Judul buku: Ayat-Ayat Cinta
Penulis: Habiburrahman El Shirazy
Penerbit: Republika dan Basmala
Tebal buku: 420 halaman
Cetakan: Pertama, Desember 2004
Halaman: 20,5 x 13,5 cm
Peresensi: Detti Febrina*
http://www.lampungpost.com/
BANYAK faktor yang melatari sebuah buku hingga bisa dikategorikan buku laris atau best seller. Namun, novel Ayat-Ayat Cinta (AAC) yang sampai Desember 2007 sudah memasuki cetakan ke-30 dengan jumlah yang terjual sekitar 300 ribu eksemplar–konon memecahkan rekor buku laris se-Asia Tenggara–memang menjadi fenomena tersendiri yang rumus suksesnya tidak bisa dipilah secara singularis.
Sukses novel bergenre sastra islami ini tidak kurang membawa dua penerbit besar Malaysia memperebutkan hak edar dalam bahasa Melayu. Dalam wawancara dengan majalah Tempo (31-12-2007), Direktur Penerbit Republika Tommy Tamtomo mengaku novel itu rencananya juga terbit di Kanada dan Australia.
Tambahan lagi, Januari 2008 ini akan ada acara Napak Tilas Ayat-Ayat Cinta ke Mesir. Dengan membayar 1.200 dolar, peserta wisata dapat mengunjungi beberapa lokasi yang dijadikan setting cerita AAC. Gilanya, paket ini laku!
Lalu, hingga tinjauan pustaka ini ditulis, ribuan penggemar novel AAC masih harap-harap cemas kapan peluncuran filmnya yang molor sejak Desember 2007, benar-benar bisa tayang. Entah ini kabar baik atau tidak, novel islami yang kental dengan bahasa fikih dan dakwah itu harus berakulturasi dengan watak kapitalis yang meminjam istilah sastrawan Prie G.S.–haus industri dan kapital materi.
Seratus Ribu hingga Seratus Juta
Di antara pusaran kutub fiksi-fiksi islami yang lebih sering dianggap sebagai buku agama ketimbang karya sastra, serta kutub novelis profan yang mengklaim diri sebagai sastrawan tulen dengan mengusung sastra mazhab selangkangan (SMS)-nya, AAC tidak pelak hadir sebagai oase yang menjadi antitesis kedua kutub. Ini disitir Hadi Susanto dalam prolog novel ini, yang menurut saya, juga menambah bobot fenomenalnya.
Bukan hal yang mudah memasukkan nilai-nilai dakwah yang sedemikian kental, sekental susu kental manis tanpa air dan mengangkatnya menjadi karya sastra yang secara mengejutkan juga memenuhi selera pasar.
Tentang penulis sendiri, sebelum AAC, Habiburrahman El Shirazy yang akrab dipanggil Kang Abik atau Kang Habib ini, bukan siapa-siapa. Bahkan, untuk publik Semarang, tempatnya menuntaskan novel yang beranak-pinak buku itu (catat kehadiran fenomena Ayat-Ayat Cinta dan novel-novel pasca-AAC seperti dwilogi Ketika Cinta Bertasbih, Pudarnya Pesona Cleopatra, dan karya-karya lain dalam daftar yang tidak pendek) juga bernasib sama dengan puaknya. Ya, jadi best seller juga.
Habib (32), bukan kebetulan seusia dengan orang yang tengah menulis resensinya ini, sekembali ke kampung halaman bergelar Sarjana Universitas Al-Azhar Kairo Mesir, hanya menjadi guru honorer dengan gaji kurang dari Rp100 ribu sebulan. AAC menjadi semacam blessing in disguise (berkah tersembunyi) karena lahir justru setelah ia mengalami kecelakaan hingga harus istirahat penuh di rumah.
Dalam tempo sebulan, ia selesaikan roman santri yang lalu dimuat surat kabar Republika dalam bentuk cerita bersambung. Begitulah, AAC kemudian dibukukan dan meledak empat bulan pascacetak pertama. Tidak hanya sekali, tapi meledak dan meledak terus. Dan pada 2005 serta 2006, ia sukses menumbangkan dominasi Harry Potter sebagai buku terlaris.
