja semua pengalaman itu telah mengalami proses pemolesan dan perekayasaan agar terbentuk sebuah kehidupan: kehidupan fiksional.

Kesan hendak menempatkan novel itu sebagai “sejarah” pengarangnya itu seperti sengaja ditekankan sebagai siasat untuk mengecoh pembaca. Periksa saja bagian (1) “Kado Ulang Tahun” yang di bagian akhirnya ditutup dengan surat yang seolah-olah segala bahannya berdasarkan fakta yang pernah terjadi: jangan-jangan itu pengalaman pengarangnya sendiri. Siasat itu dimunculkan lagi pada bagian (14) “Temu Kangen” yang menghadirkan perdebatan tokoh Yitno dan Aji, tentang peristiwa faktual dalam novel mantan gurunya itu. Meski perdebatan itu seputar tokoh Yono yang dicitrakan agak negatif, pengarang tampaknya sengaja menghadirkan peristiwa itu untuk memberi kesan faktual. Dengan demikian, sangat mungkin pembaca akan melakukan identifikasi tokoh Aji, guru matematika sebagai SN Ratmana (pengarang), guru fisika. Siasat bercerita yang mengingatkan saya pada novel Atheis karya Achdiat Karta Mihardja dan Anak Tanah Air karya Ajip Rosidi.
***

Novel Sedimen Senja bagaimanapun juga tetaplah sebagai karya fiksi. Meski begitu, secara sosiologis, ia seperti merepresentasikan semangat zamannya tentang sisi lain kehidupan guru. Di sinilah, pengalaman masa lalu pengarang menghadirkan semacam slide yang mewartakan kehidupan guru sekitar akhir tahun 1960-an sampai dasawarsa 1970-an. Sebuah potret yang tergeletak di pojok ruangan. Pengarang lalu memungutnya, membersihkannya dari segala debu, membingkainya dengan figura yang lebih baru, dan menggantungkannya di ruang tamu. Seperti sedimen yang mengendap sekian lama, tiba-tiba mencair, mengaliri obsesi yang lalu membentuk sebuah narasi. Ia sepatutnya dijadikan tugu peringatan, sebuah monumen berupa novel tentang serangkaian nostalgia yang indah bagi para pelakunya.

Dari sudut pandang itu, latar waktu dan peristiwa yang dihadirkan dalam novel itu, kontekstual pada zamannya, dan terasa membentangkan jarak yang jauh jika kita mengaitkannya dengan situasi sekarang. Perhatikan saja hubungan “percintaan” Hermiati—Aji yang penuh kesantunan, malu-malu, dan normatif. Berpegangan tangan bagi Hermiati adalah peristiwa dahsyat dan terindah dalam percintaan “Platonisnya” dengan Aji. Sebaliknya, bagi Aji, keindahan itu terasa kurang pas, lantaran Hermiati belum jadi muhrimnya. Seperti pisang ranum yang memancarkan selera, ia hanya akan mengupas dan merasakan kenikmatannya, jika pisang itu telah menjadi miliknya yang sah. Tidak sekadar sah secara sosial, tetapi juga sah secara agama.

Keindahan peristiwa itu tetap bertahan lantaran keduanya terus-menerus menghidupkannya kembali dalam batin. Jika berpegangan tangan dan saling meremas jari itu saja sudah menjadi peristiwa luar biasa, maka kata “peluk” maknanya akan jauh lebih mendalam dari itu. Sebuah percintaan zaman itu yang menempatkan norma sebagai perisai; agama sebagai bagian tak terpisahkan dari aturan main kehidupan.

