Minggu, 22 Agustus 2010

Novel Fenomenal tanpa Resep Tunggal

Judul buku: Ayat-Ayat Cinta
Penulis: Habiburrahman El Shirazy
Penerbit: Republika dan Basmala
Tebal buku: 420 halaman
Cetakan: Pertama, Desember 2004
Halaman: 20,5 x 13,5 cm
Peresensi: Detti Febrina*
http://www.lampungpost.com/

BANYAK faktor yang melatari sebuah buku hingga bisa dikategorikan buku laris atau best seller. Namun, novel Ayat-Ayat Cinta (AAC) yang sampai Desember 2007 sudah memasuki cetakan ke-30 dengan jumlah yang terjual sekitar 300 ribu eksemplar–konon memecahkan rekor buku laris se-Asia Tenggara–memang menjadi fenomena tersendiri yang rumus suksesnya tidak bisa dipilah secara singularis.

Sukses novel bergenre sastra islami ini tidak kurang membawa dua penerbit besar Malaysia memperebutkan hak edar dalam bahasa Melayu. Dalam wawancara dengan majalah Tempo (31-12-2007), Direktur Penerbit Republika Tommy Tamtomo mengaku novel itu rencananya juga terbit di Kanada dan Australia.

Tambahan lagi, Januari 2008 ini akan ada acara Napak Tilas Ayat-Ayat Cinta ke Mesir. Dengan membayar 1.200 dolar, peserta wisata dapat mengunjungi beberapa lokasi yang dijadikan setting cerita AAC. Gilanya, paket ini laku!

Lalu, hingga tinjauan pustaka ini ditulis, ribuan penggemar novel AAC masih harap-harap cemas kapan peluncuran filmnya yang molor sejak Desember 2007, benar-benar bisa tayang. Entah ini kabar baik atau tidak, novel islami yang kental dengan bahasa fikih dan dakwah itu harus berakulturasi dengan watak kapitalis yang meminjam istilah sastrawan Prie G.S.–haus industri dan kapital materi.

Seratus Ribu hingga Seratus Juta
Di antara pusaran kutub fiksi-fiksi islami yang lebih sering dianggap sebagai buku agama ketimbang karya sastra, serta kutub novelis profan yang mengklaim diri sebagai sastrawan tulen dengan mengusung sastra mazhab selangkangan (SMS)-nya, AAC tidak pelak hadir sebagai oase yang menjadi antitesis kedua kutub. Ini disitir Hadi Susanto dalam prolog novel ini, yang menurut saya, juga menambah bobot fenomenalnya.

Bukan hal yang mudah memasukkan nilai-nilai dakwah yang sedemikian kental, sekental susu kental manis tanpa air dan mengangkatnya menjadi karya sastra yang secara mengejutkan juga memenuhi selera pasar.

Tentang penulis sendiri, sebelum AAC, Habiburrahman El Shirazy yang akrab dipanggil Kang Abik atau Kang Habib ini, bukan siapa-siapa. Bahkan, untuk publik Semarang, tempatnya menuntaskan novel yang beranak-pinak buku itu (catat kehadiran fenomena Ayat-Ayat Cinta dan novel-novel pasca-AAC seperti dwilogi Ketika Cinta Bertasbih, Pudarnya Pesona Cleopatra, dan karya-karya lain dalam daftar yang tidak pendek) juga bernasib sama dengan puaknya. Ya, jadi best seller juga.

Habib (32), bukan kebetulan seusia dengan orang yang tengah menulis resensinya ini, sekembali ke kampung halaman bergelar Sarjana Universitas Al-Azhar Kairo Mesir, hanya menjadi guru honorer dengan gaji kurang dari Rp100 ribu sebulan. AAC menjadi semacam blessing in disguise (berkah tersembunyi) karena lahir justru setelah ia mengalami kecelakaan hingga harus istirahat penuh di rumah.

Dalam tempo sebulan, ia selesaikan roman santri yang lalu dimuat surat kabar Republika dalam bentuk cerita bersambung. Begitulah, AAC kemudian dibukukan dan meledak empat bulan pascacetak pertama. Tidak hanya sekali, tapi meledak dan meledak terus. Dan pada 2005 serta 2006, ia sukses menumbangkan dominasi Harry Potter sebagai buku terlaris.