Habib menikmati royalti 12 persen dari harga jual yang jika ditotal dengan buku-bukunya yang lain berjumlah Rp1,5 miliar. Dan dalam beberapa bulan ini, tiap bulan Penerbit Republika mengirim royalti kepada bapak dua anak itu Rp100 juta. Dengan royalti yang mengalir bagai air, guru honorer bergaji tidak sampai Rp100 ribu perak itu kini bisa membangun pesantren dan sekolah di Semarang.
Bukan Roman Picisan
Tokoh utama AAC adalah pemuda Indonesia bernama Fahri, mahasiswa pascasarjana Al-Azhar Kairo nan pintar, taat beragama, aktivis kampus, pekerja keras, bijak, dan romantis. Pokoknya, Fahri sosok ikhwan tulen paripurna dambaan perempuan yang juga digambarkan jadi rebutan empat akhwat, yaitu Maria, Noura, Nurul, dan Aisha. Notabene keempatnya cantik-cantik.
Aisha, gadis peranakan Jerman-Turki-Palestina, yang kemudian menjadi istri Fahri, bahkan dilukiskan cuantiiik bagai bidadari dan kaya-raya pula. Walau dipenuhi kejutan dan di beberapa bagian menguras air mata, sebagaimana keinginan banyak pembaca fiksi, novel ini toh berakhir bahagia.
Kedengaran klise dan tidak lebih bak roman picisan? Mungkin saja. Bahkan, walau bertabur kosakata khas komunitas santri dan aktivis masjid, ada yang berpendapat novel ini lebih layak masuk genre sastra pop. Mengenai hal ini, Habib punya jawaban lugas bahwa ia menulis mengikuti “rumus umum” yang berlaku di pesantren; khotibun naas ‘ala qodri uqulihim. “Bicaralah sesuai kemampuan orang yang kamu ajak bicara. Itu kunci komunikasi,” terangnya.
Rumus komunikasi yang dipakai Habib sukses memikat hati bukan hanya ikhwan-akhwat pembaca spesifik karya-karya Forum Lingkar Pena (FLP), forum penulis fiksi islami tempatnya bernaung, yang sudah terbiasa serta fasih dengan sebutan akhi-ukhti (”saudara laki-laki”–”saudara perempuan”). Ayat-Ayat Cinta juga terbukti sukses memikat hati akademisi kelas berat seperti Prof. Laode Kamaludin atau sastrawan trilogi laris Ronggeng Dukuh Paruk, Ahmad Tohari. Novel ini juga berhasil memaksa grup media Tempo yang terkenal dengan jurnalisme sastrawi yang “angker” itu untuk memberitakannya di laporan utama. Dan jangan lupakan kelas konsumen buku snobbish yang membeli buku lebih karena alasan gaya hidup, dan tentu saja punya andil besar menahbiskan novel ini menjadi novel laris.
Buku fenomenal secara substansial maupun komersial yang menurut sebagian besar anggota milis pencinta AAC dan Habiburrahman El Shirazy ini, sempurna tanpa cacat cela, tetap membuka ruang kritik. Seperti yang dikatakan Salim A. Fillah dalam fenomena Ayat-Ayat Cinta, kekurangan novel ini adalah tokoh utamanya tidak punya kekurangan. Dan ceritanya tidak ubahnya sinetron-sinteron tanah air yang too good to be true alias hiper-realitas.
Dengan penuh hormat, kepada Kang Habib yang telah melahirkan karya dari hati ini, saya setuju bahwa tokoh Fahri telah berhasil mendobrak segenap adagium pemuda gaul ala Si Boy yang hanya meletakkan agama sebagai simbol tasbih di spion mobil atau sesekali mendirikan salat, tapi pada saat yang sama rajin ke diskotek dan memacari perempuan yang memakai rok mini.