Dalam konteks sekarang, percintaan model itu mungkin saja dianggap kuno. Tetapi itulah potret zaman. Pengarang tak berpretensi mendesakan semangat zaman itu berlaku untuk percintaan sekarang. Ia sekadar sebuah potret nostalgia masa lalu. Mungkin tampak kusam, tetapi tak salah pula jika ditempatkan sebagai cermin. Maka, bangunan cerita dalam novel itu berkutat seputar tokoh Aji—Hermiati. Penghadiran tokoh Yono yang kemudian menjadi suami Hermiati, memungkinkan kedua tokoh itu (Aji—Hermiati) merangkaikan kisah perjalanan hidupnya sendiri-sendiri.
***

Jika karya sastra diyakini sebagai ekspresi dan sekaligus juga representasi ideologis pengarang, maka Sedimen Senja seperti mewartakan itu. Toleransi, sikap, pandangan hidup, dan harapan ideal atas kehidupan, terpancar di sana-sini menjiwai karakter tokoh-tokohnya. Hermiati, misalnya, di awal cerita digambarkan agak pendendam. Belakangan, ia tampil sebagai sosok guru yang penuh tanggung jawab, punya integritas atas profesinya dengan dedikasi yang tinggi dalam usahanya memajukan dunia pendidikan. Yono yang “merebut” Hermiati dari Aji, juga tetap digambarkan sebagai sosok guru yang baik dan bertanggung jawab. Utari, siswi yang nakal, pada akhirnya “dikebalikan” lagi ke jalan yang benar, meski ia tak sempat meminta maaf kepada Hermiati, guru yang pernah disakitinya. Bahkan, Pak Kromo, sang dukun, dicitrakan sebagai paranormal yang menjunjung keadilan.

Dalam konteks itu, potensi konflik dan kekayaan pengalaman pengarang yang sesungguhnya bisa menjadikan novel ini menjadi salah satu monumen penting dalam perjalanan novel Indonesia, tidak dieksploitasi secara paripurna semata-mata demi kepentingan mengusung tema. Latar belakang kehidupan keluarga Hermiati yang tak jelas agamanya, Yono yang konon aktif dalam kegiatan politik, Pak Kromo yang hidup dalam dunia klenik, semua dibiarkan begitu saja dan tidak dimanfaatkan untuk membangun konflik. Demikian juga tokoh Aji dengan latar belakang kehidupan pesantrennya. Ada kesan, pengarang tak hendak mengulangi kasus cerpen “Kubur” yang menghebohkan itu. Ia telah memilih masa lalu sebagai nostalgia yang indah. Dan sebagai guru, kenangan paling indah lainnya adalah ketika sejumlah mantan muridnya mengapresiasi pengabdian dan dedikasinya sebagai guru. Sekadar pengakuan bahwa ilmu yang telah ditanamkannya, berbuah segala kebaikan berupa prestasi, reputasi, karier, kekayaan, dan pangkat bagi para mantan muridnya itu. Sekadar legitimasi, bahwa dedikasi dan pengabdiannya tak sia-sia.

Sedimen Senja telah merepresentasikan ruh guru sejati. Ia tak berkhotbah, tetapi peristiwa di dalamnya mengajari kita tentang etika korps, percintaan yang santun, toleransi, dan dedikasi. Jika ingin lebih dari itu, jadilah pengarang agar ada tambahan reputasi dan kebanggaan pada diri sang murid (dan mantan murid).

Tahniah untuk guru sejati: Pak Suci! Saya bukan mantan muridnya, namun tak dapat menyembunyikan kebanggaan saya atas prestasinya sebagai pengarang piawai!

Msm/06/03/2006
———————–
* Pengantar Diskusi dalam Peluncuran Novel Sedimen Senja karya SN Ratmana (Jakarta: Penerbit Kompas, 2006, 192 halaman), diselenggarakan Dewan Kesenian Jakarta di Galeri Cipta II Taman Ismail Marzuki,.6 Maret 2006, Pukul 15.00—18.00.
**Pengajar Fkultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, Depok