Habib menikmati royalti 12 persen dari harga jual yang jika ditotal dengan buku-bukunya yang lain berjumlah Rp1,5 miliar. Dan dalam beberapa bulan ini, tiap bulan Penerbit Republika mengirim royalti kepada bapak dua anak itu Rp100 juta. Dengan royalti yang mengalir bagai air, guru honorer bergaji tidak sampai Rp100 ribu perak itu kini bisa membangun pesantren dan sekolah di Semarang.

Bukan Roman Picisan
Tokoh utama AAC adalah pemuda Indonesia bernama Fahri, mahasiswa pascasarjana Al-Azhar Kairo nan pintar, taat beragama, aktivis kampus, pekerja keras, bijak, dan romantis. Pokoknya, Fahri sosok ikhwan tulen paripurna dambaan perempuan yang juga digambarkan jadi rebutan empat akhwat, yaitu Maria, Noura, Nurul, dan Aisha. Notabene keempatnya cantik-cantik.

Aisha, gadis peranakan Jerman-Turki-Palestina, yang kemudian menjadi istri Fahri, bahkan dilukiskan cuantiiik bagai bidadari dan kaya-raya pula. Walau dipenuhi kejutan dan di beberapa bagian menguras air mata, sebagaimana keinginan banyak pembaca fiksi, novel ini toh berakhir bahagia.

Kedengaran klise dan tidak lebih bak roman picisan? Mungkin saja. Bahkan, walau bertabur kosakata khas komunitas santri dan aktivis masjid, ada yang berpendapat novel ini lebih layak masuk genre sastra pop. Mengenai hal ini, Habib punya jawaban lugas bahwa ia menulis mengikuti “rumus umum” yang berlaku di pesantren; khotibun naas ‘ala qodri uqulihim. “Bicaralah sesuai kemampuan orang yang kamu ajak bicara. Itu kunci komunikasi,” terangnya.

Rumus komunikasi yang dipakai Habib sukses memikat hati bukan hanya ikhwan-akhwat pembaca spesifik karya-karya Forum Lingkar Pena (FLP), forum penulis fiksi islami tempatnya bernaung, yang sudah terbiasa serta fasih dengan sebutan akhi-ukhti (”saudara laki-laki”–”saudara perempuan”). Ayat-Ayat Cinta juga terbukti sukses memikat hati akademisi kelas berat seperti Prof. Laode Kamaludin atau sastrawan trilogi laris Ronggeng Dukuh Paruk, Ahmad Tohari. Novel ini juga berhasil memaksa grup media Tempo yang terkenal dengan jurnalisme sastrawi yang “angker” itu untuk memberitakannya di laporan utama. Dan jangan lupakan kelas konsumen buku snobbish yang membeli buku lebih karena alasan gaya hidup, dan tentu saja punya andil besar menahbiskan novel ini menjadi novel laris.

Buku fenomenal secara substansial maupun komersial yang menurut sebagian besar anggota milis pencinta AAC dan Habiburrahman El Shirazy ini, sempurna tanpa cacat cela, tetap membuka ruang kritik. Seperti yang dikatakan Salim A. Fillah dalam fenomena Ayat-Ayat Cinta, kekurangan novel ini adalah tokoh utamanya tidak punya kekurangan. Dan ceritanya tidak ubahnya sinetron-sinteron tanah air yang too good to be true alias hiper-realitas.

Dengan penuh hormat, kepada Kang Habib yang telah melahirkan karya dari hati ini, saya setuju bahwa tokoh Fahri telah berhasil mendobrak segenap adagium pemuda gaul ala Si Boy yang hanya meletakkan agama sebagai simbol tasbih di spion mobil atau sesekali mendirikan salat, tapi pada saat yang sama rajin ke diskotek dan memacari perempuan yang memakai rok mini.

Saya juga percaya, dari 300 ribu pembeli AAC–serta sekian ribu peminjam buku berkantong cekak seperti saya–banyak yang mendapati pencerahan bahwa di dunia nan durjana ini masih ada sosok-sosok oasis semacam Fahri, Maria, dan Aisha. Saya setuju bahwa anak-anak muda kita butuh role model seperti Fahri yang menurut Kang Habib bahkan masih kurang sempurna. Masih kurang me-malaikat (waduh!).

Saya pun setuju bahwa sosok sekarakter Fahri itu wujud di dunia nyata, bukan hanya di Kairo, melainkan juga di sudut provinsi termiskin di Sumatera maupun di relung-relung Jakarta dan Semarang. Namun, toh pada akhirnya tidak ada yang maksum (tanpa kesalahan) selain baginda Rasul saw.