Saya juga percaya, dari 300 ribu pembeli AAC–serta sekian ribu peminjam buku berkantong cekak seperti saya–banyak yang mendapati pencerahan bahwa di dunia nan durjana ini masih ada sosok-sosok oasis semacam Fahri, Maria, dan Aisha. Saya setuju bahwa anak-anak muda kita butuh role model seperti Fahri yang menurut Kang Habib bahkan masih kurang sempurna. Masih kurang me-malaikat (waduh!).
Saya pun setuju bahwa sosok sekarakter Fahri itu wujud di dunia nyata, bukan hanya di Kairo, melainkan juga di sudut provinsi termiskin di Sumatera maupun di relung-relung Jakarta dan Semarang. Namun, toh pada akhirnya tidak ada yang maksum (tanpa kesalahan) selain baginda Rasul saw.
Dan untuk sebuah novel yang sudah cetak berpuluh kali, sungguh sayang bila di cetakan ke 21 sekalipun masih ditemui sejumlah salah ketik, penulisan imbuhan yang tidak sesuai dengan kaidah umum berbahasa, serta lafal asing yang tak tepat kamus. Walau demikian, keindahan novel yang diinspirasi Alquran surat Az Zukhruf Ayat (67) ini, tetap sulit dicari tandingannya. Wallahualam.
*) Pencinta buku, tinggal di Bandar Lampung.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
A Khoirul Anam
A. Khoirul Anam
A. Mustofa Bisri
A. Qorib Hidayatullah
A.C. Andre Tanama
A.D. Zubairi
A.S. Laksana
Abd. Basid
Abdul Aziz
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Gaffar
Abdul Hadi W.M.
Abdul Rauf Singkil
Abdul Rosyid
Abdul Salam HS
Abdul Wachid B.S.
Abdullah Alawi
Abdurrahman Wahid
Abidah El Khalieqy
Abimardha Kurniawan
Abu Nawas
Acep Iwan Saidi
Acep Zamzam Noor
Ach. Tirmidzi Munahwan
Achmad Faesol
Adam Chiefni
Adhitya Ramadhan
Adi Mawardi
Adian Husaini
Aditya Ardi N
Ady Amar
Adzka Haniina Al Barri
AF. Tuasikal
Afrizal Malna
Afrizal Qosim
Agama Para Bajingan
Aguk Irawan Mn
Agus Buchori
Agus Fahri Husein
Agus Fathuddin Yusuf
Agus R. Sarjono
Agus Sulton
Agus Sunyoto
AH J Khuzaini
Ahmad Anshori
Ahmad Badrus Sholihin
Ahmad Baso
Ahmad Fatoni
Ahmad Hadidul Fahmi
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Khotim Muzakka
Ahmad Maltup SA
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Muhli Junaidi
Ahmad Syafii Maarif
Ahmad Syauqi Sumbawi
Ahmad Tohari
Ahmad Y. Samantho
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ainur Rohim
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Fatoni
Akhmad Sahal
Akhmad Taufiq
Akhudiat
Alang Khoiruddin
Alang Khoirudin
Ali Audah
Ali Mahmudi CH
Ali Rif’an
Aliansyah
Allamah Syaikh Dalhar
Alvi Puspita
AM Adhy Trisnanto
Ami Herman
Amien Wangsitalaja
Amin Hasan
Aminullah HA Noor
Amir Hamzah
Ammar Machmud
Andri Awan
Anindita S Thayf
Aning Ayu Kusuma
Anjar Nugroho
Anjrah Lelono Broto
Antari Setyowati
Anwar Nuris
Arafat Nur
Ariany Isnamurti
Arie MP Tamba
Arie Yani
Arif Hidayat
Arif Saifudin Yudistira
Arifin Hakim
Arman AZ
Arwan
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Juanda
Asep S. Bahri
Asep Sambodja
Asep Yayat
Asif Trisnani
Aswab Mahasin
Atiqurrahman
Awalludin GD Mualif
Azizah Hefni
Azwar Nazir
B Kunto Wibisono
Babe Derwan
Badrut Tamam Gaffas
Bale Aksara
Bandung Mawardi
Bastian Zulyeno
Bayu Agustari Adha
Beni Setia
Benny Benke
Berita
Berita Duka
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Brunel University London
Budaya
Budi Darma
Budi Hutasuhut
Budiawan Dwi Santoso
Buku Kritik Sastra
Candra Adikara Irawan
Capres dan Cawapres 2019
Catatan
Cawapres Jokowi
Cerpen
Chairil Anwar
Chairul Abhsar
Chairul Akhmad
Chamim Kohari
CNN Indonesia
Cucuk Espe
Cut Nanda A.
