Minggu, 22 Agustus 2010

Menyoal Sastra Pesantren*

Fahrudin Nasrulloh**
http://www.facebook.com/people/Jabbar-Abdullah/1020385855


Dalam sastra Jawa kepesantrenan, bahasa dan sastra Jawa dijadikan wadah untuk memperkenalkan ajaran Islam. Sedangkan dalam sastra Islam-Kejawen anasir sufisme dan ajaran pekertinya diserap oleh pujangga Jawa untuk mengislamkan warisan sastra Jawa zaman Hindu. Memang, sastra Jawa pesantren tidak sesubur sastra Islam-Kejawen. Lantaran yang berkembang di Jawa adalah paham sufisme ortodoks Al-Ghazali, sehingga daya telisiknya terbatas hanya pada ilmu-ilmu yang telah ada. Ini jelas berbeda dengan sastra sufistik Melayu di Aceh silam yang menganut paham wujudiyah falsafi.

Ketika kronik imperium Majapahit dikhatam dengan masuknya Islam dan berdirinya kerajaan Demak. Maka pudarlah kerajaan itu, sirna ilang kertaning bumi, di abad ke-14 M. Setelah itu kasultanan Demak berdiri pada abad ke-16 M. Ada dua naskah Jawa Islam yang ditulis pada zaman Demak ini, yaitu Het Boek Van Bonang dan Een Javaans Geschrift de 16e Eew (Primbon Jawa abad ke-16 M). Menurut Simuh, naskah yang disebut pertama berisi “pitutur Syaikh Bari”, ihwal bagaimana mempertahankan ajaran sufisme ortodoks dan menentang setiap bentuk pembangkangan terhadap Syariah. Sementara, H.M. Rasyidi menyitir dengan kritis bahwa serat Gatoloco dan Dharmagandul tak lebih merupakan kronik sejarah terhadap masa peralihan dari Majapahit ke Demak. Poerbatjaraka dalam bukunya Kapustakan Jawi melukiskan kondisi peralihan ini: “Dilalah kersaning Allah, majengipun agami Islam wonten ing tanah jawi punika kasarengan jaman ura-uru ing salebeting Kerajaan Majapahit, satemah suda kekiyatanipun, wasana risak babarpisan. Samangke wong jawi saya kathah ingkang lumebet agami Islam.”

Di antara sastra Jawa yang bergaya pesantren adalah Het Boek Van Bonang, terjemahan Tuhfah Mursalah ila Ruh Al-Nabi yang menjadi serat Tuhfah bersekar macapat, terjemahan kitab Fathurrahman, terjemahan kitab Hikam menjadi kitab Makrifat, kemudian nadhoman yang memuat ajaran Ahmad Rifa’i, syi’iran tamba ati, dan lain-lain. Dalam bidang sastra zaman Islam ini, warisan sastra Jawa Kuno dan Jawa Tengahan kemudian diubah kembali menjadi sastra Jawa baru yang diperkuat dengan unsur-unsur Islam. Munculnya kegairahan dan kegiatan baru untuk mengkaji sastra Jawa Kuno ini, menurut Kuntara Wiryamartana, sebagai sebuah gerakan ”renaisans sastra klasik” dalam penelitian-penelitian mutakhir.

Pada masa ini lahir beberapa karya kapujanggan semisal Serat Centini (12 jilid) yang ditulis oleh sejumlah pujangga kraton Surakarta yang dipimpin oleh KGP. Adipati Anom Amengkunegara III, putra mahkota Sunan Paku Buwana IV. Karya ini ditulis pada 1742 Jawa atau 1814 M. Serat ini disusun berdasarkan kisah perjalanan spiritual putra-putri Sunan Giri setelah dikalahkan oleh menantu Sultan Agung, Pangeran Pekik dari Surabaya. Demikian pula karya R. Ngabehi Ronggowarsito (1728-1802 Jawa/1802-1873 M) seperti Suluk Saloka Jiwa, Serat Kalatida, dan Serat Wirid Hidayat Jati. Konon, ia disebut sebagai pujangga penutup lantaran sepeninggal Ranggowarsito, raja tidak lagi mengangkat seorang pujangga untuk membabarkan pikiran-pikirannya. Tafsir lain menyebutkan, gelar pujangga pungkasan ini sebagai bagian dari mitos untuk melegitimasi jalur keislaman Ronggowarsito.