Dan untuk sebuah novel yang sudah cetak berpuluh kali, sungguh sayang bila di cetakan ke 21 sekalipun masih ditemui sejumlah salah ketik, penulisan imbuhan yang tidak sesuai dengan kaidah umum berbahasa, serta lafal asing yang tak tepat kamus. Walau demikian, keindahan novel yang diinspirasi Alquran surat Az Zukhruf Ayat (67) ini, tetap sulit dicari tandingannya. Wallahualam.

*) Pencinta buku, tinggal di Bandar Lampung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Khoirul Anam A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.D. Zubairi A.S. Laksana Abd. Basid Abdul Aziz Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Abdul Hadi W.M. Abdul Rauf Singkil Abdul Rosyid Abdul Salam HS Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abu Nawas Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Ach. Tirmidzi Munahwan Achmad Faesol Adam Chiefni Adhitya Ramadhan Adi Mawardi Adian Husaini Aditya Ardi N Ady Amar Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Fahri Husein Agus Fathuddin Yusuf Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Baso Ahmad Fatoni Ahmad Hadidul Fahmi Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syafii Maarif Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rohim Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sahal Akhmad Taufiq Akhudiat Alang Khoiruddin Alang Khoirudin Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Aliansyah Allamah Syaikh Dalhar Alvi Puspita AM Adhy Trisnanto Ami Herman Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aminullah HA Noor Amir Hamzah Ammar Machmud Andri Awan Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjar Nugroho Anjrah Lelono Broto Antari Setyowati Anwar Nuris Arafat Nur Ariany Isnamurti Arie MP Tamba Arie Yani Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arifin Hakim Arman AZ Arwan Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Juanda Asep S. Bahri Asep Sambodja Asep Yayat Asif Trisnani Aswab Mahasin Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Azizah Hefni Azwar Nazir B Kunto Wibisono Babe Derwan Badrut Tamam Gaffas Bale Aksara Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Benke Berita Berita Duka Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budiawan Dwi Santoso Buku Kritik Sastra Candra Adikara Irawan Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chairul Abhsar Chairul Akhmad Chamim Kohari CNN Indonesia Cucuk Espe Cut Nanda A. D Zawawi Imron D. Dudu AR Dahta Gautama Damanhuri Zuhri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Danuji Ahmad Dati Wahyuni Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dede Kurniawan Dedik Priyanto Den Rasyidi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Detti Febrina Dewi Kartika Dian Sukarno Dian Wahyu Kusuma Didi Purwadi Dien Makmur Din Saja Djasepudin Djauharul Bar Djoko Pitono Djoko Saryono DM Ningsih Doddy Hidayatullah Donny Syofyan Dr Afif Muhammad MA Dr. Simuh Dr. Yunasril Ali Dudi Rustandi Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dyah Ratna Meta Novia E Tryar Dianto Ecep Heryadi Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Edy Susanto EH Ismail Eka Budianta Ekky Malaky Eko Israhayu Ellie R. Noer Emha Ainun Nadjib Esai Esha Tegar Putra Evi Melyati Fachry Ali Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faizal Af Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fazabinal Alim Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Fuad Mardhatillah UY Tiba Furqon Lapoa Fuska Sani Evani Geger Riyanto Ghufron Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur Gus Muwaffiq Gusriyono Gusti Grehenson H Marjohan H. Usep Romli H.M. Habibullah Hadi Napster Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Hamzah Fansuri Hamzah Sahal Hamzah Tualeka Zn Hanibal W.Y. Wijayanta Hanum Fitriah Haris del Hakim Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Basri Marwah Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Helmy Prasetya Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Heri Listianto Heri Ruslan Herry Lamongan Herry Nurdi Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hotnida Novita Sary Hudan Hidayat Husein Muhammad I Nyoman Suaka Ibn ‘Arabi (1165-1240) Ibn Rusyd Ibnu Sina Ibnu Wahyudi Idayati Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imadi Daimah Ermasuri Imam Hamidi Antassalam Imam Khomeini Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Nasri Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Kurniawan Indra Tjahyadi Inung As Irma Safitri Isbedy Stiawan Z.S. Istiyah Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar J Sumardianta Jadid Al Farisy Jalaluddin Jalaluddin Rakhmat Jamal Ma’mur Asmani Jamaluddin Mohammad Javed Paul Syatha Jaya Suprana Jember Gemar Membaca Jo Batara Surya Johan Wahyudi John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K. Muhamad Hakiki K.H. A. Azis Masyhuri