D Zawawi Imron
D. Dudu AR
Dahta Gautama
Damanhuri Zuhri
Damhuri Muhammad
Dami N. Toda
Damiri Mahmud
Danarto
Danuji Ahmad
Dati Wahyuni
Dea Anugrah
Dea Ayu Ragilia
Dede Kurniawan
Dedik Priyanto
Den Rasyidi
Deni Jazuli
Denny JA
Denny Mizhar
Detti Febrina
Dewi Kartika
Dian Sukarno
Dian Wahyu Kusuma
Didi Purwadi
Dien Makmur
Din Saja
Djasepudin
Djauharul Bar
Djoko Pitono
Djoko Saryono
DM Ningsih
Doddy Hidayatullah
Donny Syofyan
Dr Afif Muhammad MA
Dr. Simuh
Dr. Yunasril Ali
Dudi Rustandi
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwi Rejeki
Dyah Ratna Meta Novia
E Tryar Dianto
Ecep Heryadi
Edeng Syamsul Ma’arif
Edy A Effendi
Edy Susanto
EH Ismail
Eka Budianta
Ekky Malaky
Eko Israhayu
Ellie R. Noer
Emha Ainun Nadjib
Esai
Esha Tegar Putra
Evi Melyati
Fachry Ali
Fahmi Faqih
Fahrudin Nasrulloh
Faisal Kamandobat
Faizal Af
Fajar Kurnianto
Fanani Rahman
Fatah Yasin Noor
Fathurrahman Karyadi
Fazabinal Alim
Festival Literasi Nusantara
Festival Sastra Gresik
Festival Teater Religi
Forum Santri Nasional
Fuad Mardhatillah UY Tiba
Furqon Lapoa
Fuska Sani Evani
Geger Riyanto
Ghufron
Gola Gong
Grathia Pitaloka
Gugun El-Guyanie
Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin
Gus Dur
Gus Muwaffiq
Gusriyono
Gusti Grehenson
H Marjohan
H. Usep Romli H.M.
Habibullah
Hadi Napster
Halimi Zuhdy
Hamdy Salad
Hamid Jabbar
Hamka
Hammam Fathulloh
Hamzah Fansuri
Hamzah Sahal
Hamzah Tualeka Zn
Hanibal W.Y. Wijayanta
Hanum Fitriah
Haris del Hakim
Harri Ash Shiddiqie
Hartono Harimurti
Hary B. Kori’un
Hasan Basri Marwah
Hasnan Bachtiar
Hasyim Asy’ari
Helmy Prasetya
Hendra Makmur
Hepi Andi Bastoni
Heri Listianto
Heri Ruslan
Herry Lamongan
Herry Nurdi
Heru Kurniawan
Hilmi Abedillah
Hotnida Novita Sary
Hudan Hidayat
Husein Muhammad
I Nyoman Suaka
Ibn ‘Arabi (1165-1240)
Ibn Rusyd
Ibnu Sina
Ibnu Wahyudi
Idayati
Ignas Kleden
Ilham Khoiri
Ilham Yusardi
Imadi Daimah Ermasuri
Imam Hamidi Antassalam
Imam Khomeini
Imam Nawawi
Imam Nur Suharno
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Nasri
Imron Tohari
Indonesia O’Galelano
Indra Kurniawan
Indra Tjahyadi
Inung As
Irma Safitri
Isbedy Stiawan Z.S.