Layak dicermati pula beberapa dasawarsa kemudian, tepatnya pada 1892 M, Kanjeng Raden Adipati Suryakusuma (pensiunan Bupati Semarang) mengarang sebuah narasi monumental berjudul Serat Cebolek. Serat ini terdiri dari tiga puluh satu syair dalam gaya macapat. 7 kisah pertama memuat cerita tentang Haji Ahmad Rifa’i, dan 24 selebihnya tentang kisah Haji Mutamakkin. Serat ini menuturkan sekaligus mengingatkan kepada para ulama atau pemburu kebenaran agar tidak meremehkan Syariah dengan tendensi laku mistik individual yang kerap terkesan sebagai bentuk perlawanan kaum pinggiran yang mengabaikan pranata sosial. Sosok Adipati Suryakusuma, meski ia bukan dari kalangan kraton, benar-benar telah membuka tirai baru bahwa semesta narasi pesantren tidaklah berhenti pada satu masa dan tokoh tertentu.

Hal demikian itu jadi semacam ensiklopedi akbar ihwal khazanah Islam dalam belantara jagat Jawa. Sejumlah naskah semisal Jamus kalimasada (Riwayat Syekh jambu karang), Riwayat Bekti Jamal, Jentraning Tanah Jawa, Suluk Jaka Lontang, Serat Gita Utama Margalayu, Suluk Rara Jinem, Kidung Rumeksa ing Wengi (karya Sunan Kalijaga), Suluk Purnama Raya, dan Suluk Syekh Tekowardi, dan lain-lain, merupakan warisan dari budaya Islam Jawa yang tak ternilai harganya.

Gus Dur, dalam sebuah esai pendeknya yang bertajuk “Pesantren dalam Kesusasteraan Indonesia” (Kompas, 26 Nopember 1973) menyebut bahwa pesantren belum menjadi medan pertaruhan bagi sastrawan Indonesia. Karya-karya Djamil Suherman, Mohammad Radjab, atau Hamka, belum bisa dikatakan benar-benar menggali secara mendalam dunia pesantren (tentang surau, atau kehidupan di kampung yang islami). Karya mereka sekedar memantulkan yang nostalgis atau catatan peristiwa, bukan dari suatu pergulatan keagamaan yang keras dan kental. Barangkali cerpen Robohnya Surau Kami-nya A.A. Navislah yang sampai sekarang masih menjadi wacana yang tak pudar.

Seberapa jauhkah problem-problem yang membludak di dunia pesantren digarap oleh pengarang kita? Abidah El-Khalieqy dengan novelnya Perempuan Berkalung Sorban (PBS) dan Geni Jora misalnya, apakah cukup intens dan serius menggali sengkarut persoalan yang paling fundamental di pesantren? Kita belum merasakan itu. Paling tidak, ia berani menggulirkan “pesan” tapi bukan “wacana”, tentang persoalan psikologis dan keterpinggiran perempuan di wilayah domestik kiai. Ketika PBS difilmkan oleh Hanung Bramantyo: dunia pesantren seolah-olah kebakaran jenggot, terutama bagi kiai-kiai yang konservatif dan semata menyorotnya dalam tataran fiqh-oriented. Cecaran, bahkan tudingan sesat menghambur pada Abidah dalam beberapa road show bedah novel PBS beberapa waktu yang lalu, semisal di Pesantren Walisongo Tebuireng, Jombang, pada 10 Maret 2009. Ia didebat habis-habisan, meski cukup responsif, oleh Kiai Mustain Syafi’i dan Kiai Chamim Khohari.

Ketidaksiapan dan ketidakterbukaan dunia pesantren dalam menghadapi kehidupan modern masih menjadi problem krusial dan tabu, terutama dalam dialektika kesusasteraan pesantren masa depan. Menurut Gus Dur, ada dua kendala sebagai penyebab: pertama, karena persoalan dramatis di pesantren berlangsung pada “tarap terminologis” yang tinggi tingkatannya. Soal abstrak seperti determinisme (al-jabru) dan free destination (iradah), intensitas ketundukan kepada Tuhan dan sebagainya, sukar sekali dituangkan dalam sebuah cerita fiktif. Kedua, karena masih kakunya pandangan masyarakat kita terhadap manifestasi kehidupan beragama di negeri kita. Oleh Nurcholis Madjid, pandangan ini dinamai sakralisme agama. Dengan demikian, naluri sastera dan elastisitas bentuk penceritaan tidak memperoleh jalan pelepasan. Kita masih ingat akan reaksi yang sangat keras terhadap karya Ki Pandji Kusmin dalam “Langit Makin Mendung”.

Tentu kita berharap, dunia pesantren kini dapat melahirkan pengarang-pengarang besar. Semoga!