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Khoirul Anam A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.D. Zubairi A.S. Laksana Abd. Basid Abdul Aziz Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Abdul Hadi W.M. Abdul Rauf Singkil Abdul Rosyid Abdul Salam HS Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abu Nawas Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Ach. Tirmidzi Munahwan Achmad Faesol Adam Chiefni Adhitya Ramadhan Adi Mawardi Adian Husaini Aditya Ardi N Ady Amar Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Fahri Husein Agus Fathuddin Yusuf Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Baso Ahmad Fatoni Ahmad Hadidul Fahmi Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syafii Maarif Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rohim Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sahal Akhmad Taufiq Akhudiat Alang Khoiruddin Alang Khoirudin Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Aliansyah Allamah Syaikh Dalhar Alvi Puspita AM Adhy Trisnanto Ami Herman Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aminullah HA Noor Amir Hamzah Ammar Machmud Andri Awan Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjar Nugroho Anjrah Lelono Broto Antari Setyowati Anwar Nuris Arafat Nur Ariany Isnamurti Arie MP Tamba Arie Yani Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arifin Hakim Arman AZ Arwan Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Juanda Asep S. Bahri Asep Sambodja Asep Yayat Asif Trisnani Aswab Mahasin Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Azizah Hefni Azwar Nazir B Kunto Wibisono Babe Derwan Badrut Tamam Gaffas Bale Aksara Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Benke Berita Berita Duka Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budiawan Dwi Santoso Buku Kritik Sastra Candra Adikara Irawan Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chairul Abhsar Chairul Akhmad Chamim Kohari CNN Indonesia Cucuk Espe Cut Nanda A. D Zawawi Imron D. Dudu AR Dahta Gautama Damanhuri Zuhri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Danuji Ahmad Dati Wahyuni Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dede Kurniawan Dedik Priyanto Den Rasyidi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Detti Febrina Dewi Kartika Dian Sukarno Dian Wahyu Kusuma Didi Purwadi Dien Makmur Din Saja Djasepudin Djauharul Bar Djoko Pitono Djoko Saryono DM Ningsih Doddy Hidayatullah Donny Syofyan Dr Afif Muhammad MA Dr. Simuh Dr. Yunasril Ali Dudi Rustandi Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dyah Ratna Meta Novia E Tryar Dianto Ecep Heryadi Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Edy Susanto EH Ismail Eka Budianta Ekky Malaky Eko Israhayu Ellie R. Noer Emha Ainun Nadjib Esai Esha Tegar Putra Evi Melyati Fachry Ali Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faizal Af Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fazabinal Alim Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Fuad Mardhatillah UY Tiba Furqon Lapoa Fuska Sani Evani Geger Riyanto Ghufron Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur Gus Muwaffiq Gusriyono Gusti Grehenson H Marjohan H. Usep Romli H.M. Habibullah Hadi Napster Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Hamzah Fansuri Hamzah Sahal Hamzah Tualeka Zn Hanibal W.Y. Wijayanta Hanum Fitriah Haris del Hakim Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Basri Marwah Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Helmy Prasetya Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Heri Listianto Heri Ruslan Herry Lamongan Herry Nurdi Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hotnida Novita Sary Hudan Hidayat Husein Muhammad I Nyoman Suaka Ibn ‘Arabi (1165-1240) Ibn Rusyd Ibnu Sina Ibnu Wahyudi Idayati Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imadi Daimah Ermasuri Imam Hamidi Antassalam Imam Khomeini Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Nasri Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Kurniawan Indra Tjahyadi Inung As Irma Safitri Isbedy Stiawan Z.S. Istiyah Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar J Sumardianta Jadid Al Farisy Jalaluddin Jalaluddin Rakhmat Jamal Ma’mur Asmani Jamaluddin Mohammad Javed Paul Syatha Jaya Suprana Jember Gemar Membaca Jo Batara Surya Johan Wahyudi John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K. Muhamad Hakiki K.H. A. Azis Masyhuri K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin Kabar Pesantren Kafiyatun Hasya Kanjeng Tok Kasnadi Kazzaini Ks KH Abdul Ghofur KH. Irfan Hielmy Khansa Arifah Adila Khoirul Anwar Khoirur Rizal Umami Khoshshol Fairuz