Istiyah
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya Djafar
J Sumardianta
Jadid Al Farisy
Jalaluddin
Jalaluddin Rakhmat
Jamal Ma’mur Asmani
Jamaluddin Mohammad
Javed Paul Syatha
Jaya Suprana
Jember Gemar Membaca
Jo Batara Surya
Johan Wahyudi
John Halmahera
Joko Pinurbo
Joko Widodo
Joni Ariadinata
Jual Buku Paket Hemat
Junaidi
Jurnalisme Sastrawi
Jusuf AN
K. Muhamad Hakiki
K.H. A. Azis Masyhuri
K.H. Anwar Manshur
K.H. M. Najib Muhammad
K.H. Ma'ruf Amin
Kabar Pesantren
Kafiyatun Hasya
Kanjeng Tok
Kasnadi
Kazzaini Ks
KH Abdul Ghofur
KH. Irfan Hielmy
Khansa Arifah Adila
Khoirul Anwar
Khoirur Rizal Umami
Khoshshol Fairuz
Kiai Muzajjad
Kiki Mikail
Kitab Dalailul Khoirot
Kodirun
Komunitas Deo Gratias
Koskow
Kritik Sastra
Kurniawan
Kurtubi
Kuswaidi Syafi’ie
Kyai Maimun Zubair
Lan Fang
Larung Sastra
Leila S. Chudori
Linda S Priyatna
Linda Sarmili
Liza Wahyuninto
Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP
Lukman Asya
Lukman Santoso Az
M Arif Rohman Hakim
M Hari Atmoko
M Ismail
M Thobroni
M. Adnan Amal
M. Al Mustafad
M. Arwan Hamidi
M. Bashori Muchsin
M. Faizi
M. Hadi Bashori
M. Harir Muzakki
M. Kanzul Fikri
M. Mustafied
M. Nurdin
M. Yoesoef
M. Yunis
M.D. Atmaja
M.H. Abid
M.Harir Muzakki
M.S. Nugroho
M.Si
M’Shoe
Mahamuda
Mahdi Idris
Mahendra Cipta
Mahmud Jauhari Ali
Mahrus eL-Mawa
Mahwi Air Tawar
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mansur Muhammad
Marhalim Zaini
Maria Hartiningsih
Marjohan
Marsudi Fitro Wibowo
Martin van Bruinessen
Marzuki Wahid
Marzuzak SY
Masduri
Mashuri
Masjid Kordoba
Masuki M. Astro
Matroni
Matroni el-Moezany
Matroni Muserang
Mbah Dalhar
Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Miftahul Ulum
Mila Novita
Mochtar Lubis
Moh. Ghufron Cholid
Mohamad Salim Aljufri
Mohammad Kh. Azad
Mohammad Yamin
Muh. Khamdan
Muhajir Arrosyid
Muhammad Abdullah
Muhammad Affan Adzim
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Ali Fakih AR
Muhammad Amin
Muhammad Anta Kusuma
Muhammad Ghannoe
Muhammad Idrus Djoge
Muhammad Itsbatun Najih
Muhammad Kosim
Muhammad Muhibbuddin
Muhammad Mukhlisin
Muhammad Quraish Shihab
Muhammad Subhan
Muhammad Wava Al-Hasani
Muhammad Yasir
Muhammad Yuanda Zara
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun AS
Muhyiddin
Mujtahid
Muktamar Sastra
Mulyadi SA
Munawar A. Djalil
Munawir Aziz
Musa Ismail
Musa Zainuddin
Muslim
Mustafa Ismail
Mustami’ tanpa Nama
Mustofa W Hasyim
Musyafak
Myrna Ratna
N. Mursidi
Nasaruddin Umar
Nashih Nashrullah
Naskah Teater
Nasruli Chusna
Nasrullah Thaleb
Nelson Alwi
Nevatuhella
Ngarto Februana
Nidia Zuraya
Ninuk Mardiana Pambudy
Nita Zakiyah
Nizar Qabbani
Nova Burhanuddin
Noval Jubbek
Nu’man ’Zeus’ Anggara
Nur Fauzan Ahmad
Nur Wahid
Nurcholish
Nurel Javissyarqi
Nuruddin Al Indunissy
Nurul Anam
Orasi Budaya
Pangeran Diponegoro
Parimono V / 40 Plandi Jombang
PC. Lesbumi NU Babat
PDS H.B. Jassin
Pesantren Tebuireng
Pidato
Politik
Pondok Pesantren Al-Madienah
Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang
PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan
Pramoedya Ananta Toer
Prof. Dr. Nur Syam
Profil Ma'ruf Amin
Prosa
Puisi
Puji Hartanto
Puji Santosa
Pungkit Wijaya
Purwanto
Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin
PUstaka puJAngga
Putera Maunaba
Putu Fajar Arcana
R. Ng. Ronggowarsito
Radhar Panca Dahana
Raedu Basha
Rahmat Sudirman
Rahmat Sularso Nh
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Rakhmat Nur Hakim
Ramadhan Alyafi
Rameli Agam
Rasanrasan Boengaketji
Ratnaislamiati
Raudal Tanjung Banua
Reni Susanti
Resensi
Restoe Prawironegoro Ibrahim
Retno HY
Riadi Ngasiran
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar
Rinto Andriono
Risa Umami
Riyadhus Shalihin
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rohman Abdullah
S Yoga
S. Jai
S.W. Teofani
Sabrank Suparno
Sahaya Santayana
Saifuddin Syadiri
Saifudin
Saiful Amin Ghofur
Sainul Hermawan
Sajak
Salahuddin Wahid
Salamet Wahedi
Salman Faris
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sandiaga Uno
Sanggar Pasir
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian Nuraini
Sastra Pesantren
Sastrawan Pujangga Baru
Satmoko Budi Santoso
Satriwan
Sejarah
Sekolah Literasi Gratis (SLG)
SelaSastra Boenga Ketjil
Sihar Ramses Simatupang
Sinopsis
Siswanto
Siswoyo
Sita Planasari A
Siti Muyassarotul Hafidzoh
Siti Sa’adah
Siwi Dwi Saputro
Slavoj Zizek
Snouck Hugronje
Sobih Adnan
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
St Sularto
Suci Ayu Latifah
Sufyan al Jawi
Sugiarta Sriwibawa
Sulaiman Djaya
Sundari
Sungatno
Sunu Wasono
Surya Lesmana
Suryadi
Suryanto Sastroatmodjo
Susianna
Susringah
Sutan Iwan Soekri Munaf
Sutan Takdir Alisjahbana
Sutardi
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyanto
Syaiful Amin
Syaifullah Amin
Syarif Hidayat Santoso
Syeikh Abdul Maalik
Syeikh Muhammad Nawawi
Syekh Abdurrahman Shiddiq
Syekh Sulaiman al Jazuli
Syi'ir
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
Teguh Winarsho AS
Temu Penyair Timur Jawa
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Tiar Anwar Bachtiar
Tjahjono Widijanto
Tok Pulau Manis
Toko Buku PUstaka puJAngga
Tu-ngang Iskandar
Turita Indah Setyani
Umar Fauzi Ballah
Uniawati
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Usep Romli H.M.
Usman Arrumy
UU Hamidy
Viddy AD Daery
Virdika Rizky Utama
W.S. Rendra
Wa Ode Zainab Zilullah Toresano
Wahyu Aji
Walid Syaikhun
Wan Mohd. Shaghir Abdullah
Warung Boengaketjil
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Welly Adi Tirta
Wiwik Hastuti
Wiwik Hidayati
Wong Fei Hung
Y Alpriyanti
Yanti Mulatsih
Yanuar Widodo
Yanuar Yachya
Yayuk Widiati
Yeni Ratnaningsih
Yohanes Sehandi
Yopi Setia Umbara
Yosi M Giri
Yudhi Fachrudin
Yudi Latif
Yusi Avianto Pareanom
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Zaenal Abidin Riam
Zainal Arifin Thoha
Zainuddin Sugendal
Zakki Amali
Zehan Zareez
Tidak ada komentar:
Posting Komentar