*) Makalah disampaikan pada diskusi sastra “Melacak Jejak Sastra Pesantren” di gedung PCNU Kab. Jombang tanggal 1 Oktober 2009 pukul 20.00 Wib kemarin.
**) Pengurus Ikatan Sarjana Nahdhotul Ulama (ISNU)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Label

A Khoirul Anam A. Khoirul Anam A. Mustofa Bisri A. Qorib Hidayatullah A.C. Andre Tanama A.D. Zubairi A.S. Laksana Abd. Basid Abdul Aziz Abdul Aziz Rasjid Abdul Gaffar Abdul Hadi W.M. Abdul Rauf Singkil Abdul Rosyid Abdul Salam HS Abdul Wachid B.S. Abdullah Alawi Abdurrahman Wahid Abidah El Khalieqy Abimardha Kurniawan Abu Nawas Acep Iwan Saidi Acep Zamzam Noor Ach. Tirmidzi Munahwan Achmad Faesol Adam Chiefni Adhitya Ramadhan Adi Mawardi Adian Husaini Aditya Ardi N Ady Amar Adzka Haniina Al Barri AF. Tuasikal Afrizal Malna Afrizal Qosim Agama Para Bajingan Aguk Irawan Mn Agus Buchori Agus Fahri Husein Agus Fathuddin Yusuf Agus R. Sarjono Agus Sulton Agus Sunyoto AH J Khuzaini Ahmad Anshori Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Baso Ahmad Fatoni Ahmad Hadidul Fahmi Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Khotim Muzakka Ahmad Maltup SA Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Muhli Junaidi Ahmad Syafii Maarif Ahmad Syauqi Sumbawi Ahmad Tohari Ahmad Y. Samantho Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ainur Rohim Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Fatoni Akhmad Sahal Akhmad Taufiq Akhudiat Alang Khoiruddin Alang Khoirudin Ali Audah Ali Mahmudi CH Ali Rif’an Aliansyah Allamah Syaikh Dalhar Alvi Puspita AM Adhy Trisnanto Ami Herman Amien Wangsitalaja Amin Hasan Aminullah HA Noor Amir Hamzah Ammar Machmud Andri Awan Anindita S Thayf Aning Ayu Kusuma Anjar Nugroho Anjrah Lelono Broto Antari Setyowati Anwar Nuris Arafat Nur Ariany Isnamurti Arie MP Tamba Arie Yani Arif Hidayat Arif Saifudin Yudistira Arifin Hakim Arman AZ Arwan Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Juanda Asep S. Bahri Asep Sambodja Asep Yayat Asif Trisnani Aswab Mahasin Atiqurrahman Awalludin GD Mualif Azizah Hefni Azwar Nazir B Kunto Wibisono Babe Derwan Badrut Tamam Gaffas Bale Aksara Bandung Mawardi Bastian Zulyeno Bayu Agustari Adha Beni Setia Benny Benke Berita Berita Duka Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Brunel University London Budaya Budi Darma Budi Hutasuhut Budiawan Dwi Santoso Buku Kritik Sastra Candra Adikara Irawan Capres dan Cawapres 2019 Catatan Cawapres Jokowi Cerpen Chairil Anwar Chairul Abhsar Chairul Akhmad Chamim Kohari CNN Indonesia Cucuk Espe Cut Nanda A. D Zawawi Imron D. Dudu AR Dahta Gautama Damanhuri Zuhri Damhuri Muhammad Dami N. Toda Damiri Mahmud Danarto Danuji Ahmad Dati Wahyuni Dea Anugrah Dea Ayu Ragilia Dede Kurniawan Dedik Priyanto Den Rasyidi Deni Jazuli Denny JA Denny Mizhar Detti Febrina Dewi Kartika Dian Sukarno Dian Wahyu Kusuma Didi Purwadi Dien Makmur Din Saja Djasepudin Djauharul Bar Djoko Pitono Djoko Saryono DM Ningsih Doddy Hidayatullah Donny Syofyan Dr Afif Muhammad MA Dr. Simuh Dr. Yunasril Ali Dudi Rustandi Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwi Rejeki Dyah Ratna Meta Novia E Tryar Dianto Ecep Heryadi Edeng Syamsul Ma’arif Edy A Effendi Edy Susanto EH Ismail Eka Budianta Ekky Malaky Eko Israhayu Ellie R. Noer Emha Ainun Nadjib Esai Esha Tegar Putra Evi Melyati Fachry Ali Fahmi Faqih Fahrudin Nasrulloh Faisal Kamandobat Faizal Af Fajar Kurnianto Fanani Rahman Fatah Yasin Noor Fathurrahman Karyadi Fazabinal Alim Festival Literasi