K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin Kabar Pesantren Kafiyatun Hasya Kanjeng Tok Kasnadi Kazzaini Ks KH Abdul Ghofur KH. Irfan Hielmy Khansa Arifah Adila Khoirul Anwar Khoirur Rizal Umami Khoshshol Fairuz Kiai Muzajjad Kiki Mikail Kitab Dalailul Khoirot Kodirun Komunitas Deo Gratias Koskow Kritik Sastra Kurniawan Kurtubi Kuswaidi Syafi’ie Kyai Maimun Zubair Lan Fang Larung Sastra Leila S. Chudori Linda S Priyatna Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Asya Lukman Santoso Az M Arif Rohman Hakim M Hari Atmoko M Ismail M Thobroni M. Adnan Amal M. Al Mustafad M. Arwan Hamidi M. Bashori Muchsin M. Faizi M. Hadi Bashori M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Mustafied M. Nurdin M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki M.S. Nugroho M.Si M’Shoe Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahrus eL-Mawa Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mansur Muhammad Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marjohan Marsudi Fitro Wibowo Martin van Bruinessen Marzuki Wahid Marzuzak SY Masduri Mashuri Masjid Kordoba Masuki M. Astro Matroni Matroni el-Moezany Matroni Muserang Mbah Dalhar Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftahul Ulum Mila Novita Mochtar Lubis Moh. Ghufron Cholid Mohamad Salim Aljufri Mohammad Kh. Azad Mohammad Yamin Muh. Khamdan Muhajir Arrosyid Muhammad Abdullah Muhammad Affan Adzim Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih AR Muhammad Amin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Ghannoe Muhammad Idrus Djoge Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Kosim Muhammad Muhibbuddin Muhammad Mukhlisin Muhammad Quraish Shihab Muhammad Subhan Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yasir Muhammad Yuanda Zara Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyiddin Mujtahid Muktamar Sastra Mulyadi SA Munawar A. Djalil Munawir Aziz Musa Ismail Musa Zainuddin Muslim Mustafa Ismail Mustami’ tanpa Nama Mustofa W Hasyim Musyafak Myrna Ratna N. Mursidi Nasaruddin Umar Nashih Nashrullah Naskah Teater Nasruli Chusna Nasrullah Thaleb Nelson Alwi Nevatuhella Ngarto Februana Nidia Zuraya Ninuk Mardiana Pambudy Nita Zakiyah Nizar Qabbani Nova Burhanuddin Noval Jubbek Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Fauzan Ahmad Nur Wahid Nurcholish Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Orasi Budaya Pangeran Diponegoro Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pesantren Tebuireng Pidato Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pramoedya Ananta Toer Prof. Dr. Nur Syam Profil Ma'ruf Amin Prosa Puisi Puji Hartanto Puji Santosa Pungkit Wijaya Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin PUstaka puJAngga Putera Maunaba Putu Fajar Arcana R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rakhmat Nur Hakim Ramadhan Alyafi Rameli Agam Rasanrasan Boengaketji Ratnaislamiati Raudal Tanjung Banua Reni Susanti Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Retno HY Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Rinto Andriono Risa Umami Riyadhus Shalihin Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rohman Abdullah S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifuddin Syadiri Saifudin Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Salahuddin Wahid Salamet Wahedi Salman Faris Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Pesantren Sastrawan Pujangga Baru Satmoko Budi Santoso Satriwan Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siswanto Siswoyo Sita Planasari A Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slavoj Zizek Snouck Hugronje Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana St Sularto Suci Ayu Latifah Sufyan al Jawi Sugiarta Sriwibawa Sulaiman Djaya Sundari Sungatno Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susringah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaiful Amin Syaifullah Amin Syarif Hidayat Santoso Syeikh Abdul Maalik Syeikh Muhammad Nawawi Syekh Abdurrahman Shiddiq Syekh Sulaiman al Jazuli Syi'ir Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tiar Anwar Bachtiar Tjahjono Widijanto Tok Pulau Manis Toko Buku PUstaka puJAngga Tu-ngang Iskandar Turita Indah Setyani Umar Fauzi Ballah Uniawati Universitas Indonesia Universitas Jember Usep Romli H.M. Usman Arrumy UU Hamidy Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wa Ode Zainab Zilullah Toresano Wahyu Aji Walid Syaikhun Wan Mohd. Shaghir Abdullah Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Fei Hung Y Alpriyanti Yanti Mulatsih Yanuar Widodo Yanuar Yachya Yayuk Widiati Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yopi Setia Umbara Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudi Latif Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusuf Suharto Zaenal Abidin Riam Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zakki Amali Zehan Zareez