Kiai Muzajjad Kiki Mikail Kitab Dalailul Khoirot Kodirun Komunitas Deo Gratias Koskow Kritik Sastra Kurniawan Kurtubi Kuswaidi Syafi’ie Kyai Maimun Zubair Lan Fang Larung Sastra Leila S. Chudori Linda S Priyatna Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Asya Lukman Santoso Az M Arif Rohman Hakim M Hari Atmoko M Ismail M Thobroni M. Adnan Amal M. Al Mustafad M. Arwan Hamidi M. Bashori Muchsin M. Faizi M. Hadi Bashori M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Mustafied M. Nurdin M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki M.S. Nugroho M.Si M’Shoe Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahrus eL-Mawa Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mansur Muhammad Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marjohan Marsudi Fitro Wibowo Martin van Bruinessen Marzuki Wahid Marzuzak SY Masduri Mashuri Masjid Kordoba Masuki M. Astro Matroni Matroni el-Moezany Matroni Muserang Mbah Dalhar Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftahul Ulum Mila Novita Mochtar Lubis Moh. Ghufron Cholid Mohamad Salim Aljufri Mohammad Kh. Azad Mohammad Yamin Muh. Khamdan Muhajir Arrosyid Muhammad Abdullah Muhammad Affan Adzim Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih AR Muhammad Amin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Ghannoe Muhammad Idrus Djoge Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Kosim Muhammad Muhibbuddin Muhammad Mukhlisin Muhammad Quraish Shihab Muhammad Subhan Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yasir Muhammad Yuanda Zara Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyiddin Mujtahid Muktamar Sastra Mulyadi SA Munawar A. Djalil Munawir Aziz Musa Ismail Musa Zainuddin Muslim Mustafa Ismail Mustami’ tanpa Nama Mustofa W Hasyim Musyafak Myrna Ratna N. Mursidi Nasaruddin Umar Nashih Nashrullah Naskah Teater Nasruli Chusna Nasrullah Thaleb Nelson Alwi Nevatuhella Ngarto Februana Nidia Zuraya Ninuk Mardiana Pambudy Nita Zakiyah Nizar Qabbani Nova Burhanuddin Noval Jubbek Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Fauzan Ahmad Nur Wahid Nurcholish Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Orasi Budaya Pangeran Diponegoro Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pesantren Tebuireng Pidato Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pramoedya Ananta Toer Prof. Dr. Nur Syam Profil Ma'ruf Amin Prosa Puisi Puji Hartanto Puji Santosa Pungkit Wijaya Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin PUstaka puJAngga Putera Maunaba Putu Fajar Arcana R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rakhmat Nur Hakim Ramadhan Alyafi Rameli Agam Rasanrasan Boengaketji Ratnaislamiati Raudal Tanjung Banua Reni Susanti Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Retno HY Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Rinto Andriono Risa Umami Riyadhus Shalihin Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rohman Abdullah S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifuddin Syadiri Saifudin Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Salahuddin Wahid Salamet Wahedi Salman Faris Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Pesantren Sastrawan Pujangga Baru Satmoko Budi Santoso Satriwan Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siswanto Siswoyo Sita Planasari A Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slavoj Zizek Snouck Hugronje Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana St Sularto Suci Ayu Latifah Sufyan al Jawi Sugiarta Sriwibawa Sulaiman Djaya Sundari Sungatno Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susringah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaiful Amin Syaifullah Amin Syarif Hidayat Santoso Syeikh Abdul Maalik Syeikh Muhammad Nawawi Syekh Abdurrahman Shiddiq Syekh Sulaiman al Jazuli Syi'ir Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tiar Anwar Bachtiar Tjahjono Widijanto Tok Pulau Manis Toko Buku PUstaka puJAngga Tu-ngang Iskandar Turita Indah Setyani Umar Fauzi Ballah Uniawati Universitas Indonesia Universitas Jember Usep Romli H.M. Usman Arrumy UU Hamidy Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wa Ode Zainab Zilullah Toresano Wahyu Aji Walid Syaikhun Wan Mohd. Shaghir Abdullah Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Fei Hung Y Alpriyanti Yanti Mulatsih Yanuar Widodo Yanuar Yachya Yayuk Widiati Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yopi Setia Umbara Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudi Latif Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusuf Suharto Zaenal Abidin Riam Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zakki Amali Zehan Zareez