Nusantara Festival Sastra Gresik Festival Teater Religi Forum Santri Nasional Fuad Mardhatillah UY Tiba Furqon Lapoa Fuska Sani Evani Geger Riyanto Ghufron Gola Gong Grathia Pitaloka Gugun El-Guyanie Gus Ahmad Syauqi Ma'ruf Amin Gus Dur Gus Muwaffiq Gusriyono Gusti Grehenson H Marjohan H. Usep Romli H.M. Habibullah Hadi Napster Halimi Zuhdy Hamdy Salad Hamid Jabbar Hamka Hammam Fathulloh Hamzah Fansuri Hamzah Sahal Hamzah Tualeka Zn Hanibal W.Y. Wijayanta Hanum Fitriah Haris del Hakim Harri Ash Shiddiqie Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Basri Marwah Hasnan Bachtiar Hasyim Asy’ari Helmy Prasetya Hendra Makmur Hepi Andi Bastoni Heri Listianto Heri Ruslan Herry Lamongan Herry Nurdi Heru Kurniawan Hilmi Abedillah Hotnida Novita Sary Hudan Hidayat Husein Muhammad I Nyoman Suaka Ibn ‘Arabi (1165-1240) Ibn Rusyd Ibnu Sina Ibnu Wahyudi Idayati Ignas Kleden Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imadi Daimah Ermasuri Imam Hamidi Antassalam Imam Khomeini Imam Nawawi Imam Nur Suharno Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Nasri Imron Tohari Indonesia O’Galelano Indra Kurniawan Indra Tjahyadi Inung As Irma Safitri Isbedy Stiawan Z.S. Istiyah Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya Djafar J Sumardianta Jadid Al Farisy Jalaluddin Jalaluddin Rakhmat Jamal Ma’mur Asmani Jamaluddin Mohammad Javed Paul Syatha Jaya Suprana Jember Gemar Membaca Jo Batara Surya Johan Wahyudi John Halmahera Joko Pinurbo Joko Widodo Joni Ariadinata Jual Buku Paket Hemat Junaidi Jurnalisme Sastrawi Jusuf AN K. Muhamad Hakiki K.H. A. Azis Masyhuri K.H. Anwar Manshur K.H. M. Najib Muhammad K.H. Ma'ruf Amin Kabar Pesantren Kafiyatun Hasya Kanjeng Tok Kasnadi Kazzaini Ks KH Abdul Ghofur KH. Irfan Hielmy Khansa Arifah Adila Khoirul Anwar Khoirur Rizal Umami Khoshshol Fairuz Kiai Muzajjad Kiki Mikail Kitab Dalailul Khoirot Kodirun Komunitas Deo Gratias Koskow Kritik Sastra Kurniawan Kurtubi Kuswaidi Syafi’ie Kyai Maimun Zubair Lan Fang Larung Sastra Leila S. Chudori Linda S Priyatna Linda Sarmili Liza Wahyuninto Lukisan Potret K.H. Hasyim Asy'ari karya Rengga AP Lukman Asya Lukman Santoso Az M Arif Rohman Hakim M Hari Atmoko M Ismail M Thobroni M. Adnan Amal M. Al Mustafad M. Arwan Hamidi M. Bashori Muchsin M. Faizi M. Hadi Bashori M. Harir Muzakki M. Kanzul Fikri M. Mustafied M. Nurdin M. Yoesoef M. Yunis M.D. Atmaja M.H. Abid M.Harir Muzakki M.S. Nugroho M.Si M’Shoe Mahamuda Mahdi Idris Mahendra Cipta Mahmud Jauhari Ali Mahrus eL-Mawa Mahwi Air Tawar Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mansur Muhammad Marhalim Zaini Maria Hartiningsih Marjohan Marsudi Fitro Wibowo Martin van Bruinessen Marzuki Wahid Marzuzak SY Masduri Mashuri Masjid Kordoba Masuki M. Astro Matroni Matroni el-Moezany Matroni Muserang Mbah Dalhar Membongkar Mitos Kesusastraan Indonesia MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftahul Ulum Mila Novita Mochtar Lubis Moh. Ghufron Cholid Mohamad Salim Aljufri Mohammad Kh. Azad Mohammad Yamin Muh. Khamdan Muhajir Arrosyid Muhammad Abdullah Muhammad Affan Adzim Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Ali Fakih AR Muhammad Amin Muhammad Anta Kusuma Muhammad Ghannoe Muhammad Idrus Djoge Muhammad Itsbatun Najih Muhammad Kosim Muhammad Muhibbuddin Muhammad Mukhlisin Muhammad Quraish Shihab Muhammad Subhan Muhammad Wava Al-Hasani Muhammad Yasir Muhammad Yuanda Zara Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun AS Muhyiddin Mujtahid Muktamar Sastra Mulyadi SA Munawar A. Djalil Munawir Aziz Musa Ismail Musa Zainuddin Muslim Mustafa Ismail Mustami’ tanpa Nama Mustofa W Hasyim Musyafak Myrna Ratna N. Mursidi Nasaruddin Umar Nashih Nashrullah Naskah Teater Nasruli Chusna Nasrullah Thaleb Nelson Alwi Nevatuhella Ngarto Februana Nidia Zuraya Ninuk Mardiana Pambudy Nita Zakiyah Nizar Qabbani Nova Burhanuddin Noval Jubbek Nu’man ’Zeus’ Anggara Nur Fauzan Ahmad Nur Wahid Nurcholish Nurel Javissyarqi Nuruddin Al Indunissy Nurul Anam Orasi Budaya Pangeran Diponegoro Parimono V / 40 Plandi Jombang PC. Lesbumi NU Babat PDS H.B. Jassin Pesantren Tebuireng Pidato Politik Pondok Pesantren Al-Madienah Pondok Pesantren Mamba'ul Ma'arif Denanyar Jombang PonPes Ali bin Abi Thalib Kota Tidore Kepulauan Pramoedya Ananta Toer Prof. Dr. Nur Syam Profil Ma'ruf Amin Prosa Puisi Puji Hartanto Puji Santosa Pungkit Wijaya Purwanto Pusat Dokumentasi Sastra H.B. Jassin PUstaka puJAngga Putera Maunaba Putu Fajar Arcana R. Ng. Ronggowarsito Radhar Panca Dahana Raedu Basha Rahmat Sudirman Rahmat Sularso Nh Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Rakhmat Nur Hakim Ramadhan Alyafi Rameli Agam Rasanrasan Boengaketji Ratnaislamiati Raudal Tanjung Banua Reni Susanti Resensi Restoe Prawironegoro Ibrahim Retno HY Riadi Ngasiran Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Rinto Andriono Risa Umami Riyadhus Shalihin Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rohman Abdullah S Yoga S. Jai S.W. Teofani Sabrank Suparno Sahaya Santayana Saifuddin Syadiri Saifudin Saiful Amin Ghofur Sainul Hermawan Sajak Salahuddin Wahid Salamet Wahedi Salman Faris Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sandiaga Uno Sanggar Pasir Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Nuraini Sastra Pesantren Sastrawan Pujangga Baru Satmoko Budi Santoso Satriwan Sejarah Sekolah Literasi Gratis (SLG) SelaSastra Boenga Ketjil Sihar Ramses Simatupang Sinopsis Siswanto Siswoyo Sita Planasari A Siti Muyassarotul Hafidzoh Siti Sa’adah Siwi Dwi Saputro Slavoj Zizek Snouck Hugronje Sobih Adnan Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana St Sularto Suci Ayu Latifah Sufyan al Jawi Sugiarta Sriwibawa Sulaiman Djaya Sundari Sungatno Sunu Wasono Surya Lesmana Suryadi Suryanto Sastroatmodjo Susianna Susringah Sutan Iwan Soekri Munaf Sutan Takdir Alisjahbana Sutardi Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyanto Syaiful Amin Syaifullah Amin Syarif Hidayat Santoso Syeikh Abdul Maalik Syeikh Muhammad Nawawi Syekh Abdurrahman Shiddiq Syekh Sulaiman al Jazuli Syi'ir Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat Teguh Winarsho AS Temu Penyair Timur Jawa Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tiar Anwar Bachtiar Tjahjono Widijanto Tok Pulau Manis Toko Buku PUstaka puJAngga Tu-ngang Iskandar Turita Indah Setyani Umar Fauzi Ballah Uniawati Universitas Indonesia Universitas Jember Usep Romli H.M. Usman Arrumy UU Hamidy Viddy AD Daery Virdika Rizky Utama W.S. Rendra Wa Ode Zainab Zilullah Toresano Wahyu Aji Walid Syaikhun Wan Mohd. Shaghir Abdullah Warung Boengaketjil Wawan Eko Yulianto Wawancara Welly Adi Tirta Wiwik Hastuti Wiwik Hidayati Wong Fei Hung Y Alpriyanti Yanti Mulatsih Yanuar Widodo Yanuar Yachya Yayuk Widiati Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yopi Setia Umbara Yosi M Giri Yudhi Fachrudin Yudi Latif Yusi Avianto Pareanom Yusri Fajar Yusuf Suharto Zaenal Abidin Riam Zainal Arifin Thoha Zainuddin Sugendal Zakki Amali Zehan Zareez